-->

Image Slider

Rutinitas dan Peraturan untuk Balita

on
Friday, August 31, 2018
Setelah nulis blogpost soal Anak yang Bisa Mengambil Keputusan, saya dapet email dari seorang ibu yang juga selalu memberi pilihan pada anaknya. Tapi anak perempuan yang umurnya baru 3 tahun ini jadi keras kepala banget.


Emailnya panjang sekali karena bercerita runtut, saya tulis poin-poinnya aja ya:

1. Ibu ini udah bertekad akan mengajarkan tentang memberi pilihan dan menghargai pilihan pada anak sejak hamil. (seniat itu kan sama kaya saya lol)
2. Anaknya jadi keras kepala dan tidak mau memilih. Ngeyel ingin pilihan lain. Jadi kadang seharian nggak mandi dan nggak makan. Padahal udah dijelasin berulang-ulang mandi untuk apa, makan untuk apa.
3. Ibu ini pun jadi ngerasa senjata makan tuan. Iya sih anaknya jd tahu apa yg dia mau tapi kemudian dia ingin mempengaruhi lingkungan untuk menuruti pilihannya itu, sesalah apapun.

Kira-kira apa yang miss kok anaknya jadi nggak bisa diatur banget?

Saya tidak bertanya sih, tapi kalau sampai tidak mandi dan makan seharian saya menduga karena peraturan yang kurang tegas dan rutinitas yang kurang konsisten. Iya, punya balita itu emang harus tegas dan konsisten lho!


Note: saya bukan expert dan nggak pernah ngaku expert juga sih lol, saya bicara dari pengalaman saya dan hasil konsultasi sama psikolog aja ya. Dicoba aja dulu siapa tau works di anak kalian.

Intinya balita itu belum ngerti konsep waktu. Betul mereka tahu pagi, siang, malam, tapi kan belum ngerti soal jam. Jadi rutinitas dan jadwal harian itu penting banget.

Fungsinya dua, agar jadwal dan moodnya juga terjaga. Jadi anak tetap diberi pilihan DENGAN koridor peraturan dan rutinitas.

Contoh memberi pilihan dengan peraturan (Bebe hanya boleh nonton di weekend):

1. Boleh nonton YouTube kalau sudah mandi dan makan. Kalimat pilihannya: “Kalau mau nonton ya mandi dan makan dulu, kalau tidak mau mandi dan makan ya tidak apa-apa juga tapi kamu tidak boleh nonton”
2. Boleh nonton asal les renang
3. Boleh nonton tapi dikasih alarm 2 jam, pasang alarm di depan dia.

Jadi semua “ancaman” dihubungkan dengan sesuatu yang dia suka.

Kalau ngeyel? YA EYELIN JUGA. Kuat-kuatan aja sih. Anak harus tau, meski ia diberi pilihan, orang dewasa punya kendali atas peraturan.


Misal dia nggak mau mandi, ngotot banget nggak mau mandi. Terus dia pengen main sepeda ke luar, ya udah dilarang tegas aja. “kamu boleh main sepeda keluar SETELAH mandi. Kalau tidak mau mandi, diam di rumah.”

Ada kemungkinan dia nggak jadi main sepeda banget kan karena segitu malesnya mandi. Ya udah diemin aja. Berikutnya coba suruh mandi dengan alasan main air dulu atau disuruh bawa mainan apa untuk dibawa mandi. Plus pake akting “wah seru banget deh kayanya mandi bawa mobil-mobilan yang ini” dll.

Kalau masih ngeyel juga, andalan saya sih satu, “boleh tidak mandi tapi tidur sendiri ya, ibu tidak mau tidur sama anak yang belum mandi”. Abis itu udah pasti mau mandi.

Kalau ngeyelnya lama banget sampai kemaleman, pas mau tidur saya nggak mau bacain buku atau cerita dulu. Sebagai konsekuensi dia kelamaan disuruh mandi. Nah sebel kan tuh dia karena rutinitas sebelum tidur adalah baca buku dan cerita.

Nextnya dia nggak mau mandi, bisa dibilang “kalau tidak mandi sekarang, terlalu malam kamu tidur, kita tidak baca buku dan tidak cerita”.

Begitu pula dengan makan. Kalau makan bisa dikasih pilihan dengan masak sendiri. Telor dadar aja sih andalan, jadi dari pecahin telor, aduk, ngasih garem, sampai berdiri di depan kompor. Biasanya langsung mau.

Jadi memberi pilihan bukan berarti anak jadi memutuskan SEMUAnya sendiri. Bukan berarti dibiarkan, anak tetep harus belajar disiplin kan. Disiplin melakukan rutinitas seperti makan, mandi, atau tidur.

KALAU MAU LHO. Maksudnya kalau orangtuanya memang mau seniat itu disiplin ya.

Karena kenyataannya saya sih nggak ambil pusing soal mandi pagi atau makan HAHAHA. Saya cuma saklek sama 3 hal yang menurut saya prioritas:

1. Mandi sebelum tidur. karena kalau nggak mandi tidurnya nggak nyenyak.
2. Gosok gigi sebelum tidur. Kalau abis gosok gigi makan lagi, HARUS gosok gigi lagi.
3. Jam tidur karena itu ngaruh ke mood dia di sekolah besok paginya.

Pagi saya udah nggak ambil pusing, mau mandi ayo, nggak mandi ya udah seka waslap aja. Ganti seragam terus sekolah. Pusing tiap pagi harus drama mandi dulu. Sudahlah toh sebelum tidur mandi, tidur full AC, nggak bau kok.

Malem pulang sekolah mau makan boleh, nggak mau ya udah. Yang jelas lewat jam 10 mau laper-laper minta makan juga nggak bakal saya kasih.

Kalau weekend, pagi-siang nggak mandi terserah asal sebelum tidur mandi. Makan juga ditawarin aja, kalau nggak mau tawarin yang lain, oatmeal, buah, roti, apapun yang penting ada yang masuk. So far kalau nggak mau sama sekali itu emang belum laper atau belum pup sih.

Nah kalau anak sehari-hari sama ibunya di rumah saya nyerah banget nggak bisa ngasih saran gimana biar anak mau makan. Soalnya ya nggak ngalamin kan. Paling kalau pas lagi liburan di Bandung biasanya Bebe disuapin ibu saya dan saya tidak muncul sih. Begitu saya muncul, suka jadi males makan dia. Aneh memang.

Gitu aja sih. Ada yang kurang nggak ya? Atau ada yang mau menambahkah?

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe Mau Bayi

on
Wednesday, August 29, 2018
Jadi di daycare Bebe itu ada beberapa kakak adik. Sempet ada yang 3 bersaudara malah. Nah, baru beberapa bulan ini, temen sekelasnya juga punya adik dan sama juga di daycare.

TERUS ADIKNYA INI GEMESSSS. Lucu banget gitu lho jadi si Bebe suka gemesin gitu sayang-sayang. Abangnya (udah 5 tahun umurnya) posesif dong tentu, dan selalu bilang “ini adik abang”.

TO MY HORROR SUATU MALAM SEBELUM TIDUR SI BEBE BILANG: “ibu, aku mau bayi”

Ibuk mau pingsan seketika hahahahahahahahaha.

