-->

Image Slider

Ritual Cerita Bebe

on
Thursday, January 31, 2019
Keseringan sharing di IG story bikin saya bingung, yang mana udah ditulis di blog yang mana yang belum ya? Kadang rada pusing juga karena perasaan udah nulis kok di-search di blog nggak ada! EMOSY!

Ternyata nulisnya di story, atau bahkan di caption Instagram. Keduanya sangat sangat lemah dalam hal archiving karena ya nyarinya harus senggang banget macam pengangguran. Bisa banget dipakein hashtag atau taro highlight, tapi tetep aja lebih gampang di blog yang nyari apapun semudah search di Google dengan “keyword + annisast”.

Sekian pembukaannya karena sekarang sebetulnya mau bahas soal ritual saya tiap malem sama Bebe yaitu cerita sebelum tidur. Kemarin udah dibahas sekilas di story tapi ini rasanya harus ditulis juga di blog karena buat saya, ritual ini SEPENTING ITU. Hal yang paling saya dan Bebe tunggu-tunggu setelah seharian tidak bersama. *halah padahal disuruh bersama Bebe seharian juga ogah*



Dulu, kamu bertiga tidur sekamar karena kontrakan cuma ada 1 kamar. Apartemen yang sekarang ukurannya setengah rumah kontrakan lama tapi kamarnya dua, jadi Bebe otomatis punya kamar sendiri. Ketika Bebe punya kamar sendiri YA SAYA TIDUR SAMA BEBE DONG LOL.

Teorinya sih saya ngelonin Bebe, setelah Bebe tidur saya pindah kamar lalu bisa nonton Netflix dulu sama JG sebelum tidur. KENYATAANNYA LEBIH SERING IBU TIDUR DULUAN DARIPADA BEBE. Sampai pagi pula. Waw, privilege punya anak umur 4,5 tahun yang tidak kurasakan saat ia bayi.

Kenapa cerita kamar ini begitu penting, karena ritual bercerita yang intens banget dimulai saat kami hanya di kamar berdua. Mungkin usianya juga pas ya, waktu pindah ke sini itu Bebe umurnya 3 tahun 8 bulan.

Masalahnya si Bebe sama JG itu mau cerita sih, tapi nggak melibatkan emosi. Ceritanya ya lempeng aja, nggak pernah bilang perasaannya dia sedih, marah, atau kecewa. Cuma sama saya Bebe mau cerita kaya gitu. Makanya pas masih sekamar bertiga sih nggak ada ritual cerita khusus. Paling cerita-cerita di mobil aja sepulang sekolah, atau cerita sambil makan, tapi nggak sampai setengah jam atau sejam khusus ngobrol panjang lebar.

Dulu dia cerita, saya tanggepin, udah gitu doang. TAPI, dari dulu saya emang suka cerita sih, dari zaman dia belum bisa ngomong saya udah cerita. Bedanya, dulu itu dalam rangka nambah kosakata dan biar dia lebih lancar ngomong. Kalau sekarang karena … kepo sama hidup dia hahahahaha.

(Baca: 10 Tips Agar Balita Lebih Lancar Bicara)

Jadi rutinitas kami adalah, makan malem, mandi, terus matiin lampu dan tiduran di kamar sambil pelukan. Teorinya gitu, kenyataannya Bebe mah sambil guling-guling, timpa ibu, lompat-lompat, nggak mau diem lah. Nggak apa-apa yang penting sambil cerita.

Awalnya juga dia cuma jawab pendek-pendek. Lama-lama kalau ditanya “Xylo di sekolah ngapain tadi?” DIA BALIK TANYA DONG. “Ibu dululah yang cerita, ibu di kantor ngapain aja tadi?” Kalau kebetulan saya ada event gitu ceritanya bisa seru karena saya ceritain eventnya, kalau cuma di kantor seharian ya udah saya cuma cerita “ibu tadi kerja, ojeknya gini dan gini, nyampe kantor ibu kerja, terus makan siang sama ini dan ini, abis itu ibu kerja lagi, terus pulang deh”.

Dipancing gitu doang dia mau kok cerita di sekolah main apa, belajar apa. Abis itu pertanyaan wajibnya adalah “ada yang nangis nggak tadi di sekolah?”. Seringnya nggak ada, atau ada tapi dia nggak tau kenapa. Kalau dia tau sebabnya ya dia cerita.



KOK KAYA GAMPANG YA DICERITAIN GINI. Padahal kenyataannya panjang banget sih dialognya. Ya kalian coba ajalah sendiri. Pancing dengan banyak pertanyaan dan cerita kita dulu aja.


Oiya, jangan lupa definisikan sayang ya. Caranya bisa dibaca di sini: Because I Love You. KLIK DONG.

Jadi menurut aku membangun kebiasaan bercerita sejak kecil itu penting banget. Dengan kita menanggapi cerita dia 100% tanpa distraksi, anak akan merasa dihargai dan disayang. Anak akan lebih bahagia. Ini bukan aku yang ngomong lho, ini dari sharing psikolog Elizabeth Santosa di event EF minggu lalu. Bukan iklaaannnn. Pas aku lagi liputan dan pas temanya bagus. (HARUS DIJELASIN)

Tips saling cerita sama anak (untuk di 3 tahun ke atas):

👶Cerita sebelum tidur saat lampu mati, suasana sepi. Indera dia FOKUS sama kita doang. Ini paling efektif untuk cerita panjang.

👶Kalau anak mau cerita saat kita lagi ribet ngerjain hal lain, kalau bisa berhenti sih berhenti dulu dan dengerin anak cerita. Kalau kondisi gini KITA yang harus fokus dengerin dia biar bisa nanggepin 100%. Nggak usah maksain sih menurut aku. Kalau udah punya ritual, bisa ditunda dengan “eh nanti deh ceritanya sebelum tidur ya, sekarang kamu makannya cepet dong biar kita bisa cepet cerita” gitu.

👶Kalau anak nggak mau cerita, kita cerita duluan hari itu kita ngapain aja. Mau cerita receh “aku makan siang sama sate” aja anak dengerin kok. Nanti dia pasti ketrigger untuk cerita juga.

👶Kita harus SADAR 100% sama reaksi kita, PIKIR dulu sebelum bereaksi karena reaksi kita menentukan kelanjutan cerita anak. Misal anak pukul teman di sekolah terus kita shock gitu, bisa jadi dia jadi mikir kalau ceritanya bikin kita sedih. Besok-besoknya nggak mau cerita lagi. Usahakan selalu lempeng aja ekspresinya.

Yang harus diingat tentang cerita anak:

👻Cerita anak pada kita, adalah MILIK DIA. Jadi kalau misal mau cerita ke suami DI DEPAN DIA. Aku sih minta izin dulu “Aku boleh cerita ke appa nggak soal kamu yang xyz?” Kalau dia bilang boleh, aku cerita. Kalau dia bilang nggak boleh, aku cerita nggak di depan dia 🤣 Menghargai privasi aja sih.

👻Semua cerita anak, PENTING bagi dia. Jadi jangan pake level penting kita dong. Menurut kita nggak penting, bisa aja menurut dia penting banget. Jadi semua ceritanya HARUS dianggap penting.

👻Kalau dia ngelucu, plis ketawa lebay. Anak seneng bikin kita ketawa. Kalau dia nggak ngelucu tapi menurut kita lucu TAHAN KETAWA. Dia suka tersinggung “NGGAK LUCU!” gitu huhu. Ditertawakan = diremehkan. Perasaan diremehkan itu nggak enak kan.

Udah sih itu aja. Semoga bantu buat yang pengen mulai kebiasaan cerita sama anak ya!

-ast-







LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

2019 Siap Liburan!

on
Monday, January 28, 2019
[SPONSORED POST]

Tahun ini, Bebe akan daftar SD. Dia akan tes di bulan Oktober-November dan udah akan dapat SD di bulan Desember. Yang kepikiran apa?

Yang kepikiran uang investasi untuk masuk SD yang udah ditabung sejak Bebe lahir akhirnya akan kepake. Uang yang kekumpul dalam 3 tahun dari target 6 tahun karena kami nggak liburan sama sekali.

Semua bonus kantor yang seharusnya bisa untuk dana liburan kan kemarin-kemarin dimasukin semua ke uang SD tuh. Akhirnya uangnya akan kepake untuk bayar SD dan kami bisa liburan lagi! SHOOO EXCITED!

Kami pun mulai bikin list liburan. Iyes, sebelumnya nggak punya lho saking nggak peduli. Setelah dipikirin ternyata … BANYAK JUGA YANG DIPENGEN AHAHAHAHA. Ada yang jangka pendek ada yang jangka panjang. Tapi yang jelas, pengen ke tempat-tempat ini bertiga.

Apa aja tempatnyaaa?

Bali


DIH RECEH YA HAHAHAHAHA. Saya sih baru beberapa bulan lalu juga ke Bali. Justru JG yang belum pernah sama sekali hahahaha.

Iya JG itu pernah kerja keliling Indonesia tapi ajaibnya belum pernah sekali pun dapet tugas ke Bali. Ya maklum, dia mah kerjanya masang sinyal di tempat terpencil kan. Bali terpencil sebelah mananya monmaap?

Sampai detik ini, JG masih memendam rasa penasaran pengen ke Bali sementara saya B ajah lol. Cuma penasaran sama satu sih dan yakin Bebe pasti suka banget yaitu … naik kapal selam.

Udah itu aja. Semoga bisa ke Bali dan mewujudkan impian JG dalam waktu dekat ya! Hahaha.

Pulau Komodo


Temennya Bebe di sekolah ke Pulau Komodo dan saya yang sebelumnya nggak pernah kepikiran sama sekali jadi mikir banget lho. Seru banget anak kecil ketemu komodo!

Iya dong pasti beda sensasi ketemu komodo saat masih belum dipenuhi masalah dunia hahahahaha. Mana komodo kan sodaraan sama dinosaurus gitu, Bebe suka banget baca buku dinosaurus jadi dijamin dia suka banget liat komodo.

Akan jadi perjalanan panjang yang butuh persiapan karena ini anak mall kaannn ahahaha butuh sounding agak lama sepertinya untuk menjelaskan kondisi di mana kita akan nginep beberapa hari di kapal. Waw menuliskannya pun aku sudah pusing sendiri.

