-->

Image Slider

Mas Kawin & Ijab Kabul

on
Monday, July 22, 2013
“Bertambah umur itu pasti, tetapi dewasa adalah pilihan” siapa saja pastinya sering mendengar kalimat itu, apalagi jika dihadapkan dengan masalah dan teman ada yang (sok) bijak memberikan kita ceramah singkatnya :D.

Well, tahun ini tahun yang bergitu menyenangkan, bukan berarti tahun-tahun sebelumnya tidak menyenangkan. Tapi tahun ini berbeda, tahun ini adalah tahun saya untuk menikahi wanita yang saya sayangin (kebanyakan kata ‘tahun’, biarinlah).

Kalo kembali lagi ke beberapa tahun yang lalu, saya ingat ketika saya berumur 22 tahun saya sudah mengajak pacar saya untuk menikah. Kalo dikatakan di umur 22 tahun saya sudah dewasa karena udah mau nikah? Ya saya mungkin sudah dewasa. Umur muda namun pemikiran saya sudah cukup dewasa… hehehehe…

Di-postingan sebelum-sebelumnya sudah disebutkan tentang persiapan menikah seperti seserahan, memilih kain untuk keluarga, tema pernikahan, siapa aja yang diundang, dan banyak lagi lainnya. Namun sebenernya itu semua bukanlah yang utama yang harus dipersiapkan. Dalam kepercayaan yang saya anut, bahwa yang penting dipersiapkan adalah mahar atau mas kawin.

Mahar dalam bahasa yang kita ketahui adalah harta yang diberikan kepada pihak mempelai wanita dari pihak mempelai laki-laki. Orang-orang yang lalu belum mengerti apa arti dari mahar itu sendiri. Mahar haruslah berupa harta (uang, emas, dll), bukan hal yang berupa simbolis seperti mushaf quran atau seperangkat alat shalat (sumber).

Jika mahar yang diberikan adalah al-quran, maka jika sang suami tidak bisa mengamalkan isi al-quran status pernikahan mereka akan terganggu. Apalagi jika seperangkat alat shalat, jika shalatnya terlewat maka pernikahan mereka juga statusnya akan terganggu.

Pertengahan juni lalu saya dan ast membeli mas kawin, mas kawinnya berupa kalung dan cincin berlian. Kalungnya menggunakan liontin dengan disekelilingi oleh berlian berjumlah (ga tau lupa)…. Dan cincinnya juga menggunakan beberapa jumlah bebe….(lupa juga).

Yang menjadi masalah sekarang adalah ketika ijab qabul dilaksanakan bakalan sulit untuk saya menyebutkan secara detail mas kawin yang saya akan berikan ke pihak mempelai wanita “saya terima nikahnya ast binti ayahnya dengan mas kawin kalung ………*lupa*….”

Aaaaaaakkkkk…ini menjadi mimpi buruk sayah bagaimana jika saya tetiba lupa sama detail mas kawinnya? Masa saya harus tiba tiba mengarang indah, walaupun indah terus salah kalau lagi ijab kabul ya… tetep salah.

Mencari tahulah saya di internet dan bertanya-tanya kepada orang yang mengerti tentang pernikahan, bahwa sesungguhnya mahar yang diberikan kepada mempelai wanita tidak boleh dinikmati sedikit pun oleh pihak mempelai lelaki, misalnya meskipun sang istri ikhlas untuk memberikan sebagian mas kawinnya untuk mempelai lelaki, ada baiknya jangan. Jadi saran terbaik yang diberikan adalah berikan mas kawin yang akan cepat habis yang dipastikan pihak lelaki tidak menikmatinya. Dengan keinginan Luhur dan berkebangsaan yang bebas maka hari kami memutuskan akan menggunakan mas kawin sebesar Rp. 300.813,- yang berarti bahwa itu tanggal pernikahan kita. Untuk cincin dan kalung yang sudah dibeli akan dijadikan seserahan saja. 

Bismillah :D

-JG-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang Pacar yang Overly-attached

Ada yang punya overly-attached boyfriend atau girlfriend?

Overly-attached itu istilah untuk pacar-pacar yang ketergantungan sama pacarnya. Nelepon tiap waktu, minta ditemenin tiap saat. Some kind of freak mungkin bagi sebagian orang.

Fix JG banget deh. LOL. Ya ga se-freak meme-meme itu tapi cukup clingy. :p Yang baru kenal sama saya pasti ngerasa aneh. Soalnya saat-saat di mana saya ga bareng sama JG, dia bisa nelepon dgn range waktu 15 menit sampai 1 jam sekali.

