-->

Image Slider

Showing posts with label tentang bebe. Show all posts
Showing posts with label tentang bebe. Show all posts

Bebe ke Dokter Mata (3)

on
Wednesday, March 17, 2021


Baca dulu part 1 dan 2 nya ya biar nyambung.


Bebe ke Dokter Mata: Part 1 | Part 2


Pengalaman Periksa Mata Anak dengan dr. dr. Florence M. Manurung, SpM(K) di JEC Menteng.


Hari itu, hari pertama Bebe ke dokter mata, saya ada webinar jadi ini pengalaman JG dan Bebe hahahaha.


Rada bersyukur saya nggak ikut karena Bebe sama saya tuh kan modenya langsung bayi ya, gampang nangis, lemah, leuleus, segala pake nangis pokoknya. Kalau sama appa tuh kuat, nggak gampang nangis, nggak manja, nggak minta gendong HAHA.


Urutannya gini kalau mau ke JEC saat Covid. 


1. Bikin janji via WhatsApp JEC di nomor +62 877-2922-1000 (JEC cabang manapun bisa bikin janji di WA ini).

2. Download aplikasi JEC, sign up, isi screening Covid di sini. Screening berlaku 12 jam jadi isinya sebelum pergi aja, cepet kok.

3. Dateng ke sana, lihat hasil screening, ganti masker dengan yang disediakan. Boleh pakai masker dobel dengan kain tapi masker medisnya di dalem, masker kain di luar. Please nurut ya karena dokter mata tuh risiko tinggi tertular Covid huhu repot banget kan kalau pada sakit, udah mah cuma dikit dokter mata tuh.


Masuk, registrasi standar rumah sakit lalu ke BDR (Basic Diagnostic Room), periksa mata kaya di optik cuma lebih lengkap. Diperiksa pakai alat (ya ngeliat balon udara itu), lalu periksa manual (sebut huruf), kalau dewasa (saya akhirnya ikut periksa di kunjungan ketiga) diperiksa tekanan mata. Disemprot pakai udara gitu. Kalau anak, diperiksa ininya di dalem sama dokter.


PLEASE NOTE YA INI:


KALAU MATA KALIAN ATAU SUAMI MINUS, BAWA ANAK KE DOKTER MATA YA! Plis jangan bawa ke optik doang karena hasil dari dokter mata itu lebih spesifik sehingga anak bisa pakai kacamata yang bikin dia liat 100% bagus.


Karena pengalamanku seumur hidup pakai kacamata hanya periksa di optik, optik tuh suka nurunin hasil kita dengan alasan “nanti pusing” atau “ketinggian ini, terlalu terang nggak?” gitu kan? Padahal mungkin hasil pemeriksaan di optik NGGAK PRESISI jadi kamu pusing. Karena kacamata itu harus 100% clear and crisp alias harus presisi jadi mata kamu nggak cepat lelah.


Kata dokternya, datang ke optik untuk periksa mata itu selevel dengan datang ke tukang gigi saat sakit gigi. YA BENER SIH HUHU SUNGGUH MERASA BODOH :( Padahal kami apa-apa ke dokter banget cuma entahlah sotoy atas mata karena merasa saya seumur hidup berkacamata.


*


Dari BDR, muncul kan hasil untuk acuan pemeriksaan dokter. Lalu dicek ulang sama dokter. Ini namanya pemeriksaan subjektif ya. Karena ya kita percaya aja sama anak (ini kondisi anaknya udah bisa baca dan udah paham, kalau bayi aku nggak ngerti).


Jadi Bebe diminta lihat lagi huruf sampai 100% terlihat jelas. Dari jejeran 5 huruf paling kecil, harus bisa bener jawab 3. Abis itu disemprot tekanan mata untuk cek glaukoma cmiiw plis ini hanya mengandalkan ingatan JG, googling sih bener maafkan hahaha.


Setelah itu, keluar lagi dari ruangan dokter, kembali ke BDR dan ditetes matanya biar pupilnya membesar. INI PERIH KATANYA. Nangisss sampai pas mata sebelah kan dia nggak tau kalau seperih itu ya, masih santai mau ditetes. Pas mata sebelahnya NGGAK MAU BUKA MATA HAHAHAHA.