Yang terakhir adalah … jeng jeng jeng …

Denmark



Ambisius memang tau persis banget TAPI WHY NOT SIH BEING AMBI! *mulai ngasal campur bahasa*

Pertama, bude saya tinggal di Kopenhagen udah 30 tahun jadi udah sering banget denger cerita soal Denmark dari kecil. Kami juga pencinta Lego! Ke Legoland Malaysia aja kemarin mau nangis banget se-excited itu apalagi bisa ke kota kelahiran Lego cobaaaa.

Kota kelahiran Lego ini namanya Billund. Kota kecil yang populasinya cuma 6ribuan orang. Di sana ada Lego theme park dan ada Lego house! Lego house yang kesemua-muanya Lego sampai di restonya beli makan aja dianter robot Lego. T______T

Gila ini nabung harus kenceng banget dan pasti galau antara mau ke Denmark atau mau beli mobil baru hahahaha.

*

Anywayyy, kalau liburan gitu namanya ibu-ibu tetep banyak pikiran ya. Dari pake baju apa sampai mikirin mau bawa baju banyak atau di sana nyuci aja?

Dulu saya suka nyuci. Pertama biar nggak terlalu banyak bawa baju, kedua biar pas pulang nggak terlalu banyak bawa baju kotor. Jemur di bawah AC juga kering kan yang dibawa baju-baju tipis.

Tapi itu kan dulu ya waktu belum punya anak. Sekarang udah punya anak mikirin banget sih, nyuci baju Bebe nggak ya?

Ternyata nyuci baju anak waktu liburan bisa dibikin simpel banget dengan Sleek Baby Laundry Travel Wash! Sleek Baby Laundry Travel Wash adalah pencuci konsentrat pakaian bayi dengan formula bahan alami, efektif menghilangkan noda, mudah dibilas dan praktis dibawa ke mana aja.


Sleek juga mengandung natural plant extract, lime extract, anti fungus, dan paraben free (penting!). Dan bagi Bebe yang alergian, Sleek ini dermatologically tested, anti bacterial, tidak menyebabkan iritasi dan lembut di tangan.

Pakenya juga gampang banget. Tuang 1-2 sendok makan ke dalam 5 liter air. Nyuci di wastafel paling simpel lho kalau lagi liburan. Rendam baju selama 30 menit terus cuci kaya biasa. Nah kalau nodanya baru terjadi dan kebetulan punya akses untuk nyuci, bisa langsung tuang aja sedikit Sleek ke nodanya, kucek, ilang deh!

Harganya juga murah serta dikemas dalam botol tube yang jadinya simpel banget. Untuk ukuran 100 ml itu cuma Rp 12ribuan! Terjangkau banget kan!



Cek info lengkapnya di sini ya!

Instagram: @sleekbaby_id
Facebook: Sleek Baby

Liburan ke mana pun, anak terlindungi dengan Sleek!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe Anak Pemberani

on
Friday, January 25, 2019
Seperti yang mungkin sudah kalian tahu, Bebe adalah anak yang slow to warm up. Digabungkan dengan dia yang selalu diberi pilihan sejak kecil, dia cenderung “semau-maunya” sendiri.



Tentang berbagai tipe anak, bisa dibaca di sini ya! Anak Jago Kandang KLIK!

Iya, Bebe benci kalau disuruh-suruh karena dia maunya disuruh milih. Yaiya kalau di rumah sih oke aja disuruh milih, lha di sekolah? Di sekolah dia semau-maunya sendiri terus ibu mulai pusing lol.

Ibu pusing aja karena pilih material itu-itu mulu, nggak pernah mau ganti. Nggak pernah mau disuruh nyanyi ke depan, nggak pernah mau pimpin doa, nggak pernah mau acungin tangan untuk jawab pertanyaan.

(Baca di sini: Bebe bisa mengambil keputusan karena selalu diberi pilihan)

Karena pemalu? Yaaa, ada juga alasan itu, tapi alasan lainnya adalah, “dih apaan sih nyuruh-nyuruh” gitu atau “ngapain sih nanya-nanya”. Tau dari mana?

Suatu hari, miss jelasin soal bumi. Udah gitu di akhir kelas ada semacam pengulangan pelajaran lah gitu ya, miss nanya ke anak-anak soal apa yang dipelajari tadi. Ini ngomongnya nggak perlu ke depan lho, cuma ditanya di tempat duduk masing-masing. Bebe nggak mau jawab, di report akhirnya tertulis kalau dia nggak mau jawab.

Sampai rumah aku tanya, kenapa sih memangnya nggak mau jawab? DIA BILANG APA?

“Miss kan udah tau jawabannya, ibu. Kenapa sih miss tanya-tanya aku?”



HAHAHAHAHAHA. Rese si Bebe mah ih. Akhirnya di kantor saya sama JG sepakat untuk bikin dia lebih berani. Minimal berani bilang untuk beli-beli lah. Bebe tuh beraninya cuma mentok bilang “terima kasih” doang ke orang.

Kalau disuruh beli-beli sendiri itu nggak berani dia. Ditanya sama security apartemen aja nggak mau jawab. Wajar sih karena orang asing kan tapi tetep aja kadang kami suka risih karena duuhhh ayo berani sedikit dong, Be! Kan ada ibu dan appa juga!

Takut nggak punya anak yang semau-maunya? NGGAK SIH. Karena kalau sama peraturan mah Bebe nurut banget, jadi nggak khawatir soal dia akan seenaknya. Cuma khawatirnya, pas tes masuk SD, dia nggak mau jawab pertanyaan! Gila panik nggak sih. -______-

(Baca: Pentingnya Rutinitas dan Peraturan untuk Balita)

Nah waktu itu, kondisinya kami udah beli tiket Legoland, udah siap berangkat tapi belum ngasih tau Bebe. Nah akhirnya urusan Legoland ini dibikin challenge buat Bebe dalam misi “Bebe Anak Pemberani”.

Challenge-nya kaya gini:

1. Bebe harus melakukan hal “berani” seperti nyanyi di depan kelas atau jawab pertanyaan miss atau pimpin doa atau apapun yang biasanya dia nggak berani lakukan.

2. Bebe harus jawab pertanyaan security apartemen (yang ramah-ramah amat sihhhh lol).

3. Bebe harus berani pesen makanan sendiri, bilang terima kasih sendiri, dll.

4. Ya intinya hal-hal “pemberani” harus dilakukan dan setiap hal berani dilakukan, Bebe akan dapat satu poin. Kami catat poinnya.


Alasannya, nanti di Legoland, akan banyak orang tanya Bebe umurnya berapa, namanya siapa, dll kan mau bikin SIM? Kalau nggak bisa jawab umurnya berapa, nggak akan bisa naik rides. Dia setuju sama challenge ini yeay!

Total poin disepakati sama Bebe, saya tanya Bebe maunya total poin berapa? Bebe jawab 31 HAHAHAHA Saya pikir dia bakalan jawab 10 gitu. Ya udah deal, Bebe harus ngumpulin poin 31 biji atau kami nggak jadi ke Legoland. Wow, deg-degan!

(Cerita Legoland di sini ya: Seharian di Legoland Malaysia)

Hadiah plusnya adalah, kalau Bebe pemberani, nanti Bebe boleh pinjem kamera GoPro appa buat main foto-fotoan. Gara-garanya Bebe minjem-minjemin terus mirrorless saya dan YA TAKUT RUSAK LAH.

Ternyata bisa dong ngumpulin poin. Tiap hari, tiap dijemput dia update ke appa, “appa hari ini aku jawab pertanyaan miss sama nyanyi di depan, aku dapet 2 poin ya appa!” Terus terus terus sampai akhirnya nyampelah 31!

Pas GoPro-nya dikasih, Bebenya nggak semangat huhu sedih. Sebabnya kan ini GoPro Hero 3+ ya, belum ada layarnya jadi foto-fotonya kurang seru. Ya udah abis itu dibeliin kamera deh. Kamera anak, yang tahan air dan tahan banting dari Nikon, serinya W100. Nanti saya review terpisah deh kamera ini soalnya luv!

Apakah abis itu Bebe jadi anak pemberani? LUMAYAN!

Iya lumayan karena tetep nggak sepemberani waktu lagi ngumpulin poin, cuma tetep lebih berani dari sebelumnya. Udah maulah jawab-jawab pertanyaan.

LALU KAMI NAIK KELAS.

Sebelumnya dia kalau beli-beli bilang sendiri TAPI DITEMENIN KAN. Kemarin dicoba nih, di foodcourt Bebe pengen french fries. Setelah bayar, saya dan JG beli yang lain, french friesnya belum mateng.

Nah, kami minta Bebe ambil sendiri ke boothnya, jaraknya cuma sekitar 5 meter dan tempat kami duduk. Alhamdulillah ya, 40 menit kali Bebe maju mundur nangis, maju mundur nangis karena nggak mau ambil sendiri.

Saya peluk, saya bilang “iya ibu tau kamu takut, tapi dicoba dong ambil sendiri. Tantenya nggak akan marah atau nanya-nanya kok”. Terus dia jalan lagi. Udah setengah jalan BALIK LAGI DONG. Terus jalan lagi, udah tinggal selangkah, BALIK LAGI JUGA. Setakut itu ngambil french fries hahaha.

Appa lelah, dan bilang “liat udah jam segini, kalau kamu nggak ambil nanti tempatnya tutup dan ya udah kamu nggak makan french friesnya”.

Terus dia minta anter zzz. Saya anter sampai depan booth tapi sembunyi di balik banner GoPay (HALAH). Setelah maju mundur berapa kali, akhirnya Bebe ambil, seneng banget diaaaa. Mukanya bangga.

Kalau anak kalian termasuk anak yang “easy” ini pasti bukan pencapaian apa-apa. Tapi bagi anak slow to warm up atau bahkan difficult, ini pencapaian banget jadi jangan lupa dipuji.

Begitulah! Mungkin bisa jadi ide rewards buat anaknya. Oiya, saya nggak sering-sering kasih rewards lho ya. Secukupnya aja. Pembahasan rewards ini udah ada di highlight Instagram dan mungkin nanti akan ditulis versi lengkapnya di blog.

Selamat weekend!


-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Pengalaman Operasi Amandel Dewasa 2019

on
Tuesday, January 22, 2019
Yang belum baca background kenapa saya baru operasi amandel sekarang saat udah dewasa dan bukannya waktu anak-anak, baca di blogpost sebelumnya ya: Akhirnya Operasi Amandel.

Sebelum operasi, saya tentu udah browsing juga kemungkinan amandel sembuh tanpa operasi. Tapi hasilnya ya suram, banyak yang bilang pake cuka apel lah, minum ini itulah, UDAH SEMUA dan failed. Sementara amandel bukan organ tubuh yang penting banget untuk manusia di atas 12 tahun jadi kalau bikin sakit ya sebenernya diambil aja.