15 menit sekali kalau dia lagi ga ada kerjaan banget. Sejam sekali kalau lumayan ada kerjaan. Dan menghilang 2-3 jam kalau lagi meeting doang. Kalau saya ilang pas nelepon pasti teriak "SAYANG KO ILANG?" XD Yang baru kenal saya suka nanya, nelepon ngobrolin apa sih?

Banyaklah! Kalau dia ga ada kerjaan artinya dia browsing-browsing, YouTube, Twitter, dan berbagai aktivitas lainnya. Biasanya nelepon saya mau diskusi apa yang dia baca atau lihat *iya gue pacaran aja diskusi LOL* Kalau kebetulan topiknya berat ya diskusinya berat, misal soal FPI, politik, atau angka kecelakaan pesawat gitu. :p Kalau topiknya ringan, ya ketawa-ketawa aja. Kaya misalnya bastian coboy junior dicium cewek, gitu. *gosip* atau sekadar ingin belanja online sesuatu.

Ganggu ga sih? Kalau lagi sibuk banget ya ganggu. Kalau saya yang lagi ga ada kerjaan ya saya yang minta-minta ditelepon. Tapi soal "ganggu ga sih" ini tinggal diatur, kalau mau meeting atau lagi sibuk ya bilang dulu. Gitu aja.

Tapi ya banyak banget juga cewek yang ga suka ditanya-tanya sesering itu sama pacarnya. Sampai meme soal pacar yang overly-attached ini banyak banget di 9gag. Soalnya posesif amat gitu kesannya jadi cowok. Kalau yang ngerasa begitu, kembalikan pada dirimu sendiri. Pacaran sama dia kenapa? Kalau memang risih karena dia overly attached, you didn't meant to each other. IMO, jangan paksa mengubah hal-hal kaya gitu, karena perubahan biasanya cuma sementara dan bikin ga nyaman.

Kalau saya bersedia ditelepon kapan aja meskipun kadang rewel karena lagi sibuk tapi ya maklum karena dia seimbang sama saya dalam hal mendiskusikan hampir semua topik, jadi ya udah. *ya udah opo?* Lagian ya saya juga tipe clingy serupa yang juga apa-apa maunya ditemenin pacar. Hampir setiap hari ketemu biar bisa makan malem bareng.

Yang ga suka ketemu terus-terusan gitu stres kali ya karena bareng-bareng pacar terus. Tapi saya mah seru-seru aja, ketawa-ketawa terus juga, kenapa nggak?

Terus terus, apa sih kekurangan sama kelebihan punya pacar yang overly-attached?

Plus
- tahu persis hari ini dia makan apa jam berapa sama siapa. *posesif mode
- tahu persis otaknya segimana sih? LOL. I tend to like smart guy than a good-looking one
- kenal lebih dekat dan tahu apa yang dia suka secara detail karena semua diceritain.
- meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan karena toh ngabarin terus, komunikasi lancar.
- terbiasa mengambil keputusan bersama karena terbiasa berdiskusi.
- me time akan jauh lebih terasa bermakna. Saya Senin-Jumat sama dia. Tapi ya Sabtu-Minggu kalau di bandung, inget aja ga. :p telepon super jarang, ngabarin seperlunya. Weekend is our family time. Senin baru heboh lagi berdua sampai Jumat. :p

Minus
- susah punya rahasia dan surprise. Hampir tiap saat ditanya-tanya lagi apa.
- sebagian orang mungkin terganggu karena terlalu sering komunikasi
- memicu berantem kalau timing ga pas. Lagi ga mood telepon atau sibuk banget jadi angkat telepon dengan suara ga enak. Berantem deh.
- apa lagi ya?

Saran kalau punya pacar yang overly-attached:
- kalau ngerasa keganggu, buat batasan. Boong dikit ga apa-apa. XD "Aku meeting dulu ya 3 jam" (padahal ga ada kerjaan, tapi dijamin 3 jam ga akan diganggu).
- alihkan telepon menjadi chat. Chat mah kan cetek, tinggal ketik doang. Tapi kabar-kabar tersampaikan, diskusi-diskusi tersalurkan, masalah-masalah terpecahkan.
- kalau masih ga betah juga, putusin. Serius, orang yang overly-attached sama pacarnya akan lebih baik ketemu sama orang yang serupa. Kalau ga, ganggunya super. Daripada menunda, lebih baik putuskan sekarang juga. Kalau udah ga cocok, lebih cepat putus lebih baik. LOL

Kamu gimana? Punya pacar overly-attached?

