-->

Pelakor

on
Tuesday, April 18, 2017
Postingan ini sambungan dari postingan sebelumnya: Selingkuh. Silakan mau baca dulu yang ini, atau baca dulu yang sebelumnya, sama saja. :)


Di postingan sebelumnya itu saya menulis sedikit soal pelakor. Betapa istilah pelakor adalah istilah yang sungguh patriarki. Menyalahkan perempuan atas sesuatu yang bukan salah dia sepenuhnya. Hey, it takes two to tango!

Dan tulisan saya sebelumnya netral, bisa istri atau suami yang selingkuh. Kali ini sudut pandang saya dari pihak perempuan.

Di bawah ini kutipan dari tulisan saya sebelumnya:
Iya, pelakor itu istilah patriarki. Menempatkan laki-laki sebagai poros dan yang salah pasti pihak perempuan. Yang merebut si perempuan, laki-laki jadi korban, jadi objek yang direbut. Mirisnya, hujatan pelakor itu diucapkan serta jadi bahan hinaan sesama perempuan. Kalau dalam hubungan selingkuh saja yang dicaci perempuan oleh perempuan lain, bagaimana laki-laki mau dan BISA menghargai perempuan?

Pelakor. Istilah yang selain patriarki, juga sangat negatif. Makanya jadi rawan bully. Yang selingkuh berdua, yang dibully perempuannya. Suami-suaminya justru lebih sedikit dicaci. Sedih deh. Rata-rata komentarnya seperti di bawah ini:

"Sebagai sesama perempuan masa nggak empati sih? Kok ngerebut suami orang? Kok mau-maunya jadi simpenan lelaki beristri? Perempuan macam apa!"

Yah, padahal kan bisa dengan mudah dijawab dengan:

"Itu suami situ kok nggak empati sih sama istrinya? Kok sempet-sempetnya merebut hati perempuan lain? Mau-maunya punya simpenan padahal beristri! Suami macam apa!"

Iya dong, empati itu seharusnya pada orang terdekat dulu. Pertanyakan dulu empati suami pada istri sebelum kita mempertanyakan empati perempuan lain pada kita. Kenapa coba perempuan lain harus kasihan sama kita, suaminya aja nggak kasihan sama istrinya sendiri. :(

Dan banyak lho perempuan yang tidak mau didekati lelaki beristri, apalagi jadi selingkuhan atau simpanan. Kalau begini kan semakin jelas kesalahan ada di siapa. Mengapa suami-suami ini masih mengejar perempuan yang bahkan tidak mau jadi simpanan? Yang sadar benar bahwa perempuan itu tidak mau jadi yang kedua? Adrenalin?

Banyak juga cerita istri kedua yang nggak tau kalau selama ini laki-laki yang berjanji akan menikahi dia ternyata sudah punya istri. Atau yang ngakunya sudah pisah ranjang dan siap cerai, padahal ternyata masih serumah sama istrinya dan istrinya nggak tahu apa-apa. Ada apa dengan cowok-cowok semacam ini ya.

T_____T

Tapi bahkan ceritanya sudah seperti itu pun yang disalahkan tetap hanya si perempuan. Salah karena mengacaukan rumah tangga orang. Padahal selingkuh kan nggak mungkin sendirian, mbaksis. Kalau sendirian namanya masturbasi.

(Baca: Menikah untuk Menyenangkan Siapa?)

Ada juga yang mengakui kalau suaminya jatuh cinta pada perempuan lain. Yang salah siapa? Tetap pihak perempuan.

"Suami saya jatuh cinta pada kamu, kamu kok meladeni?! Kamu kan tau dia punya istri!"

Jatuh cinta pada siapa itu tidak diatur oleh undang-undang. Kita tidak tahu akan jatuh cinta pada siapa. Dan kalau suami bisa jatuh cinta pada orang lain, orang ketiga ini juga BISA jatuh cinta pada suami orang lain. Pertanyaan jatuh cinta itu bisa dengan mudah dijawab:

"Yah tante, sayanya juga jatuh cinta. Emang suami situ doang yang bisa jatuh cinta?"


Meski demikian ya memang ada juga perempuan yang sadar benar didekati pria yang sudah menikah namun tidak menolak. Selain jatuh cinta, mungkin punya masalah ekonomi?

Karena pihak ketiga ini juga motifnya banyak. Banyak yang bukan sekadar jatuh cinta atau cari tantangan. Yang sampai dinikahi atau disimpan biasanya malah karena faktor ekonomi. Banyak banget kan denger cerita suami-suami yang ternyata punya simpanan di kampung? Atau kalau memang tinggal di kota, para simpanan ini biasanya rela jadi simpanan karena gaya hidup kan?

Butuh sugar daddy untuk mempertahankan gaya hidup, butuh sugar daddy untuk bayar kuliah, butuh sugar daddy supaya masa depan terjamin. Bukan cerita baru.

