-->

Image Slider

Viva Cosmetics Eye Base Gel Review

on
Tuesday, February 28, 2017
Review Viva Cosmetics Eye Base Gel


HOLAAAA!

Ada yang suka mainan eyeshadow kaya saya? Kalau suka, eye base gel ini layak coba banget. Apalagi harganya murah banget! Saya jadi pengen nyoba juga, soalnya selama ini cuma pake andalan NYX Jumbo Eye Pencil yang Milk itu.

Yuk simak review Wina untuk base eyeshadow Viva Cosmetics ini! Harganya nggak nyampe 15ribu loh!







💖 Made in Indonesia dari brand lokal ternama Viva Cosmetics.

💖 Sudah bersertifikasi halal.

💖 Kemasannya berupa tube dengan tutup ulir.

💖 Travel friendly, nggak akan makan tempat di makeup pouch.

💖 Mengandung vitamin E yang melembabkan dan ekstrak Chamomile yang menyejukkan area sekitar mata.

💖 Eye base gel berwarna putih dan cenderung mirip lotion.

💖 Mudah diratakan di kelopak mata.

💖 Warna eyeshadow lebih "keluar" setelah diolesi eye base gel ini.

💖 Kelopak mata nggak terasa lengket atau greasy setelah eye base gel meresap.

💖 Staying power not bad, kalau wajah terkena air saat wudhu, eyeshadow bisa pudar.

💖 Hemat pemakaian karena digunakannya sedikit banget buat kedua kelopak mata.

💖 Harganya sangat terjangkau!



💔 Masih mengandung paraben.

💔 Tidak waterproof.

💔 Nggak cocok buat dandan kilat karena butuh waktu tidak sampai semenit eye base gel meresap.



Rp13.800 untuk 15gr



Viva Cosmetics, toko kosmetik



Yes



🌟🌟🌟✰✰

3 out of 5

Sampai jumpa di #SelasaCantik berikutnya!
Follow Wina di social media dan main-main ke blognya ya!

BLOG | IG: @mrswynnz | Twitter: @mswynnz








LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita, Perlukah?

on
Sunday, February 26, 2017
[SPONSORED POST]


Di blogpost saya minggu lalu, saya sudah sedikit bercerita tentang 2-3 minggu belakangan ini saya sedang mencoba mengajarkan bahasa Inggris pada Bebe.

Eh malah tiba-tiba diundang EF dan MommiesDaily ke talkshow "Multilingual at Early Age, Why Not?" dan saya terharu saking pas banget momennya hahahaha. Iya beneran, pas mulai bilingual sama Bebe kemarin itu saya nggak tau akan diundang ke event ini. :')

Talk show ini digelar di EF fx Sudirman 22 Februari lalu, dipandu oleh Donna Agnesia dan menghadirkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) dan Meta Fadjria, pengajar di EF Indonesia yang sudah berpengalaman menjadi guru bahasa Inggris anak selama 18 tahun.

Saya bagi jadi beberapa part ya! Baca sampai selesai karena membukakan mata dan banyak fakta-fakta yang saya baru tahu tentang pentingkah mengajarkan lebih dari satu bahasa pada balita.

Yuk!

Bilingual dan speech delay


Iya ini sering banget jadi topik kalau lagi ngomongin bilingual: bilingual sebabkan speech delay atau terlambat berbicara. Bahkan saya sendiri kemarin nulis gitu hahahaha deym. Maklum belum tau yaaa.

Nah, dari talk show ini saya jadi yakin kalau bilingual atau bahkan multilingual itu nggak ada hubungannya sama speech delay atau terlambat bicara.

"Tapi ada anak temen gue bilingual dan dia speech delay," sering dong denger kaya gitu?

Ya saya aja sering banget. Padahal menurut psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) itu nggak ada hubungannya. Anak yang memang ada bakat speech delay, monolingual (satu bahasa) aja dia pasti gagal. Apalagi dua atau lebih. Nangkep nggak?

Intinya gini, misal ada anak yang berpotensi speech delay. Diajarin satu bahasa aja udah nggak mampu sebenernya. Dengan satu bahasa aja udah pasti speech delay. Eh malah diajarin dua bahasa sekaligus. Begituloh gengs, jadi nggak ada hubungannya yaaa! Iyaaaa!

As concerns children, many worries and misconceptions are also widespread. The first is that bilingualism will delay language acquisition in young children. This was a popular myth in the first part of the last century, but there is no research evidence to that effect. Their rate of language acquisition is the same as that of their monolingual counterparts.-- Francois Grosjean, PhD

Dari umur berapa anak sebaiknya diajari beberapa bahasa?

Dari bayi!

Tau nggak sih kalau tangisan bayi di setiap negara itu berbeda? Tangisan adalah bahasa pre-verbal dan sudah menyesuaikan dengan suara dan bahasa orangtuanya. Jadi nangis anak Indonesia sama anak Amerika gitu beda! Canggih ya!

Peak time *halah* anak dalam belajar berbahasa adalah dari 0 sampai 6 tahun. Lewat 6 tahun, belajar bahasa baru tidak akan secepat ketika usia di bawah 6 tahun.

Baru sampai sini saya langsung jadi lebih semangat ngajarin Bebe bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Mumpung baru 2,5 tahun yakan. Eh langsung dikritik sama mbaknya di daycare.

"Ah bu, Salo sih bahasanya udah bisa dua, Indonesia sama Sunda. Kalau dibilang 'ibak yuk' (mandi yuk) ngerti dia," kata mbak daycare yang kebetulan orang Sunda juga.

😂😂😂

Dan kemudian aku bangga HAHAHAHAHAHAHA. Soalnya jadinya Bebe bisa tiga bahasa! Trilingual, how cool is that! Ya zaman sekarang gituloh, anak-anak kecil di mall ngomong bahasa Indonesia aja nggak bisa, saking Inggris terus. Akan super cool kalau Bebe bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Sunda!

Yosh! 

Kenapa anak harus belajar lebih dari satu bahasa?

Kalau saya sih karena ngerasain sendiri orang yang bisa bahasa asing itu lebih punya banyak kesempatan dibanding orang yang hanya bisa satu bahasa. Minimal bisa jadi translator atau kerja di embassy negara yang bersangkutan lah.

Terus iyaaa, saya kompetitif. Dalam artian saya ngeri sendiri melihat anak-anak lain udah pada bisa bahasa Inggris dari bayi. Salut banget sama ibu-ibu yang udah konsisten pake bahasa Inggris dari anaknya lahir. Apalagi yang konsisten ibunya bahasa Inggris dan bapaknya bahasa Indonesia. Soalnya ribeeettt!

Dulu juga pas hamil saya niatnya gitu, tapi pas lahir haaa bubar semua. Duh ngurus anak aja udah ribet apalagi harus memikirkan berkomunikasi pake dua bahasa. Saya masih waras sampai sekarang aja udah bersyukur lol. 


Nah kalau menurut Mbak Vera, ini kelebihan anak yang bisa lebih dari satu bahasa:

- Kognitif: anak bilingual IQ-nya lebih tinggi. Lebih baik dalam tes atensi, penalaran analitikal, pembentukan konsep, kemampuan verbal, dan fleksibilitas berpikir.

- Sosiokultural: anak bilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan aturan dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif). Memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

- Personal: kemampuan bersaing dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik

Ya kan. Yang bagian personal mungkin spesifik kalau menguasai bahasa asing ya. Kalau bahasa daerah apa bisa disamakan juga?

Bukan merendahkan bahasa daerah tapi seberapa berpengaruh sih kemampuan berbahasa daerah dengan kemampuan bersaing untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik?

Kayanya nggak terlalu ngaruh ya. CMIIW. Tapi mungkin juga karena bahasa daerah itu kurang spesial kalau masih di negara aslinya. 

Tentang Language Mixing

"Ih tapi anak bilingual suka bingung bahasa tau, ngomongnya jadi campur-campur Inggris Indonesia digabung."

Sering juga dong denger kaya gitu? Jadi anak kecil bilang "ibu aku mau yang green!" atau "mommy i want eat nasi" itu namanya language mixing and it's a good thing! Karena itu berarti proses belajar berjalan lancar. Bukan malah berarti anak bingung bahasa.

Iya, menurut Mbak Vera, language mixing adalah salah satu tanda anak sudah menguasai kedua bahasa. Cuma aja dia masih bingung atau lupa kata itu dalam bahasa satunya apa, jadi dia sebut yang duluan keinget.

Here is also the fear that children raised bilingual will always mix their languages. In fact, they adapt to the situation they are in. When they interact in monolingual situations (e.g. with Grandma who doesn't speak their other language), they will respond monolingually; if they are with other bilinguals, then they may well code-switch. -- Francois Grosjean, PhD
Nah semakin dewasa, nanti juga semakin bisa memisahkan bahasa ini. Contohnya kita aja deh, kalau ada yang nanya "how are you?" pasti otomatis kita jawab pake bahasa Inggris. Atau ada yang nanya pakai bahasa Sunda gitu, kita otomatis jawab pake bahasa Sunda kan. Karena kita menguasai semua bahasa itu, jadi kita udah nggak kesulitan lagi switch ke bahasa lain, tergantung pada lawan bicara.

Bolehkah belajar bahasa asing lewat YouTube?

Atau ya lewat gadget/TV lah seperti film atau lainnya?

Buibu, jawaban dari pertanyaan itu akan membuat kita merasa gagal sebagai orangtua HAHAHAAHHAHAHA.

Menurut Mbak Vera, anak sebaiknya tidak dikasih gadget sampai usianya ... 30 bulan atau 2 tahun 6 bulan. Supaya anak tetap dekat dengan ibunya dan tidak kecanduan.

