-->

Meng-undo Kehidupan

on
Tuesday, June 20, 2017

Coba pikirkan baik-baik dalam sehari kerja, berapa kali teken Ctrl + Z? Saya sering banget gengs. Apalagi nulis blog gini, baca hapus baca hapus hahaha demi kesempurnaan yang sempurna. *APAHHH* *APAH COBA JELASKAN MAKSUDNYAH*

Terus saya jadi mikir, betapa enaknya hidup di era digital gini. Semua bisa dicoba dulu dan dengan gampangnya bisa di-undo seketika.

Waktu saya ngerjain skripsi, saya stres setengah mati karena ngerasa salah terus dan jadi buang-buang kertas tiap kali revisi. Entah berapa kilo kertas kebuang. Ayah sampai beliin printer laser karena kalau pake printer biasa boros banget tintanya!

Tapi terus saya nanya ayah dan ibu, waktu ngerjain skripsi gimana? Ya gimana lagi, pake mesin tik lah omg. Katanya pas ngetik didobel, ada kertas belakang yang udah digaris-garisin pake spidol biar keliatan di titik mana harus mulai dan berhenti ngetik, juga untuk tau di mana tengahnya kertas untuk naro judul. Dengan kata lain, itulah align yang bisa kita set langsung dalam beberapa klik di Ms Word atau Google Docs.

OH WOW.

Nah terus saya jadi mikir (ya biasalah orang kebanyakan mikir), apakah kemudahan Ctrl + Z ini bikin hidup kita jadi kurang mikir? Jadi kurang perhitungan? Jadi menggampangkan banyak hal? Jadi kurang terencana?

(Saya pernah nulis ketika saya ingin kembali menghargai proses: Tentang Hidup Kembali


Mungkin nggak semua orang ya tapi saya sih cukup ngerasain itu. Mau posting apa, mikir bentar ah udalah upload aja dulu toh bisa dihapus. Nulis blog aja yang udah proof read beberapa kali suka tetep lolos typo. Apakah saya kurang serius proof read karena merasa toh bisa diedit juga?

Apakah jadi bikin kita kurang menghargai proses?

Mau beli baju cincai lah beli aja dulu toh bisa tuker atau refund (makanya beli baju di e-commerce gengs), mau beli barang mahal macam kamera ya udalah beli dulu aja toh kalau nggak suka tar tinggal jual di marketplace gampang paling harga turun dikit tapi kan udah coba punya dan pake.

Lha zaman dulu? Baju aja harus menjahitnya sendiri lol, susah undo-nya. Mau beli-beli barang mahal kalau nggak suka harus jual lagi di mana? Jual barang bekas di mana sih dulu? Di Babe ya? Sama di Old & New. Anak Bandung tahun 2000-an banget hahahahaha.

Intinya dulu ngapa-ngapain lebih susah di-undo, jadi pasti kita lebih menghargai prosesnya. Itu harus diakui. Lagian mau ngaku ginian aja masa susah hahaha.

Terus kemudahan komunikasi juga bikin males mikir banget. Janjian aja pake “liat nanti deh makan di mana” atau ala Cinta di AADC “nanti sorean deh dikabarin lagi ea”. Yang penting tempatnya udah pasti, maka tempat ketemu persisnya dipikirin nanti aja last minute. Weh kalau zaman dulu bisa-bisa nggak jadi ketemu ya?

Duh saya nggak sanggup ngebayanginnya. Ngabarin ke orang via surat bahwa akan sampai di bandara hari apa jam sekian dan minta jemput di titik mana. Kalau pesawatnya delay? Kalau tiba-tiba ada apa sampai nggak jadi berangkat? Aku butuh kepastian mas, tolong.

Jadinya dengan segala kemudahan digital ini kenapa kita jadi cenderung males mikir?

Paling gampang liat efeknya dari urusan hoax. Seberapa sering orang dengan gampang sebarin hoax terus dengan gampangnya juga sebarin permintaan maaf karena yang tadi hoax.

Padahal MIKIR dulu gitu ya ampun. Pikirin dulu apa ini bener nggak ya? Masuk akal nggak ya? Kroscek deh googling dulu.

