-->

Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita, Perlukah?

on
Sunday, February 26, 2017
[SPONSORED POST]


Di blogpost saya minggu lalu, saya sudah sedikit bercerita tentang 2-3 minggu belakangan ini saya sedang mencoba mengajarkan bahasa Inggris pada Bebe.

Eh malah tiba-tiba diundang EF dan MommiesDaily ke talkshow "Multilingual at Early Age, Why Not?" dan saya terharu saking pas banget momennya hahahaha. Iya beneran, pas mulai bilingual sama Bebe kemarin itu saya nggak tau akan diundang ke event ini. :')

Talk show ini digelar di EF fx Sudirman 22 Februari lalu, dipandu oleh Donna Agnesia dan menghadirkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) dan Meta Fadjria, pengajar di EF Indonesia yang sudah berpengalaman menjadi guru bahasa Inggris anak selama 18 tahun.

Saya bagi jadi beberapa part ya! Baca sampai selesai karena membukakan mata dan banyak fakta-fakta yang saya baru tahu tentang pentingkah mengajarkan lebih dari satu bahasa pada balita.

Yuk!

Bilingual dan speech delay


Iya ini sering banget jadi topik kalau lagi ngomongin bilingual: bilingual sebabkan speech delay atau terlambat berbicara. Bahkan saya sendiri kemarin nulis gitu hahahaha deym. Maklum belum tau yaaa.

Nah, dari talk show ini saya jadi yakin kalau bilingual atau bahkan multilingual itu nggak ada hubungannya sama speech delay atau terlambat bicara.

"Tapi ada anak temen gue bilingual dan dia speech delay," sering dong denger kaya gitu?

Ya saya aja sering banget. Padahal menurut psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) itu nggak ada hubungannya. Anak yang memang ada bakat speech delay, monolingual (satu bahasa) aja dia pasti gagal. Apalagi dua atau lebih. Nangkep nggak?

Intinya gini, misal ada anak yang berpotensi speech delay. Diajarin satu bahasa aja udah nggak mampu sebenernya. Dengan satu bahasa aja udah pasti speech delay. Eh malah diajarin dua bahasa sekaligus. Begituloh gengs, jadi nggak ada hubungannya yaaa! Iyaaaa!

As concerns children, many worries and misconceptions are also widespread. The first is that bilingualism will delay language acquisition in young children. This was a popular myth in the first part of the last century, but there is no research evidence to that effect. Their rate of language acquisition is the same as that of their monolingual counterparts.-- Francois Grosjean, PhD

Dari umur berapa anak sebaiknya diajari beberapa bahasa?

Dari bayi!

Tau nggak sih kalau tangisan bayi di setiap negara itu berbeda? Tangisan adalah bahasa pre-verbal dan sudah menyesuaikan dengan suara dan bahasa orangtuanya. Jadi nangis anak Indonesia sama anak Amerika gitu beda! Canggih ya!

Peak time *halah* anak dalam belajar berbahasa adalah dari 0 sampai 6 tahun. Lewat 6 tahun, belajar bahasa baru tidak akan secepat ketika usia di bawah 6 tahun.

Baru sampai sini saya langsung jadi lebih semangat ngajarin Bebe bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Mumpung baru 2,5 tahun yakan. Eh langsung dikritik sama mbaknya di daycare.

"Ah bu, Salo sih bahasanya udah bisa dua, Indonesia sama Sunda. Kalau dibilang 'ibak yuk' (mandi yuk) ngerti dia," kata mbak daycare yang kebetulan orang Sunda juga.

😂😂😂

Dan kemudian aku bangga HAHAHAHAHAHAHA. Soalnya jadinya Bebe bisa tiga bahasa! Trilingual, how cool is that! Ya zaman sekarang gituloh, anak-anak kecil di mall ngomong bahasa Indonesia aja nggak bisa, saking Inggris terus. Akan super cool kalau Bebe bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Sunda!

Yosh! 

Kenapa anak harus belajar lebih dari satu bahasa?