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang "Modal" Menikah

on
Thursday, July 18, 2013
Jadi tergelitik setelah baca twitnya si mantan waktu kemarin (alah siah mantan dibawa-bawa. lol) tentang modal menikah. Baca itu saya langsung yakin sama dia, yakin untuk nggak nikah sama dia. XD

Kurang lebih dia me-retweet pengusaha muda Bandung pemilik merek keripik pedes yang hits se-indonesia (ngomong we maicih lah). Isinya: "nikah ko ngumpulin modal? mau nikah atau MLM?"

Selain dia dan yang punya maicih, saya sering banget denger orang ngomong gitu, terutama retweet2 dari ustad yang satu itu. Yakin nikah ga butuh modal? Menurut saya mustahil nikah tanpa modal uang. Sekecil apapun itu. Mari kita tilik satu per satu.

Sumber modal:
1. Sendiri (maksudnya dari pasangan yang mau nikah)
2. Orangtua
3. Patungan sama orangtua

Konsep menikah:
1. Hanya akad
2. Akad dan resepsi (di gedung ataupun di rumah)

Jenis orangtua tentang konsep menikah:
1. HARUS resepsi
2. Hanya akad
3. Bebaaaasssss alias terserah anaknya aja.

Pernyataan nikah ga usah nungguin modal karena katanya "pasti ada rejekinya" betul ko ga salah sama sekali. Kan punya kerjaan, ketika udah diputuskan mau nikah ya semua uang dan semua pemasukan dialokasikan ke sana. Tapi menurut saya ada yang salah kalau bilang nikah ga perlu modal.

Untuk yang konsep menikah pertama yaitu "hanya akad", sekecil-kecilnya, butuh sekitar 100ribu untuk menikah. 100ribu tetep aja modal uang toh namanya? 30ribu untuk bayar KUA, 50ribu untuk bayar bikin pas foto, 20ribu untuk bensin ke KUA. Datang ke KUA hari kerja, nikah di aula KUA. Selesai, hanya "modal" 100ribu.

Tapi masalahnya: orangtua mau kaya gitu? Coba pikir lagi, orangtua anda jenis orangtua yang manakah? Saya yakin yang nomor satu jumlahnya paling banyak. HAHAHAHAHAHA. Kalau kata si ustad: "yakinkan orangtua biar mau akad doang". Heug cobain aja "meyakinkan orangtua" itu ga gampang. Saya aja setahun baru di-acc nikah akad doang. Dan ended up ujung-ujungnya ga akad doang juga. Tetep undang 400 orang, meskipun di rumah. -_______-

Ayo saya tantang, orangtua yang level ekonominya kelas menengah ke atas, pasti ga ada yang mau anaknya nikah cuma di KUA. Wong orang yang hidupnya pas-pasan aja maksain diri pinjem duit sana sini ko buat resepsi. Yakin ga butuh modal?

Oke karena ga ada orangtua yang mau anaknya cuma nikah di KUA, fix ya semua mau resepsi ya? Nah ini yang jadi pertanyaan, resepsi kaya apa?

Let's talk about standard Indonesian wedding. Sesedikit-dikitnya resepsi misal undang 300 orang. 300 orang ya bukan 300 undangan jadi 600 orang. 300 orang ini mau dikasih makan apa? Mau dikasih souvenir apa? Mau digelar di mana? Mau pake baju apa? Siapa yang make up? Jengjreng. Masih mau bilang nikah ga butuh modal?

Lain soal kalau orangtua kaya raya dan bisa modalin ratusan juta ya (nah kan modal ratusan juta buat nikah!). Biasanya yang modal nikahnya pas-pasan akan berlindung di balik kalimat: "Bisa diatur soal uang mah" Naaahhh, ini nih yang akan berakhir dengan efek-efek di bawah ini. Akibat mengirit "modal" menikah dan maksain resepsi biar kaya semua orang:

1. Makanan abis satu jam atau bahkan beberapa menit saat resepsi dimulai. Ngirit biaya katering, di-pas aja makanan sama jumlah undangan dikali dua. Padahal kalau mau aman itu jumlah undangan dikali tiga. Udah ngundang banyak orang tapi makanan habis? Duh.