Oh listrik naik ya? Emang kenapa sih naik? Oh ternyata bukan naik tapi subsidi untuk keluarga mampu dicabut. BACA, CARI TAU, BELAJAR. Nggak percaya sama media mainstream? Lebih percaya sama media entah di mana kantornya entah siapa pemimpin redaksinya? Ok silakan. Nggak temenan ya kita. ;)

Kemalasan mikir ini jadi bikin chaos banget. Semua teriak-teriak berisik padahal yang tau jelas kasus cuma dikit. Ditanya kronologi aja nggak ngerti, yang penting bikin status dulu, kalau ternyata salah yang tinggal dihapus atau diedit. Kenapa sih yaaa. Lelah juga ya lama-lama dengan orang-orang males mikir ini.

Dulu orang yang punya opini dan dibaca massa cuma itu penulis kolom opini di koran dan orang-orang yang diundang TV. Mereka jelas backgroundnya, lah sekarang? Orang nggak jelas background-nya apa aja bisa ikut ngomong soal politik, soal kesehatan, soal ekonomi. Ngana siapaaa?

Berani ngomong karena kalau salah tinggal hapus kan? Ini sebabnya banyak orang yang bacot di dunia maya tapi nggak mau ketemu di dunia nyata. Karena kalau ketemu langsung, omongan nggak bisa di-undo, jadi lebih baik diam.

ARGH.

(Baca: Tentang Kejujuran)

Hidup cuma sekali loh gengs. Yang kita lakukan sekarang ini mungkin bisa di-undo tapi waktu nggak akan pernah bisa diulang.

Ingatlah kalau komunikasi bersifat irreversible (tidak bisa dikembalikan seperti semula). Oke konten bisa kita ralat, status bisa kita edit, tapi secara teori komunikasi yang sudah berjalan tetap ada efeknya, baik positif maupun negatif.

Jadi kalau sekali kita share berita hoax, berita itu bisa kita hapus, bisa kita hilangkan dari muka bumi. Tapi untuk orang-orang yang sudah baca, kita akan tetap diingat sebagai orang yang pernah share hoax. Makanya hindari share sesuatu kalau kita nggak tau persis, hindari social media ketika marah karena kita nggak tau apa yang bisa kita tulis dan kemudian tidak bisa di-undo di benak orang lain.

Dan ya, ayo mulai menghargai proses. Iya semua lebih gampang di-undo tapi kadang ada hal-hal yang memang butuh kesempurnaan. Feed Instagram contohnya, sebel kan kalau harus ngehapus foto yang nggak sesuai di feed tapi yang like udah banyak? LOL Untung bisa archive sekarang yaa.

Stop sebarkan sesuatu yang dimulai dengan kata "Sebarkan!" apalagi dengan embel-embel "selamatkan orang yang anda cintai!" duh. STOP YA, PLEASE. Googling dulu lah minimal, Google pinter kok, keywordnya nggak usah persis juga ngerti dia. Jangan sampai kita jadi bagian manusia males mikir. Huhu.

Ayo mulai kroscek untuk segala sesuatu, selalu lah berpikir skeptis. Lihat dari semua sisi. Lihat dari sisi yang berseberangan dengan kita. Lihat ke sisi positif jangan selalu berpikir negatif. Lihat ke bawah jangan melulu lihat ke atas. (monolog)

*

Yaaa meskipun hidup dengan pemikiran matang, perhitungan sempurna, menyusahkan segala hal, dan well-planned nggak jamin kalian jadi sukses juga sih. HAHAHAHAHA. Tergantung definisi suksesnya juga yaaa.

Sukses dengan proses jujur atau nggak jujur hayo? Ah jadi panjang.

Udah ah gitu aja. Selamat kerja bagi yang masih kerja!

-ast-

*Terinspirasi nulis ini karena lagi bikin presentasi dan Ctrl + Z mulu ARGH KAPAN KELARNYA KALAU GUE UNDO-UNDO TERUS. KEBURU LEBARAN. BYE.




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
11 comments on "Meng-undo Kehidupan"
  1. Iya...saya paling sebel kalau dapat BC pakai kata "Sebarkan" apalagi kalau ujungnya pake ngancem "jika tidak maka Anda akan menerima kesialan" Hayah, sudah berasa jadi Tuhan si BC ini. he he he

    ReplyDelete
  2. Suka banget sama tulisan kali ini, 😊

    ReplyDelete
  3. Harusnya zaman makin canggih kita juga makin pinter, tp yg terjadi malah keblinger. Paling gak suka sm org2 yg rajin bgt bc Hal-hal yg gak jelas tujuannya.