Kalau saya sih karena ngerasain sendiri orang yang bisa bahasa asing itu lebih punya banyak kesempatan dibanding orang yang hanya bisa satu bahasa. Minimal bisa jadi translator atau kerja di embassy negara yang bersangkutan lah.

Terus iyaaa, saya kompetitif. Dalam artian saya ngeri sendiri melihat anak-anak lain udah pada bisa bahasa Inggris dari bayi. Salut banget sama ibu-ibu yang udah konsisten pake bahasa Inggris dari anaknya lahir. Apalagi yang konsisten ibunya bahasa Inggris dan bapaknya bahasa Indonesia. Soalnya ribeeettt!

Dulu juga pas hamil saya niatnya gitu, tapi pas lahir haaa bubar semua. Duh ngurus anak aja udah ribet apalagi harus memikirkan berkomunikasi pake dua bahasa. Saya masih waras sampai sekarang aja udah bersyukur lol. 


Nah kalau menurut Mbak Vera, ini kelebihan anak yang bisa lebih dari satu bahasa:

- Kognitif: anak bilingual IQ-nya lebih tinggi. Lebih baik dalam tes atensi, penalaran analitikal, pembentukan konsep, kemampuan verbal, dan fleksibilitas berpikir.

- Sosiokultural: anak bilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan aturan dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif). Memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

- Personal: kemampuan bersaing dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik

Ya kan. Yang bagian personal mungkin spesifik kalau menguasai bahasa asing ya. Kalau bahasa daerah apa bisa disamakan juga?

Bukan merendahkan bahasa daerah tapi seberapa berpengaruh sih kemampuan berbahasa daerah dengan kemampuan bersaing untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik?

Kayanya nggak terlalu ngaruh ya. CMIIW. Tapi mungkin juga karena bahasa daerah itu kurang spesial kalau masih di negara aslinya. 

Tentang Language Mixing

"Ih tapi anak bilingual suka bingung bahasa tau, ngomongnya jadi campur-campur Inggris Indonesia digabung."

Sering juga dong denger kaya gitu? Jadi anak kecil bilang "ibu aku mau yang green!" atau "mommy i want eat nasi" itu namanya language mixing and it's a good thing! Karena itu berarti proses belajar berjalan lancar. Bukan malah berarti anak bingung bahasa.

Iya, menurut Mbak Vera, language mixing adalah salah satu tanda anak sudah menguasai kedua bahasa. Cuma aja dia masih bingung atau lupa kata itu dalam bahasa satunya apa, jadi dia sebut yang duluan keinget.

Here is also the fear that children raised bilingual will always mix their languages. In fact, they adapt to the situation they are in. When they interact in monolingual situations (e.g. with Grandma who doesn't speak their other language), they will respond monolingually; if they are with other bilinguals, then they may well code-switch. -- Francois Grosjean, PhD
Nah semakin dewasa, nanti juga semakin bisa memisahkan bahasa ini. Contohnya kita aja deh, kalau ada yang nanya "how are you?" pasti otomatis kita jawab pake bahasa Inggris. Atau ada yang nanya pakai bahasa Sunda gitu, kita otomatis jawab pake bahasa Sunda kan. Karena kita menguasai semua bahasa itu, jadi kita udah nggak kesulitan lagi switch ke bahasa lain, tergantung pada lawan bicara.

Bolehkah belajar bahasa asing lewat YouTube?

Atau ya lewat gadget/TV lah seperti film atau lainnya?

Buibu, jawaban dari pertanyaan itu akan membuat kita merasa gagal sebagai orangtua HAHAHAAHHAHAHA.

Menurut Mbak Vera, anak sebaiknya tidak dikasih gadget sampai usianya ... 30 bulan atau 2 tahun 6 bulan. Supaya anak tetap dekat dengan ibunya dan tidak kecanduan.

*ayo nangis dan pelukan sama-sama lol*

Intinya gadget bukannya tidak boleh, tapi sebisa mungkin ditunda dan dibatasi. Maksimal 2 jam sehari! Syukurlah, Bebe sehari kayanya nggak pernah sih lebih dari 3 jam. Aku nggak gagal-gagal amat lol.