Bebe, Januari 2018

Tapi saya (sok) kalem dan menganggap: oh mungkin dia mau punya adik karena orang-orang punya adik. Sesederhana dia ingin bekal makan karena temennya bekal makan juga.

Ternyata setelah ditelusuri, bener ada part dia benar-benar iri, anak lain kok punya adik untuk dibawa pulang ke rumah? Kok aku nggak punya? Tapi juga ini dipicu karena dia “panas” saking banyak orang nanya: kapan mau punya adik? Spesifiknya dia bilang “miss tuh tanya-tanya aku terus, kapan aku punya adik”

Malam itu juga saya chat miss di sekolahnya. Titip pesan biar semua miss di daycare NGGAK BOLEH nanya Bebe mau punya adik atau nggak. Saya juga bilang karena saya nggak berencana punya anak lagi.

via GIPHY

Coba dicatet dulu dong untuk kalian semua, peraturan pertanyaan sopan pada balita:

1. Jangan nanya mau punya adik apa nggak
2. Kalau ibunya hamil, jangan nanya mau adik perempuan atau laki-laki

Karena ya ampun orang dewasa aja susah kan manage expectation, apalagi balita cobaaa. Mana urusannya sesuatu yang di luar kuasa manusia kan.

Lagian emang mau bayarin dokter kandungan, biaya lahiran, vaksin, daycare, dan sekolahnya?

T______T

Terus gimana jelasin ke Bebe? Persis seperti dulu dia minta anjing. LOL.

Ibu: “Bayi belum bisa pup sendiri lho. Emang kalau kamu punya adik siapa yang mau bersihinnya pupnya?”

Bebe: “Ibulah!”

Ibu: “Ibu tidak mau punya bayi lagi sih, kalau kamu yang mau ya kamu tanggungjawab dong bersihin”

Kemudian dia yang jijikan itu ogah. Hahahaha.

Besoknya dia tanya lagi sekali lagi dan saya jawab realistis: “ibu nggak sanggup harus mengurus bayi karena punya bayi itu capek sekali. Dia belum bisa jalan, belum bisa makan, repottt blablabla”

Sampai sekarang belum nanya lagi. Dan untungnya adiknya JG di Bandung baru melahirkan jadi kami kasih lihat foto-fotonya dan bilang itu adik Bebe. Dia seneng banget. Saya juga kongkalikong sama JG untuk satu suara kalau bayi itu tidak selucu itu dan merepotkan sekali. REPOOOTTT SEKALI.

Kalau ternyata dikasih anak lagi gimana kak? Kan Tuhan yang menentukan?



Ya gimana lagi. Tapi at least Bebe umurnya udah 4 tahun lah jadi udah sesuai dengan jarak ideal anak. Tapi plis aku nggak sanggupppp.

Pernah nulis nih di Mommies Daily: Kenapa Saya Nggak Mau Banyak Anak

Buibu yang anaknya satu, beri aku petunjuk harus jawab apaaaa? Yang jawab punya anak lagi aja boleh banget tapi aku minta uang Rp 5 miliar ya buat biaya hidupnya! Ya semacam tanggungjawab gitu, masa nyuruh-nyuruh tapi aku yang harus repot lol.

-ast-







LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Anak yang Bisa Mengambil Keputusan

on
Monday, August 27, 2018

Salah satu bahan diskusi saya dan gurunya Bebe di sekolah saat pembagian rapor 3 bulanan kemarin adalah soal bagaimana para miss harus memutar otak untuk membujuk Bebe melakukan sesuatu.

Iya, kasarnya, Bebe nggak bisa disuruh-suruh. Nggak bisa tuh pake kalimat semacam:

“Xylo, tidur siang yuk”

“Xylo, makan ya”

Bebe akan tersinggung dan hampir PASTI menolak meskipun dia ngantuk atau lapar. Saya menduga (menduga lho, karena nggak ada bukti), Bebe seperti itu karena sejak bayi ia selalu diberi pilihan. Kami tidak pernah mengambilkan keputusan untuk Bebe.

Kalau pun keputusannya diambilkan kami berdua, kami mengubah konteks agar seolah dia yang pilih. Contoh, dia tidur jam 10 malem terus. Kalau kami bilang langsung “mulai sekarang kamu tidur jam 9 ya!” Dia PASTI akan tersinggung.

Jadi kami mengubah pertanyaannya menjadi:

“Kamu tidurnya mau jam 8 atau jam 9?”

YA OTOMATIS DIA PILIH JAM 9 KAN. HAHAHAHA. Dia memilih jawaban yang kita inginkan.

via GIPHY

Kecuali yang memang berbentuk peraturan. Itu pun tetap diberikan pilihan. Misalnya aturan baru soal gadget on weekend yang saya pernah singgung di postingan ini: Bebe Mogok Les Renang.

Saya beri pilihan “Kamu boleh tidak les renang, tapi kamu tidak boleh nonton lagi di hari Minggu. Kalau kamu mau tetap nonton di hari Minggu, kamu harus les renang”

Jadi pilihan yang harus dipilih Bebe:

a. Les renang jadi Minggu boleh nonton
b. Tidak les renang tidak apa-apa, tapi hari Minggu tidak boleh nonton.

SULIT YA HAHAHAHA. Nangis-nangis dia. Tapi akhirnya dia pilih opsi A. Kalau nggak mau pilih? NGGAK BOLEH. Pilihannya cuma itu. Pilih sendiri yang menurut kamu baik. Saya hanya jelaskan pros & consnya.

Seperti juga soal makanan sehat dan tidak sehat. Saya tidak pernah larang, tapi dia tahu semua konsekuensi seperti sakit gigi atau sakit perut jadi dia sering menolak kalau ditawari makanan/minuman kemasan.

(Tips agar anak bisa jadi pengambil keputusan yang baik pernah saya tulis di sini: Anak dan Pengambilan Keputusan.)

Seumur hidupnya dia begitu. Sekadar pilih makanan apa, atau kaos kaki beda kanan kiri, nyeker atau pake sepatu, dan segudang konflik hidup balita lainnya. Maka ketika dia langsung disuruh, dia tersinggung dan mikir kurang lebih:

“PERMISI, ANDA SIAPA SURUH-SURUH HIDUP SAYA?”

HAHAHA.

Untungnya sekolah montessori ya, anak-anak seperti Bebe ini diakomodir. Menurut Montessori, anak kecil adalah orang dewasa yang masih belajar dan “terperangkap” di tubuh anak kecil. Makanya ia ya harus diberi kepercayaan seperti orang dewasa, seperti menggunakan alat makan beling, diperbolehkan menuang air dari teko sendiri, atau menggunting menggunakan gunting logam. Hal-hal yang dianggap “bahaya”, boleh dilakukan asal dengan pengawasan.

Missnya kemudian bilang (dan bikin saya terharu huhu bikin nggak merasa gagal-gagal amat sebagai orangtua):

“Ibu dan bapak sudah benar, menjadikan anak sebagai subjek, BUKAN objek. Anak subjek, dia punya pilihan dan keputusannya harus dihargai”

NGEMBENG DI TEMPAT SIH.