Itu kalau di kota, kalau istri kedua di kampung? Dikirimi uang tiap bulan juga udah bahagia ya kayanya. Yang penting bisa makan, yang penting anak bisa sekolah, dan yang terpenting, nggak dapet label perawan tua di kampung. Yang penting punya suami!

Dan ya, salahkan para suami yang begitu pintar mengatur uang sehingga mampu membayar gaya hidup sang simpanan, sehingga mampu jadi sugar daddy. Sehingga mampu membagi waktu dengan istri di kampung. :(

*

Kenapa sih suami selingkuh? Adakah yang salah dalam rumah tangga?

Pasti ada. Gara-gara LDR doang bisa jadi masalah kan. Bisa juga kaya yang saya bilang kemarin, suami nggak sanggup monogami. Istrinya baik, penyayang, istri idaman banget tapi ya memang dasarnya aja si suami emang nggak sanggup sama satu perempuan. Kan tetep zonk.

Suami nggak sanggup monogami itu masalah rumah tangga banget loh.

Kalau memang istrinya nyebelin? Ya bilang dong sama istrinya, daripada di depan selalu manis tapi di belakang punya simpanan. Sebagai istri juga harus mau mendengarkan keluhan suami soal dirinya, jangan baper duluan.

Jangan dikritik suami lalu drama dan merasa kontribusi terhadap keluarga jadi nggak dihargai. Suami kritik kita kurang perhatian, terus drama nangis-nangis "aku tuh yang ngurus anak-anak kita loh!" Ya kan nggak berhubungan. Ngurus anak berdua, ngasih perhatian ke satu sama lain juga harus berdua. Intinya sering-sering ngobrol lah. Daripada cari temen ngobrol lain? ;)

Suami-suami juga harus membebaskan istrinya untuk tetep mengerjakan passion, jangan cuma disuruh ngurus rumah tangga doang. Ini mah istrinya dikekang, segala dilarang, suatu hari selingkuh atau poligami dengan alasan "istri nggak bisa diajak ngobrol serius selain urusan rumah tangga". YA NURUT NGANA. Yang larang siapa, yang salah tetap istri.

(Baca: Menikah dalam Satu Kata)

Tapi ya harus diakui juga memang ada istri-istri yang menguji kesabaran. Buat suami-suami dengan istri yang memang menyebalkan, solusinya cuma dua. Sabar seumur hidup atau ceraikan! Jangan malah selingkuh kemudian membela diri dengan kekurangan istri. Itu jahat, itu menyakitkan.

Istri-istri juga. Kalau suami ada kurang itu ya dibicarakan lah. Kita nggak sempurna, dia juga. Kalau memang capek karena suami nggak pernah bantu ngurus rumah ya bilang baik-baik, bukannya malah semua dikerjain sendiri tapi sambil ngedumel. Capek. Plus nggak sehat. Stres sendiri kan jadinya.

Dan hiks beneran lho saya sedih sama perempuan-perempuan yang berteriak menyalahkan orang ketiga. Maaf sekali tapi bagi saya itu adalah bagian dari denial, dari ketidakmampuan untuk menerima kekurangan diri dan kekurangan suami. Dari ketidakmampuan menerima ada kesalahan dari hubungan suami istri.

Kalau memang merasa punya masalah dalam rumah tangga, cari bantuan profesional. Banyak kan konsultan pernikahan. Kalian butuh orang ketiga untuk menengahi. Kalau salah satu tidak mau? Yakin masih niat mempertahankan pernikahan?

Komitmen itu harus direncanakan, bukan cuma diharapkan akan tetap terjaga. Rencanakan bahwa kita harus jaga ya komitmen ini. Bawa topik selingkuh sebagai sesuatu yang biasa. Yang bisa dibicarakan kapan pun dengan suami.

*

Satu lagi soal bully pelakor: jangan memaksakan standar ideal kita pada orang lain.

Ini berlaku bagi orang-orang yang di socmed berteriak menyalahkan pelakor. Padahal kenal juga nggak sama pasangan suami istri itu, kenal suaminya nggak, kenal istrinya nggak. Cuma tau cerita dari Instagram kemudian bully si pelakor. Kebetulan semua yang terlibat sering muncul di TV jadi merasa tahu semua sisi hidup mereka? Padahal nggak ya.

Mereka membully karena memaksakan standar ideal soal pernikahan pada orang lain. Padahal istri yang diselingkuhi belum tentu sakit hati sampai harus dibela sejagat social media lho. IYA BELUM TENTU.

(Baca: Pernikahan dan Kesetiaan)

Tahukah kalian bahwa tidak selamanya selingkuh itu menyakiti?

Kebanyakan iya, saya setuju, tapi kalau lantas bilang semuanya sih saya nggak setuju. Karena saya tau beberapa orang yang suaminya selingkuh terus ya udah tetep bahagia "biarlah yang penting gue masih dikasih duit tiap bulan" atau "biarlah yang penting sekolah anak aman, gue bisa belanja, gue hepi, dia hepi, anak gue hepi". ADA.

Karena apa? Karena tujuan menikah setiap orang beda-beda. Nggak semua orang nikah karena memang cinta.