2. Souvenir yang berakhir di tempat sampah atau di mobil selamanya. Sampai laci dashboard mobil isinya souvenir nikahan yang ga dibuka pun dari kotaknya. Saking ga guna dan ga menariknya. Yang penting ada souvenir. *tepok jidat* Buang-buang duit ko gitu amaaaatt. -______-

3. Make up kaya eeerrr banci. Dengan shading super tebel dan menor parah karena make up artist bagus mahal cuy. Kalau kata bude saya, nikah ko kaya mau karnaval. LOL.

4. Dokumentasi seadanya. Dengan video yang editnya di windows movie maker plus efek apa adanya tea. Sayang atuh, katanya nikah sakral? Mau memorable tapi ko malah biaya dokumentasi yang diirit? Logic logic, duh. :)))

Nah sekarang balik ke sumber biaya. Dari mana? Kalau biaya sendiri ya jelas atuh harus ngumpulin modal dulu, nabung dulu. Kalau patungan sama orangtua, yang jelas dari awal ditekankan, orangtua ngasih berapa, kalian ngasih berapa. Jangan persiapan udah berjalan tapi ga saling terbuka soal uang. Lieur siah pasti dijamin. Saya yang terbuka soal uang jadi bersyukur karena sumber stres berkurang satu. :p

Jadi gimana? Masih mau bilang nikah ga butuh modal?

PS: ini postingan PMS jadi emosional. Kalau ada yang tersinggung, refleksi diri ya. Saya cuma ngomong fakta. LOL

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Gagal Bikin Pre Nup :(

on
Tuesday, July 16, 2013
JADI SAYA BATAL BIKIN PERJANJIAN PRA NIKAH *nangis*

Bikin pre nuptial agreement (perjanjian pra nikah) merupakan salah satu cita-cita saya dari dulu karena saya berniat jadi orang kaya. -_____- Ya selain itu, banyak sekali keuntungan kalau punya pre nuptial agreement daripada nggak punya. Post ini saya dapat dari baca berbagai sumber selama bertahun-tahun, kalau ada yang kurang silakan ditambahkan. Kalau ada yang salah mohon dikoreksi. Hehehe.

Banyak yang negatif soal pre nup ini karena seolah-olah "memudahkan" perceraian. Iya mungkin bener, tapi buat saya, perceraian nggak akan pernah mudah. Lucu aja kalau ada orang bilang pre nup sebagai persiapan cerai karena saya yakin nggak ada pasangan menikah atas dasar cinta (bukan dijodohin) yang siap cerai. Lebih tepatnya, pre nup akan bikin hidup lebih mudah KALAU harus cerai. Cerai udah pasti bikin pusing, ini harus rebutan harta gono-gini? Percaya deh, rebutan harta gono-gini yang biasanya ikut dirusuhin keluarga besar itu akibat nggak punya pre nup.

Dan pre nup buat saya lebih untuk melindungi diri sendiri dan keluarga. Pre nup ini nggak lebih dari semacam asuransi. Saya yakin kalian semua punya asuransi kesehatan kan padahal siapa yang mau sakit? Pada punya asuransi jiwa kan padahal sudah siap meninggal besok? Atau malah banyak yang membekali diri dengan asuransi penyakit kritis padahal masih sehat wal afiat, menyiapkan diri untuk sakit kritis kan?

Buat saya yang paling penting adalah tiga poin ini:

1. Soal harta.
Menurut undang-undang, harta sebelum menikah adalah harta masing-masing. Harta sesudah menikah adalah harta milik bersama kecuali pakai pre nup. Meski sudah jelas, banyak yang belum paham soal hal ini. Contoh konkrit, sekarang sebelum nikah, JG udah punya rumah. Ketika *amit-amit* harus berpisah, saya nggak bisa minta hak gono-gini atas rumah ini karena statusnya bukan harta gono-gini. Bukannya matre, tapi kalau saat itu kita berdua belum punya rumah? Saya akan kembali terdampar di kost atau balik ke rumah orangtua. T____T

Nah sebel dong sama saya, masa baru poin pertama udah ngomongin cerai? LOL. Sebenarnya yang lebih penting ada di poin kedua.

2. Melindungi anak dan keluarga
Yang ini bukan masalah cerai tapi masalah utang. Contoh konkrit: zaman sekarang ya kalau bukan dari keluarga kaya raya sih agak JAUH gitu kalau mau beli rumah cash, jadi kemungkinan tertinggi adalah ngutang ke bank.

Eh namanya musibah ya mungkin aja terjadi, suami tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Sementara istri nggak bekerja terus nggak bisa bayar utang. Harta disita bank sampai nggak tersisa, anak-anak mau gimana? Kalau pakai pre nup bisa aman. Harta sejak awal bisa dibagi dua, atas nama istri dan suami. Ketika suami terlilit utang, harta yang atas nama istri nggak bisa ikut disita. Bagus kan!