Belajar bahasa dari gadget juga boleh tapi sebaiknya didampingi. Jadi tetap ada kedekatan anak dan orangtuanya. Lebih bagus lagi membaca buku bahasa Inggris dibanding nonton pakai gadget. YAIYALAAHHH.

Karena bahasa itu perilaku sosial. Dibutuhkan interaksi anak dengan manusia hidup lain di sekitarnya. 

"Ah anak saya bahasa Inggris nya oke kok padahal cuma nonton Disney Channel doang."

Iya iyaaa. Percaya kok hahahaha. Ya namanya juga pilihan kan buibu, mau ngajarin pake media apa. Nggak ada yang paling benar atau paling salah ok!


Tapi soal gadget ini ada omongan Mbak Vera yang nyangkut banget sama saya sampai kepikiran. Kurang lebih gini:

"Anak kecanduan gadget itu bukan inti masalah, tapi akibat dari suatu masalah. Orangtua pasti punya masalah, anaknya melarikan diri dengan gadget. Sama dengan selingkuh, ada masalah dulu yang mengakibatkan selingkuh, bukan selingkuh kemudian jadi masalah."

WOW. Bener juga. Masalahnya ada di orangtua yang males nemenin anak maka anak dikasih gadget dan kemudian dia kecanduan. Gitu kan? 

Apa cara paling efektif untuk mengajari anak bahasa asing?

Saya baca di mana gitu lupa, untuk bahasa kedua, anak bisa dipapar selama 30% sehari. Jadi dari seharian, 70% bahasa pertama yang sudah dia kuasai, 30% bahasa kedua.

Kalau menurut mbak Vera, ini tips mengajarkan bahasa asing pada balita:

- Bantu anak mendengar sebanyak banyaknya
- Belajar diksi lewat nyanyian. Jadi dikasihtahu, artinya apa.
- Kalau anak salah jangan dimarahi. Misal dia salah jawab, tapi udah bener bahasa kedua, itu bagus karena artinya dia mencoba.

Gimana kalau pengen banget belajar bahasa Inggris tapi orangtuanya nggak mampu mengajari? Ya itu tandanya butuh bantuan orang lain. EF English First ternyata punya lho program untuk balita. Saya baru tau banget karena dipikir untuk anak sekolah dan profesional aja.

EF punya program Small Stars untuk anak berusia 3 sampai 6 tahun. Programnya menggunakan metode EFEKTA System dengan tahapan Learn, Try, Apply, dan Certify.


Lengkapnya bisa dilihat di sini ya: Small Stars EF. Klik!

Tapi tetep lho, meski pendidikan bahasa Inggris di-outsource-kan pada EF, peran orangtua tetap yang utama. Karena menurut mbak Meta yang sudah jadi pengajar EF lama sekali, anak akan lebih berhasil belajar dengan dukungan penuh dari orangtua.

Kalau Bebe gimana?

Nah saya sendiri sengaja mengajarkan satu bahasa dulu (Bahasa Indonesia) ke Bebe sampai dia benar-benar lancar. Sekarang nyesel nggak nyesel sih.

Nyesel karena kaya dari nol lagi ngajarin Bebe ngomong bahasa Inggris. Nggak nyesel karena kalau sampai Bebe speech delay, saya juga pasti nyalahin diri sendiri kenapa bilingual segala. Iya meskipun nggak ada hubungannya, tapi kan paling gampang nyalahin diri sendiri huhu.

Awalnya dia marah lho, karena merasa saya bicara sesuatu yang nggak dia ngerti. Saya pakai metode dua bahasa, jadi saya sebut bahasa Indonesia kemudian bahasa Inggrisnya.

Jadi ngomong apapun, ngomongnya dua kali "Xylo, lapar? Xylo, are you hungry?" atau "Nggak boleh gitu ya! No you can't do that ok!"