Selain itu, saya sebetulnya bukan cuma takut operasinya. Takut sama operasinya itu cuma 30%, 70% nya saya takut PASCA operasi nggak bisa makan. Ya Tuhan, kusukanya makan, bahagianya karena makan, mikirin nggak bisa makan 2 minggu kok ya stres duluan?

Akhirnya browsing tentang operasi amandel sembuh berapa hari, berapa lama luka operasi amandel sembuh, dan yang bikin blogpost itu cuma dikit. Horor-horor pula. Plusss saya nanya-nanya sama yang udah pernah operasi amandel, meski mereka bilang lega setelah operasi, mereka juga tetep bilang kalau sakit banget dan setersiksa itu.

Kata temen-temen saya penyembuhan pasca operasi amandel itu:

- Nggak bisa makan seminggu, nelen sakit banget. Minum aja susah.
- Kaya nelen darah terus
- Mual banget
- Ngeludah ada darah, buang ingus ada darah
- Liquid diet, alias cuma bisa makan puding dan es krim DOANG.

Terakhir, anak kantor saya yang baru operasi amandel pertengahan tahun 2018 kemarin. Dia mengiyakan kehororan itu, malah dia sampai nggak masuk kerja 2 minggu dan belum bisa makan enak sampai sebulan.

WOW. Jadi sebelum operasi, saya udah punya perkiraan. Akan sesakit apa, harus ngapain, harus belanja apa untuk persiapan makan lembek seminggu? Kejadian nggak?

Nah, karena ini adalah momen bersejarah, di mana saya memutuskan untuk operasi aja setelah ditunda 20-an tahun, jadi saya mau nulis detik-detik jelang operasi dan proses pemulihannya. Long post, very long, nggak dibaca juga nggak apa-apa, ini kan demi ingatan dan kenangan saja hahaha.

H-1. Jumat, 11 Januari

Ibu saya dateng dari Bandung pake travel jam 1 siang. Langsung jemput Bebe ke daycare. Saya di rumah, masih ke dokter gigi dan siap-siapin barang yang mau dibawa ke RS.

Abis itu turun ke bawah dan beli makan sambil nunggu JG, ibu, dan Bebe. Mereka dateng, makan, terus siap-siap pergi. Bebe lagi main Lego sama ibu dan agak berkaca-kaca tapi nggak nangis. (Setelah saya pulang tanya Bebe, Bebe kok nggak nangis pas ibu pergi? Dia jawab "aku mau nangis tapi inget di dalam hati kalau aki besok dateng, jadi aku nggak jadi nangis" WAW INGAT DALAM HATI LOLOL).

Sampai RS urus ini itu, masuk ruangan dan langsung dipasang infus. SAKIT. T______T Sakit sampai nggak bisa tidur. Yang sakit bekas tusukannya, wajar sih karena kan ada BOLONGAN baru di tubub ini ya. HUH. Mulai panik? Dikit. Lebih ke pengen buru-buruh pagi biar cepet selesai.

Story ke close friend bilang saya udah di RS dan siap operasi. Story ke bukan close friend sih masih on banget ngomongin tips bawa anak ke dokter gigi. Hahaha.

Hari H. Sabtu, 12 Januari

Kebangun jam setengah 5 subuh dan siwer dipikir udah setengah 6 KOK SUSTER NGGAK DATENG-DATENG? Udah suudzon apa dokternya ngaret apa gimana. Ketika diteliti lebih lanjut ternyata emang baru jam setengah 5 zzzz.

Setengah 6 pas suster dateng, ngasih baju operasi, dan tes alergi. SAKIT BANGET. Ya udah pernah sih tes alergi, tapi karena udah pernah lho makanya tau sakit banget. Nangis. T_______T

Rada kocak pas suster kasih baju operasi, saya ganti di kasur dong karena mager dorong infus ke toilet. JG bantuin saya ganti, terus apaan sik kok bingung ini cara pake bajunya. Kemudian suster datang dan bilang dua kata “TERBALIK BU”

HAHAHAHAHA. Jadi ya tau kan ya baju operasi itu diiket di belakang dan pamer pantat, YHA saya pakenya MACAM KIMONO. Gila otak udah nggak lurus banget. Antara ngantuk kurang tidur dan nervous.

via GIPHY

Balikin baju dulu baru pindah ke kursi roda, infus ditaro di paha, jalan menuju ruang operasi. JG cuma boleh nunggu sampai luar ruang operasi terus saya dipindah ke kasur yang kecil banget. Dokter anestesi memperkenalkan diri dan nanya “bisa tidur nggak?”

Saya jawab “nggak bisa dok duh ini semalem infusnya sakit banget” Pas itu udah nggak terlalu sakit sih sebenernya. Terus dokternya bilang “saya bikin ngantuk ya, tapi belum tidur nih, nanti pindah kasur lagi dulu”. Dokter kemudian nyuntikin pake suntikan kecil gitu ke infus saya terus nanya “udah ngantuk?” BELUUUMMM.

Akhirnya masuk ke ruang utama operasi (tadi masih halamannya lol), cuma ada alat apaan tau sama lighting 3 buletan. Sungguh aku tuh pengen lebih deskriptif dari ini tapi kan mataku minus enam, nggak keliatan apa-apa juga huhu.

Abis itu saya disuruh geser untuk pindah kasur di bawah lighting-lighting itu (iya lampu iyaaa). Dokternya SEMPET banget bilang gini “bu, jangan banyak gerak ya kasurnya sempit nanti jatuh”. Dok dikata saya mau roll depan roll belakang apa gimana sih. Siapa juga yang berminat uget-uget ya. :((((

Dokter ngomong beberapa hal:

“Ada maag, bu?” - “Ada”
“Rutin minum obat harian?” - “Nggak”
“Oke saya suntik obat mual ya” *SUNTIK*
“Nanti setelah operasi ibu nggak akan mual” - “oke dok*

Terus dia nyuntik lagi nih tanpa aba-aba dan penjelasan apapun. Saya sadar sih wah ini nih, tidur nih sekarang nih gitu.

“Ibu sudah pernah melahirkan?” - “Sudah dok”
“Anaknya berapa tahun sekarang?” - “4,5 taaaahunnnnn” … BYE NGGAK INGET APA-APA LAGI HAHAHAHAHA

…





Saya buka mata. Oh udah di halaman ruang operasi lagi ternyata. Ada dua suster jalan-jalan. Mikir wah udah selesai, tapi ngantuk, tidur lagi ajalah. TERUS MEREM LAGI DONG. :(

Kebangun lagi entah sekian menit atau jam kemudian yang jelas rasanya segeerrrr banget. Kaya abis olahraga terus tidur gitu. Secara naluriah, saya panggil “susteerrr” padahal nggak tau mau bilang apa. Cuma pengen kaya “sus, fyi saya udah bangun” gitu. Di sini tenggorokan belum kerasa apa-apa, cuma lidah sakit banget. Ujung lidah depan kerasa bengkak.

Suster mendekat dan nanya “Udah nggak ngantuk, bu? Mau coba minum?” Saya jawab mau. Suster ambil Aqua gelas dan tusuk sedotannya terus saya bilang “ih sus kenapa sih nggak pake gelas kaca aja, ini nggak ramah lingkungan, saya lagi coba zero waste ini resolusi tahun baru”.

...

YA BOHONG. Bohonglah mana kepikiran resolusi tahun baru sih yang kepikiran duh sakit nih tenggorokan dipake minum. Saya minum sedikit dan coba telen. SAKIT. Rasanya mulut saya pegel banget parah, lidah bengkak, bawah lidah kerasa sariawan banyak. bagian amandel kaya sariawan semua, dan tenggorokan berasa ada luka tersiram air, kerasa darahnya gitu. Tapi saya coba minum sebanyak mungkin terus susternya pergi lagi.

Rasanya kepala mulai pusing, pusingnya di bagian belakang. Baru sadar di situ kalau di leher kaya ada bantalan tapi sekeras kayu. Kayanya penyangga biar leher saya nggak gerak-gerak. Manggil suster lagi minta diambil si bantalan leher. Abis itu masih berasa pusing dan saya manggil suster lagi minta bantal yang empuk.

Duh diceritain gini kenapa riwil amat ya HAHAHAHA. Tapi susternya baik kok, nurutin aja saya bilang apa.

Tapi setelah diambilin bantal itu gue dicuekin loh gila. *LOH KOK EMOSY*

Jadi si suster menganggap saya belum sadar 100% terus doi duduk lagi di semacam meja resepsionis gitu (?). Saya juga ya diem aja kaya masih ngumpulin nyawa, tiba-tiba ada suara bayi nangis, disahuti orang bilang “perempuan ya xx kg jam xxxx” auk lupa berapa detailnya. Ternyata ada yang lahiran SC di dalem.

Saya panggil lagi “sus, ini saya nunggu apa ya?” WOW BARU SAJA SADAR SUDAH MULAI MEMBERI PRESSURE.

via GIPHY

Susternya nanya “ibu yakin mau ke ruangan sekarang?” Saya bilang iya karena mau apa dahhh di situ juga. Dingin banget mana kasurnya keras dan sempit jadi nggak bisa roll depan roll belakang. -______-

Suster akhirnya manggil suster ruangan untuk jemput saya. Suster ruangan datang pake kursi roda, terus saya coba bangun sendiri ternyata bisa. Ya udah bangun sendiri, turun, dan duduk di kursi roda.

Udah keluar ruang operasi ada yang manggil! “Bu bentar bu!” suara suster cowok. Dia kemudian menyerahkan satu botol kecil. Waaa amandelkuuuu. Gede banget parah, yang satu hampir seruas jempol tangan saya, satunya lebih kecil.

Akhirnya lewat tempat JG duduk terus kalimat pertama yang saya bilang adalah: “Sayang! Sayang! Ini amandel aku!” dan kasihin amandelnya ke JG hahahaha. Seseneng itu amandel sumber penyakitnya sudah tidak bersamaku lagi.