*ayo nangis dan pelukan sama-sama lol*

Intinya gadget bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin ditunda dan dibatasi. Maksimal 2 jam sehari! Syukurlah, Bebe sehari kayanya nggak pernah sih lebih dari 3 jam. Aku nggak gagal-gagal amat lol.

Belajar bahasa dari gadget juga boleh tapi sebaiknya didampingi. Jadi tetap ada kedekatan anak dan orangtuanya. Lebih bagus lagi membaca buku bahasa Inggris dibanding nonton pakai gadget. YAIYALAAHHH.

Karena bahasa itu perilaku sosial. Dibutuhkan interaksi anak dengan manusia hidup lain di sekitarnya. 

"Ah anak saya bahasa Inggris nya oke kok padahal cuma nonton Disney Channel doang."

Iya iyaaa. Percaya kok hahahaha. Ya namanya juga pilihan kan buibu, mau ngajarin pake media apa. Nggak ada yang paling benar atau paling salah ok!


Tapi soal gadget ini ada omongan Mbak Vera yang nyangkut banget sama saya sampai kepikiran. Kurang lebih gini:

"Anak kecanduan gadget itu bukan inti masalah, tapi akibat dari suatu masalah. Orangtua pasti punya masalah, anaknya melarikan diri dengan gadget. Sama dengan selingkuh, ada masalah dulu yang mengakibatkan selingkuh, bukan selingkuh kemudian jadi masalah."

WOW. Bener juga. Masalahnya ada di orangtua yang males nemenin anak maka anak dikasih gadget dan kemudian dia kecanduan. Gitu kan? 

Apa cara paling efektif untuk mengajari anak bahasa asing?

Saya baca di mana gitu lupa, untuk bahasa kedua, anak bisa dipapar selama 30% sehari. Jadi dari seharian, 70% bahasa pertama yang sudah dia kuasai, 30% bahasa kedua.

Kalau menurut mbak Vera, ini tips mengajarkan bahasa asing pada balita:

- Bantu anak mendengar sebanyak banyaknya
- Belajar diksi lewat nyanyian. Jadi dikasihtahu, artinya apa.
- Kalau anak salah jangan dimarahi. Misal dia salah jawab, tapi udah bener bahasa kedua, itu bagus karena artinya dia mencoba.

Gimana kalau pengen banget belajar bahasa Inggris tapi orangtuanya nggak mampu mengajari? Ya itu tandanya butuh bantuan orang lain. EF English First ternyata punya lho program untuk balita. Saya baru tau banget karena dipikir untuk anak sekolah dan profesional aja.

EF punya program Small Stars untuk anak berusia 3 sampai 6 tahun. Programnya menggunakan metode EFEKTA System dengan tahapan Learn, Try, Apply, dan Certify.


Lengkapnya bisa dilihat di sini ya: Small Stars EF. Klik!

Tapi tetep lho, meski pendidikan bahasa Inggris di-outsource-kan pada EF, peran orangtua tetap yang utama. Karena menurut mbak Meta yang sudah jadi pengajar EF lama sekali, anak akan lebih berhasil belajar dengan dukungan penuh dari orangtua.

Kalau Bebe gimana?

Nah saya sendiri sengaja mengajarkan satu bahasa dulu (Bahasa Indonesia) ke Bebe sampai dia benar-benar lancar. Sekarang nyesel nggak nyesel sih.

Nyesel karena kaya dari nol lagi ngajarin Bebe ngomong bahasa Inggris. Nggak nyesel karena kalau sampai Bebe speech delay, saya juga pasti nyalahin diri sendiri kenapa bilingual segala. Iya meskipun nggak ada hubungannya, tapi kan paling gampang nyalahin diri sendiri huhu.

Awalnya dia marah lho, karena merasa saya bicara sesuatu yang nggak dia ngerti. Saya pakai metode dua bahasa, jadi saya sebut bahasa Indonesia kemudian bahasa Inggrisnya.

Jadi ngomong apapun, ngomongnya dua kali "Xylo, lapar? Xylo, are you hungry?" atau "Nggak boleh gitu ya! No you can't do that ok!"

Sama ya baca buku sih. Buku-buku bahasa Inggris yang dulu dibacakan pakai bahasa Indonesia mengarang bebas, sekarang dibacakan bahasa Inggrisnya. Nonton juga masih kok, tapi agak nggak yakin dia nangkep sih. Hahaha.

Minggu pertama dia marah-marah. Minggu kedua mulai memperhatikan. Minggu ketiga udah blabbering! Dia udah ngeh beberapa kata meskipun ngomongnya masih malu. Warna dan binatang sederhana juga udah mulai hafal huhu maaf ya muji anak sendiri terus. #shamelessmom

Kalau JG kuat banget ngomong Inggris doang meski Bebe hah hoh. Saya nggak tega jadi aja masih campur. Tapi mulai blabbering aja udah bahagia. Ya kaya bayi aja kan pertama kali belajar ngomong juga blabbering dulu.

Jadi misal kemarin, JG sama Bebe di ruang tamu terus JG bilang ke Bebe "kasih ibu dan bilang 'ibu this is for you'." Terus Bebe ke kamar dan dia mengucapkan kata-kata entah apa "dbhzjsjsbsjznsk" HAHAHAHAHAHA. Mungkin di otaknya bener "this is for you" lol.

Rencananya nanti preschool nya baru akan bahasa Inggris atau nanti kalau anaknya nggak mau preschool ya mungkin akan ke EF aja supaya suasananya nggak terlalu "sekolahan". Tapi long way to go sampai Bebe ke usia itu jadi sekarang masih akan diusahakan oleh saya dan JG dulu.

*

Jadi ya begitulah. Semoga membantu ya. Ayo ajarkan anak bahasa kedua! Bahasa Korea juga boleh biar bisa bantu ngobrol sama oppa. 😂

See you!

-ast-

Source for the Francois Grosjean, PhD quotes: http://www.francoisgrosjean.ch/bilingualism_is_not_en.html
Kids images:Designed by Freepik






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

#SassyThursday: Pendidikan Seks untuk Anak

on
Thursday, February 23, 2017

Minggu ini timeline dan WhatsApp group diramaikan dengan sebuah foto buku yang dianggap "porno" dan membuat ibu-ibu marah. Buku itu menunjukkan anak kecil laki-laki sedang "masturbasi", dalam tanda kutip loh ya.

Yang jadi masalah adalah halaman buku yang tersebar hanya sepotong. Padahal ternyata di bukunya lengkap tertulis tips untuk orangtua dan kenapa anak-anak tidak boleh melakukan itu.

Tapi ibu-ibu keburu ngamuk! KPAI sampai ikut nimbrung dan bilang buku yang tidak pantas blablablabla. Sampai masuk TV dan portal berita nasional.

Baca punya Nahla:

Saya sendiri, apakah terganggu dengan buku itu? Surprisingly, tidak.

Anak saya laki-laki. Ada fase di mana anak memang senang memegang kemaluannya. Fase ini normal dan tidak apa-apa. Ini adalah fase berikutnya setelah fase oral.

"Tapi itu buku nggak cocok buat anak-anak!"

Duh buibu, buku yang nggak cocok buat anak-anak itu BANYAK. Ya filternya ada di kita lah. Masa beli buku buat anak kita nggak cek dulu isinya? Masa membiarkan anak baca sendirian? Dari pas beli aja udah difilter kali, itu buku apa, isinya bagaimana, layak baca atau nggak. Dan sebagainya.

Jadi ibu-ibu yang panik, marah-marah, dan bilang buku itu harus ditarik dari peredaran, I JUDGE YOU. I REALLY DO. Pasti nggak pernah nemenin anaknya baca buku ya? 😪

Yaiyalah, kita nggak bisa mengatur dunia biar tetep sempurna secara moral. Kita yang harus jadi benteng pertama pertahanan moral anak kita. Bukan orang lain! Apalagi buku!

Gimana kalau anak-anak baca di tempat lain? Di sekolah misalnya, di tempat yang tidak ada orangtua menemani.

Nah ini dia. Pendidikan seks untuk anak-anak seharusnya sudah diberikan jauh, jauh sebelum mereka bisa membaca. Karena memang ketertarikan mereka pada kemaluan, pada lawan jenis, kan sudah terlihat sejak balita kan. Sejak dari belum bisa baca.

Saya sendiri memperkenalkan gender dan lebih spesifik lagi kemaluan pada Bebe sudah lama. Mungkin sejak usianya belum dua tahun. Alasannya sederhana sebenarnya, saya ingin dia jadi laki-laki yang menghormati perempuan.

Soalnya balita itu kan asal seruduk aja, mau cowok atau cewek kalau lagi main ya timpa-timpaan aja. Saya nggak mau seperti itu. Main tabrak-tabrakan, main timpa-timpaan, hanya dengan anak laki-laki. Tidak dengan anak perempuan.

Ngerti nggak Bebe? Ya nggak lah! Hahaha.

Menurut psikolog juga memang belum bisa membedakan laki dan perempuan sampai usia 5-6 tahun. Tapi saya nggak menyerah, saya tetap bilang terus menerus soal konsep "ibu perempuan, appa laki-laki, Bebe laki-laki".

(Penjelasan psikolog lebih lengkap ada di sini: Mengenalkan Gender pada Balita)

Dan itu berjalan baik, sekarang usianya 2 tahun 8 bulan, dia sudah mulai bisa membedakan laki-laki dan perempuan. Dia tahu si A laki atau perempuan, mbaknya laki atau perempuan, aki laki atau perempuan, dan seterusnya.

Lebih spesifik lagi soal pendidikan seks, terutama "masturbasi" seperti di buku itu. Ya Bebe sedang ada di masa dia senang pegang kemaluannya. Dipegang aja, meski tidak sering tapi ada saat-saat di mana tangannya masuk ke celana dan pegang.