Sama ya baca buku sih. Buku-buku bahasa Inggris yang dulu dibacakan pakai bahasa Indonesia mengarang bebas, sekarang dibacakan bahasa Inggrisnya. Nonton juga masih kok, tapi agak nggak yakin dia nangkep sih. Hahaha.

Minggu pertama dia marah-marah. Minggu kedua mulai memperhatikan. Minggu ketiga udah blabbering! Dia udah ngeh beberapa kata meskipun ngomongnya masih malu. Warna dan binatang sederhana juga udah mulai hafal huhu maaf ya muji anak sendiri terus. #shamelessmom

Kalau JG kuat banget ngomong Inggris doang meski Bebe hah hoh. Saya nggak tega jadi aja masih campur. Tapi mulai blabbering aja udah bahagia. Ya kaya bayi aja kan pertama kali belajar ngomong juga blabbering dulu.

Jadi misal kemarin, JG sama Bebe di ruang tamu terus JG bilang ke Bebe "kasih ibu dan bilang 'ibu this is for you'." Terus Bebe ke kamar dan dia mengucapkan kata-kata entah apa "dbhzjsjsbsjznsk" HAHAHAHAHAHA. Mungkin di otaknya bener "this is for you" lol.

Rencananya nanti preschool nya baru akan bahasa Inggris atau nanti kalau anaknya nggak mau preschool ya mungkin akan ke EF aja supaya suasananya nggak terlalu "sekolahan". Tapi long way to go sampai Bebe ke usia itu jadi sekarang masih akan diusahakan oleh saya dan JG dulu.

*

Jadi ya begitulah. Semoga membantu ya. Ayo ajarkan anak bahasa kedua! Bahasa Korea juga boleh biar bisa bantu ngobrol sama oppa. 😂

See you!

-ast-

Source for the Francois Grosjean, PhD quotes: http://www.francoisgrosjean.ch/bilingualism_is_not_en.html
Kids images:Designed by Freepik




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
17 comments on "Mengajarkan Bahasa Inggris pada Balita, Perlukah?"
  1. nice try kak untuk anak usia dua tahun. Aku punya murid TK umur lima tahun bahasa inggris nya oke banget untuk anak segitu karena dia udah bisa pake present sama past. Ternyata orangtua nya konsiten ngomong full in English tp dia bisa bahasa indo karena kalo sama nenek dan nanny nya harus pake bahasa Indo. Kalo dulu aku belajar di kampus ada teorinya yang bilang kalo belajar bahasa itu harus sering terekpose sama bahasanya. Untuk anak2 yang penting dia recognise dulu. Contohnya kalo kita bilang "yang green" dia udah bisa nunjuk berarti anak paham baru di enourage untuk mau menyebutkan kata "green"

    ReplyDelete
  2. Yang mixing itu jadi inget, dulu murid saya kelas 3sd pas lagi ujan gede pisan bilang "miiisss, why the ujan is very angin?"
    Lol..

    ReplyDelete
  3. Yang mixing itu jadi inget, dulu murid saya kelas 3sd pas lagi ujan gede pisan bilang "miiisss, why the ujan is very angin?"
    Lol..

    ReplyDelete
  4. Wah ... aku inih ibu yang gimana ya? Masih sering melewatkan waktu buat ngajarin anak mengenal Bahasa Inggris. Secara akunya juga nggak begitu fasih :(

    ReplyDelete
  5. Begitu baca ini aku langsung coba ngomong bahasa Inggris sama Aiden semalem, hahahaha. Dulu sebenernya udah pernah coba, tapi stop begitu ada temenku komen, "Ges, sebaiknya nggak diajarin sekarang nanti malah bingung" dan aku percaya-percaya aja pas itu karena kebetulan dia pengajar. Hmmm. Tapi lebih percaya Mba Vera deh ya. Okay so let's try speaking in English lagi then :D

    ReplyDelete
  6. A B C D E, let's sing them all together.