Kata JG, dari selesai operasi sampai saya sadar itu 2 jam woooo lama ya. Beres operasi (operasinya 2 jam juga) itu dokternya keluar ngabarin kalau operasinya lancar. Kupikir adegan gituan cuma di film aja, ternyata di dunia nyata juga.

no makeup no filter no edit *halah*
Nyampe kamar, bengong-bengong bentar, story lagi ngabarin close friend kalau operasinya udah selesai, dan bener ternyata udah hampir jam 11. Rada bingung karena wah ini tenggorokan nggak sesakit yang dikira, pasti masih ada sisa anestesi. Kalau gitu HARUS MINUM SEBANYAK MUNGKIN DONG! *biasa ambi*

Iya saya masih infus tapi karena rasanya mampu minum biasa, saya minum sebanyak mungkin. Takutnya itu beneran sisa anestesi dan pas anestesinya full ilang, minumnya jadi sakit. Pelan-pelan karena kalau satu teguknya kebanyakan itu jadinya keselek dan batuk. Kalau batuk ya sakit. Minum rasanya masih kaya tadi di ruang operasi.

Jam besuk tiba, BEBE DATENG YEAYYYY! Happy banget dia. Gimana nggak happy sih ada aki, nini, dan dua adik saya sengaja dateng untuk nemenin dia doang. Ibu saya bilang mau bawa Xylo les renang lah kasian kalau nggak les. Oh iya ya udah sih bawa aja. Yang les renang satu, yang nganternya 4 orang. Bhaiq.

Jam 1 mereka pulang, JG juga pulang untuk nyiapin les renang Bebe karena peralatan les renangnya di mobil semua.

Makanan dateng, saya makan sendirian.



Makannya bubur sumsum dan es krim Walls Populaire. Nggak ada rasanya dipikir karena lidah mati rasa. Lupa kalau abis reduksi konka juga jadi ya idung juga mati rasa. Padahal udah bawa YLEO buat bantu tidur enak. Kalau nyium bau Lavender aja nggak bisa gimanaaaa mau tidur enak?

Kepanikan kedua muncul saat suster dateng untuk kasih obat. Obatnya via infus semua, ada penghenti pendarahan, antibiotik, satu obat yang saya lupa, dan satu lagi penahan rasa sakit. Salah satu di antaranya pas disuntikin itu sakitttt banget rasanya, kerasa masuk ke nadi. Tapi yang tersakit adalah ketika infusnya diganti dengan tabung kecil, obat penahan rasa sakit.

Obatnya 5 ml doang, dicairkan dengan 50 ml cairan apaaa gitu. Itu aja rasanya masih sekentel darah masuk nadi. Saya pernah transfusi kan pas melahirkan dan itu pegel, ganggu, TAPI NGGAK SAKIT. Nah ini harus abis 50 ml sehari 2 kali, dan selama itu juga tangannya sakit.

T________T

Panik langsung chat JG suruh cepet-cepet balik ke rumah sakit untuk saya riwili hahahahaha. Jam 1 masih kalem, jam 4 nangis HAHAHAHA.



AJAIBNYA. Setelah obat itu abis, luka di tenggorokan nggak kerasa perih lagi. Saya jadi ngerasa sehat karena nggak kerasa ada luka. Sakit di tenggorokan cuma selevel sakit nelen biasa, minus rasa panas di amandel.

Susahnya itu ngeluarin dahak di tenggorokan karena uvula (lidah kecil, elak-elakan kalau kata orang Sunda) GEDE BANGET. Bengkak dan merah. Mau keluarin ingus lewat idung nggak bisa, lewat tenggorokan kehalang uvula. Sudahlah kupelihara saja dahak-dahak itu. EWWW.

Malemnya suster ngabarin kalau saya nggak boleh pulang besok pagi zzzz soalnya dokter Mirta baru bisa visit sore. IH NGGAK MAU. Nggak bisa karena ayah ibu saya harus pulang ke Bandung kan. Akhirnya maksa pulang Minggu pagi. Pas saya browsing juga kalau di luar negeri ternyata pasien tonsillektomi ini nggak perlu nginep loh. Luar biasa.

Amandel akoohhh

H+1. Minggu, 13 Januari

ALHAMDULILLAH DIBOLEHIN PULANG TANPA KETEMU DOKTER.

Saya seseger itu loh. Rasanya cuma sariawan di beberapa titik dan sakit nelen, nggak demam atau apapun. Dan btw setelah nanya suster ternyata di idung itu dikasih tampon gel. Karena saya reduksi konka kan, jadi dikasih tampon berbentuk gel untuk nahan lukanya. Ya wajar jadi nggak bisa nyium bau apapun sama sekali. Napas sih lancar.

Nyampe rumah kerasa lemes karena udah nggak infus kan. Bertekad minum banyak biar nggak lemes lagi. Untung udah request ke ibu minta dibikinin bubur sumsum jadi aman jaya lah.

Oiya btw saya berniat bed rest cuma seminggu terus masuk kerja. Nggak mau 2 minggu kaya orang-orang. Bisa bosen banget dan duh males lah mikirin makan sendirian di rumah.

Update abis ini kebanyakan hanya akan seputar makanan ya. Karena makanan akan memperlihatkan kemampuan saya mengunyah dan menelan.

H+2. Senin, 14 Januari

Jam 3 pagi kebangun karena dahak keluar semua, nongkrong di kamar mandi. Oles YLEO RC baru bisa tidur lagi.

Siangnya omg so hungry tapi gimana yaaa. Saya makan bubur sumsum, apel kukus, kabocha keju aja bolak-balik sampai enek. Mulai mikir apa turun apartemen dan beli siomay ya? Soalnya lebih sakit radang tenggorokan biasa sih dibanding ini. Ini badan rasanya fit, cuma nelen sakit. Udah.

Beneran deh, radang tenggorokan setahun 3-4 kali sejak 2016 bikin sakitnya jadi gila banget. Jadinya lebih sakit radang tenggorokan biasa. Terakhir saya radang pas Natal itu nelen sakit, tenggorokan kaya kebakar, badan panas dingin sampai nggak bisa bangun. :(

Oiya, malemnya saya selalu mandi air anget untuk bantu ngeluarin ingus. Senin malem ingus keluar nggak selesai-selesai. Lamaan ngeluarin ingus daripada mandinya. Tapi ingusnya bening, sisaan tampol gel kayanya.

H+3. Selasa, 15 Januari

Semaleman tidur agak kurang enak karena batuk tapi terlalu males ngambil RC. Paginya bangun tidur buang ingus berdarah terus. Worst day untuk hidung karena seharian nyium bau darah 😭

Terus laper banget sih sumpah. Akhirnya masak nasi, blender air + brokoli + ayam, jadiin bubur + butter. BODO AMAT. LAPAR. Ternyata bisa aja, nelen udah nggak sesakit itu. Tapi belum berani dibumbuin karena mikirin makanan berbumbu masuk ke tenggorokan itu … TAKUT. Iya masih ada takutnya.

Kondisi tenggorokan udah ketutup white scab gitu, selaput putih kaya sariawan zaman dulu abis dipakein Albothyl (HALAH MASIH MUSIM AMAT ALBOTHYL). Katanya nanti white scabnya akan copot, perih dikit, baru sembuh.

H+4. Rabu, 16 Januari

LAPER BANGET SUMPAH. Terus ya udah bikin mie rebus dengan bumbu ala Bebe, totole dan bawang putih bubuk doang. Mie rebus telor bakso.

Pegel ternyata, 4 hari makan lembek, plus mulut abis didongkrak buat operasi, butuh latihan lagi untuk ngunyah makanan. Tapi not bad. Minimal nggak laper.

HIDUNG MASIH BAU DARAH. Tapi untuk pertama kalinya seumur hidup, bisa ngerasain hidung plong, napas lega banget. Biasanya selalu ada yang mampet dikit.

H+5. Kamis, 17 Januari

Mulai mikir duh apa masuk kerja aja ya besok? Kayanya sanggup sih? Terus browsing artikel lagi dan banyak yang bilang meski ngerasa sanggup dan kuat, sebaiknya take a week break from school or office biar fit banget karena sebetulnya badan kita sakit, cuma LEGA aja karena amandel ilang. Iya sih.

Siangnya bikin bubur lagi tapi pake … ayam panggang butter hahahaha. Malemnya udah makan Sei Sapi di Go-Food Fest!

Sekarang yang kerasa paling sakit adalah gigi geraham belakang yang emang lagi perawatan saluran akar. Karena dibikin mangap pake besi gitu kan wah udalah shock sendiri pas liat alat dan prosesnya di YouTube. *NGAPAIN DILIAT MALIH*

Jadi udah bikin janji sama dokter gigi minggu depan, karena ya kalau minggu ini belum bisa mangap. Sakit banget parah sih kaya giginya mau copot wtf.

H+6. Jumat, 18 Januari

MAU MUNTAH DI RUMAH TERUS. Sumpah jenuh banget sampai muak saking nggak keluar rumah seminggu lebih. Ngerjain satu artikel aja nggak selesai-selesai. Akhirnya turun, ke TaWan bawa laptop. Makan kakap asam manis, makan selesai, artikel selesai, terus kembali selimutan.

OHIYA LUPA BILANG YA. Seminggu itu cuti sakit tapi tiap hari tetep bikin satu artikel. #startuplyfe

Padahal tiap abis minum obat itu ngantukkkk banget. Jadi abis minum obat pagi, kebut ngerjain artikel, terus harus tidur dulu soalnya pusing kalau nggak tidur.

Malemnya udah makan NASI PADANG SEDERHANA HAHAHAHA. Makan cumi tapi nggak pake kuah. Jadi nasinya kering. Wow, pegel sih ngunyah dengan rahang masih kaku dan sedikit sariawan, tapi aku baik-baik saja. Tenggorokan juga baik-baik aja.

H+7. Sabtu, 19 Januari

Jadwal ke dokter. Dokter shock kalau saya udah bisa makan nasi (tapi nggak berani bilang nasi padang takut dijudge HAHA) dan bilang berulang-ulang “ibu kayanya ambang batas rasa sakitnya emang tinggi deh”.

Mungkin iya tapi di sekitar tenggorokan doang karena biasanya sakit tenggorokannya lebih parah sih. Soalnya saya tipe yang cemen banget lhaaa diinfus aja nangis kok, tes alergi nangis, nangis mulu heran.

Terus jajan siomay. Makan siang kwetiau seafood, makan malem bakso samrat. NGGAK SEHAT AMAT DAH HIDUP.

Sariawan tinggal sisa satu, di lidah sisi kiri. Lidah yang bengkak udah sembuh. Tenggorokan cuma kerasa kaya ada selaput gitu doang yang ganggu nelen. Masih kerasa pegel juga kalau nelen.

H+8. Minggu, 20 Januari

Pagi sarapan Nestum, terus nemenin Bebe berenang sama sepupu-sepupunya di Waterbom karena ada kakak ipar dan mamah mertua. Jajan bakpao ayam, siangnya makan Burger King dan ayamnya.