Jadi ya setiap hari, missnya juga memelintir kata agar seolah Bebe mengambil keputusan sendiri. Untuk tidur siang, diberi pilihan dengan “kalau kamu nggak tidur sekarang, ketemu appa dan ibu semakin lama. Mau ketemu lama atau ketemu cepet-cepet?” Ya cepet dong, makanya tidur. <3 br="">

Kenapa anak harus diberi pilihan?

 Karena jadi orang yang nggak bisa ambil keputusan itu RIBET. Meski banyak yang bilang pengambilan keputusan itu bisa diwariskan secara genetis, menurut saya decision making itu nurture lho!

Berhubungan erat dengan apakah seumur hidupnya, dengan berbagai pengalaman yang dihadapi, apakah anak dihargai di lingkungannya? Terutama ya oleh orangtuamya.

Apa minusnya anak yang bisa ambil keputusan sendiri?

Keras kepala hahahaha. Ya karena dia selalu diberi pilihan, dia benci dipilihkan. Bisa meltdown banget kalau dipilihkan karena dia tersinggung dan merasa tidak dihargai.

Apa plusnya anak yang bisa ambil keputusan sendiri?

Ia sangat mandiri. Lebih mandiri dari anak seusianya. Ia tahu apa yang ia mau dan tidak bergantung pada orangtuanya untuk memutuskan sesuatu.

Anak juga akan lebih percaya diri dan tidak mudah terbawa orang lain karena ia percaya pada keputusannya sendiri.

Selain itu, ia akan merasa dihargai dan lebih bisa diajak diskusi. Ia mau berdiskusi bukan karena takut, tapi karena ia tahu pilihannya akan dihargai seperti orang dewasa.

KEYWORD: SEPERTI ORANG DEWASA.

Ya, saya selalu menganggap perasaan Bebe seperti perasaan orang dewasa. Orang dewasa aja kalau bangun tidur pengen kedip-kedip dulu kan nggak mau langsung mandi, ya anak kecil juga sama.

Orang dewasa aja kadang pengen makan banyak kadang males makan, ya anak kecil juga sama.

Orang dewasa sebel banget kalau dipaksa melakukan sesuatu, ya anak kecil juga sama.

Hanya karena ia anak kecil, bukan berarti dia tidak punya perasaan. Hanya karena ia anak saya, bukan berarti pilihan dan perasaannya milik saya. Saya dan JG hanya membantu dan mengeksplorasi agar ia bisa memilih pilihan yang terbaik.

Again, bisa begini karena ya Bebe di daycare. Kalau di rumah sama saya 24 jam sih duh nggak bakal waras. Jadi ibu rumah tangga itu bakat-bakatan, kalau kaya saya nggak bakat sama sekali gini sih nyerah aja. Huhu.

Saya juga suka sedih kalau liat anak yang lagi main aja diatur. Kaya kemarin di CFD, Bebe main bola sendirian kemudian ada anak kecil cewek pengen ikutan main. Tapi ibunya ngatur banget, si anak baru pegang bola, ibunya teriak "throw! throw!" terus anaknya nurut. Berikutnya anak megang bola lagi ibunya teriak "kick! kick!" terus anaknya nurut. Berikutnya anaknya NUNGGU disuruh dulu dong baru dia mau lempar atau tendang. Kan kasian ya. Biar aja sih terserah anaknya itu bola mau diapain.

Atau lagi main Lego bareng di tempat mainan. Banyak orangtua yang ikut campur dan kritik hasil Lego buatan anaknya "ini kok merah sih dek, atasnya bagusan biru" atau "masa mobil rodanya tiga, tambah lagi dong". Ya ampun main aja anak susah bebas. Main lhooo. Bebas aja sih.

Semoga di masa depan Bebe bisa jadi pengambil keputusan yang baik dan selalu percaya diri ya!

-ast-

BONUS GIF PETER KAVINSKY BECAUSE WHY NOT!


via GIPHY







LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Sebuah Kisah, Patah Hati (Setelah Menikah)

on
Friday, August 17, 2018

Kutipan di foto itu jadi caption Instagram saya beberapa waktu lalu usai seorang teman meraung-raung dan berkali bicara “ingin mati”.

Iya, berulang kali bilang ingin mati karena sedang patah hati.

Kalau pertama kali berkenalan dengan yang namanya jatuh cinta saat remaja, kita pasti sudah terbiasa dengan senyum tak henti, perasaan sudah seperti musim semi, berbunga-bunga. Hidup rasanya aman sekali. :)

Sampai kemudian harus patah hati.

Menangis sesenggukan di kamar dengan tisu berserakan di lantai ala serial Hollywood. Duduk di bawah shower menyala pakai piyama. Tak tahu lagi harus bagaimana. Tak tahu lagi harus menangis di mana. Terlalu rapuh. Merana dan sengsara. Cuma ingin dia.

Rasanya benar-benar ingin mati.

Kata orang, cara terbaik untuk menyembuhkan patah hati adalah menemukan hati yang baru. Untuk kemudian jatuh cinta lagi, agar hati yang sempat hancur di bawah serakan tisu dan rintikan shower itu terasa tergenggam kembali. Untuk kemudian bisa berdenyut lagi dan melupakan si pematah hati.

Jatuh cinta lagi memang cara paling mudah untuk menyembuhkan patah hati. Ironis? Tidak, toh untuk patah hati juga kita harus jatuh cinta dulu kan?

Maka masa-masa sebelum menikah pun dilalui dengan pengulangan momen-momen itu. Jatuh cinta, patah hati, jatuh cinta pada orang baru lagi, patah hati lagi, jatuh cinta lagi, sampai akhirnya kita memutuskan untuk berhenti.

Jadi ketika jatuh cinta terakhir kalinya sampai ingin menikah, sebagian besar di antara kita mungkin langsung merasa aman selamanya.

YASSS, AKU TIDAK AKAN PATAH HATI LAGI! Ini kan jatuh cinta terakhirku, mari menua bersama!

Tapi hidup tidak dibuat sebegitu mudah, darling. Menikah tidak sesederhana jatuh cinta, ke KUA, dan tinggal bersama menata rumah sampai tua. Pernah terpikir kah kalian bagaimana kacaunya patah hati setelah menikah?

Iya, yang complicated dari cerita teman saya ini adalah dia sudah menikah. Orang yang membuatnya patah hati juga sudah menikah.

Rumit sekali. Karena jalan keluarnya tidak semudah saat kita remaja. Tidak semudah, cari saja orang baru untuk jatuh cinta lagi.

Istri di rumah bagaimana? Bisakah jatuh cinta pada istri yang sama lagi setelah jatuh cinta pada orang lain? Sayang bisa masih sama, tapi jatuh cinta lagi?

Sebut saja teman laki-laki saya ini dengan X. Iya dia laki-laki. Istrinya tanpa cela. Model-model istri yang foto Instagramnya bikin iri alam semesta. Ingat, foto Instagram tak menjamin hidup bahagia. Mungkin ia juga tak pernah sangka suaminya ternyata bisa jatuh cinta lagi. Untungnya ia tak tahu, setidaknya sampai hari ini.