Ya udah dengan berbagai bujukan JG (YAY!) akhirnya mau. Lalu dipakein kacamata kaya di optik, ruangan digelapin, mata ditembak cahaya, dan matanya diperiksa dengan alat … YA NGGAK TAU ATUHLAH NAMANYA APA HAHAHAHA. Intinya kita tuh nggak bisa percaya gitu aja sama anak 6 tahun untuk bilang semua huruf clear and crisp kan, jadi diperiksa ulang secara objektif gitu. Kalau orang dewasa bilang ok clear itu ya otaknya udah ngong lah ya yang clear itu kaya apa, yang berbayang itu kaya apa, kalau anak-anak judgment mereka masih sulit dipercaya.


Keluarlah hasil pemeriksaan dari dokter dan ya beda sama optik. Nggak jauh masih di minus 3,5 tapi perintilan yang lainnya beda (silindris, dll), tapi ya harus diganti lagi lensa yang baru diganti belum seminggu itu hehehehe. 


Disuruh dateng lagi 4 bulan kemudian.


4 bulan kemudian yaitu bulan lalu minusnya jadi 4,5. Dalam 4 bulan naik minus 1. Apa kabar teori ibu 20 tahun naik minus 4? :’) Dokter mengingatkan kalau naik minus itu ya wajar lagi pandemi begini. Wajar sih wajar dok tapi nggak 4,5 juga kaliii. Lelah akutuh. 


Akhirnya dokter menyarankan dua opsi. Pakai tetes mata TANPA PUTUS selama 2 tahun untuk nahan minusnya atau pakai Ortho-K, hard lens yang dipakai setiap hari saat tidur malam untuk nahan pertumbuhan mata dan siangnya mata jadi normal!


Kami pilih Ortho-K, sudah 2x ke dokter spesialisnya, sudah fitting, tapi masih PO selama 6 minggu. Lihat testimoni anak-anak lain di YouTube sih bener-bener siang mereka nggak butuh kacamata sama sekali. Solusi banget sih menurutku jadi bisa bebas kacamata meski siang doang sambil nunggu cukup umur untuk lasik.


Demikian cerita minus mata. Lanjut nanti pengalaman Ortho-K ya!


-ast-

 





Bebe ke Dokter Mata (2)

on
Tuesday, March 16, 2021
pengalaman ke dokter mata anak


MAAF GUYS UDAH MAU 2 TAHUN BARU UPDATE LOL. Jadi ini akan panjang dan akan langsung ada part 3 ya!


Bebe ke Dokter Mata: Part 1 | Part 3


Rada hectic ya dunia permataan anak karena Corona terus saking ~yah gimana lagi yhaaa~ jadi males update blog huhu padahal penting lagi untuk dibaca ulang di masa depan.


Okelah aku gali berbagai info setahun ke belakang karena sejak blogpost itu, Bebe udah 4 kali lagi ke dokter mata :)))))


PANDEMI DAN MATA BEBE


Pandemi mau ngapain lagi sih kalau nggak ngurusin gadget? Iya tau banyak ortu yang masih sanggup anaknya no gadget saat pandemi tapi tentu itu bukan aku :’)


Ya saya kan masih kerja, JG juga kerja, Bebe sama siapa kalau bukan sama Ryan? :’)



Ditambah sekolah aja sehari itu dari jam 8.30 - 14.30. Ada 2 kali break masing-masing 30 menit dan 1 lunch break. Bebe baru boleh main game jam 5 sampai saya dan JG selesai makan malam.


Intinya ni anak dari umur 0-5 tahun cuma ketemu screen saat weekend, JADI BERJAM-JAM SETIAP HARI KARENA PANDEMI! Bukan main atau nonton tapi juga kan sekolahnya di screen! *KESAL*


Oktober 2020


Bulan Oktober, hadir 1 email dari sekolah Bebe, tentang Kuesioner Skrining Kesehatan Anak Usia Sekolah. Di emailnya ada “Note: Dalam pengisian kusioner, mohon membaca petunjuknya sebelum mengisi.” Dikasih deadline 2 minggu untuk isi.