WELL. Sekarang nulis ini sambil makan Indomie goreng telor plus tomat ceri pake kewpie karena aku merasa bersalah makan Indomie HAHAHA. -______-

H+9. Senin, 21 Januari

Hari pertama kerja. Tenggorokan udah nggak sakit, agak gatel dikit kaya kalau lagi batuk mau sembuh. Makan siang udah normal nasi cumi item dan tumis daun pepaya serta ... kerupuk lol. Ukuran uvula udah normal banget, udah nggak bengkak lagi. Udah bisa bilang sehat 98% sih kecuali idung masih rada gatel dikit dan masih kadang keluar dahak.

White scab udah hampir ilang semua, tapi ada semacam benang item gitu di tempat amandel. Pas browsing-browsing ternyata itu sisa darah, sisa potongan operasi gitu wow.

*

JADI YAH BEGITULAH. Di saya, operasi amandel dewasa ini not that bad. Sakit tenggorokannya tolerable, mungkin karena saya minum obatnya tepat waktu juga sih. FYI operasinya sama Dr. dr. Mirta Hediyati Reksodiputro, Sp.THT-KL(K) di RS Asri Siloam Duren Tiga. Biaya operasi amandel dan reduksi konka Rp 33juta, kelas 1, semua dicover asuransi kantor JG alhamdulillah ya.

Persiapan operasi amandel itu tinggal ke dokter THT dan set jadwal operasi. Abis itu cek darah dan rontgen paru, konsultasikan hasilnya ke dokter anestesi dan dokter spesialis penyakit dalam. Udah gitu, tinggal dateng pas hari H operasi deh.

Kalian ada yang amandelnya bermasalah juga? OPERASI SANAAAA.

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Review Buku National Geographic Anak

on
Wednesday, January 16, 2019
Kalau ngomongin buku, saya sejarang itu beliin buku buat Bebe. Karena dulu waktu kecil udah beliin banyak banget buku yang “awet”, sekarang ya masih dibaca itu lagi itu lagi hahaha. Jadi kalau kalian udah liat YouTube saya tahun 2016, salah satu buku favorit Bebe judulnya Faunapedia. MASIH DIBACA SAMPAI SEKARANG LHO.

Nah, kemarin saya story di deket rak buku terus pada salfok ngeliatin buku-bukunya Bebe. Passs banget di bagian buku National Geographic, jadi ayolah kita bahas.


Salah satu alasan saya dan JG beliin dia series National Geographic adalah … waktu kecil kami pengen punya tapi nggak dibeliin karena terlalu mahal hahahahaha. Bahkan sekarang aja kami masih menganggap ini buku mahal lho.

Tapi ternyata worth it! Bedtime story jadi belajar sesuatu gitu. Kusenang karena kalau bacain buku cerita biasa itu saya yang bosan. Ngantukkkk banget karena ya bacain buat Bebe doang.

Kalau baca ensiklopedia gini kaya baca fun fact jadi saya juga dapet sesuatu. TAPIIII … karena kita hidup di zaman internet gini ya, baca buku semacam ini bikin pengen kroscek fakta lho!

Iya soalnya kan bukunya nggak terbitan tahun ini banget kan. Saya suka jadi kepo apa bener masih begini? Apa bener belum ada riset lain lagi? Dan beberapa hal saya googling ulang ternyata bener, ada riset barunya.

Emang deh, baca buku semacam ini kalau emang niat, apalagi pengan sharing ulang, HARUS di-google lagi fakta-faktanya karena ya, teknologi berkembang, riset terus-terusan, pasti ditemukan terus hal baru yang belum tertulis dalam buku.

Worth it nggak beli buku ini? Anak 4 tahun emang ngerti buku ginian? MAKANYA tonton juga videonya ok!


Belinya di mana? So far paling lengkap itu Gramedia Plaza Semanggi. Tapi di e-commerce juga ada sih. Ini judul-judul yang Bebe punya ya:

Faunapedia
125 Cute Animals
Tubuhpedia
Dinopedia
Antariksapedia
Reptilpedia
Seranggapedia
Mengapa? 1.111 Pertanyaan dan Jawaban
1001 Penemuan & Fakta Mempesona Peradaban Muslim

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Akhirnya Operasi Amandel

on
Monday, January 14, 2019


Waktu bilang ke temen-temen terdekat tentang rencana operasi amandel, kebanyakan komentarnya adalah “gue sih udah pas SD/SMP”.

YA SAMA SIH GUE JUGA WACANANYA SUDAH SEJAK SD HAHAHA.

Iya jadi waktu SD itu saya nggak bisa makan ciki-cikian. Sekalinya makan pasti amandel bengkak, radang tenggorokan. Waktu itu sama dokter udah disarankan operasi tapi for some reason ibu saya nyari dokter yang nggak menyarankan untuk operasi.

Dokter ini namanya dokter Ginardi, praktik di Stasiun Barat, Bandung dan dia tidak pro operasi amandel dengan alasan amandel itu menangkal virus. Kalau diambil nanti jadi gampang sakit. Jadi tiap kambuh, kami akan ke dokter Ginardi dan disuntik. Terus radang amandelnya sembuh.

Masuk SMP seinget saya sih ini amandel nggak kambuh lagi sama sekali. Pas SMA ingeeett banget kambuh sekali, udah segede gitu tetep ke dokter yang sama, tetep disuntik di pantat, dan tetep sembuh lol.

SEMBUH LHO BUKAN KEMPES. Jadi amandel saya itu udah gede banget dan nggak bisa kempes lagi. Jadi kalau orang lain radang itu amandelnya bengkak, kemudian kempes lagi. Nah amandel saya nggak bisa kempes lagi. Radang nggak radang ukurannya tetep segitu dan ada lubang-lubang semacam sariawan. :(


Kuliah juga nggak kambuh dan baru mulai kambuh lagi dengan parah itu 3 tahun terakhir. Dalam setahun, saya bisa 3-4 kali radang tenggorokan lho. Plus gampang banget kena flu, gampang banget batuk pilek. Dan tiap kali sakit terus ke dokter, dokternya selalu bilang “udah operasi aja amandelnya”.

Tapi ya nggak dilakukan karena ya, entahlah, belum ngerasa urgent banget gitu. Setiap kali radang, ke dokter yang beda pun akan tetep dibilang “operasi aja bu, ini virusnya di tonsil (amandel) semua makanya gampang sakit”.

Malah ada satu dokter yang bilang “bu, kalau ini nggak diambil lama-lama jadi kanker lho soalnya numpuk penyakit di sini”. Yang terpenting semua dokter itu seragam jawabannya: amandel jadi penangkal penyakit itu untuk anak di bawah usia 12 tahun, di atas 12 tahun udah nggak ada gunanya.

Dan ketika udah radang tenggorokan lebih dari 3 kali dalam setahun, sering batuk pilek, sering flu, sering sakit lah intinya, ya itu amandel udah nggak ada gunanya sama sekali. Malah katanya ada yang bikin sampai ngorok saking napas ketutup. Saya sih nggak cuma ya itu, kedinginan dikit flu, kena debu dikit radang, repotlah.

Apakah langsung set jadwal operasi? NGGAK. Padahal JG udah rewel banget ini nyuruh-nyuruh operasi tapi sayanya yang “halah minum obat juga sembuh”.

Sampai tahun lalu sakit saya makin parah banget dan mulai menjalar ke hal lain. Jadi saya punya alergi debu, tapi biasanya bikin kulit gatel dan merah-merah aja. Tahun lalu, alergi debunya jadi bikin batuk. Batuknya itu bukan batuk biasa tapi semacam pengen ngeluarin sesuatu dari dalam paru-paru.

Batuk sampai lemes mau pingsan literally saking kuatnya itu batuk. Ke dokter umum, dikasih obat, nggak sembuh juga. HUHU. Dulu kalau begini saya ke dokter THT di Siloam Semanggi, namanya dr. H. Sjahruddin, SpTHT-KL. Dokter senior yang kalemmm banget.

Nah tapi karena udah pindah rumah dan Siloam Semanggi jadi kejauhan, saya akhirnya cari dokter THT lain di RS Asri Duren Tiga yang sekarang udah dibeli sama Siloam juga. Ketemulah dengan Dr. dr. Mirta Hediyati Reksodiputro, Sp.THT-KL(K) yang super baik serta jelasinnya panjang lebar jadi puas banget.

Pertemuan pertama sama dokter Mirta itu bulan Juli 2018, jadi ketauan kalau saya ternyata punya sinus? KOK BISA BARU TAU? Iya soalnya sinusnya karena alergi. Jadi alergi debu bikin sinus kambuh, idung meler plus batuk. Dan dokter Mirta langsung mau set jadwal operasi untuk amandel karena ya jelas amandel ini melemahkanku sampai alergi aja berubah dan makin parah dari kulit ke sinus.

Apa saya langsung set jadwal operasi? NGGAK JUGA. Nggak taulah masih galau antara takut dan ngerasa belum separah itu. JG udah makin riwil banget bilang kalau ini tuh udah terlalu parah blablabla.

Dan ya sampai akhirnya pas liburan Natal kemarin di Bandung saya sakit lagi. Radang tenggorokan lagi sampai selemes itu nggak bisa bangun. Tengah malem ke UGD Hermina, dikasih antibiotik untuk 3 hari.

SEMBUH NGGAK RADANG AMANDELNYA? NGGAK SAMA SEKALI. Mulai panik dong hahahaha.

Pulang ke Jakarta, kembali ke dokter Mirta, dikasih antibiotik LAGI, dan udalah langsung set jadwal operasi. Ya gimana nggak panik sih kalau antibiotik aja udah nggak ngempesin amandelnya, harus gimana lagi selain diambil coba?



Dokter Mirta juga bilang untuk sekalian aja operasi reduksi konka. Jadi konka ini ada di bagian dalam hidung untuk menyesuaikan suhu dan menyaring udara. Nah ternyata konka saya besar sebelah makanya sering mampet hidungnya.

Bener lho, saya itu napas 70% pake hidung, 30% pake mulut. Dipikir memang semua orang begitu, pas dikasih obat spray gitu baru sadar “oh bisa ya napas 100% dari hidung” -_______- Nah jadi biar napasnya sekalian lega ya udah operasi amandel sekalian ngurangin sedikit konka biar napas jadi lancar.

Akhirnya Sabtu kemarin udah operasi. Sekarang masih tahap pemulihan. Thank God nggak sesakit yang diceritain orang-orang. Orang-orang sakit karena operasinya 20 tahun lalu kali ya pas SD/SMP, sekarang udah canggih kali alat dan obatnya jadi nggak sakit amat lol.