Yang lebih serem adalah suami pinjem uang ke bank tanpa sepengetahuan istri (yakali beliin berlian buat surprise jadi pinjem duitnya rahasia -____-). Suaminya meninggal. Harta disita tanpa istri tahu kenapa. T____T Nggak akan terjadi kalau punya pre nup.

3. Bisa tambah klausul suka-suka
HAHAHAHHAHA. INI GILA. XD Di perjanjian pra nikah nggak boleh ada soal anak, tapi boleh soal remeh temeh kaya: siapa yang cuci piring? siapa yang masak? siapa yang sikat kamar mandi? Atau harus peluk tiap hari, harus langsung pulang dari kantor, harus bawain bunga tiap hari rabu (ala-ala Full House), harus mau makan apapun yang dimakan istri. YA GITULAH. CHILDISH TAPI KEREN KAN! XD

TAPI GAGAL BIKIN PRE NUP AGREEMENT YANG BIKIN HIDUP SAYA JADI DRAMA SELAMA DUA HARI. T_____T

Kebanyakan pasangan nggak bikin pre nup karena calon suami tersinggung, serasa nggak percaya sama calon suami. Tapi BANYAK loh orangtua masa kini yang mengharuskan anaknya bikin pre nup kalau mau nikah. Dan JG sendiri mau-mau aja karena ngerti kalau pre nup itu banyak manfaatnya. Tapi kenyataan berkata lain. :((((

Karena hectic soal nikah-nikah ini tau-tau udah dua bulan sebelum hari-h. Baru inget belum bikin pre nup pas ibu daftarin nikah ke KUA. wtf. *kurang niat* Tanya sana-sini termasuk konsultasi sama notaris, pre nup disertakan saat pendaftaran nikah. T____T

Yang itu belum terlalu heboh karena bisa disusulkan ke KUA. Yang jadi masalah dan paling bikin sedih adalah saya dan JG nggak punya waktu untuk ngurusnya. Masalahnya sehari-hari di Jakarta, nyempetin pagi-pagi ke notaris bisa lah. Nah tapi setelah pre nup jadi, harus didaftarkan ke pengadilan negeri. Karena kita nikah di Bandung, harus daftar ke pengadilan negeri Bandung. Dengan demikian kalau kita pakai notaris di Jakarta, dia nggak bisa daftarin kita ke pengadilan negeri Bandung yang artinya kita harus dateng sendiri ke Bandung di hari kerja. NGGAK BISA BOLOS KERJA TAPI. T____T Option kedua yang sama-sama nggak solutif adalah pake notaris di Bandung tapi berarti itu juga sama, hari kerja harus ke Bandung. GIMANAAAAA. *galau dua hari dua malam* :(

Akhirnya dibujukin sama JG biar berdoa aja semoga nggak ada hal-hal menggemparkan yang terjadi di masa depan. Kata JG semua harta boleh atas nama saya (meskipun nggak ngaruh karena jatuhnya tetep harta bersama tapi at least bikin saya lebih tenang). Dan dia janji kalau sampai kenapa-kenapa, nggak akan rebutan harta gono-gini tapi semuanya dikasih ke saya aja. How sweet was that? But how can we keep a man's words?

Now I know it's nothing but trust. :)

See you when I see you!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Updates! Repotnya H-50

on
Wednesday, July 10, 2013
Tinggal 50 hari lagi, repotnya baru kerasa. Capek banget dan super kurang tidur akibat tiap weekend bolak-balik Jakarta-Bandung-Jakarta dan beres-beresin yang belum beres. Pegel banget mikirin harus duduk di travel seminggu sekali. Cipularang lagi dan lagi.

Believe me, kalau kalian gampang stres dan nggak mau repot, ga usah nikah soalnya nikah itu repot. Mau gede-gedean atau kecil-kecilan sama repot. Terserah mau pilih, mau repot gede atau mau repot kecil?