Kemudian mari kita sebut perempuan yang terjatuhi cinta (ah, mereka sama-sama jatuh cinta) ini dengan Y. Y juga punya suami yang sempurna. Pengertian luar biasa. Fun fact: dibanding istri X, Y ini biasa-biasa saja. Ya, cantik tapi Instagramnya tak bikin iri alam semesta.

GET IT?

Keduanya sejatuh cinta itu. Jalan atau makan bersama berdua? Tidak, kalau pun iya tak pernah berdua. Berhubungan badan yang bikin deg-degan karena dengan orang baru? Tentu terpikir berkali-kali. Tapi tak sampai hati.

Our chemistry is not in a sexual way, katanya. Cinta bukan melulu tentang raga, cinta bisa hadir dan menyenangkan bahkan tanpa hubungan badan. Kalau tanpa seks saja mereka sudah sejatuh cinta itu, kita bisa apa?

Sesayang itu. :(

Perjalanan cinta mereka hanya karena chat yang terlalu nyambung. Chat biasa yang jadi kebiasaan menyenangkan dan langsung berubah jadi sinyal-sinyal kangen ketika sehari tak ada.

“Gue baru tau, ternyata bisa-bisa aja ya sayang sama dua orang di saat yang bersamaan.”

YA BISA. But well, we learn something new everyday, don’t we?

Jatuh cinta tidak kenal status pernikahan. Jatuh cinta ya jatuh cinta. Mau sebaik apapun menjaga, namanya cinta kadang datang di waktu yang sungguh tidak terduga.

Apa mereka salah? Ya mereka mengaku salah meski siapa saya sampai harus menyalahkan orang jatuh cinta? Apa menyalahkan bisa membuat keadaan jadi tenang? Tidak. Jadi biarkan saja. Jatuh cinta adalah hak mereka, kalau akhirnya patah hati ya sudah bisa apa kita selain menemani?

Berteriak salah pada orang jatuh cinta, seolah kita tak pernah jatuh cinta. Hati tak pernah salah, jatuh cinta bukan masalah, hanya waktu yang kadang begitu kurang ajar memecah belah.

Kenapa harus bertemu? Kenapa harus merindu?

Apa mereka menyesal? Yah, yang jelas mereka akhirnya berkali-kali berusaha berhenti, menyerah, berpisah. Nomor WhatsApp dihapus, Instagram diblock, tak perlu lagi bertemu muka, segala cara dilakukan agar bisa lupa.

Ternyata toh tetap tidak segampang itu.

“Gue sayang istri, sama sekali nggak pengen pisah sama dia. Nggak pernah kepikiran sedikit pun cerai sama dia karena gue juga nggak pernah kepikiran sekali pun nikah sama Y. Tapi kenapa ya nggak bisa lupain dia?”

Orang jatuh cinta tidak punya akal sehat katanya, tapi untungnya Tuhan masih menyisakan mereka sedikit logika. Jadi setelah berkali pisah dan kembali, bermeter-meter argumen, berhari-hari teriakan, dan berderai-derai air mata, mereka memutuskan benar-benar berpisah.

Stop hubungan ini karena mau dibawa ke mana? Untuk apa dilanjutkan? Hanya untuk ketahuan? Hanya untuk membuat hidup berantakan?

Bicara pisahnya gampang, kenyataan menghadapi hari-hari setelah perpisahan itu yang luar biasa sulit. Patah hati karena pacar selingkuh itu satu hal, patah hati pada selingkuhan karena mengingat kebaikan istri itu hal lain.

Mereka saling menyalahkan. Menyalahkan satu sama lain, menyalahkan diri sendiri karena membuka hati. Meski rasanya tentu, pasti, tak sengaja.

X makin tak karuan karena Y pun sama kacaunya. Berkali menelepon hanya untuk memaki, tak sanggup menata lagi hati. Katanya tak tahu lagi definisi kerja dan hidup tenang, di rumah hanya menangis semalaman. Tentu pelan-pelan, agar tak ketahuan. :(


Sampai dua bulan kemudian, hari ini. Belum ada kemajuan. Masih tercerai berai, dengan luka besar yang masih menganga.

Patah hati, sampai mau mati.

Seperti dipaksa berpisah entah oleh siapa dan dengan alasan apa. Seperti diminta patah hati tanpa tahu harus jatuh cinta pada siapa lagi. Seperti harus sakit sendiri karena sungguhlah tak bisa cerita rasa ini pada istri.

Saya hanya bisa bilang: sabar. Sabar, semua orang pernah patah hati sampai mau mati. Waktu menyembuhkan, tidak sekarang, tidak besok, mungkin bulan depan, mungkin tahun depan, mungkin 10 tahun lagi.

Selama kamu masih mau bersama istri dan anakmu, maka kamu harus bertahan. Jangan mati.

Jangan mati dan jangan sampai ketahuan.

Ada yang punya obat sembuhkan patah hati setelah menikah?

PS: Seperti fiksi? Nope, ini kisah nyata. Dicurhatin mulu soal ini pas lagi PMS kan jadinya ikutan ambyar. T______T

-ast-

Baca tulisan terkait tentang Selingkuh dan Pelakor.






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Review Si Doel The Movie

on
Tuesday, August 14, 2018
[SPOILER ALERT]

Kalau kalian baca blog saya sejak lama, kalian pasti tau ya pengaruh film AADC sama hidup saya. Sengaruh itu lho sama kehidupan. Kalau yang satu ini, saya ngerasa nggak ngaruh tapi kok ya punya bagian besar dari masa kecil saya.

Dari belum ada filmnya aja, Si Doel ini tuh salah satu topik banget di group keluarga saya. Jokes kami tuh sering banget yang Si Doel related. Adik saya malah ngefans banget dan sering share link-link untuk streaming. Hampir semua episode apalagi episode yang ikonik gitu kami sekeluarga hapal semua hahaha.



Jadi pas ada Si Doel The Movie, bahasan di group ya jadi terus-terusan soal filmnya HAHA. Adik saya yang pertama nonton duluan karena dia paling ngefans, disusul ayah dan ibu plus adik bungsu yang nonton bareng bertiga, terakhir saya dan JG baru nonton berdua weekend ini setelah maksa adik pertama untuk nungguin Bebe di rumah selama kami nonton lol.

JADI GIMANA FILMNYA?

Well, kalian nonton Si Doel sampai mana dulu nih? Sampai Doel nikah sama Sarah?
SAMA DONG KAYA SAYA.

Padahal itu baru season 6 (finale. Ada yang bilang finalnya itu season 7 tapi saya nggak nemu) dari Si Doel Anak Sekolahan. Setelah itu ada series dan FTV-nya lagi jadi kalau kalian nggak nonton dan nggak ada yang bisa ditanya sih udah dijamin hah hoh nggak ngerti. Jadi alur atau urutannya itu gini:

- Si Doel Anak Sekolahan (TV Series, 6 season, 1994-2003) - tamat dengan Doel nikah sama Sarah
- Si Doel Anak Gedongan (TV Series, 2005) - tamat dengan Sarah kabur ninggalin Doel.
- Si Doel Anak Pinggiran (FTV, 2011) - tanpa pernah menceraikan Sarah (karena doi ngilang, bos), Doel nikah siri sama Zaenab yang juga janda.