Dalam hatiku ya apalah sih notenya emang sesusah apa mengisi tentang kesehatan anak, dikasih waktu 2 minggu pula. LAH TERNYATA SUSAH MONANGESSSS. Sampai segala gigi harus difoto dari berbagai angle ya ampun stres.


Nah tentu ada kesehatan mata juga kan. Ditanya apa pake kacamata kah, punya kelainan mata kah, dll. Salah satunya, anak diminta menyebut jumlah jari ortu dari jarak 5 meter. Bebe dengan kacamatanya … nggak bisa jawab. MULAI PANIK DONG.


Karena seperti yang kusebut di blogpost pertama, minus 1 di umur 5 ya wajar karena mikirnya saya pun minus 2,5 di umur 10, sekarang umur 32 minusnya 7. Jadi dalam 20 tahun rata-rata naik minus 4 lah ya.


Kalau Bebe kaya saya plek, maka 20 tahun kemudian di umur 25 (asumsi minus 1 di umur 5) minusnya akan hanya kurleb 5, not bad kan? TAPI KOK BARU UMUR 6 UDAH NGGAK BISA LIHAT PAKAI KACAMATA YANG BELUM SETAHUN?


HUHU.


Nah di sini kesalahanku yaitu ketika minus terasa naik, yang dilakukan pertama kali apa? JELAS BUKAN KE DOKTER MATA TAPI KE OPTIK.


Seumur hidup ke dokter mata cuma ya tahun lalu itu bareng Bebe. Sebelumnya BELUM PERNAH :))))


via GIPHY


Saya udah pakai kacamata dari kelas 6 SD dan kalau kacamata nggak enak tuh ya ke optik. Ke ABC Optik di sebelah Toko Sami Jaya di Jalan ABC, haloh wargi Bandung, ring a bell? :')


Sampai detik ini masih kebayang itu toko, gelap-gelapnya, pengap-pengapnya, dengan ruangan tes mata di balik jam kayu besar. Kursinya aja masih inget banget YA GIMANA BERTAHUN-TAHUN PERIKSA DI SANA!


Cuslah kami ke Owl Kokas karena kacamata Bebe emang Owl dan nyaman banget. Diperiksa wah minusnya jadi 3,5 T_______T


Dibikinlah lensa baru tapi tetap nggak enak hati karena kok bisa dari 0-5 tahun minus cuma 1 tapi dikasih 6 bulan pandemi minusnya jadi 3,5. Gimana nggak kesal sama gen sendiri?


Langsung memutuskan udalah tetep ke dokter mata juga. Jadi ganti lensa iya, ke dokter mata iya (ngapain coba dipikir-pikir ya, mending ganti lensa setelah ke dokter mata aja).


Langsung cus bikin janji dengan dr. Florence M. Manurung, SpM(K). Ternyata pandemi gini sepi dan langsung dapet jadwal di weekend berikutnya.


Iya dr. Florence ini adalah dokter anak yang saya tulis juga di bawah blogpost pertama. Cuma waktu itu mundur karena antrinya SEBULAN untuk bisa bikin janji sama dr. Florence. Mikirnya (INGAT INI PEMIKIRAN SEBELUM PANDEMI) ya udalah toh udah ke dokter mata, anaknya udah nyaman pake kacamata, nanti-nanti lagi aja ke dokter mata anaknya.


Ya failed banget lah ukuran optik karena pada akhirnya ganti lensa lagi HAHAHAHA ZONK :)))


Lanjut ke part 3!


-ast-






Bebe dan Jadi Dewasa

on
Saturday, November 7, 2020

Makin jarang nulis blog ternyata karena satu kesulitan: Bebe nggak sulit lagi hahahaha HOW IRONIC. Seumur hidup Bebe, blog ini jadi tempat ngeluh parentingku. Dan ketika parentingnya udah nggak sulit lagi, jadi nggak pengen ngeluh lagi, jadi nggak pengen nulis lagi lol.