    ReplyDelete
  7. Keistiqomahan perlu diuji hihi
    Ngajarin bilingual, pertama kali dia aneh. Cuek, tapi ternyata mereka tuh menyerap apa yg kita kasih tau yaaa, ternyata ... Beberapa hari kemudian, mulai suka sdikit...lama2 menjadi bukit ❤️❤️
    Makasih yaa cha, artikel ini jadi penyemangat

    ReplyDelete
  8. pass banget mba nnisa ini infonya kan babyku masih 6bln jadi udah persiapan deh jadinya kalau udah tau mulai kapan belajar bahasa inggris, soalnya jangan sampe ketinggalan bahasa inggris mana semakin modern makin banyak aja anak jago bahasa inggris ^_^

    ReplyDelete
  9. Tulisannya bagus sekali mbak Annisa, anak saya sudah dari lahir kami kenalkan Bahasa Inggris, dan memang di usianya yang baru 2 tahun 1 bulan, dia bisa berkomunikasi dalam 2 bahasa, meskipun yang bahasa Inggris belum selancar bahasa Indonesianya, tapi dia mampu mengkomunikasikan kemauannya dalam bahasa Inggris, contohnya saat saya bilang "let's wake up!", dia bisa menjawab dengan logis "No, I am sleepy" hehehe...Memang betul there's no such thing called speech delay IF we always guide our kids in every step of their learning journey. Semoga kita semua mampu membesarkan anak multilingual semaksimal mungkin. Salam :)

    ReplyDelete
  10. menyimak dengan tekun. jadi ga khawatir lagi deh. aku sering merhatiin anaknya teteh Disas yg bi lingual.

    ReplyDelete
  11. aku akuuuuu, hahahahaha gara2 baca ini jadi langsung kepengen nerapin dua bahasa ke tara. Tapi mungkin emaknya dulu perlu belajar bahasa Inggris biar ngomong ke anaknya bisa cas cis cus

    ReplyDelete
  12. Hay Mba, nice info. Saya juga mau berbagi info terkait hal ini. Sebelumnya saya pernah mewawancarai seorang paedagog, beliau Profesor yg mengajar bahasa Inggris di sebuah univ. Kata beliau, dampak dari terlalu dininya menerapkan pembelajaran multilingual di Indonesia adalah kegamangan atau kacaunya konsep bahasa dari anak-anak yang mengalaminya. Selengkapnya ada di artikel yg pernah saya tulis berikut ini. Semoga berkenan... http://rahmaanandita.blogspot.co.id/2014/04/balita-sekolah-internasional-awas-kacau.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo mbak, sudah saya baca tulisannya. sebenarnya kekhawatiran yang mbak tulis itu terjawab semua loh di tulisan saya ini. saya malah sertakan juga quote dari psikolog dan profesor yang bersangkutan. thank you.

      Delete
  13. Wah jadi memang bilingual dan speech delay nggak ada hubungannya samsek ya!

    Anakku sendiri dari bayi aku udah ajak ngomong bahasa Mandarin, karena itu termasuk bahasa ibuku. Sehari-hari di rumah diajakin ngomong bahasa Indonesia juga sih, tapi kalo sama aku dan suami harus bahasa Mandarin. Sekarang udah mau 7 bulan, anaknya dikit-dikit respon sih kalo denger command in Mandarin.

    Seneng nih kalo ada yang bahas beginian berdasarkan komentar dari ahli. Mudah-mudahan Bebe juga sukses yah belajar bahasa Inggrisnya. Thanks a lot, Mba!

    ReplyDelete
  14. pas banget aku mau ngajarin anakku bahasa inggris. anakku 2 tahun, suka banget dengerin lagu bahasa indonesia dan bahasa inggris. tapiiiiiiiiiiiiii, aku ga hafal lagu bahasa inggris, jadi kalo sama saya selalu saya kasih yg bahasa indonesia biar kami bisa nyanyi bareng2.

    ReplyDelete
  15. Ooo, jadi di atas 6th cuma akan lebih lambat progressnya ya Cha. Tapi nggak papa kali ya baru mulai sekarang. Better late than never, hahaha. Apalagi terbantu sama sekolahnya yg bilingual juga. Semangattt.

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)