Film yang di hari kesebelas udah dapet 1,3juta penonton ini jadinya nostalgic banget. Saya sih mewek dari AWAL BANGET PAS OPENING. :( Mewek gara-gara denger suara Babe aja sih. Sesederhana mikirin orang susah yang mati-matian pengen anaknya sekolah. OH SO RELATABLE.

Dan ya, emang sebaper itu sih sama keluarga Doel. :’(

Sedih karena series ini tayang lama banget sampai pemerannya ya lekat dengan perannya. Saya juga gitu. Liat sepeda ontel langsung inget Engkong Ali yang selalu pilih kasih sama cucu tapi nggak suka sama si Mandra yang anak sendiri. Inget Babe, inget mas Karyo. Meninggal semua. Inget juga sama mang Eman tukang kiridit panci orang Tasik yang nangis duduk di tanah pas Babe meninggal.

T______T

Overall filmnya cantik kok dengan latar belakang Amsterdam. Cinematic dan udah kaya film zaman sekarang yang shotnya beragam. Shot di series-nya kan bosenin banget, long shot aja jaraaaanggg, paling cuma kalau mau liatin rumah & warung plus babe tiduran sambil kipas-kipas. Sisanya ya close up aja ngobrol ganti-gantian antar pemeran gitu. Muka nyak, ganti muka babe, mundur dikit medium shot, balik close up lagi hahaha. Jarang ada adegan close up berdua gitu, shotnya ganti-gantian mulu, syutingnya ganti-gantian juga kali ya lol.

Saya bahas satu-satu per karakter aja ya!

Nyak

Mellow sih karena sakit tapi masih bisa akting, masih bisa inget skenario. Dan termellow karena ada wawancara sama Rano Karno yang bilang kalau film ini udah jadi wacana dari dulu tapi akhirnya diwujudin karena Nyak yang minta huhu. Sepanjang film nyak cuma nasihat-nasihatin semua orang gitu.

Sedihnya karena nggak bisa nggak mikirin nyak harus main film dalam kondisi sakit karena butuh uang nggak sih. SEDIH BANGET PADAHAL ASUMSI DOANG INI. T_______T

Atun

Atun ternyata sudah jadi bundaaaa ahahahahaha. Kocak banget anaknya udah SMP. Ternyata Atun udah punya anak sejak series sebelumnya. Nikah sama mas Karyo tapi terus meninggal ya ampun apes amat ya ini hidup satu keluarga. :(

Terpengen noyor karena Atun nggak nganggep Zaenab sebagai istri bang Doel banget deh. Ngomong nggak dijaga! Ya ngerti Atun sama Zaenab dari dulu temenan tapi KOMPOR IH SUMPAH.

Mandra



Tanpa Mandra apalah film ini. Semua celetukannya bikin ngakak banget. Senatural itu untuk jadi orang primitif. Kata ayah, Mandra kalau main di film/series lain yang sutradaranya bukan Rano Karno suka norce, tapi kalau di Si Doel selalu natural. IYA YA. Kok bisa yaaaa.

Saya juga yakin dia pasti biang kerok di film/series selanjutnya dalam drama cinta segitiga ini. Enough said.

Zaenab

Ini cewek hidupnya kok kasian amat yaaa. Seumur hidup naksir Doel hanya untuk ditinggal nikah. Seumur hidup jadi nomer dua banget lho, seumur hidup jealous sama Sarah, seumur hidup ngerasa kalah terus sama Sarah. Sampai udah nikah pun tetep Doelnya belum cerain Sarah.

Pesan moral untuk orangtua, JANGAN MATRE! Hidup anak lo berantakan kalau lo matre! HUH. Dari dulu paling sebel sama ibunya Zaenab, untung nggak nongol di film. Cuma suara bapaknya doang yang muncul di opening.

Yang paling awkward adalah Zaenab menyebut diri sendiri dengan “saya”. AYE LAH HARUSNYA. Aye itu Zaenab banget. Tapi tetep Maudy Koesnaedi cantik banget sih gils.

Sarah

Pas Sarah nemuin Doel, keliatan punggungnya dulu kan ya. Pas balik badan …



SISSY PRISCILLIA?

SUMPAH MIRIP BANGET JAHAHAHAHAHAHA.

Jadi kakaknya boleh deh, jadi Cornellia Agatha, Sissy, Vanesha HAHAHA. Kesel nggak lo tiga-tiganya muncul di film legend gitu, Doel, AADC, Dilan. XD



Tapi asli sepanjang film saya kesel banget sama Sarah. DRAMA ABIS IH HIDUP LO.

Lagi hamil kabur dari rumah sampai 14 tahun dan nggak ngabarin itu selfish banget sih. MAUNYA APA. Mau cerai ya bilang dong. Nyebelin banget, gantungin suami sendiri kaya gitu. Atau kalau mau ngilang ya ngilang selamanya. JANGAN LABIL. Bilang aja ke anaknya kalau papa udah meninggal kek.

Paling sebel pas di akhir film dia bilang tahun depan mau pindah ke Jakarta for good. Saya sama JG langsung liat-liatan.

NO. Stay there. Yu menambah masalah yang yu buat sendiri. Yu diam saja di Belanda.

via GIPHY

Saya: “Anaknya tahun depan mau SMA pendek amat, masa kecil gitu sih”

JG: “Stunting kali?”

KAMPRET. :)))))

Beneran masih di bawah bahu Doel sama Sarah banget. Masih SD deh kayanya yang jadi anak itu.

Doel

YU JUGA KAMPRET.

Dari dulu kan si Doel ini emang nggak pernah netepin pilihan. Naksir sama Sarah, Sarah mau apa selalu diiyain, tapi gitu juga sama Zaenab. PHP yang sebenarnya.

Katanya Doel udah dijodohin dari kecil sama Zaenab, lha tapi kan dilepeh mulu sama ibunya Zaenab. Lagian punya dignity sedikit gitu lho udah dihina-hina kok ya masih ajaaa baik-baikin Zaenab. Sampai Sarah kabur juga karena Doel nolongin Zaenab yang keguguran tapi NGGAK BILANG-BILANG.



JG: “Jadi dari dulu Doel mau sama Sarah tapi maintain Zaenab biar nggak kehilangan fans ya?”

OHSOTRUEEEE!

Mau sama cewek ini sih tapi yang itu dimaintain juga biar ada yang ngejar-ngejar terus. Kita pasti punya nih satu temen yang begini kerjaannya. Cih.

Terus Doel ini tipe yang repressed feeling banget deh ingin rasanya kubuatkan janji dengan psikiater *jejelin xanax*

Hans

Aktingnya awkward tapi setelah dipikir-pikir dia memang harus awkward sepanjang film karena harus set up sepupunya yang labil pada suaminya yang sudah ditinggal selama 14 tahun. HARUS AWKWARD EMANG FIX.

Koh Ahong

Definisi sebenarnya dari susah move on. T_______T KASIAN BANGET SIH KOH AHONG. Sayang banget sama Zaenab sampai nggak nikah sama siapa-siapa tapi Zaenabnya nggak mau.