Kan banyak juga yang nikah karena status sosial. Kalau nikah sama si A maka dia akan jadi bisa bergaul dengan level sosial yang mana. Model pemanjat sosial begini nih yang biasanya lempeng aja kalau pun pasangannya mau punya simpenan. Lha emang dari awal nggak cinta kan. Sebel doang mungkin levelnya bukan sakit hati.

Atau nikah karena bisnis, kalau nikah sama si O maka bisnis akan lancar, networking akan bagus. Bisnis lancar. Punya anak yang banyak biar warisan terjamin aman.

Atau karena politik. Kalau nikah maka karier politik lancar. Maka kemudian apa yang jadi masalah kalau masing-masing tidak menghargai komitmennya? Apa yang jadi masalah kalau kemudian salah satu selingkuh? Yang penting pernikahan masih berjalan sesuai tujuannya kan?

Yang ribut kalian doang, merekanya bisa aja adem ayem sebenernya.

*

Jadi ya, sebagai perempuan bersuami, ayo kita berkomplot dengan suami-suami kita supaya kita tidak tergoda untuk selingkuh. Ayo bicara, ayo ngobrol, ayo pillow talk. Bukannya berkomplot dengan perempuan-perempuan tidak dikenal dan berharap mereka tidak menyelingkuhi suami kita. :)

Jangan lupa baca tulisan sebelumnya ya! Klik: selingkuh. Jangan lupa juga follow Instagram saya di @annisast! (lah kok modus lol)

-ast-

PS: Tulisan ini harus diberi credit pada Nahla karena sepertiganya hasil brainstorming berdua lol.




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
13 comments on "Pelakor"
  1. Eh tapi kalo yang dokter itu, banyak koq yang nyalahin suaminya. Dan kalau banyak yang menghujat si "pelakor", ya karena keputusan ada di dia kan.. Kalau dia niat menyingkir, meski dia cinta, keluarga (yang dianggap orang dihancurkannya) itu akan tetap utuh kan ya..

    Tapi again, who are we to judge? Kita ngga tau ya dalam rumah tangga orang ada apanya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. lha gimana, yang salah suaminya lah istri hamil kok main cewek? keputusan di ceweknya? kalau suaminya emang setia mah digoda gimana juga ga akan goyah ;)

      Delete
    2. mungkin lebih tepatnya, kalau suami setia, ada godaan apapun dari manapun ya gak akan goyah. intinya bukan cuma salah di satu pihak aja kok bener. it takes two to tango. :D

      Delete
  2. hai Mbak, tulisannya mencerahkan,

    ReplyDelete
  3. Selalu ya mbak, tulisannya anti mainstream dan menawarkan point of view berbeda...

    Salah satu kesimpulannya adalah habiskan uang suami, jangan kasih kendur waktu luang #ehhhh

    ReplyDelete
  4. Bener bgt mba, selingkuh terjadi krn adanya kesempatan dan bkn sepenuhnya kesalahan dr satu pihak saja

    ReplyDelete
  5. Pelakor, ini terjadi karena dua2nya saling berkontribusi ya, coba salah satu aja bertahan dan kuat iman pasti tidak akan terjadi :D

    ReplyDelete
  6. Senang baca tulisan mbak Annisa yang renyah dan mengambil sudut pandang yang berbeda dari orang lain. Mencerahkan mbak. Bisa belajar untuk tidak menghakimi mereka yang 'terlihat'bersalah. Terima kasih ��

    ReplyDelete
  7. Nahhhh aku bacanya emosi ni, wwkk.orang lain Jatuh cinta ga bisa dilarang, yg penting pasangan ga tergoda dan menjaga komitmen

    ReplyDelete
  8. Tapi ya harus diakui juga memang ada istri-istri yang menguji kesabaran. Buat suami-suami dengan istri yang memang menyebalkan, solusinya cuma dua. Sabar seumur hidup atau ceraikan! Jangan malah selingkuh kemudian membela diri dengan kekurangan istri. Itu jahat, itu menyakitkan. -> bagian ini setuju. harus dibicarakan, jangan malah curhat ke mana2, ujung2nya si istri tetep gak tau dan ya tetep dengan sikapnya deh, gak berubah.

    anw, mari berkomplot dengan suami! hehehe

    ReplyDelete
  9. Istri dikritik suami udah drama nangis2 ahahhahahahaha astaga aku banged loh ternyata :(((((((((

    Abis itu pillow talk-an maaf2an.. jatuh cinta lagi ahay wkkwkwk semoga suami2 kita ttp dijaga oleh Allah biar hatinya tetap pada istri masing2. No puber kedua ! Hahahahah

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. Empati seharusnya di mulai dari orang terdekat.. ahh loved this line so much..thanks kak utk tulisannya yg mengambil sudut pandang yg berbeda dari org lain.. sungguh jd wanita yg di cintai suami org itu memang tdk mudah, bukan semata2 karena harta, kami jatuh cinta pada org yg tepat namun dalam rentang waktu yang salah :")

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)