Detail operasi nanti saya tulis terpisah ya. Harus ditulis karena ini sesuatu yang besar, perpisahan dengan amandel yang disayang-sayang sejak SD HAHAHAHA.

Tunggu yaaa! Akhir minggu ini karena pengen nulis detail dari pengalaman operasi amandel dewasa sampai hari-hari pemulihan.

See you!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Merasa Kalah dan Semangat Kerja

on
Thursday, January 10, 2019
Kemarin, saya Instagram stories tentang curhat rakyat jelata ahahahaha. Nggak jelata amat sih padahal, lebih tepatnya curhat kelas menengah.

Kita-kita yang yaaa mampu sih, uang untuk ditabung masih ada sih, tapi semua harus terencana banget. Karena ya sadar diri bukan siapa-siapa. Sadar diri nggak lahir dari keluarga yang namanya masuk di top 100 (malah bahkan top 1000 lol) richest Indonesian.

Udah pernah dibahas lengkaapppsss di sini: Tentang Nama Belakang



Btw ini aku sebagian copas dari story sebagian tambahin ya karena rada beda angle. Kemarin di story sih konteksnya tentang nambah anak ya. Di sini mau cerita lebih umum aja.

Beberapa minggu lalu saya dan JG pernah bahas tentang nambah anak karena si Bebe minta adik terus. Pembahasannya tentang menerima kenyataan bahwa kami nggak mau punya anak lagi itu alasan utamanya bener-bener karena ngerasa belum mampu secara keuangan. Lebih tepatnya BELUM MAMPU bukan nggak mau.

Shock sih, mencelos sih, karena yaaa, kok sedih? Kok kebebasan punya anak juga ternyata privilege untuk mereka yang uangnya berlebih?

ANAK DATANG DENGAN REZEKINYA SENDIRI!

*Buset sampai diceramahin loh aku kemarin ahahaha tapi cuma sama 3 orang kok. Nggak ngaruh sama sekali sama pendirian aku. Kecuali dia mau kasih uang 5 miliar. TETEP*

Iya ngerti banget kok soal rezeki ini. Tapi rezeki kan harus dijemput oleh orangtuanya. Jadi KAMI tetap realistis. Realistisnya dari sisi:

1. Mengukur skill, tingkat pendidikan, mentok gaji di Jakarta udah ketaker lah kami kira-kira akan dapet berapa.

2. Mengukur tingkat kerja keras, kami bukan tipe yang kerja keras tak tau waktu gitu karena lebih milih quality time sama keluarga. Kerja di tempat yang gajinya lebih tinggi SUDAH PASTI minta waktu lebih banyak.

3. Mengukur karier sekarang, yaaa punya anak lagi bisa sih. Bayar daycare dua anak bisa sih dimampu-mampuin. Tapi kalau uangnya semua abis buat bayar daycare dua anak, NABUNG BUAT SD/SMP/SMA/kuliahnya gimana?

4. Mengukur kapasitas diri, kami bukan tipe pengusaha. Nggak semua orang MAU dan MAMPU loh bikin usaha. Jadi ya untuk sementara maunya jadi karyawan aja. Gajian, asuransi nyaman, THR jalan.

Pas cerita sama geng (di mana mereka tau segaji-gaji aku dan JG berapa sebulan dan sisa berapa sebulan), kata Nahla @haloterong bukan nggak mampu sih untuk punya anak lagi tapi standar ketinggian HAHAHAHA.

MEMANG. MEMANG KENAPA? LOLOL

Dengan standar itu, kami harus bilang kalau memang tidak mampu secara materiil untuk punya anak kedua.

Turunin standar? Ke daycare yang lebih murah atau pake mbak aja di rumah? Masuk ke SD biasa aja?

NGGAK MAU. :(((((

Untuk apa anaknya lebih dari satu tapi nggak sesuai dengan apa yang kami harapkan dari generasi keluarga kami selanjutnya.

JANGAN NGITUNG REZEKI!

Astaga nggak ada yang ngitung rezeki karena ngitungnya juga kumaha. Lha pindah kerja aja nggak dipikirin tau-tau pindah kan. Daripada ngitung rezeki mending ngitung kerja keras. Kalau ngitung rezeki coba aja itung rezeki anak jalanan. Dia rezekinya buat hidup doang? Dunia nggak adil. :((

Kenapa harus ngitung kerja keras, karena kita sebetulnya kalah dari awal! *teriak-teriak mulu geulis*

Iya kalah dari orang-orang yang pas lahir jengjreng udah punya nama belakang terus tau-tau seumur hidup enak aja gitu. Nggak pernah tau rasanya harus milih beli iPhone dulu apa Macbook dulu karena ya tinggal BELI DUA-DUANYA LAH SO WHAT.

Lha kita mau liburan aja mikir dulu. Liburan dulu apa beli mesin cuci baru dulu ya? YA KALAH CUY. Beda level gitu.

(Baca: Orang Kaya Juga Ngerasa Dunia Nggak Adil Lho!)

Nah terus jadinya kita merasa kalah.

Iya deh nggak usah bandinginnya sama yang punya nama belakang ya. Kejauhan. Liat ke atas itu rada tau diri dong. Kalau mau bandingin yang bikin semangat ngirit dan semangat nabung ya, bandinginnya sama orang yang background keluarga sama, level pendidikan sama, dan level pekerjaan sama kaya kita. Kok dia uangnya lebih banyak?

Berarti dia hidup lebih sederhana dan lebih bisa nabung. Nah harus bikin semangat orang-orang kaya gini nih. Liat ke atas itu perlu banget asal tau batasannya.

Nah tapi kadang bandinginnya juga sama mereka yang hidup lebih enak karena masih dikasih banyak sama orangtua atau mertua. Masih dikasih uang bulanan, masih dibayarin liburan, masih dikasih segala-galanya.

Ngerasa kalah nggak?

 Saya nggak hahahahaha. Kalau saya sih lebih karena nggak mau diatur hidupnya ya. Jadi daripada ada uang tapi keputusan hidup diatur, lebih baik usaha sendiri tapi tidak diatur. Soalnya temen-temen saya yang uang jor-joran dari ortu dan mertua curhatnya ya cuma dua.

Abis dapet duit atau abis diatur hidupnya kemudian kesel dan misah-misuh LOLOL. Everything comes with a price, no?

(Baca: Menikah Beda Kasta dan Urusan Mertua)

Tapi kemarin ada yang DM katanya kesel banget karena dia udah kerja keras segimananya pun, di kantor tetep keliatan kalah sama orang yang diprovide orangtua dan mertua. YAIYALAH UDAH PASTI.

Menurut aku sih justru jadikan semangat. Mikirnya: oke ortu dan mertua nggak bisa berarti kita harus jadi ortu dan mertua yang kaya bagi anak kita! TAPI INGAT JANGAN BANYAK ATUR PLIS HAHAHAHA.

Kenapa begitu, karena orang yang kaya, dia pasti punya salah satu keluarga di atasnya yang kerja keras sehingga turunannya bisa langsung hidup lebih nyaman sejak lahir.

Bisa ortunya yang kerja keras banget, bisa kakek/neneknya, bisa kakek/nenek buyutnya, bisa kakek/neneknya di zaman Belanda, serius lho ini. PASTI ADA. Kemudian turunannya makin maju makin maju.

Jadi nggak perlu ngerasa kalah KARENA MEMANG SUDAH KALAH HAHAHA. Justru jadiin semangat buat kerja, biar kita yang bisa mengubah generasi keluarga kita selanjutnya.

Apa iya bisa semangat kerja terus? YA NGGAK.

Nggak bisa lah. Ada kalanya mood parah banget tapi ada kalanya semangaaattt banget. Namanya juga manusia ya. Intinya jangan kehilangan semangat dulu. Jangan ngerasa kalah terus malah jadi kendor dan ogah-ogahan cari uangnya huhu. Siapalah kita ini, kalau mau bertahan hidup ya harus kerja.

Dan aku kemarin baca di mana gitu ya lupa. Di zaman sekarang, emang agak nggak mungkin cuma punya satu penghasilan doang. Kalau memang mau drastis mengubah keadaan, ya kerja banyak sih. Risikonya waktu banyak terbuang. Gimana lagi ya. Pilihan hidup.

Jadi yuk semangat kerjanya yuk! Ubah generasi kita selanjutnya!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Akhirnya Q&A Sama Bebe!

on
Monday, January 7, 2019

Beberapa waktu yang lalu pernah ada yang DM dan nanya “Xylo kayanya happy terus ya?”

Jawabannyaaaaa ... dia happy karena kalau tidak happy ya mana mau divideoin lahhh. Mana ada manusia apalagi yang umurnya baru 4,5 tahun dan happy terus hahaha. IRL dia termasuk anak yang memang cenderung kalem, bisa diminta duduk diam, TAPI susah banget kalau diminta foto atau video.

Moodnya bisa langsung berantakan kalau saya angkat kamera nggak izin dulu. Dan karena saya juga sudah pasti bete kalau ada orang foto saya diam-diam, jadi saya nggak pernah foto dia diam-diam. Semua harus pakai izin deh pokoknya.

Kalau foto sebetulnya masih lebih gampang tapi kalau video kan harus ada usaha ngomong ya. Dia itungannya pendiem sih jadi dia malessss banget video. Makanya jarang banget kan dia muncul di story. Antara dia males dan sayanya males bertanya HAHAHA.

Tapi mungkin karena jarang muncul, jadinya banyak banget yang minta Q&A bareng Bebe!

Saya buka question box pertanyaan untuk Bebe di IG story itu tanggal 1 Desember. Sejak hari itu sampai KEMARIN saya tanya, Bebe mau video jawab pertanyaan nggak? Jawabannya selalu "nggak mau" hahahahaha.

Sampai tadi pagi, keajaiban muncul karena di detik dia bangun tidur dia langsung bilang “ibu, ayo sekarang kita video”. WOW! Tapi kan laper ya, akhirnya makan dulu, beres-beres rumah dulu, ini itu dulu. Sampai jam tidur siang dan dia menolak tidur siang karena “ayo kita syuting, ibu”.

YA UDALAH IBU JADI SEMANGAT. Nggak mandi nggak skincare langsung templok cushion aja, gambar alis dan lipstikan. HAHA. Sambil saya siap-siap Bebe ngegeret lighting sendiri, ngumpulin mainan, sungguh bersemangat. Entah mimpi apa dia semalem.