Temen saya juga cerita, anaknya perempuan dan suka pegang vaginanya. Malah kadang dimainkan pakai mainan! Wah serem sih ya kalau perempuan. Tapi kan itu memang fasenya, jadi harus dilewati aja. Asal dengan komunikasi. Bukannya dibiarkan atau dimarahi.

Saya sih kasih tahu aja, "jangan dipegang dong Be, nanti lecet". Biasanya dia langsung nurut sih. Dan saya selalu cek, untuk menunjukkan bahwa saya peduli. "Wah ini tidak apa-apa sih, tidak perlu dipegang ya" gitu.

Kuncinya cuma satu, jangan awkward! Kalau anak pegang tit*t aja kita jelasinnya awkward, saya takutnya anak jadi merasa bersalah. Padahal kan nggak perlu begitu. Karena meski merasakan nyaman pegang kemaluan, it's not sexual!

Soal kemaluan dan soal seksual ini, saya mau saya jadi orang pertama yang Bebe tanya, makanya saya nggak boleh malu atau apa.

Lagi masa sama anak sendiri malu ah elah.

Dan jangan beri jawaban yang tidak masuk akal. Beri jawaban secara ilmiah meskipun anak mungkin butuh waktu untuk mencerna.

Mimpi basah, menstruasi, masturbasi, itu menurut saya harus dijelaskan jauh sebelum si anak mengalaminya. Dan jelaskan secara medis, agar dia tahu risiko-risiko yang dia hadapi.

Jawaban-jawaban semacam "jangan gitu nanti Allah marah" itu rawan sih menurut saya. Karena takutnya ada titik di mana anak ingin rebel, anak ingin melanggar aturan, dan jadilah dilakukan diam-diam. Nggak mau begitu dong?

Intinya saling terbuka lah sama anak, jangan sembunyikan sesuatu. Jangan buat anak penasaran dan mencari jawaban di luar.

Satu lagi, dampingi anak-anak baca buku! Mulai edukasi seks sejak balita! Jangan sampai terlambat. :)

See you!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Drama Threenager

on
Wednesday, February 22, 2017
THREEENAGER COMES EARLY!

Bebe bulan ini 2 tahun 8 bulan tapi tiba-tiba perilakunya berubah. Kehebohan terrible two tiba-tiba hilang dan dia seperti menjadi anak lain. Browsing sana sini ternyata dia masuk ke dalam ciri-ciri threenager!

*ibunya pingsan*


Sungguh punya balita itu menguras energi sekali ya. Tapi yang lucu dari fase threenager ini adalah dia jadi sangat sangat bossy. Sampai speechless karena kalau nyuruh mirip banget ketiplek nadanya sama saya!

Kalau di terrible two kan bossy tapi sebenernya manja. Nggak dikasih apa ngamuk. Cuma memang permintaannya nggak masuk akal aja. Nah kalau threenager ini dia merasa dia adalah pusat dari universe jadi ibu, appa, dan semua orang sekitar harus nurut sama apa yang dia mau.

Ini hal-hal yang hanya bisa dirasakan ibu dengan anak tiga tahun. Anak tiga tahun yang udah sok iye banget kaya teenagers lol.

1. Ganti-ganti baju 

Beres mandi, ibu sebagai ibu siaga udah tau dong nggak pilihin baju karena pasti ingin pilih sendiri. Maka disuruh pilih baju sendiri, pilih celana sendiri. Matching atau nggak bukan soal! Yang penting bahagia! Untung baju Bebe warnanya netral semua, suka lucu kalau anak cewek yang pilih baju terus bajunya nggak matching tapi ibunya nggak punya kuasa apa-apa hahahaha

Tapi si Bebe nih ya, lima menit setelah baju terpasang rapi, Bebe kembali manyun. "Nggak mau baju ini, mau baju yang lain aja."

*ulang proses memilih baju dari awal lagi*


2. Bossy

Dulu saya memandang sebelah mata orangtua yang manggil 'bos' ke anaknya. Ternyata memang ada fase anak bossy parah. Level nyuruh-nyuruh mulu astaga "Appa jangan nyanyi!" atau "Ibu jangan duduk di situ!" padahal ibu duduk di kasur doang nggak dudukin mainan atau apa.

T______T

3. Marah lebih lama

Marahnya lebih lama dibanding saat terrible two. T______T Distraksi apapun tidak akan berpengaruh. Dulu lagi ngambek ditawarin beli es krim pasti mau. Sekarang gigih "NGGAK MAU ES KRIM!" dan sogokan apapun nggak ngaruh lagi.

Tapi ternyata kaya gitu cuma karena masih ingin marah. Ketika sudah nggak ingin marah bisa tiba-tiba ceria dan menyapa kaya nggak ada apa-apa. Sungguh!

Detik ini dia ngomong pake nada bicara judes, detik berikutnya dia ngomong pakai nada bicara ceria! Mood swing nya kaya ABG banget emang lol. Sabar ya buibuuu. *puk puk diri sendiri*

(Baca Drama Terrible Two Bebe di sini)

4. Nggak sabaran

Iya ibu dengan anak tiga tahun harus siaga kapan pun di mana pun. Soalnya motto hidup anak 3 tahun itu: I WANT IT AND I WANT IT RIGHT NOW. Selalu kaya gitu kalau minta sesuatu. Tapi kan semua butuh proses ya. Mau makan aja harus ngambil piring dulu, ngambil nasi dulu. Duh bisa berulang-ulang dia ngeluh "ibu lapel".

Ibu beranjak ngambil piring, keluhan kedua nadanya mulai tinggi. "IBU LAPEL!"

Ibu turut diaduk dong emosinya: "IYA IBU AMBIL NASI DULU"

Teriakan ketiga udah makin nggak sabar "IBU SALO LAPEEELLLL!" *jejelin nasi*


5. Slow slow slow

Meskipun nggak sabaran, dia juga lambat huhuhu. Mau pergi aja urusannya lama banget. Ganti baju dua sampai tiga kali. Packing mainan sendiri, isi minum sendiri. Di tengah proses itu ada yang bikin dia nggak happy, manyun dulu 15 menit. Ambil susu sendiri, pakai sepatu sendiri. Marah lagi karena ibu membawakan tas ke mobil, maunya bawa sendiri. Terus aja. Ibu mah nggak apa-apa, ibu sabar. :')

6. Nggak ah capek!

Kalimat andalan banget. Salo baca buku yuk! Nggak ah capek! Salo mandi yuk! Nggak ah capek! Salo makan yuk! Nggak ah capek!


7. Ingin segala sendiri

Ingatlah kalau threenager itu sudah dewasa! Jangan berani-berani bantu kalau tidak diminta atau genderang perang langsung berbunyi!

Kalau nggak minta tolong bukakan minum ya jangan dibukain lah. Kalau minta tolong bukakan, ya bukakan secepat mungkin. Gitu aja sih triknya. Gampang kan. KAN?


8. Sotoy

Ya seperti layaknya remaja lah, pada sotoy kan. Padahal mah tau apa HAHAHAHAHA. Bebe sotoy level ngejawabin mulu kalau dikasih tau.

Ibu: "Be mandi yuk!'

Bebe: "BOLEH!"

atau

Ibu: "Be, buang sampah dong!"

Bebe: "Nggak usah deh ibu!"

*bengong*

Ibu: "Be, jangan simpan situ dong!"

Bebe: "Oooohh!"

OOOHHHHH. Sambil lempeng kaya nggak ada apa-apa gitu loh. Kalau dibilangin apa-apa jawabannya 90% oooohhh, 10% tidak dilakukan.

T_______T

9. Jahil

Iseng banget astagaaa. Ini traits apa lagi iseng aja apa memang fasenya sih. Iseng banget level colek-colek ketek karena dia tau saya geli. Makin saya sebel makin dilakuin. Ini turunan JG sih kayanya. HUHUHUHU.

10. They don't give a fvck

Ini sebenernya kata kuncinya. THEY DON'T GIVE A FVCK! Ya mau marah marah, mau lempeng lempeng, mau nangis nangis. Suka-suka gue.

Mau saya marah atau gimana ya dia nggak peduli, dia kaya nggak ada apa-apa. Dulu kan kalau saya marah dia nunduk terus nggak berani pegang atau ajak ngobrol saya. Sekarang mah saya dalam kondisi nada bicara masih menegur, dia udah ngomong dan ketawa-tawa mengalihkan ke hal lain. Ya ampunnnn.

Ini juga yang menyulitkan toilet training karena dia ngotot pipis di celana aja dan nggak mau ganti. Ngomongnya lempeng aja "nggak apa-apa deh ibu, pipis di celana aja". Kemudian lanjut bermain. Kaya nggak ada apa-apa!

*

TAPI YA GIMANAAAA. Namanya juga fase huhu. Harus dilewati dengan sukacita dong ya. Katanya sabar aja, nanti sampai 6 tahun ada fase nyebelinnya terus kok lol.

HANG IN THERE BUIBU. STAY CALM!

*ngomong sama diri sendiri*

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Agama dan Manusia

on
Tuesday, February 21, 2017
Kapan terakhir kali kamu ditanya apa agamamu di dunia ini?

Saya seminggu yang lalu, saat anak saya ke rumah sakit karena demam. Mengisi form isian pasien, ada kolom agama tertera. Suami saya nyeletuk pada petugas rumah sakit "mas, anak saya belum tahu agama dia apa, saya harus isi apa?" Petugas itu terdiam setengah terkejut.

Suami saya tertawa dan petugas menarik napas lega, menganggap suami saya bercanda. Tapi bagaimana bisa bayi ditanya agamanya apa? Bagaimana dengan orang yang tidak beragama? Apa yang harus dia tulis di sana? Mengapa rumah sakit bertanya agama?