Buat saya ini repotnya mungkin nggak seberapa ya sama kalian yang nikah dan undang ratusan orang. Sampai weekend kemarin, total cuma akan nyebar 200 undangan udah termasuk keluarga. Tapi duh, Senin-Jumat cuma direpotin beli ini itu yang bisa dibeli online, tapi kalau Sabtu-Minggu belanjanya offline which is nggak bisa sambil tiduran dan capek. T____T

Sabtu minggu lalu saya sama ayah pergi dari rumah jam 10, parkir di Jalan ABC, jalan ke Braga ke toko kamera, jalan ke ABC lagi, jalan ke Pasar Baru, jalan lagi ke ABC lagi, naik mobil ke Panti Jompo, mampir ke Paberik Badjoe terus pulang. Sampai rumah nulis nama undangan sampai jam 12 malem. T____T

Hari Minggu jam 7 udah dibangunin ditanyain ini itu soal souvenir. Jam 10 saya ke salon ngebenerin warna rambut yang belang (sekarang tetep belang, tapi belangnya bagusan -____-). Pulang dari salon, ibu udah pulang dari beli kotak souvenir. Lipet 300 taplak meja dan masukin ke kotak souvenir. Tau-tau udah jam 4 sore. Tau-tau magrib. Tau-tau udah otw ke Jakarta lagi. Sementara itu JG dua harian tidur dan cuma main bola dan tidur lagi. It sucks being a bride because wedding is actually the bride's family event, not the groom wtf. WHERE'S MY F*CKIN WEEKEND? T____T

Eniwei, sampai h-50 ini masih buanyak yang mesti diurusin:

-Undangan: IYA BELUM BIKIN EMANG KENAPA? *bridezilla* Ini bodo amat deh kalau mentok mau bikin desain ulang yang bisa print sendiri.

- Wedding shoes: belum nemu juga dan mulai putus asa. Model banyak yang suka, nomor yang nggak ada. Nasib kaki kecil. Mentok-mentoknya mau pake yang ada aja. WHO THE HELL CARE. Gaun saya panjang nyapu lantai ko. T____T

- Make up: udah booking tapi belum discuss akan seperti apa make upnya. ibu salonnya juga belum lihat gaun dan veil saya jadi belum fix.

- Katering: urusan ibu. ditanya juga saya jawabnya terserah terserah terserah.

- Wedding car: ini lupa belum discuss sama JG. ayah nyaranin pakai becak, atau delman, atau vespa dari perempatan menjelang panti jompo soalnya di panti jompo mau ada tarian penyambutan. Jadi pura-puranya dari rumah ke panti jompo pake becak/delman/vespa. LOL. ide brilian si ayah.

- Pita: minor tapi belum dibeli juga. Buat iket kotak souvenir dan buat hias-hias. Entah hias-hias apa. *kembali putus asa*

- Payung: another minor bagian dari seserahan yang belum nemu-nemu juga sampai sekarang.

- Pre Nup: almost give up on this because it will consume so many work time and we don't effing have them. Nggak punya waktu untuk ke notaris dan daftar ke pengadilan negeri Bandung. T____T

- Tenda: tenda udah diurus ayah tapi warnanya UNGU. maunya pink atuh. dan belum dapet juga konsep pelaminannya bakal kaya gimana.

- Corsage+kotak mas kawin. SHOULD I GIVE UP AND MOVE TO ANOTHER COUNTRY WHO DOESN'T REQUIRE MARRIAGE FOR LIVING TOGETHER? DUH!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Persiapan Menikah (Mental dan Uang)

on
Monday, July 1, 2013
Dari pertama kali selesai acara lamaran selalu ajah merasa pusing kudu nyiapin berbagai persiapan, beli seserahan, beli mas kawin, beli kain, sama nge-update progress persiapan keluarga di bandung udah sampe mana ajah.

itu ternyata bukan apa apa kalo dibandingin mikirin harus tinggal di mana setelah nikah. apakah lingkungan baik untuk istri, jarak ke kantor istri, juga nanti bagaimana membayar kontrakan? sampai kepikiran kalo istri hamil apakah bisa kalo kendaraan aku cuman motor ajah? well, semua itu belum bisa kejawab. 2 hari ini kepikiran terus mau tinggal di mana..

udah nyari nyari kontrakan masih sajah belum ada yang sreg, tapi sebenernya kemarin nemu yang sreg. jarak, lingkungan, sama ukuran cukup asyik... namun sayang sayah harus bayar dari juli, padahal saya tinggal bareng ajah mulai september. Juga kosan harus full dibayar dalam setahun penuh, sekarang harus mikirin juga dapet uang cash sebesar 20jt dalam sebulan. iyah kita dituntut untuk dewasa dan mandiri. akhirnya sekarang ast lagi nyari tau tentang KTA (Kredit Tanpa Agunan).

Jadi orang dewasa itu menyenangkan bisa nentuin jalan sendiri, tapi ngejalaninnya yang susah. 1460 ast!

JG






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!