Padahal zaman dulu nyaknya Zaenab nyodor-nyodorin Ahong banget ya sama Zaenab. Kalau Betawi asli zaman sekarang apa masih relate jodohin anak sendiri sama pengusaha batako? Yakin mau dijodohin sama Ahong atau lebih baik pilih pemimpin muslim?

*HENING*

Anyway, yang emang ngefans banget sama Si Doel sih nonton aja karena ya menghibur. Nostalgic  dan entertaining lahhhh. Mandra kocaaakkkk. Tapi kerasa banget ini film cuma teaser untuk bridging ke selanjutnya. Antara film lagi atau series baru sih. Katanya Rano Karno udah mau balik ke entertainment lagi kan udahan berpolitiknya.

Jadi siapa yang udah nontoooonnnn?

Btw males cari foto karena mereka nggak siapin still cuts buat promo gitu. Cek aja sendiri di Instagram @sidoelanaksekolahan yaaa!


-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Semua yang Jadi Tentang Anak

on
Sunday, August 12, 2018
Satu hal yang sering saya bahas dengan JG dulu sebelum menikah dan selama hamil, apakah ketika kita punya anak dan harus mengobrol dengan orang lain, topik kita jadi akan melulu soal anak?


Kalau lawan bicara sudah punya anak juga sih masih oke ya, kalau lawan bicara belum atau tidak punya anak (ya seperti kami dulu saat membahas itu), haruskah kita kehilangan sekian banyak topik dan hanya membahas tentang anak kita sendiri?

Karena dulu kami sepakat pada satu hal: mendengar orang membicarakan anaknya sendiri nonstop sementara kami menikah saja belum, itu menyebalkan. Kaya mikir emang nggak ada bagian lain dari hidup lo yang nggak bisa diceritain gitu?

Berpegang teguh pada prinsip itu, maka saya sangat berusaha tidak membicarakan Bebe di forum umum (seperti di meja makan siang yang ramai) KECUALI ADA KONTEKSNYA ATAU KALAU DITANYA. Kalau nggak ditanya saya nggak tiba-tiba buka topik soal anak “eh kemarin Xylo lucu deh dia ngapain dan ngapain …” Sejak Bebe bayi sampai sekarang, saya masih seperti itu.

Jadi kalau ngobrol sama saya, topiknya akan sangat beragam dari Twitter, selebgram, politik, skin care, you name it. Begitu pun dengan JG. Kami se-ekstrovert itu sampai mikirin banget topik ngobrol sama orang karena kami seneng banget ngobrol dan takut orang bosan kalau ngobrol dengan kami hahahaha.

Sampai ke sesi team building yang yah, topiknya banyak yang sangat personal. Dan sering sekali jawaban saya ya tentang Bebe. Berkali-kali saya harus berdiri di hadapan 20 sekian orang dan membahas tentang Bebe. Membosankan. Saya jadi orang membosankan itu.

via GIPHY

Salah satu pertanyaannya adalah: kalau satu hari mau tuker jadi orang lain, kamu mau jadi siapa?

Saya jawab saya ingin jadi Xylo. Karena ingin tahu apakah saya cukup baginya? Apakah ada yang terlalu menyakiti? Apakah ada yang terlalu menyebalkan? :(

Nah, minggu berikutnya ditanya personal goals, saya jawab ingin Bebe masuk sekolah di SD yang kami inginkan meskipun chance-nya tipis sekali.

PERSONAL GOALS = SEKOLAH BEBE. Merenung sendiri karena apanya yang personal coba huhu bahkan definisi personal saya aja blur sekali sekarang.

Orang lain kan goalsnya punya cat cafe, kerja di London, dan berbagai cita-cita pribadi lain. Saya mikirin personal goals saya sendiri, ada beberapa sebetulnya, tapi untuk saat ini nggak ada yang lebih saya inginkan di dunia ini selain Bebe masuk SD itu. Harus SD itu. :(

Biarlah saya dianggap membosankan ya karena ternyata benar, sekarang semua jadi tentang anak. Mau tidak mau, suka tidak suka, ketika kalian punya anak dan mau bertanggungjawab pada anak itu, semua jadi tentang anak.

Apa saya jadi kehilangan diri saya? Tentu!

Tidak perlu meromantisasi, menghibur diri, dan bilang “nggak ah nggak hilang kok, semua worth it demi anak”. Ada yang hilang ya akui saja hilang, semua demi anak ya benar juga. Anak yang diutamakan, personal goals kita jadi hilang. Diubah di sana dan di sini.

Pesan moral bagi kalian yang mau menikah dan ingin segera punya anak, sudah siap kehilangan diri sendiri? Sudah selesaikah dengan diri sendiri? Saya mungkin sudah seselesai itu sehingga ditanya personal goals pun jawabannya tetep soal anak.

Karena kalau belum selesai dengan diri sendiri, jadinya akan complicated banget lho. Akan banyak penyesalan dan bukan tidak mungkin akan kita limpahkan ke anak kalau si anak dirasa mengecewakan: “ibu udah begini dan begitu demi kamu!”

Keyword “demi kamu”. Apakah anak minta agar diprioritaskan? Tidak pernah. Apakah Bebe minta sekolah yang saya inginkan itu? Tidak. Saya yang mau. JG yang lebih mau banget. Jadi memang untuk Bebe, tapi sepenuh-penuhnya itu keinginan saya dan JG. Pada akhirnya itu jadi personal goal kami. Malah sepersonal itu.

Saya mikirin lagi apa personal goal saya sebagai diri sendiri dan bukan sebagai orangtua? Ada, beberapa. Tapi kemudian setelah dipikir-pikir lagi pada akhirnya demi lebih banyak uang sehingga bisa liburan sama JG dan Bebe hahahahaha.

Jadi ya mungkin saya memang sudah jadi tante-tante. Mungkin saya sudah jadi bude-bude yang membosankan. Semua tentang diri sendiri jadi masa lalu, semua tentang keluarga jadi masa kini dan masa depan.



via GIPHY

Mungkin saya bisa santai bicara seperti ini karena saya punya kehidupan lain selain jadi ibu. Kalau yang melulu di rumah dan full sama anak terus, cari hobi deh. Cari sesuatu yang kalian suka dan bisa kalian kerjakan sehingga bisa sejenak nggak memikirkan soal anak. Ya biar nggak jenuh aja.

Saya beruntung karena punya pekerjaan, menulis buku, sharing di Instagram, menulis blog, punya berbagai kegiatan di luar peran jadi ibu dan tidak melulu bersama anak. Meskipun ya tetep nulis buku soal anak, sharing di Instagram soal anak juga, nulis blog ya apalagi kalau bukan soal anak, bahkan kerja di kantor aja sekarang bahasnya parenting. Kurang membosankan apa hidup saya? Passionate amat kayanya sama parenting. XD

Tapi mungkin karena saya rajin share soal Bebe di platform online loh jadi rasanya cukup. Mungkin memang setiap orang JUGA ingin selalu cerita tentang anaknya tapi mereka nggak punya blog, nggak main Instagram, apalagi nulis buku, jadi cerita anaknya melulu di forum offline. Buat saya mending nulis online sih, mau baca silakan, nggak mau ya nggak usah. At least saya nggak memaksa orang untuk dengerin saya cerita tentang anak saya. YA NGGAKKKK?