Di Indonesia saya tidak tahu jawaban tepatnya. Mungkin sesederhana kalau pasien meninggal, sudah jelas akan diperlakukan bagaimana. Itu satu. Tapi saya masih penasaran dan kembali browsing. Kali ini dengan bahasa Inggris. Ternyata alasannya beberapa, selain bisa minta request pemuka agama untuk menemani berdoa, yang terpenting adalah diet khusus karena agama tertentu tidak makan makanan tertentu.

Ah ya, masuk akal. Setidaknya untuk akal saya.

*


Isu agama ini sedang kencang berhembus maka kami pun jadi agak sensitif kalau ada pertanyaan seputar agama. Apalagi dari institusi kemanusiaan seperti rumah sakit, saya kan jadi membayangkan hal-hal aneh seputar orang dari agama lain tidak diterima masuk rumah sakit. Mungkin nggak?

Jujur, sebagai pemeluk agama mayoritas di negeri ini, saya akhir-akhir jadi sering merasa risih. Hanya karena digoyang isu Pilkada, kaum Muslim (khususnya di social media dan chat group) seperti kehilangan sopan santun.

Belum lagi banyak sekali yang share hoax dan kebencian. Berita nggak jelas awal mulanya di-share dengan kalimat yang sama menggebu-gebunya. Atau justru di-share dan istigfar, padahal isinya entah benar entah tidak.

Dan ini terjadi pada semua lapisan sosial, bukan hanya dari kalangan yang tidak berpendidikan. Tidak masuk dalam nalar saya ada orang yang kuliah master sampai luar negeri tapi share berita dari situs abal-abal yang penulisnya entah siapa, kantornya entah di mana. Bagaimana mungkin mampu lulus kuliah tapi tidak mampu menyaring mana berita yang masuk akal mana yang tidak? Mengapa seperti diliputi kebencian yang amat sangat?

Saya gerah, sungguh. Timeline saya sebetulnya cukup aman dari status-status bernada melecehkan agama lain tapi ada saja yang tidak sengaja terbaca. Biasanya dari kolom komentar orang dan saya bingung maksudnya apa? Mungkin tidak sadar karena terbuai topik "pemimpin kafir"?

Contohnya beberapa hari lalu. Ini mungkin contoh paling sederhana. Di status seorang teman, Muslim, ibu-ibu sedang mengobrol. Topiknya tentang pak mantan. Entah kenapa jadi ada pembicaraan soal babi. Ya, sungguh tidak nyambung bukan?

"Mereka mah babi aja dimakan ..."

???

Duh, memangnya kenapa kalau agama lain membolehkan orang makan babi? Jijik karena haram? Orang lain ada yang menganggap makan ceker ayam juga jijik lho. Makan jeroan juga jijik karena penyakit semua.

Lagian kan bukan cuma Islam yang melarang makan babi. Agama lain malah ada yang melarang makan binatang sama sekali, makanya banyak aliran agama yang mengharuskan atau menyarankan pemeluknya vegetarian. Yahudi aja nggak boleh lho makan babi. Iya, haram.

Atau logika yang lebih pusing lagi, kemarin ada yang komen begini di status teman saya (saya copas):

"Ada orang munafik yg berbuat baik kpd muslim, kemungkinan 1. Menginginkan massa pendukung yg kbtln mayoritas, 2. Mengejar kekuasaan 3. Untuk memecah belah umat (krn ada pihak yg dibikin enak, utang budi) Enggak mungkinlah ahok berbuat baik hanya mengharap pahala dari Alloh azza wa jalla yg jelas2 dia tidak mempercayainya??"

Orang yang tidak percaya Tuhan tidak mungkin berbuat baik?

Terbayang orang-orang yang satu agama dengan pak Ahok mungkin akan geleng-geleng kepala karena mau berbuat baik pun dianggap tidak mungkin? Hanya karena percaya Tuhan yang berbeda?

Apa dia nggak tau banyak sekali orang di dunia ini yang tidak percaya Tuhan itu ada dan mereka tetap berbuat baik demi kemanusiaaan? Berbuat baik dan tidak berharap pahala bisa banget lho. Jadi sukarelawan sana-sini, volunteer sampai ujung Afrika demi bantu orang kelaparan. Dan mereka tidak beragama, tidak terpikir soal pahala.

Saya juga jadi bertanya-tanya, apakah orang-orang ini tidak mengenal orang baik yang beragama lain? Orang baik yang atheist? Orang baik yang agnostic? Orang baik yang deist?

Sindiran "mainnya kurang jauh" itu jadi makin terasa bukan lelucon lagi. Mungkin memang mainnya kurang jauh jadi cuma tau agama sendiri dan agama yang lagi dibenci orang-orang aja. Agama lain itu kan tidak sesederhana Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Cu. Apalagi kalau lihat agama orang-orang sedunia, waduh terlalu sesak kalau agama dan kepercayaan hanya dibatasi oleh enam koridor seperti yang diakui negara kita.

Agama itu banyaaakkk sekali. Alirannya juga banyak. Para pengikutnya tentu merasa agama yang mereka peluk itu benar. Tidak usah saling membantah. :)

*

Sebetulnya, *tarik napas dulu* saya tidak peduli pilihan gubernur kalian siapa. Itu urusan pribadi kalian dengan bilik suara. Pilih gubernur melihat agamanya silakan, pilih gubernur lihat rekam jejak silakan, aliran pemercaya gubernur bukan pemimpin juga silakan.

Yang saya sedih adalah, banyak yang jadi terpancing untuk menghina pemeluk agama lain. Hanya karena satu orang "menghina agama Islam" kemudian jadi pembenaran bagi para pemeluk Islam untuk menghina agama lain. Kan tidak begitu sis dan bro.

Kalian tidak terima ada orang menghina agama yang kalian peluk tapi kalian sendiri JUGA menghina agama lain. Jadi menghina agama lain boleh tapi kalau agama kita dihina kita marah? Itu sama halnya dengan kalian memarahi anak yang merebut mainan dari anak kalian, tapi ketika anak kalian merebut mainan anak lain kalian tidak marahi. Double standard, at its worst!

Seperti pak haji yang teriak akan memberi uang satu miliar untuk yang bisa membunuh Ahok. Kalau an eye for an eye and a tooth for a tooth diambil literal begitu mah banyak orang buta dan ompong di dunia ini, serem dong. Satu orang bunuh orang lain. Keluarga yang dibunuh balas membunuh, balas-balasan membunuh terus sampai manusia punah.

Sungguh agama tidak mendefinisikan manusia.

"Kita bela agama, kalau tidak begini Kristenisasi semakin merajalela!" Oh, bela agama sejak Pilkada kemarin ini bagian dari Islamisasi? Membuat orang ingin masuk Islam kah?

Malah teman-teman non-muslim bertanya:

"Kalau mau jadi ustaz di Islam itu syaratnya apa ya? Kok banyak ustaz share kebencian dan hoax."

...

krik krik

...

NGGAK ADA.

Semua orang bisa jadi ustaz. Self-proclaimed juga bisa, belajar agama dan hafalin ayat biar bisa kutip sana sini maka anda bisa melayakkan diri jadi ustaz. Coba jadi pastor atau pendeta, level yang harus dilalui banyak sekali. Dari sekolah seminari sampai wawancara ini itu. Nggak gampang.

Jadi tolonglah jangan mudah percaya dan mengutip ustaz A ustaz B, pilih ustaz kalian baik-baik karena semua orang juga bisa jadi ustaz.

Eh setelah jadi ustaz malah share hoax. Ceramah di mesjid bawa-bawa partai, bawa-bawa "jangan pilih pemimpin kafir". Suami saya menghitung benar, sejak urusan pilkada ini salat Jumat selalu disisipi unsur politik. Tapi ketika turun ke jalan teriaknya "kami bela agama, ini bukan masalah politik!" Ya gimana, sejak awal urusan agamanya dicampur sama politik kok.

Ibu saya malah terang-terangan diminta memilih satu partai tertentu saat Pilpres lalu! Di pengajian! Saya nggak habis pikir gimana caranya lagi mengkaji Al-Quran terus tiba-tiba pak ustaz bridging ke nama partai.

T______T

Saya tidak bilang semua ustaz seperti itu makanya pilih guru agama kalian baik-baik. Lihat latar belakangnya, belajar agama di mana, sudah belajar berapa lama. Banyak kok ustaz-ustaz yang tidak menyebut diri sendiri dengan sebutan agamis (seperti ustaz, habib, dan lain-lain) tapi justru teduh, damai, dan tentu tidak share hoax apalagi kebencian. :)

*

Kalau sudah begini "pemakluman" saya cuma satu. Umat Islam di negeri ini merasa superior karena agama mayoritas. Jadinya lupa lah pada Pancasila, lupa kalau negara ini bukan negara yang berbasis agama. Bhinneka Tunggal Ika mah lupa, auk ke mana.

Saya jadi khawatir sekali lama-kelamaan isu agama ini melebar dan jadi mengkotak-kotakkan kehidupan sosial lebih parah lagi. Mau belanja ke pasar, nanya dulu agama penjualnya apa? Atau terparah malah dipisahkan pasar muslim dan non-muslim. Install ojek online ditanya agama apa biar sesuai diantarnya sama yang se-agama. Lebay? Kecenderungannya ke sana loh. :(

Padahal hubungan vertikal adalah hubungan yang paling pribadi. Hubungan vertikal itu penting tapi horizontal juga tak kalah pentingnya.

Nggak bisa kita men-judge seseorang taat beragama hanya dari bajunya yang tertutup dan longgar. Nggak bisa juga kita men-judge seseorang kafir hanya karena baju dan celananya ketat. Yang berhak menilai kadar keimanan seorang manusia bukan manusia lain. Ya? Ya.

Apa gunanya pakai atribut agama tapi hati dipenuhi kebencian? Dipenuhi kecurigaan? Merasa paling benar, merasa paling hebat sampai berani menyindir orang yang berbeda kepercayaan.