    ReplyDelete
  4. Alah eta old and new am babe, aku hobi pisan ke sana

    ReplyDelete
  5. Proses memang penting mbak, dengan begitu kita menghargai hasil yang kita raih. Langsing atau cantik tuh yang jaman sekarang banyak yang instant, tapi emang sehat? menurut ngana?

    ReplyDelete
  6. T_T T_T T_T
    Mewakili isi hatiku banget. Tapi memang ada loh orang yang seneeeng share BC nggak jelas. Katanya menginspirasi, dan yeah merasa berjasa karena telah peduli dan menyelamatkan orang2 yang dia sayangi. Real waancara dengan yang bersangkutan, zzzzz.

    ReplyDelete
  7. Terima kasih mba tulisannya mengingatkan kita utk menghargai suatu proses dan untuk berhati2 dalam melakukan apapun

    ReplyDelete
  8. BaBe duh jaman kapan tau :D Yg pasti, jaman digital gini efeknya ke saya sih jadi males nunggu. Becoming more impatient. Biasa a click away, kalo ada time span itu gregetnya ampun.

    ReplyDelete
  9. Ini harus banget disebarin ke grup2 WA, terus ke timeline sosmed akuh. Tapi gimana caranya ngasih tau mereka krn mereka pasti gabakal buka link yang enggak 'panas' begini. Mereka emang pada males baca. Mikir aja males. Jempol jalan duluan daripada nurani, drpd otak. LOL

    ReplyDelete
  10. Hai. Maaf ya, aku mau mengemukakan pendapatku. It's not kinda hating opinion though :)

    Aku udah baca lumayan banyak tulisan2 kamu, kenapa ya di beberapa postingan kamu itu kesannya memandang bawah atau menyindir org lain? Ya contohnya postingan ini. Kayak seolah2 kamu itu sudah benar (literally kamu memeang benar) tapi kayak memandang rendah org lain dan... marah2 gitu, serasa lagi sebel. Kesan yg aku dpt itu kamu kayak menyuruh orang lain to reflect him/herself, dan kalo gak sesuai sama apa yg kamu maksud artinya itu salah.

    Apa itu gaya menulis kamu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. most of the time ya, saya menulis karena saya kesal, saya menulis karena saya gelisah pada suatu masalah yang kadang tidak berani diungkapkan orang lain karena takut di-judge dengan "sok pintar".

      tapi juga tidak sedikit tulisan saya yang justru menceritakan masalah saya sendiri dan bagaimana saya keluar dari masalah itu. so it's a matter of your point of views. saya juga menulis banyak daycare/parenting tips dan beauty or baby stuffs review, bukan cuma tulisan di tag "tentang hidup" yang modelnya seperti ini, yang sepertinya hanya mengeluhkan hidup. :)

      tulisan saya dulu jauh lebih kasar, lebih karena saya tidak yakin ada yang baca blog saya. 2 tahun pertama menulis blog, bahasa saya kasar sekali. saya tidak segan menulis f*ck atau kata kasar lain ketika saya pandang perlu. saya tidak takut menyebut nama dan mengeluhkan sesuatu. tapi semakin hari, semakin banyak yang membaca blog saya, saya sadar bahwa swearing di depan publik itu tidak baik jadi ya, saya tidak lagi menulis seperti itu.

      dan sejujurnya saya tidak pernah memaksakan pendapat. banyak pembaca yang komen atau DM dan bilang setuju yang ini tapi tidak yang itu. ya bebas, saya tidak pernah memaksa semua orang sependapat.

      jadi kalau ditanya apakah ini style saya? i think it is. makanya jika tulisannya memang bentuk sindiran, saya selalu mengingatkan agar dibaca dengan bahagia. ketika kita bahagia, sindiran bisa jadi sarkasme yang lucu. yang menertawakan diri sendiri. :)

      thank you for the comment! would be so much appeciated if you put your name so i didn't feel like talking to the wall. :)

      Delete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)