Ini kayanya makin nggak jelas deh jadi ya udah gitu aja pokoknya yang penting ditulis deh daripada pusing dipikirin doang. Selamat menyambut Senin semuanya!

Jadi apa personal goal kalian setelah punya anak? Masih punya sesuatu yang personal? Apa ujung-ujungnya untuk anak juga seperti saya? ;)

-ast-

PS: Kemarin malam saya tanya langsung sama anaknya, “Ibu nyebelin nggak sih? Xylo pernah mikir mau ganti ibu nggak?” Dia menggelang dan peluk terus bilang “nggak kok aku nggak mau ganti ibu” uncchhhh gemas. :’)






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Memposisikan Masalah

on
Wednesday, August 8, 2018

Perkara ganjil genap ini kok yaaaa … nggak tau lagi harus ngeluhnya kaya apa. Intinya mobil kami platnya genap, setiap hari selalu lewat jalan yang sama tapi kok ya kemarin kena tilang.

Padahal kemarin udah tanggal 7, berarti kan udah lewat jalan itu dari 3 hari sebelumnya dan nggak kena tilang sama sekali jadi dipikir ya memang belum mulai aturan ganjil genap di situ. Sedih karena Rp500ribu melayang. :(

Sedihnya lagi itu karena kemarin abis servis AC di rumah, kapasitornya rusak jadi nggak dingin dan bikin listrik jadi ngejegrek terus gitu. Kan ya serem kulkas juga jadi rusak, jadi nggak punya pilihan lain selain ganti, Rp350ribu aja sis.

Dan ketambah lagi hari sebelumnya oli mobil bocor, ke bengkel auk diapain intinya abis juga Rp500ribuan. Rada ingin mengabsen nama binatang gitu ya dalam seminggu kok apes amat kami ini sampai abis hampir Rp1,5juta buat perintilan rusak.

JG udah kesel sendiri “kenapa sih hidup kita, dari kemarin keluar uang buat ini itu rusak. Sedih aku!”

:(

Untuk menghibur diri saya pun pergi sama temen-temen kantor lama. *HALAH UDAH BOKEK MALAH KE MALL*

Cuma makan doang kok terus cerita-cerita seru gitu kan segala rupa di-update sampai ke cerita salah satu temen kantor yang juga lumayan akrab dengan kami, istrinya kena kanker paru stadium 4. T_______T

Nangis banget ya Tuhan, doa terbaik untuknya. T______T

Sampai rumah langsung kepikiran banget dan nggak bisa nggak mikirin sampai sekarang. Kali ini pengingat untuk rasa bersyukurnya kenapa gini amat.

Masih literally nangis sih nulis ini. T______T

Mendadak uang gue untuk benerin ini itu nggak ada apa-apanya banget. Nggak pantes ngeluh sama sekali. Lain kali emang perlu mikir berjuta-juta kali sebelum mengeluhkan sesuatu apalagi berhubungan dengan uang yang ya, sebenernya masih bisa dicari lagi asal kita sehat kan.

Masih jadi PR besar banget sih buat saya gimana kita memposisikan masalah. Saya nggak depresi, lagi nggak sakit secara mental, harusnya bisa mikir lebih jernih sebelum ngeluh. Beda cerita kalau memang lagi nggak sehat ya.

Ngeluh itu wajar, ngeluh itu manusiawi, cuma mungkin harus lebih menyadarkan diri dulu sebelum mengeluhkan sesuatu. Semua keluarga punya masalah, minggu ini masalah kami ini, di luar sana mungkin ada keluarga yang AC-nya nggak pernah rusak, mobilnya lancar selalu, nggak ditilang tapi punya masalah-masalah lain yang jadi beban pikiran lebih berat.

Semoga kita semua selalu diberi pikiran yang jernih untuk memposisikan masalah dan selalu bisa berusaha berlapang dada ya.

Sehat-sehat ya semuanya. T______T

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe (Mogok) Les Renang

on
Sunday, August 5, 2018
Ampun ya cerita Bebe les renang aja belum mulai eehhh udah mogok aja anaknya kemarin uhuhuhuhu ibu sedih.

Buat yang nggak follow Instagram saya (NGGAK NGERTI LAGI KENAPA HARUS NGGAK FOLLOW SIH AH) mungkin belum tau kalau Bebe les renang setiap hari Sabtu. Sabtu kemarin itu pertemuan keempat. Ini udah saya stories sekilas sih tapi ribet nyarinya dan saya bertekad kan selalu nulis perkembangan Bebe di blog ini biar kalau lupa tinggal search dan baca.



Kenapa Bebe les renang?

Karena saya dan JG merasa dia kurang tinggi *tetep*. Ya meskipun kata dokter Aman Pulungan, latihan fisik nggak segitu ngaruh sih dibanding gen, tapi ya MENGAPA TIDAK DICOBA LAH YA.

Kedua, karena saya sebel banget Bebe itu Sabtu dan Minggu kerjaannya nonton doang. Ya itu emang aturan kami sih, tapi jadinya dia nggak ngapa-ngapain lagi. Mentok main di playground apartemen terus nonton lagi. “Kan sekarang Sabtu, aku kan memang boleh nonton”

(Baca Pengalaman Konsultasi dengan dr Aman Pulungan)

Ya iya sih tapi nggak seharian juga. Tapi gimana coba saya larangnya, lha emang itu aturannya kan. Satu-satunya cara mendebatnya adalah dengan ngasih kegiatan yang seru. Seperti ke mall (HAHA) atau ya les sesuatulah yang penting ada aktivitas ke luar rumah aja. Kalau di luar rumah dia nggak pernah minta nonton soalnya, sejak detoks gadget, di mobil juga kami strict nggak kasih HP.

Tapi kasih kegiatan apa ya? Tadinya kami mau les Inggris dengan pertimbangan dia nggak jadi TK bahasa Inggris kan. Si Bebe jadinya mau TK di daycare aja demi mengirit uang lol. Cuslah survey ke EF karena di sana ada kelas buat anak 4 tahun, namanya Small Stars (pernah saya bahas di sini) dan kegiatannya kaya playgroup gitu, bermain doang deh. Mewarnai, menggunting, nyanyi-nyanyi, cuma ya full bahasa Inggris.

Sayangnya, nggak ada kelas weekend! Untuk anak 4 tahun cuma ada di Selasa-Kamis jam 2. Untuk anak 5 tahun baru ada kelas weekend. Selain nggak ada yang nganter karena kami kerja ya LHA NGAPAIN? Ini kan tujuannya mencari kegiatan rutin di akhir minggu. Ya banyak sih workshop atau art class gitu semacam di Ganara Art Studio, tapi kami maunya yang rutin dan Bebe belajar sesuatu yang baru.

Ngobrol-ngobrol di group ibu-ibu kampus, tiba-tiba pembahasan mengarah ke les renang anak! Kebetulan di group itu satu temen saya coach renang, satunya malah mantan atlet renang. Jadilah membahas les renang anak di Jakarta mending di mana?