Ayolah kita hidup damai. Tanpa mengecilkan orang apalagi agama lain. Saling menghargai apapun agamanya, sukunya, rasnya, warna kulitnya. Pisahkan urusan memilih gubernur dengan urusan lain. Karena sungguh, urusan Pilkada ini urusan remeh dibanding perpecahan negara hanya karena kita tak bisa menjaga emosi di dunia maya.

Hidup bersosialiasasi pasti lebih indah kalau saling bahu membahu, saling membantu, saling melihat kebaikan masing-masing dan bukannya terus menerus mencari kejelekan orang lain. Ayo berpegangan tangan kaya di buku PPKN zaman dulu, baju daerah boleh berbeda-beda tapi tangan saling bertaut dan tersenyum mengelilingi bola dunia. :))))

*

Kapan terakhir kali kamu ditanya apa agamamu di dunia ini? Siapa yang bertanya?

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

#SassyThursday: Random

on
Thursday, February 16, 2017

Halo halooo,

Gimana libur satu hari di tengah minggu? Semangat kerja lagi atau rasa-rasa ingin cepet weekend? 😂

Saya mah capek hahahaha. Soalnya seharian sama Bebe, nemenin Bebe main sambil jagain quick count (kantor saya live quick count di Twitter dan Facebook fyi), dan JG sakit. Rontok sis.

Ya udah jadi #SassyThursday nya temanya random ajalah. Males mikir huhu. Saya mau life updates aja ala-ala YouTubers ya. Ada hal apa di hidup saya seminggu terakhir ini?

Nahla randomnya mau cerita Macbook baru, ya bolehlah masa nggak boleh hahaha. Soalnya Nahla yang ilustrator dan YouTube seminggu sekali laptopnya lemot banget huhu kasian. Jadi pas dia dibeliin Macbook kami senang sekali!

Baca punya Nahla:

The Knock-off

Saya lagi baca novel ini. Temanya sih seru ya tentang editor in chief majalah fashion level Anna Wintour yang cuti 6 bulan karena kanker. Pas balik kerja majalahnya udah jadi website dan app. Kantornya yang kaku berubah jadi kantor start up dengan bean bag dan makanan berlimpah. 😂😂😂

Bukunya menceritakan perbedaan generasi, dunia start up masa kini, dan gimana para baby boomers menyesuaikan diri satu lingkungan kerja dengan millennials dan gen Z. Cuma lama-lama agak bosen soalnya ceritanya lambaaaattt. Well, tapi akan saya selesaikan lah penasaran soalnya relate banget sama hidup sehari-hari hehehe.

Gagal ketemu Gesi

Iya minggu ini Gesi lagi di Jakarta cuma sampai Jumat. Rencananya mau ke Sea World hari Rabu tapi sayanya sakit mata. 😩

Mata saya nggak belekan atau merah atau bengkak tapi udah 3 hari berair terus. Daripada nularin orang lain kan mending diem ajalah di rumah.

Eh ketambahan JG demam, udalah nyerah nggak bisa ke mana-mana. Kerja aja dari rumah sambil temenin Bebe main.

Speaking of Bebe ...

Threenager comes early!

Bebe baru akan 3 tahun di bulan Juni nanti tapi dia sudah meninggalkan masa Terrible Two dan terlihat sekali sudah menjadi threenager. Sok tau nya nggak ada dua.

Dari artikel-artikel yang saya baca, terrible two itu kan sensitif, gampang tantrum/ngambek sama hal-hal kurang makna (jadi inget ada yang cerita anaknya tantrum gara-gara pupnya disiram ibunya. 😂😂😂). Nah kalau threenager ini kata kuncinya adalah IDGAF alias I don't give a fvck.

Ya jadi dia lempeng aja. Melakukan hal absurd kemudian saya marahin ya dia nggak peduli. Seperti tetap bermain dengan celana basah kena ompol dia tetep cool aja kaya nggak ada apa-apa.

(Baca: Bebe Toilet Training)

Atau misalnya dia ngapain terus saya marah, biasanya dia tertunduk merasa bersalah. Ini lempeng aja seolah saya nggak ngomong apa-apa. Kondisi saya masih marah, dia udah mengalihkan pembicaraan ke hal lain dan ketawa-tawa kaya nggak ada apa-apa.

Wow. 😂

Tapi akhirnya saya berhasil botakin Bebe!

Dulu pas punya cukuran baru itu, sebulan sekali saya potongin rambut Bebe dan JG. Jadi dua-duanya rambutnya selalu pendek 1-3 mm lah. JG masih begitu sampai sekarang tapi Bebe udah sekitar 5-6 bulan nggak mau. Sebabnya didoktrin mbak-mbak daycare kalau rambut panjang = ganteng. 😂

Saya nggak tahan soalnya anaknya pecicilan banget, rambut panjang bisa lepek nempel semua ke kulit kepala saking basah keringet dan bau. Tiap mandi keramas lah udah, ribet. Kalau botak kan nggak bau, keramas pun bilasnya nggak susah. Lagi artis Korea juga bukan ngapain sih panjang-panjang 😂

Kemarin tiba-tiba Bebe bilang mau potong rambut tapi ingin pake gunting aja. Ya pake gunting bisa aja sih, tapi hasilnya jadi kaya tahanan penjara gitu kan nggak rata. Tapi bodo amat saya gunting dulu sampai pendek banget sambil terus dibujukin. Tiap saya liatin alat potong rambut dia jerit keras ngamuk sampai akhirnya saya sadar satu hal: dia ngamuk pas alatnya dinyalain, pas mati mah dia kalem. OH MUNGKIN KARENA SUARANYA!

Ibu: "Be, Bebe tidak suka suaranya ya?"

Bebe: "IYA HUHUHUHU"

Suaranya kan mendengung keras gitu. Akhirnya karena saya jenius saya kasih dia headset, berhasil deh botak. Terima kasih Frozen hahahaha. Iya pake headset nonton Frozen sambil potong rambut. 😂

(Baca: Cukuran Philips Mengubah Hidup)

Belajar Bahasa Inggris

Ya ini minggu kedua saya, JG, dan Bebe jadi bilingual. Psikolognya Bebe udah oke Bebe belajar bahasa lain jadi kami berencana dia mau pre school bahasa Inggris nanti pas 3 tahun. Cuma karena berbagai pertimbangan akhirnya di rumah dulu deh bilingual.

Kami nggak mau sejak bayi dua bahasa soalnya banyak yang kejadian speech delay kan, sementara saya suka anak kecil cerewet hahaha. Jadi bahasa kedua diajarkan setelah bahasa pertama dikuasai dengan baik.

Ini akan saya tulis terpisah karena butuh banyak masukan, apa metode paling efektif untuk mengajarkan bahasa kedua?

Udah sih itu aja?

Btw, neng Karin apa kabar naik kuda pake beha doang? Saya nggak nonton sampai selesai karena nggak mood mengumpat hahahaha. Makin lama jadi males sama Karin hedeh. Seiring prinsip dia sih, nggak peduli banyak haters yang penting banyak duit. Oke oke.

Gitu aja #SassyThursday random pertama kami. See you next week!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Review Pensil Alis Just Miss 708A Brown

on
Tuesday, February 14, 2017
Just Miss Eyebrow Pencil 708A Brown


Wah ini nih, Just Miss ini dulu sering banget liat di Stroberi gitu kan terus saya suka serem sendiri kenapa murah bangeeett. Tapi ternyata Just Miss ini bukan merek abal-abal, dia merek resmi, ada BPOM dan punya website jadi bisa beli online!

Kali ini Wina me-review pensil alis dengan harga 7ribu aja pemirsa. Murce banget. Gimana review Wina? Simak yaaa!






💖 Made in Indonesia!

💖 Harganya murah dibandingkan dengan pensil alis Viva Cosmetics, Emina, atau brand lokal lainnya.

💖 Pensil alis sudah dilengkapi dengan sikat alis dan rautan pada kedua ujung.

💖 Higienis karena ujung pensil tertutup bagian rautan.

💖 Teksturnya creamy, ngga keras seperti tipikal pensil alis.

💖 Warnanya pigmented banget. Kalau yang suka alis terlihat natural, harus smudge lagi dengan spoolie.

💖 Warna coklatnya beneran coklat, bukan yang coklat-orange sehingga hasilnya lebih natural.

💖 Staying power OK, bisa tahan seharian walau terkena air wudhu (waterproof).

💖 Mudah dibersihkan dengan makeup remover atau micellar water



💔 Ukuran pensil terbilang lebih panjang (karena ada sikat alis dan rautan di ujungnya) dibandingkan pensil alis pada umumnya. Negatifnya, nggak muat di makeup pouch yang rata-rata berukuran 10-15cm.

💔 Sikat bawaannya kaku dan keras, harus pelan-pelan menyikatnya ke alis.

💔 Nggak smudgeproof. Kalau ngga sengaja mengusap alis pakai tisu, akan transfer ke tisu.



Rp 7ribu untuk 1gr



Just Miss website, toko kosmetik



Yes karena harganya terjangkau sekali.



🌟🌟🌟✰✰

3 out of 5

Sampai jumpa di #SelasaCantik berikutnya!
Follow Wina di social media dan main-main ke blognya ya!

BLOG | IG: @mrswynnz | Twitter: @mswynnz








LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

#SassyThursday: Menikah dalam Satu Kata

on
Thursday, February 9, 2017

Begini, menikah sama sekali bukan hal sederhana. Apalagi harus merangkumnya dalam satu kata.

Tapi bagi saya ada satu kata. Kata ini sungguh selalu membuat saya tersenyum dan kadang menarik napas berat. Ya, menikah itu bukan hal yang ringan. Meskipun juga tidak berat.