Pun semakin besar, semakin hati-hati untuk cerita tentang Bebe karena dia udah ngerti privasi. Udah tahu rahasia. Udah bisa memutuskan mana yang boleh diceritakan mana yang nggak. Mau itu di Twitter, di IG story, pun di sini. Cerita yang satu ini, saya pake adegan minta izin dulu. “Boleh nggak ibu cerita ini ke orang-orang?” Dia bilang boleh, so here we go!

*

Bebe adalah anak yang nggak ditutup matanya saat kissing scene karena kenapa harus ditutup? Kamunya aja kali yang nggak bisa jelasin ke anak kenapa mereka ciuman lol. Padahal itu bisa jadi sarana sex education lho, siapa yang boleh ciuman, siapa yang nggak boleh, dll.



Boleh sih boleh, nggak dilarang, nggak ditutup matanya tapi Bebe jijik sama adegan ciuman HAHAHAHA. EW SO GROSS! Katanya berulang-ulang. Bebe kan anaknya jijikan ya. Karena SPD juga sih (baca ceritanya di sini), dia super jijik sama segala sesuatu termasuk ludahnya sendiri. Apalagi bahas kissing scene :))))

Jadi kalau misal kami lagi main-main gitu terus dia nggak sengaja ngeces gitu wah udalah nggak bakal mau dia suruh lap, yang ngeces siapa yang jijik siapa. Pernah netes ke tangan saya terus saya lap ke baju dia terus dia menangysss saking jijiknya :))))

Dia juga nggak pernah mau tuh sharing gelas sama orang lain. Apalagi sharing sedotan atau sendok. Bahkan sama ibu dan appa pun jijiknya sama. Ya udah baguslah mengurangi penularan penyakit hahahahaha.

Ditambah konsep marriage itu buat dia aneh karena “aku maunya sama ibu terus foreveerrrr!” dan “why is everyone getting married?” karena kalau di akhir fairy tale klasik kan they got married and lived happily ever after gitu.

Pernah juga dia nonton Over The Moon sama JG di Netflix terus pas cerita ke saya tuh bilangnya gini:

“So there is a girl, and the father. And then the mother died and the father meet another adult and it’s so blah”

“What’s so blah? Are you sure it’s a person? Or is it a cockroach or something?”

“No it’s a person, an adult I said ibu, a woman, but it’s blaahhhh”

“How could people be so blah?”

“It’s a blah because the father and the woman … KEY AI ES ES”

NGAKAK LOL MAAP BE. K I S S katanya, bahkan ngomongnya aja dia jijik HAHA.

Kemudian suatu hari dia denger lagu Sherina “Andai Aku Besar” dan terjadilah percakapan ini:



Nah tapi ini kejadiannya tuh di meja makan, tanpa pikir panjang. Jadi dia jawab begitu. Ternyata di suatu malam, jawabannya beda lebih dalem :’) Kalau malem-malem kan mellow gitu ya, gelap, fokus anak cuma sama obrolan aja, entah lagi ngomongin apa, nyampe lagi tuh ke percakapan marriage sampai nangis :))))

“I don’t wanna be an adult”

“Why?”

“Because then you’ll be so big, and then you cannot go under the table, and then you can’t huaaaa” *NANGES*

Lalu saya peluk. Sambil nangis bilang gini:

“I don’t want to be an adult because I don’t want to start my own life” *MASIH MENANGES*

H A H  G I M A N A . . .

Saya tanya lagi tuh, apa maksudnya start your own life? Kan sekarang juga sudah hidup? Katanya bukan, bukan hidup jadi anak-anak tapi jadi orang dewasa, keluar dari rumah, kerja, menikah, dia nggak mau. 

Emang dari dulu kalau lagi cerita dulu ibu dan appa gimana sebelum Bebe lahir, Bebe juga kaya nggak paham kenapa kami harus keluar dari rumah dan pindah ke Jakarta? Kenapa emang suatu hari anak itu harus lepas dari ibu? Kenapa harus telepon ibu setiap hari (kaya JG nelepon mamanya setiap hari) kan bisa serumah aja :)))

Itu yang paling bikin dia bingung. Kenapa emang harus ketemu orang baru dan lalu jadi satu rumah? Ya emang belum ngerti aja di umur 6 tahun kali ya. Tapi ternyata dia mikirin banget hahahaha. Sumpah overthinking kaya siapa sih LOL.