Dia juga pilih baju sendiri dan ganti baju. Luar biasa. Sempet drama dikit karena pengen appa ikut tapi appa ngantuk. Tapi ternyata itu karena dia laper juga jadi lighting udah nyala, mic udah siap, kamera udah on, KAMI BRB MAKAN DULU. Banyak iklan sekali.

Abis itu ya udah deh videonya selesai. Dieditnya sama JG, auk saya juga nggak preview dulu langsung dia upload aja, bebaslah daripada harus ngedit sendiri lol. Pada nonton ya! Boleh banget kalau mau kasih ide ngapain lagi video sama Bebe.

Have a nice Monday!

PS: Nonton sampai abis ya! Ada #XyloDance!


-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang Skill, Hobi, dan Uang

on
Sunday, January 6, 2019
Sejak mulai upload hasil gambar di Instagram, bukan sekali dua kali saya ditanya rate untuk ilustrasi. Selalu saya jawab tidak terima order gambar karena … beberapa alasan yang males aja kalau harus dijelasin langsung ke orangnya hahahaha.



Ada yang minta tolong desain souvenir anak ultah, ada yang pengen dibikinin logo, ada yang mau dibikinin konten aja buat IG. So far baru pernah ngerjain buat satu orang, temen SMA-nya JG.

Pertama, karena tau dia nggak bakalan ngasih brief repot. Kedua, anaknya lucu bangetnya jadi gambarnya gampang. Tinggal dibikin cute, udah pasti mirip HAHAHA.

desain souvenir ultah buat temen SMA JG

Tapi kalau harus ngerjain buat orang lain, apalagi direquest ini dan itu. SAYA MALES.

Sejujurnya awal belajar gambar saya mikir juga lho. Wow bisa jadi sumber pemasukan baru ya. Karena waktu itu nggak tau rate ilustrator itu berapa sih. Baru waktu nulis buku “Susahnya Jadi Ibu” saya baru tau kalau rate ilustrasi itu semurah itu!

Padahal kami pake Frans yang udah punya ciri khas, gambarnya udah cukup “mateng” lah menurut saya. Saya udah follow dia sebelum nulis buku. Begitu tau harga yang ditawarin sama penerbit dan Frans oke-oke aja, saya dan Gesi beneran shock.

Saya nggak bisa bilang nominalnya, tapi dia ngerjain ilustrasi SATU BUKU FULL itu hampir setara dengan rate satu foto saya di feed Instagram.

T_____T

Ngobrol sama Nahla yang udah duluan nyoba ambil job ilustrasi, kata Nahla ya memang begitu. Kecuali kita udah ngetop banget. Daannn, jumlah followers juga bisa jadi salah satu indikator nentuin harga. BISA JADI LHO YA BUKAN PASTI. Iyalah kecuali emang karyanya spesial nyerempet jenius gitu.

Ya di mana-mana begitu ya, jadi blogger, jadi MUA, jadi ilustrator, makin banyak followers Instagram, BISA JADI salah satu faktor untuk naikin harga.

Karena jatohnya bukan cuma skill doang tapi skill plus promosi kan. Skill boleh oke, harga sekian. Tapi ada orang yang skillnya kurang dikit dari dia tapi followers Instagram 50ribu, harga bisa jadi 2 kali lipat karena pasti ikutan dipromoin di IG kan.

IG IS LYFE.

Belum lagi ilustrator itu banyaaakkk banget. Banyak yang udah sebagus itu lukisannya dan terima order gambar satu kepala cuma Rp 50ribu aja. Jadi standarnya emang berantakan banget. Kaya JG kemarin cerita, bos di kantor resign, dikasih souvenir kolase foto ukuran A1 (4 kali A3), udah pake frame cuma Rp 250ribu aja harganya. Mikirin effort yang dihargai Rp 250ribu itu. T______T

Buat orang yang memang kerjanya full time di situ mungkin ya harga segitu oke-oke aja. Tapi buat saya, yang masih kerja full time dan bergaji, dengan skill yang cuma segini, dengan waktu yang terbuang, dengan mengukur perkiraan berapa saya mau dibayar dan berapa orang lain mau bayar untuk gambar saya, ambil job gambar itu nggak worth it. There I said it.

Kemudian saya ganti mindset.

Waktu awal gambar, saya pake gambar untuk melarikan diri dari masalah anxiety. Saya belajar setiap hari tanpa upload di mana-mana, tanpa peduli omongan orang. Mindset saya adalah gambar sebagai pelarian dari hidup. *halah*

(Baca: Mengapa Menggambar?)

Kemudian ngerasa bisa nih, belajar gambarnya udah mulai pake mindset jualan “eh nanti kalau terima order mau kaya gimana ya?” Mulai nanya-nanya pricelist ilustrator ngetop dan tetep shock karena ya saya maunya segitu bayarannya TAPI SAYA SIAPAAAHHHH?! Di bawah itu nggak mau karena ah udalah mending bobo siang. Mikirin harus gambar dan diatur orang (lewat brief) aja saya udah stres duluan.

Akhirnya saya sadar dan punya mindset baru yang mencerahkan dan menenangkan. Yaitu: kalau punya skill atau hobi itu NGGAK HARUS dijadikan uang lho!

Apa karena kita negara berkembang yang rakyatnya banyak yang kekurangan uang apa gimana sih, karena sering banget saya dapet DM atau komentar “jual aja, kak” atau “gambarnya dibikin merchandise pasti laku, kak” atau "sayang banget sih nggak dijual" dan saya jadi MERASA ohiyaya kok saya goblok amat, kenapa punya skill tapi tidak dijadikan uang?

PADAHAL NGGAK SEMUA HAL PERLU DIJADIKAN SUMBER UANG! Ya kecuali kamu nggak punya sumber uang sama sekali.

Maksudnya kalau kamu masih punya kerjaan, punya side job, punya skill baru itu NGGAK HARUS dijadikan lagi sebagai sumber penghasilan. Iya bisa nambah uang tapi kan nambah uang itu nggak harus selama penghasilan utama masih cukup.

Iya dong, kenapa harus sih? Nggak semua orang harus menghabiskan seluruh waktunya untuk cari uang kan? Yang penting cukup aja. Yang penting nyaman aja.

Sejak mikir gitu saya gambarnya jadi santai banget. Saya nggak mikirin orang lain lagi dan saya bisa bilang, gambar itu hobi. Untuk sementara, sampai detik ini, saya belum mau menjadikannya sebagai sumber penghasilan lain. :’)

Poinnya apa?

Poinnya ketika kamu cari hobi baru yang tujuannya memang untuk nambah skill dan menghabiskan waktu luang, jangan dulu mikirin uang. Jangan dulu mikirin monetisasinya gitu lho. Nggak perlu-perlu amat dipikirin. Kecuali memang tujuannya untuk cari uang, ya dipikirin aja itu mah dari awal bakal pake business model kaya apa.

Iya ngerti, kerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Tapi nggak ada salahnya juga punya hobi yang tidak dibayar dengan uang, bayarannya hanya kepuasan pribadi. Karena kalau tujuannya bukan uang, kita bikinnya akan pake hati banget TANPA mikirin pendapat orang lain. Fulfilling. :)

Jadi buat kalian yang baru mau coba blogging, jahit, gambar, apapun itu, tentukan tujuan dari awal. Kalau memang tujuannya mau monetize, sekalian aja bikin mau diuangkan seperti apa. Kalau tujuannya mau relaksasi, santai lah, nikmati setiap prosesnya.

Kalau dalam perjalanannya ternyata suka dan MUNGKIN untuk dijadikan sumber keuangan, ya nggak masalah juga. Jalani aja.

Gitu aja sihhhh. Skill, hobi, dan uang, bisa jadi saling berhubungan dan bisa jadi tidak. Suka-suka aja ok!

Demikian.

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

The Scary, Scary Adulthood

on
Wednesday, January 2, 2019
Adulthood is so scary and I'm still scared af.

2018 jadi tahun kebangkitan semangat saya. Meski belum 100% ambisius kaya 4-5 tahun lalu, tapi minimal tahun ini punya semangat untuk sharing banyak hal lagi. Belum sih, belum level bangun tengah malem demi nulis blogpost yang schedule besok pagi hahahahaha. MENUJU KE SANA SEHARUSNYA. LOL


Mau cerita kalau dulu, saya adalah anak pemalu. Pemalu banget sampai ke warung aja nggak berani karena harus ngomong sama ibu yang punya warung. Pokoknya ngobrol sama stranger itu naayyyy banget. Takut. Baru berani ke warung itu sekitar kelas 3-4 SD. Iya jadi sebelumnya nggak ngerti jajan juga. Pas SD, saya itu anak pendiam tapi selalu ranking 1. Sungguh idaman.

SMP saya nggak inget apa-apa. Maklum pelupa banget, pernah diceritain di sini lengkapnya soal saya yang sangat pelupa. Meski pelupa, saya inget saya udah AGAK pede dikit. Punya geng di sekolah, udah mulai boleh main ke mall (BIP LOL), tapi belum peduli sedikit pun sama penampilan atau fashion sama sekali.

SMA sih wihhhh pede banget. Salah satu sumber pede adalah karena ngerasa cantik HAHAHAHA. Dulu musim rambut lurus direbonding gitu kan, sementara rambut saya udah lurus dari sananya. Haluussss. Kerjaannya di sekolah cuma nyisir sama ngaca (nggak heran ranking 20 muluuu).

Nggak tau deh kalau di sekolah kalian, dulu di sekolah saya itu kalau bawa kaca ke sekolah = anak centil. Dan aku suka jadi anak centil. Zzzz. Harap diingat kita membicarakan tahun 2002 ya ini. I was only 15!

Kerjaan temen-temen? Nyisirin rambut saya. Duh suka banget deh rambutnya dimainin itu. ATTENTION WHORE ALERT HAHAHA. Anak SMA, punya HP, punya pacar, merasa cantik = aku sempurna.

Kuliah? MAKIN CENTHYL. Apalagi dulu merasa pintar dan golongan mahasiswa yang kecewa kalau dapet nilai B hahaha. Semua harus A dong (ambisius sejak dulu kala).

Dulu image anak jurnalistik itu nggak pernah mandi, baju asal-asalan karena sibuk ngerjain tugas cenah. Oh annisast tydac begitu. Annisast ke kampus SELALU mandi serta bedakan meski tidur hanya 1 jam. Annisast ke kampus pakai baju yang matching dengan kitten heels atau flat shoes, bukan Converse seperti yang lain. Punyaaa Converse tapi sepatu hari-harinya itu flat shoes item dengan skinny jeans item juga.