Baca Menikah dalam Satu Kata menurut Nahla

Saat masih anak-anak, menikah sesederhana punya keluarga. Menikah adalah datang ke pesta pernikahan om dan tante kemudian tak lama mereka punya anak yang jadi teman bermain kita. Hai para sepupu!

Beranjak remaja, definisi menikah mulai jadi sedikit rumit. Baru kenal dengan jatuh cinta, menikah adalah hidup berkeluarga dengan orang yang kita pilih. Mulai juga menyadari kalau ada yang berhenti menikah karena banyak hal. Ayahnya jahat kabur dari rumah, ibunya tega sekali mau bercerai padahal tidak bekerja, kasihan anak-anak. Ya, kasihan anak-anak. Anak-anak itu, teman-teman kita dulu.

Dulu. Sekarang tentu tidak, saya tidak pernah mau judge orang menikah, belum menikah, tidak menikah, atau berhenti menikah. Belum punya anak atau tidak mau punya anak. Siapa yang jahat siapa yang salah.

Semua orang punya pilihan sendiri tapi ketika pilihanmu menikah, tak bisa dihindari ada sebagian hidup yang berubah. Sebagian menjadi lebih bergairah karena membangun keluarga butuh semangat luar biasa. Sebagian menjadi lebih malas karena untuk apa lebih semangat kalau leyeh-leyeh pun bahagia? Kalau tanpa bergerak dari kasur pun sarapan sudah siap sedia? *MAKASIH LOH SUAMIKU* lol

(Baca: Menikah Bukan #lifegoals)

Jadi di usia saya yang ke-28, sudah tiga tahun menikah, apa satu kata yang bisa merepresentasikan pernikahan?

KOMPROMI. COMPROMISE. COMPROMETTRE.

Yang terakhir bahasa Prancis. Just because. Google translate kok tenang aja. Artinya sama kok.

*skip*

kom.pro.mi
[n] persetujuan dng jalan damai atau saling mengurangi tuntutan (tt persengketaan dsb): kedua kelompok yg berselisih itu diusahakan berdamai dng jalan -- source 

Ya apalagi untuk alpha female seperti saya, konsep pernikahan yang sungguh patriarki itu really, super hard. Oke menikah BISA tidak patriarki tapi para suami naturalnya ingin jadi memimpin. Mungkin karena sejak kecil dibesarkan dengan laki-laki harus kuat (oh well perempuan JUGA), laki-laki harus bisa mengambil keputusan (IYA DAN PEREMPUAN JUGA). Laki-laki harus begini harus begitu yang padahal harus bisa dilakukan semua manusia. Tidak peduli laki-laki atau perempuan.

Padahal saya sudah menikah dengan JG yang well, cukup feminis untuk ukuran suami Indonesia. Kami tidak memakai konsep tugas istri atau tugas suami karena seperti yang JG bilang sendiri, dia mencari istri bukan mencari pembantu.

Jangan tersinggung dulu, kalau kalian istri-istri yang sukarela melayani suami sih ya hebat lah. Dan suami kalian harus appreciate itu, dengan beliin tas baru tiap bulan misalnya 😂 Ya atau beliin apalah yang kalian suka.

Konteks "pembantu" di sini adalah suami-suami yang mau enaknya aja. Misal istrinya kerja, istrinya juga yang harus mengerjakan pekerjaan rumah, diizinkan pake pembantu tapi istrinya yang disuruh bayar gaji karena pekerjaan rumah kan pekerjaan istri! Udah gitu anak mulai usia sekolah istrinya juga yang harus antar jemput. Suami-suami keterlaluan seperti ini loh yang kami maksud dengan "hanya ingin dilayani".

Tapi tetap saja, sudah menikah dengan orang yang saya pilih sendiri pun tetap ada hal-hal yang membuat saya merenung dan berpikir "kenapa menikah sesulit ini? kenapa dulu gue pengen banget nikah sih?" 😂

Apalagi saya bekerja. Alpha female senang bekerja dan menikah itu nggak bisa diwakilkan dengan kata selain kata kompromi. Paling sederhana, saya dan JG sama-sama harus lembur. Siapa yang harus jemput Bebe? Saya.

Sungguh saya masih ingin kerja juga! Tapi ya, saya mengalah dengan suka rela dan pulang lebih cepat untuk menjemput Bebe. Kalian bisa bilang "iyalah lo ibunya!" Lha JG juga bapaknya, apa bedanya?

Dan banyak hal lainnya. Yang wajar sebetulnya karena kami dibesarkan dengan cara berbeda, melewati dua puluh sekian tahun dengan cara berbeda, sebelum akhirnya bertemu dan memutuskan berbagi pengalaman bersama. Meski 90% kami melihat masalah dengan cara sama, ada 10% nya yang benar-benar berbeda dan itu sedih.

T________T

Saya dan JG jarang sekali berbeda pendapat. Jaraaaanggg sekali. Kebanyakan obrolan kami "iya ya? iya juga, iya sih, iya emang ya" makanya kalau tiba-tiba ada yang beda atau nggak setuju tapi prinsipil itu ujungnya hampir pasti berantem. Kalau nggak prinsipil paling lewat doang kan "nggak ya? menurut kamu nggak? okay"

Tapi kalau prinsipil. Sedih.

T________T

Saya belajar untuk diam dan menerima. Saya belajar untuk tidak membahas hal-hal kurang penting. Saya belajar untuk menyadari sepenuhnya bahwa diri saya bukan lagi milik saya sendiri. Bahwa tidak semua hal bisa 100% seperti yang saya mau. Pun membesarkan Bebe. Bahwa semua harus berawal dengan diskusi.

And trust me adek-adek yang belum menikah, it's harder than you think.

Awal-awal menikah saya masih berprinsip kuat kalau semua masalah ya harus dibicarakan. Lebih baik bertengkar tapi semua unek-unek keluar daripada diam dan kesal.

Sekarang tidak. Sekarang saya bisa diam dan tidak kesal lama-lama. Sungguh pencapaian luar biasa. Karena berantem itu capek luar biasa. Belum lagi mengatur emosi supaya tetap di tone bicara normal saat bicara dengan Bebe. Wow susah. Maka saya memilih untuk tidak bertengkar.

Saya memilih menunggu beberapa hari dan kemudian bilang baik-baik. Itu pun lebih baik via chat. Chat bisa dibaca berulang, chat bisa dibaca pelan-pelan. Chat penyelamat hidupku lol. Semoga yang bikin WhatsApp masuk surga ya.

Lagi jarang banget sebenernya berantem karena hal besar. Paling sering dan paling kesal itu berantem cuma karena capek. Capek itu sumber amarah luar biasa ya. Padahal cuma ngomong apa gitu yang sebenernya bisa diketawain, tapi karena lagi capek jadinya tersinggung. Jadinya berantem. Aduh.

Hal-hal besar sih nggak akan saya ceritakan di sini ya, hal kecil aja deh. Misal, JG selalu dengerin lagu kapanpun dia mau, sambil masak atau sambil cuci piring. Saya nggak suka dengerin lagu. Saya dengerin lagu kadang doang kalau lagi kerja karena saya nggak konsen! Apalagi kalau di rumah JG setel lagu, Bebe nonton film. Udah gitu dua-duanya ngajak ngobrol. Bisa dipause dulu nggak sih? Nggak suka banget ngobrol teriak karena suaranya ketutup sama lagu dan film.

Tiga tahun berlalu dan ya udah, nggak bisa dipause ternyata gaes jadi ya daripada berantem maka saya diam dan menerima semua playlist dia. Ini hal terkecil dari kompromi karena kalau mau diberantemin bisa banget. Tapi ah udalah, diem aja. Masa gitu doang berantem? Menjaga emosi itu menjaga kesehatan jiwa banget jadi saya sebisa mungkin nggak emosi sama hal-hal kecil.

Paling susah kalau lagi mens. Huhuhu. Saya benci kalah sama hormon tapi nangis ajalah biar kalau lagi mens mah. Daripada berantem lebih baik nangis. Itu prinsip hidup HAHAHAHA.

(Baca: Tips Mengurangi Berantem dengan Suami)

Maka menikahlah setelah melalui proses panjang wawancara! Jangan menikah tanpa kalian tahu bagaimana pola pikirnya terhadap hal prinsipil. Karena jika tidak, kalian akan menghabiskan sisa hidup dengan berusaha menerima perbedaan pendapat. Itu melelahkan dan bikin stres!

Nggak heran banyak istri-istri yang mengeluhkan suaminya di socmed. Kasian, sudah tidak tahu lagi mau cerita pada siapa jadi bikin status biar unek-unek bisa keluar. Sini peluk, huhu.

Banyak juga group Facebook yang berbasis curhat untuk para perempuan. Saya pernah join beberapa hanya karena ingin tahu. Isinya ya gitu, curhat istri-istri suami saya begini suami saya begitu. Kemudian saya left group karena ngapain deh ah.

T________T

Saya percaya menikah dengan orang yang tepat itu less stressful jadi sabar aja yang belum nikah karena merasa belum nemu orangnya. Jangan menikah terburu-buru.

Dan hanya setelah menikah saya baru sadar bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna. Kalau ada pasangan yang tampak perfect, maka percayalah itu hanya TAMPAK saja. 😂

Apalagi kalau kami dipuji oleh pasangan belum menikah "wah kalian seru banget ya nikah" IYA SERU BANGEEETT. HAHAHAHAHAH. Pasti berujung dengan JG menasihati "udalah jangan nikah buru-buru, pikir-pikir lagi aja" lol sialan.

Kalian tidak mau menikah? Good for you! Nggak apa-apa banget. Nikmati hidup tanpa harus berkompromi. Saya sendiri sampai sekarang bingung kenapa saya mau nikah hahahahahha.