Les renang anak itu pilihannya ada tiga, private, ikut klub renang, atau ikut kelas.

Saya waktu kecil sih les renangnya private karena di kolam renang deket rumah kebetulan ada kelas untuk private renang. Tapi kurang seruuuu. Nggak semangat gitu karena ya berdua aja sama coachnya. Pemanasan aja sendirian, nggak ada teman berbagi suka duka keluh kesah huhu.

Kedua, ikut kelas macam di Rockstar Gym gitu. Dia ada kelas renang kan ya, enak pula latiannya di mall. Cuma saya justru mikir-mikir karena latihannya di mall hahaha.

Nah, waktu kecil itu adik bungsu saya ikut club dan keliatannya seru. Klub renang gini yang biasanya cetak atlet nih. Di Bandung, dia satu klub sama temen kuliah saya yang atlet itu. Latihannya rada militer lol. Makanya diputuskan Bebe ikut klub aja biar sekalian belajarnya beneran sama orang-orang yang cetak atlet meskipun ya nggak mikir Bebe harus jadi atlet juga sih. Klubnya disaranin sama temen saya yang coach renang dan malem itu juga langsung daftar hahahahaha seimpulsif itu.

Beneran disiplin banget lah, begitu dateng harus udah pake baju renang + kacamata + topi renang (kalau rambutnya ganggu dan nggak botak kaya Bebe lol). Masuk ke kolam, di pinggir langsung simpan botol minum dan pelampung. Jadi nggak ada urusan bolak-balik ke ibu minta minum segala.

Sebelum daftar, kami harus trial dulu dan tanya anaknya seneng apa nggak. Kalau nggak seneng nggak perlu daftar katanya. Dan keliatannya mereka nggak terima anak takut air gituloh. Kalau private kan pelatihnya suka membesarkan hati gitu, anak dibujuk-bujuk biar mau berani. Kalau ini, anak nggak berani nyebur ya bye aja nggak usah jadi daftar HAHAHAHA.

Untunglah trial Bebe lancar dan boleh daftar. Saran saya kalau anaknya takut air, dibiasain dulu di air. Soalnya berenangnya langsung di yang dalem dan cuma pake pelampung board. Rada nakutin pasti kalau buat anak yang nggak biasa sama air.



Trial lancar karena saya sounding “nanti kalau di kolam kamu nangis dan ibu-ibuan, kita pulang aja kamu nggak perlu renang lagi”. Pertemuan kedua dan ketiga lancar … karena saya nggak ikut. Yang kedua pas ada Gesi dan Mba Windi di Jakarta jadi kami staycation di hotel. Yang ketiga, kami ada book talk di Grand Indonesia jadi Bebe sama JG juga.

Pertemuan ketiga ini rada traumatis hahahaha.

Bayangkan Bebe dan Aiden itu lari-larian sejak jam 9 pagi di Museum Polri, lanjut main di GI sampai jam 3. Kemudian dia cus ke kolam, di jalan tidur bentar doang karena keburu nyampe. Nyampe kolam eh loh pas yang latian dikit! Jadi biasanya satu pelatih 3-4 anak, ini cuma 2 anak jadi ya 2 jam itu lama banget bolak-baliknya. Bebe sampai nangis karena capek dan akhirnya naik duluan sebelum les selesai HAHAHAHAHA.

Sampai rumah dia ngeluh-ngeluh “ibu, aku tuh capek banget tadi. Appa bilang sekali lagi aja aku nggak kuat, aku mau mandi aja.” Terus-terusan juga bilang kalau lengannya pegel.

MINGGU DEPANNYA YAITU HARI SABTU KEMARIN DIA PUN MOGOK BERENANG.

Padahal dari rumah semangat, sampai mobil tidur, bangun, ganti baju di mobil masih semangat. Turun mobil masih happy tapi minta gendong. Begitu liat kolam, meluk saya kenceng-kenceng dan sembunyiin muka di bahu.

20 MENIT KEMUDIAN … KAMI MASIH MEMBATU DI PINGGIR KOLAM.

Si Bebe itu bukan anak yang bisa dibujuk pake makanan jadi bingung banget sih ngebujuknya. Nggak pernah bisa gitu dibujuk pake es krim atau burger, dan saya ogah ya bujuk les renang doang pake mainan. Intinya dia nangis nggak mau berenang karena takut capek. Kami pun kembali ke mobil.

SETENGAH JAM KEMUDIAN … MASIH DI PARKIRAN.

Karena si Bebe nangisnya nyebelin. Mobil diem nangis, mobil maju dikit mau keluar parkiran nangis. Dia nggak bisa mutusin mau berenang apa nggak karena saya bilang “kalau kamu nggak mau les renang ya udah, kita nggak perlu renang lagi karena untuk apa renang main-main doang. Baju renang dan kacamatanya dikasih aja ke aa (kakak sepupunya)”

KEJER SISTAAAA HAHAHAHAHA.

JG marah dan akhirnya kami keluar parkiran HANYA UNTUK MUTER LAGI KARENA SI BEBE TERIAK-TERIAK “NGGAK MAU PULANG”.

Kenapa diturutin amat tumben? Katanya nggak kalah sama anak tantrum?

Karena ya saya nggak mau termakan omongan diri sendiri juga. Kalau Bebe nggak mau les renang lagi selamanya dan bilang “ya udah aku nggak usah les aja, biar aja kasih semua baju dan kacamatanya” Ya saya nggak mau jugaaaa. Maunya Bebe bisa berenang karena berenang itu skill kehidupan heuhhh. Berenang itu HARUS BISA. Ibunya emang ngomong tidak dijaga jadi repot sendiri.

via GIPHY

Akhirnya kami mendadak mengubah aturan. Enak yaaa jadi orangtua, mengubah-ubah aturan demi kehidupan yang lebih damai hahahahaha. Aturannya adalah, mulai sekarang setiap Sabtu dan Minggu Bebe boleh nonton HANYA KALAU SUDAH LES RENANG. Kalau tidak les maka tidak boleh nonton. Bebe tampaknya oke. Tampaknya karena belum mau ngomong. Pake insting keibuan aja aku sih. *PRET

Balik lagi ke parkiran, saya tunggu di mobil. JG sama Bebe turun berdua dalam kondisi masih nangis. Tapi mau dong les. Selesai les dia happy aja lompat-lompat malah breakdance seperti tidak terjadi apa-apa.

“I HATE YOU!” kata JG … pada saya HAHAHAHA. Karena ya udah fix banget sih Bebe manja sampai nangis kejer karena ibu ikut ke kolam. Kalau ada ibu sih ngomong manja, semua harus sama ibu. Kalau nggak ada ibu dan cuma sama appa sih mandiri banget, semua sendiri, ngomong aja nggak kaya bayi. IBU BIANG KEROK.

Jadi demikian, aturan baru ini sedang kami ulang setiap malam dan disosialisasikan demi Sabtu depan yang damai tanpa drama.

DOAKAN SAKSES YA.

-ast-

PS: Tidak menjawab nama klub secara publik ya kecuali tanyanya lewat DM saya langsung ok. 






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!