Annisast tote bagnya selalu merah atau ungu pake studded atau fringe biar statement ajah. Apa itu tas ransel? Apa itu tas polos? Kalung dipikirin, gelang banyak, cincinnya selalu gede biar lucu dong. Hidup dihabiskan cuma mikirin tugas kuliah dan mix and match baju serta aksesoris HAHAHA.

Kepercayaan diri itu terus terus terus naik sampai puncaknya di tahun 2011 kemudian semakin turun, terus malah nikah, semakin turun, terus punya anak, turuunnnn terus dan amblas di tahun 2017.

BYE KEPERCAYAAN DIRI DAN DIRIKU YANG PEDE KARENA MERASA CENTYHL SINCE 2002. T_______T

(Baca momen inferior yang ditulis kaya biasa aja padahal aslinya panik: Kepercayaan Diri dan Remah-remah Dunia)

Di ulang tahun saya yang ke-30 kemarin, mbak Hani (CEO FDN) nanya:

"Gimana ultah ke 30? Krisis PD nggak?"

Jadi mikir banget sih. Karena krisis saya di usia 29 tahun bukannya 30 tahun. Saya pernah denger juga orang yang terjun bebas pedenya di umur 32. Tandanya mungkin krisis kaya gini normal banget untuk orang-orang di usia 28-32 tahunan gitu. Ya range-range umur itulah. TIDAK PEDE ITU WAJAR. SANGAT WAJAR.

Wajar karena di range usia itu kita DIPAKSA jadi orang dewasa. Nggak ada yang mempersiapkan diri tiba-tiba puff! semua jadi ada di pundak kita. Tiba-tiba semua jadi bicara tanggung jawab dan masa depan, nggak ada lagi waktu untuk ngomongin statement necklace mana yang lucu untuk outfit yang mana. Frankly, nggak ada lagi statement necklace karena KOK MAHAL? Kan mending ditabung uangnya ... WELCOME TO ADULTHOOD, PEOPLE!

via GIPHY

Kemarin saya juga upload selfie di Instagram setelah sekian lama nggak pernah upload. Disertai caption yang menjelaskan soal nggak pede sampai nggak mau selfie. Ternyata yang merasakan hal yang sama itu banyak banget, 40 lebih komentar coba. Yang nggak mau selfie karena nggak suka (nggak benci lho cuma nggak suka aja) muka sendiri itu banyaaakkk banget. Rata-rata terjadi setelah melahirkan.

Di saya, saya jadi nggak pede karena ngerasa muka saya jadi salah aja pake jilbab (SILAKAN INGATKAN SAJA TENTANG TUHAN NANTI KOMENNYA KU REPORT AS SPAM BODO AMAT). Tapi kalau ditelusuri, saya pake jilbab emang setelah punya anak. Jadi MUNGKIN pake jilbab atau nggak pake jilbab bakal tetep nggak pede karena buktinya sebanyak itu ibu-ibu yang nggak pede sama muka sendiri setelah melahirkan. Mau pake jilbab atau nggak, nggak ngaruh.

Mau makeup segimana pun, begitu selfie ya mukanya salah. Saya sampai langsung empati banget sama orang yang bolak-balik operasi plastik sampai mukanya aneh soalnya RELATABLE. Makeup tetep ngerasa jelek, oplas sekali masih tetep ngerasa jelek, oplas lagi masih ngerasa buruk rupa, oplas lagi masihhh aja ada yang kurang. Yang salah padahal bukan mukanya, tapi perasaannya. :(((

Kedua, saya nggak punya waktu untuk lebih peduli sama penampilan. NYETRIKA AJA NGGAK SEMPET, SIS. Capek dan malas. Jadi ya udah outfit sehari-hari itu kaos atau sweater. Di satu sisi enak banget sih nyaman, di sisi lain ngerasa gembel dan nggak layak. Padahal pake baju apa itu bawa mood seharian banget kan.

Jadinya dilema. Mau mikirin baju nggak sempet, mau nggak mikirin baju bikin nggak pede. PUSYING.

Oh gitu doang ribetnya jadi orang dewasa?

NGGAK. Itu baru urusan fisik.

Yang melelahkan lainnya adalah urusan emosi. Apalagi setelah punya anak ya. Saya selalu berusaha well-adjusted (klik untuk baca tentang ini) jadi ya memang cari momen untuk zen dulu sebelum ketemu Bebe biar pas ketemu Bebe itu kondisinya nggak bete, nggak emosian, dan dalam kondisi prima untuk menanggapi semuanya.

Seidealis itu karena saya menganggap punya ibu yang menanggapi itu adalah HAK Bebe. Saya nggak pernah nyuruh dia berhenti ngomong. Kalau saya butuh timeout maka saya titipkan dia pada JG (yang juga tidak boleh meminta Bebe untuk diam) sementara saya tidur duluan.

Capek sih tapi jalaninnya cenderung slow karena itu jadi komitmen. Tertuang di dalam nilai-nilai parenting yang kami sepakati bersama. Bisa teratur banget emosinya, selain nggak punya masalah berarti dalam hidup, juga karena saya punya koridor dalam memahami anak. Bisa dibaca di sini: Memahami Anak (DIBACA YA!)

Kapan menenangkan dirinya? Saya cuma punya sekitar 30 menit saat otw dari kantor ke rumah. Yaitu saat di ojek. Di ojek itu saya ngosongin kepala, nggak mikirin kerjaan lagi, teken tombol switch dari mode karyawan ke mode ibu dan istri.

Nggak susah kok karena udah 4 tahun lebih melakukan itu. Yang susah kalau lagi banyak masalah. Kerjaan lagi banyak, deadline lagi numpuk, plus lagi mens pula hormon berantakan (mulai nyalahin hormon), waktu di jalan itu tombol switch-nya semacam macet, sampai rumah saya belum sepenuhnya jadi ibu. Saya masih sibuk jadi diri saya sendiri. Ini nih yang bikin pengen teriak "WOY GINI-GINI AMAT SIH JADI ORANG DEWASA!"

Gimana ya, ngubah mood itu ada kalanya bisa dalam semenit, tapi ada masanya ya memang butuh tidur, butuh sendiri, butuh ngobrol dulu sama JG, butuh YouTube-an dulu, baru bisa jadi ibu lagi. Lah tapi kan nggak sempet, detik-detik menghadapi kemacetan menuju rumah itu saya DIPAKSA untuk atur mood, atur emosi, atur kondisi kejiwaan biar sampai rumah dalam kondisi 100% baik-baik saja.

SUSAH BANGET, MALIH.

Tapi bisa kok. Buktinya selama ini bisa hahahaha. Cuma ya gitu ... RADA MONANGIS. Hahahaha. Ketawa aja sekarang karena nggak lagi inferior. Kalau lagi ada masalah mah ya nangis beneran. T______T

Nangis itu boleh. Nangis itu bukan cuma buat anak kecil. Kalau anak kecil aja harus dianggap manusia, masa kita yang udah jadi manusia dewasa jadi nggak boleh nangis? Ayolah kalau sedih nangis aja, kalau stres teriak, kalau butuh banget pause dalam hidup sementara lagi super sibuk sampai napas aja ngos-ngosan ... makan es krim mungkin?

Lakukan apapun yang bisa angkat mood untuk sedikit lebih baik. Ketawa yang kenceng, lompat-lompat, dance sesuka hati (sebaiknya di rumah aja ya), nyanyi yang keras (di rumah juga plis ya ya?), apapun yang bisa membuat hidup terasa lebih baik.

Lakukan hal yang bikin bahagia meski sedikit demi sedikit. Yang penting keangkat kan daripada nggak sama sekali?

Small progress is better than no progress. Small happiness is better than no happiness. *halah*

via GIPHY

Mumpung tahun baru, saya mau share satu kebiasaan baik yaitu bangun tidur LANGSUNG ngaca. Kebetulan kasur saya sebelahnya cermin di lemari jadi bangun tidur itu duduk, langsung ngaca dan senyum. Katakan pada diri sendiri "aku cukup, aku baik-baik aja".

Bangun tidur itu kondisinya kita belum cari-cari kesalahan karena belum ngong banget lol. Kalau siang-siang ngaca kan kayanya kok ya flek banyak, kok muka jelek, kok ini dan itu. Kalau bangun pagi itu beda aja sih rasanya. Apalagi malemnya skin care lengkap, pasti kulit muka bagus dan ngacanya juga enak. Kalau udah siang mau nangis itu urusan siang-siang hahaha.

Susah? Bisa jadi susah banget loh karena pandangan negatif kita ke diri sendiri semacam "halah ngapain ngaca, senyum juga jelek". Iya ngerti, tapi kalau kita nggak berusaha ngubah itu, selamanya pandangan negatif itu akan melekat sebagai penilaian kita pada diri kita sendiri.

Kalau mau berubah itu kan diusahakan, kecuali kalau nggak mau. Yaitu nggak apa-apa juga hahahaha. Be negative, people wouldn't bother, they would leave. Kita sering denger orang bilang "tinggalin lingkungan toxic, tinggalin orang toxic, blablabla" jadi kalau kalian negatif terus YA KALIAN TOXIC-NYA DONG KALAU GITU. SO BYE.

Terus mungkin di antara kalian ada yang membatin "halah lebay amaatt" atau "aku juga pernah tapi nggak gitu-gitu amat kayanya". TANDANYA KALIAN BELUM PERNAH. Beneran deh, kalau udah pernah ngerasain pasti nggak akan komen begitu. :))))

*tulisan abis ini disarikan dari caption IG beberapa hari lalu*

Sering banget baca artikel tentang banyak tertawa bisa membantu memelihara kesehatan mental. Tapi saya meragukan. Contoh terdekatnya soalnya Gesi. Dia receh banget, gampang dibikin ketawa, dikasih list Tik Tok aja bisa ngakak lama banget, dan dia tetap depresi. She was on medication for a while, it’s NOT a self-diagnosis depression. ☹️

Semakin mengukuhkan bahwa selain hidup dan mati, tidak ada yang saklek di dunia ini ya? Life is something that very difficult to explain, so many questions left unanswered, too many things listed unsolved.

So if you wanna scream then scream, if you wanna cry, cry as loud as you can. If you wanna jump around and dance barefoot behind the rain (or in a crowded mall), do it! Don’t let society tells you what to do! Don’t let society define who you are. ❤️

Let’s scream, dance, jump, and laugh more next year and the million years after! Happy new year!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!