*

Demikian ngalor ngidul hari ini. Dan seperti biasa saya mau ikut nanya, apa satu kata yang paling mewakilkan pernikahan menurut kalian?

Bahagia? OH COME ON, jangan jawaban lame kaya gitu ya. Karena kalau nggak bahagia pikirkan ulang pernikahannya. Cinta? Yaiyalah kalau nggak cinta aku udah kabur ke ujung dunia sis. Ayo kata yang lain yaaa.

Jawab di kolom komentar atau bikin blogpost dan tag saya ya! :)

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe dan Toilet Training (1)

on
Wednesday, February 8, 2017

Belum apa-apa udah dikasih part (1) karena sungguh postingan toilet training ini akan berseri. Sampai detik ini aja belum berhasil soalnya. 😭

Masuk ke usia 2 tahun, peer saya dari psikolognya Bebe cuma dua: weaning dan toilet training. Untuk yang pertama saya masih belum usaha. Pun sebenernya untuk yang kedua.

Yang pertama, saya memutuskan untuk extended breastfeeding dan tidak menyapih Bebe di umur 2 tahun karena why not. Baca di mana-mana termasuk konsultasi psikolog, tidak ada yang salah dengan extended breastfeeding. Tidak ada hubungannya dengan kemandirian endebrei endebrei.

Intinya tidak ada efek samping apapun kecuali repot di mall ingin nenen. Tapi karena saya juga belum ngerasa direpotin banget jadi ya udah. Nenen ajalah. Nenenin Bebe is lyfe. lol

(Baca: To Wean or Not to Wean)

Nah yang kedua, toilet training. Terakhir ketemu psikolog (saat Bebe 2y1m, ketemu lagi kemarin 2y7m) itu sebenernya udah dikasih peer banget dan ditegaskan, toilet training ya bu! Saya iya iya aja tapi sungguh malas. Sungguh nggak bikin target apa-apa apalagi sampai niat cuti demi potty train. Oh no, ngebayangin repotnya aku nggak kuku.

Sampai Sabtu, 28 Januari, 10 hari yang lalu. Bebe tiba-tiba menolak pakai diapers. "Gatel ibu, Salo pake celana aja," katanya sambil terus menolak pakai diapers.

Saya yang "ok mungkin ini saatnya"

...

terus stres.

T______T

Soalnya teori-teori toilet training itu bubar semua di Bebe. Oke judge lah saya kurang tegas apa gimana tapi beneran maksa anak pipis itu susah.

Teori 1: bawa anak rutin ke kamar mandi untuk pipis (misal setengah jam sekali)

Kenyataan 1: Bebe tampak tersinggung karena saya memaksa dia pipis padahal dia merasa tidak ingin pipis. Kadang berhasil saya paksa ke kamar mandi tapi 80% saya gagal dan 10 menit kemudian dia pipis di celana.

Kalaupun dia akhirnya mau ikut ke toilet, dia ngomel "Salo sudah pipis ibuuu! Tuh kan ga keluar!" Padahal ditunggu bentar juga kemudian pipis. 😭

Teori 2: biarkan anak pipis di celana/training pants jadi dia akan tidak nyaman dan akhirnya mau pipis di kamar mandi

Kenyataan 2: Bebe tidak merasa celana basah itu tidak nyaman. Lempeng aja main dengan celana basah.

Ibu: "Be ayo dong pipisnya di kamar mandi aja biar celananya nggak basah"

Bebe: "biar deh di celana aja deh pipisnya"

T________T

Teori 3: beri tahu kalau pipis di lantai itu kotor dan biarkan dia lap sendiri biar kapok dan menyadari pipis di kamar mandi itu lebih mudah.

Kenyataan 3: sudah diberitahu tapi masih aja pipis di lantai dan kalau disuruh pel ya dia pel. Soalnya Bebe mayan sering numpahin sesuatu dan dia pel sendiri jadi ngepel buat dia itu no big deal. Disuruh pel ya pel.

Teori 4: APALAGI TEORINYA SIH? 24 hours toilet training? OH COME ON!

Kenyataan 4: *kibar bendera putih*

*

(Saya cerita soal pertemuan dengan psikolog itu di postingan ini: The War of Toilet Training)

Ya udah intinya saya pasrah. Di hari keenam saya sadar Bebe kalau mau pipis maka dia pegang titit. Tapi ternyata dia melakukan itu cuma 2 hari. Hari berikutnya dia nggak melakukan apa-apa tau-tau weeerrr aja di lantai.

Jadi dia akan pipis dulu dikit, teriak "pipis ibu!" kemudian dia tahan pipis yang tinggal setengah dan pipis di kamar mandi. Every. Single. Time. Dan karena setengah pipis dia lakukan di toilet, dia merasa berhasil, merasa tidak ngompol padahal celana udah basah sama setengah porsi pipis.

😭

Tapi meski demikian saya bersyukur satu hal. Toilet training ini sepenuhnya keputusan Bebe, saya dan JG tidak meminta atau memaksa. Bebe yang ambil keputusan kalau dia nggak mau pake diapers lagi jadi saya nggak ada masalah dengan konsistensi. Maksudnya Bebe konsisten tidak mau pake diapers jadi saya enak maksanya kalau butuh banget pake diapers hahahahahaha.

Kaya kemarin mau nonton konser dongeng Naura, saya minta Bebe pake diapers. Dia nolak tapi saya bilang untuk jaga-jaga aja, kita tetap pipis di toilet. Coba kalau saya yang maksa dia toilet training, nggak mungkin dong maksa pakein lagi diapers? Ibu nggak konsisten amat hahahahaha.

Lucunya pas kemarin di nonton konser Naura itu saya dan Bebe nyampe duluan ke Ciputra World. JG nyusul dari kantornya (karena sebelahan amat persis). Bebe tiba-tiba teriak mau pipis!

Karena udah saya pakein diapers dari daycare jadi saya santai, jalan ke toilet nggak buru-buru, santai ajaaa. Taunya sampai toilet diapersnya kering dong, berhasil Bebe nahan pipis. 😭

Kenapa pas pake diapers justru berhasil nahan pipis? Kenapa pas pake celana dalem justru pasti keluar dulu dikit sampai ganti celana mulu?

Asli weekend kemarin kerjaan saya cuma mengulang kalimat-kalimat ini "salo mau pipis?", "salo pipis yuk", "salo pel dulu pipisnya", "salo pipis dulu lah yuk", "salo jangan lari nanti kepeleset", "salo pipis nggak?", "salo jangan pipis di celana ya". REPEAT 100000 TIMES. SO EXHAUSTING OMG.

Cucian gimana? Numpuk banget yes dan hampir tiap hari nyuci tapi nggak repot soalnya mesin cuci aku canggih GAHAHAHAHAHAHAHHA. Beneran deh Bebe memang pengertian minta lepas diapers saat ibu dan appa udah punya mesin cuci baru lol. Kalau harus kucek oh no nggak tega banget sama diri sendiri. 😂

(Baca: Review Mesin Cuci Front Loading Samsung)

Dan yah, laporan kemarin hari kesepuluh, Selasa 6 Februari kegagalan urusan celana dalem dimulai, diapers dipake lagi seharian soalnya Bebe demam. 😭 Mandi aja nggak, kasian kalau bolak-balik ke toilet duh godaan syetaaannn. 😭 Bebe nolak pake diapers tapi sedikit diberi pengertian karena ya gimana lagi, kasian.

Ya mungkin ini proses. Mungkin 24 hours toilet training itu hanya berhasil di Pinterest. Bukan untuk ibu-ibu kaya saya. Udah 240 jam lebih ini belum ada kemajuan.

*krai*

Saya sendiri apa kabar punya anak 10 hari tanpa diapers? Nervous parah tiap pagi di mobil karena takut Bebe ngompol di mobil. Meskipun so far bangun tidur pasti pipis dulu sebelum naik ke mobil. Baik pipis tepat di toilet, di kasur, atau di lantai. Yang penting nggak di mobil soalnya repot. 😭

Oke itu part 1 dari war saya memerangi diapers. Nantikan part selanjutnya and wish me tons of luck!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

5 Makanan yang Paling Sulit Ditolak

on
Thursday, February 2, 2017


Jadi kemarin Nahla memberi topik #SassyThursday yang sungguh kontroversial. Nyerempet agama dan kehidupan perempuan lol. Terus gue males lah ngomongin yang serius-serius, capek.

Eh dia menyodorkan topik kedua yaitu "makanan yang paling sulit ditolak". HAHAHAHAHAHAHAHAHA OKE!

Baca punya Nahla:

Tapi kelima makanan (dan minuman) ini gue mikirnya dadakan banget. Jadi mungkin sebenernya ada yang kelewat. Tapi setelah mikir-mikir sih gue kayanya memang paling nggak bisa nolak ini:

Sushi

juzdealz.com

Ini gue sama Nahla dijamin sama. Bahkan sushi favoritnya aja sama kalau di Sushi Tei lol Tuna Salad Crispy Mentai! Ini favorit banyak orang banget sih kenapa enak banget!

Tapi intinya gue suka banget sushi dan sashimi *loh kok jadi dua*. When in doubt, eat sushi. Mentah lebih baik. Bahkan waktu traveling ke Vietnam sama JG, kami malah dua kali mengunjungi restoran sushi karena enak. 😂

Cita-cita ke Jepang bukan karena suka anime atau gundam tapi karena sushi. Sushi my luv. Kalau di Bandung gue dulu suka ke Oishinbo duh kangennyaaaa. Atau Sushi Boon yang murah meriah dan rasanya ya gitu deh. 😂

Pada intinya gue prefer makanan Jepang banget sih dibanding makanan apapun. Dibanding makanan Sunda pun karena aku nggak suka pedes jadi nggak makan lalab sambel gitu. Okirobox, Pepper Lunch, and Marugame Udon ftw! *tapi yang tiga itu masih sanggup nolak sih lol*

Paha atas dan bawah original KFC


Wah ini gila. Bikin sakau loh beneran. Ayam KFC tapi harus paha atas atau paha bawah dan yang terpenting HARUS ORIGINAL BUKAN CRISPY.

Karena apa poinnya makan ayam KFC kalau makannya yang crispy? Sama aja kaya ayam crispy lain pinggir jalan raya kaannn.

Dan harus KFC. Makan burger silakan di Burger King, minum soda boleh di A&W tapi makan ayam ya di KFC. *KFC if you read this I'm open for endorsement lol*

Kenapa ayam original KFC enak banget drooling gila nulis gini doang jam 1 malem pula ini aaakkk!

Chicken wings Pizza Hut


Well yeah. Hidupku memang sampah, makananku junk food huhu. Chicken wings Pizza Hut ini nggak pernah cukup seporsi. Kenapa enak banget. 😭 Patah hati parah pas porsinya berubah jumlah. 😭

Nggak perlu penjelasan tambahan. Silakan coba sendiri. 😭

Sirloin Steak

omahasteaks.com
... yang tidak murah. HAHAHAHAHAHA. Maaf ya bukannya sombong tapi kalau yang murah aku masih bisa nolak. Kalau kaya Holycow gitu aku nggak bisa nolak. IYA MAHAL.

Padahal Holycow itu termasuk steak murah loh. Kan misi mereka adalah biar steak bisa murah dan dinikmati semua orang bukan cuma di fancy resto atau hotel aja. Tapi ya tetep aja untuk ukuran karyawan di Jakarta mah ya nggak bisa seminggu sekali makan di sana. Bangkrut.

Sebagai gantinya, kami bikin sendiri! Gila sih bikin sendiri ini puasnya kaya apa. Karena murah dan kenyang banget. Ya gimana 180ribu bisa dapet 3 slices segede dua telapak tangan cowok. Tebelnya 1 cm gitulah aaaakkk. Jadi beli daging sirloin di supermarket, beli bumbu barbeque Del Monte, beli sari paya. Udah 3 itu doang modalnya, cuma bikinnya harus sabar.

Karena sari paya itu kan untuk mengempukkan daging, makin tebel dagingnya makin lama empuknya. Sabar adalah kuntji!

Caranya, malem ini daging dilumuri sari paya, diamkan yang lama. Semaleman boleh, taro aja di chiller. Besok paginya lumuri dengan bumbu barbeque, taro lagi di chiller. Terus tinggalin kerja. Malemnya tinggal dipanggang aja enak banget. 😭

Cimory Strawberry


Ini bukan makanan tapi ini minuman, susu strawberry Cimory ini enak banget. Wangi dan enak, nggak ada bau-bau kimia gitu. *naon* Beda sama susu Diamond atau Ultra yang strawberrynya kerasa palsu. Untuk full cream aku #TeamDiamond tapi untuk strawberry Cimory juaranya.

Sialnya, cuma ada di Food Hall dan itu pun stoknya dikit! Tersembunyi pula. Kalau nemu pasti langsung beli dua. Kalau tiga nanti uangnya habis ahhahahahahaha soalnya sebotol seliter itu 23ribuan gitu lah.

Tiap ada temen diceritain gini rata-rata komennya "dih enakan Cimory yang rasa mocca!" Maaf ya tapi aku suka pink aku strawberry aja. #sikap

*

(Baca: Review Kulina, Katering Tanpa Ribet. Tapi ...)

Nah sekarang giliran kalian. Apa 5 makanan yang sulit kalian tolak? Gue yakin pasti banyak yang jawab Indomie. Jawab yang lain ya! 😂

Komen di sini boleh atau bikin blogpost boleh nanti tag gue aja di Facebook atau Twitter nanti gue mampir dan baca! Ini seru banget karena rekomendasi makanan adalah segalanya untukku lol.

See you!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang Kecanduan Gadget

on
Wednesday, February 1, 2017

Halo ibu-ibu millennials semuanya, apa kabar yang di sini yang di sana di mana-mana?

Screen time anak-anak gimana? Masih terjaga sehingga masih bisa bangga?

Kenapa sih pagi-pagi udah nyindir orang aja lol. Nggak kok nggak nyindir. Coba sindirannya sebelah mana, saya kan cuma nyebut fakta. Kalau screen time anak terjaga maka orangtua bangga. Nggak ada yang salah kan? Ehm.

Nggak, hari ini saya nggak akan bagi tips atau apa. Pengen nulis aja karena kemarin sempat merenung tentang kata "kecanduan gadget". Dua kata ini sering banget mampir ke kuping dan terbaca di timeline sampai saya kebanyakan mikir dan memutuskan kalau dua kata itu jadi nggak masuk akal.

Awalnya saya ketemu sodara saya minggu lalu, cucunya tiga. Sebut saja dia eyang, karena dia menyebut dirinya sendiri pun demikian.

"Kenapa ya si A (cucu eyang yang masih TK) tuh kecanduan banget sama gadget, dari pulang sekolah sampai tidur malem itu megang HP terus. Eyang aja nggak gitu-gitu amat sama HP," ujar eyang.

Saya menyahuti, "ya diambil lah HP nya, kalau nggak diambil ya mana bisa berhenti."

Apa jawabannya?

"Ah ngamuk kalau diambil, nangisnya wiihhhh!" kata eyang setengah ngeri. Iya setengah aja, masa 100% ngeri sama cucu sendiri.

Saya diem. Mikir.

(Baca: Mau Dibesarkan Seperti Apa Anak-anak Kita?)

Besok-besoknya tiap denger orangtua ngeluh soal 'anak kecanduan gadget' saya jadinya mau marah. Kesel sendiri. Apa definisi kecanduan gadget? Siapa coba yang memulai kecanduan gadget?

Oke definisi dulu.
can.du
[n] (1) getah kering pahit berwarna cokelat kekuning-kuningan yg diambil dr buah Papaver somniferum, dapat mengurangi rasa nyeri dan merangsang rasa kantuk serta menimbulkan rasa ketagihan bagi yg sering menggunakannya; (2) cairan kental berwarna hitam yg keluar dr rokok yg diisap yg melekat pd pipa; (3) ki sesuatu yg menjadi kegemaran. (sumber)
Nomer 1 digabung nomer 3 dong ya yang jadi penjelasan umum. Sesuatu yang menjadi kegemaran dan menimbulkan rasa ketagihan. Sekarang gini, ketagihan gadget, kalau nggak dikasih apa efeknya? Apa sakau? Kan nggak! Apa sakit gitu demam? Kan nggak!

Oke mungkin bisa bikin demam kalau anaknya udah kecanduan banget sampai kalau diambil gadgetnya maka dia marah sampai stres dan demam. Maka ini berlanjut pada pertanyaan kedua. SIAPA YANG MEMBUAT ANAK KECANDUAN GADGET?

Siapa cobaaaa? Hayo tebaaakkk.

YA KITA SENDIRI LAH.

T_____T

Siapa yang pertama kali ngasih anak gadget? Siapa yang mencontohkan kalau main hp itu santai banget dan menyenangkan sampai anak meniru dan akhirnya kecanduan? Siapa coba? Ya kita-kita ini, orang di sekitarnya. Jadi nggak masuk akal kalau mengeluhkan anak kecanduan gadget.

Itu alasan pertama. Alasan kedua adalah, KENAPA ATUH NGGAK DIAMBIL AJA?

Iya kan intinya gimana caranya biar nggak kecanduan? Nggak bakal kecanduan sih kalau setelah kita rasa cukup untuk main gadget, diambil gadgetnya. Tapi nanti nangis, ngamuk. :(

Iyalah nangis namanya juga hal seru direbut paksa. Tapi nangis berapa lama sih, nggak bakal 2 jam saya jamin. Sejam aja nggak bakalan, karena nangis itu capek. Habis nafas, makanya kalau tahan nangis sejam pasti udahnya ketiduran.

Mending nangis terus ketiduran dong daripada lanjut main gadget?

YA.

Lagi anak kecil nangis mah biar ajalah. Mereka kan butuh nangis untuk mengeluarkan emosi. Mau berargumen atau debat juga belum bisa makanya nangis ajalah paling gampang. Kitanya aja yang jangan menganggap tangisan anak itu mengganggu. Ganggu sebelah mana ah, disiksa juga nggak.

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

Kalau anaknya gedean gitu kan udah ngerti waktu, macem-macem kok caranya. Ada yang pakai timer, ada juga yang kaya saya (satu film lagi terus udah yaaa! *kemudian film kedua disetel mulai dari tengah lol*). Ya intinya gimana biar anak nggak kena gadget terus.

Nah kembali ke quote di atas bahwa 'screen time terjaga itu membuat bangga', kalian-kalian yang bisa menjaga screen time anak MEMANG patut bangga, karena apa? Karena kalian tidak kalah! Kalian tidak kalah pada gadget dan pada tangisan anak. Kalian orangtua yang kuat!

*high five*

Ayolah, menghentikan anak dari gadget itu dimulai dari diri kita sendiri. Nanti keburu gede makin repot loh, udah bisa debat, udah bisa argumen "ibu juga main hp terus!" Matilah kita. Jawab apa?

T______T

Oke ini memang murni dari saya dengan anak umur 2,5 tahun. Yang dengan mudah saya matikan laptopnya dan rebut hpnya. Mungkin kalau anaknya makin gede makin complicated? Makin bisa berargumen mungkin? Still, kenapa atuh nggak diambil gadgetnya dari bayi?

YOUR FAULT, PARENTS. DEAL WITH IT.

*ini ga berlaku buat para suami ya lol* *rebut gadget JG* *nangis aja nangis biar* 😂😂😂

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!