Akhirnya saya puk-pukin dan bilang kalau nggak ada yang suruh dia cepat besar, nggak akan ada yang akan paksa dia cepat menikah atau keluar dari rumah.

Lalu saya merenung.

Dulu, saya pengen cepet-cepet jadi orang besar itu kenapa? Saya nggak sabar pengen punya uang sendiri (asli dari SMP-SMA gitu udah ngayal nanti kerja mau pake baju apa, kerja di tempat kaya apa, kalau gajian uangnya mau buat apa, dll), pengen keluar dari rumah, pengen mandiri, pengen memutuskan semua keputusan hidup sendiri. 

Kalian juga mungkin punya alasan yang beda lagi. Mungkin ada juga yang seumur hidup selalu diremehkan orangtua dengan “halah anak kecil diem aja” atau “anak kecil tau apa sih nurut ajalah!” gitu ya udah pastilah jadinya pengen cepet-cepet besar biar punya kendali atas hidup. Atau mungkin ortu zaman dulu sering bilang “hidup di rumah ini, ikut aturan di rumah ini” tanpa berdiskusi apakah anak sepakat dengan aturannya? Apakah aturan itu dibuat bersama atau hanya dibuat ortu belaka?

Tapi coba kalau jadi Bebe?

Sekarang hidupnya semua dikasih pilihan, semua bebas pilih, semua konsekuensi dan peraturan didiskusikan, ditanyai pendapatnya akan semua hal, pendapatnya selalu dianggap penting, tidak pernah dihukum dan diajari tanggung jawab, wajar jadinya kalau dia mikir: Ngapain harus jadi orang dewasa dan hidup mandiri? HUHU.

Karena buktinya kita aja (SAYA KALI AH) dulu ala-ala banget pengen cepet jadi besar, mau nikah muda karena kepengaruh Hollywood series (BLAH), mau ini itu pas udah besar, pas udah besar KOKKK BEGINI HAHAHA. Enakan jadi anak-anak.

Jadi Be, dan anak-anak lain di luar sana, enjoy your childhood! Kamu benar, nggak perlu ingin buru-buru besar, pelan-pelan aja biar nggak kesasar. Biar ketika nyampe saatnya, kamu udah tau apa yang kamu inginkan dan kamu tidak inginkan.

WE LOVE YOU!

PS: Beberapa hari kemudian kami main tenda-tendaan pakai selimut. Selimutnya mayan tebel tanpa ada bolongan gitu karena dia maunya gelap. PANAS DONG YAH PENGAP. Saya bilang “I give upppp please give me some oxygennnn!” sambil keluar dari selimut. Jawaban Bebe adalah “See that ibu, being a grown up is not cool, you need more oxygen because you’re bigger than me. I wanna be kids forever!” LOL OKEDEH BEBAS TERSERAH KAMU AJA :))))

-ast-





Bebe dan Game

on
Saturday, June 20, 2020

BUKAN. Bukan mau cerita si Bebe main game. Tapi sebuah perenungan *halah* nggak deng, ini sebuah rekaman aja karena menurut saya lucu jadi layak masuk arsip blog HAHA.

Masuk umur 6 tahun ini si Bebe mikirin banyak hal. Asli deh overthinking. Dia mulai paham kejadian-kejadian di masa lalu jadi udah bisa nostalgia gitu.

Salah satu cerita yang paling dia inget di masa kecil adalah tentang rumah kami yang dulu kecurian. Ceritanya bisa dibaca di sini: Kamera Hilang (pas nulis itu baru kamera yang hilang, beberapa hari kemudian laptop dan harddisk ilang lol nasibku).

Jadi malem-malem, lagi ngobrol dan pelukan dia bilang gini:

“Ibu, kenapa ya dia mencuri di rumah kita padahal kita baik sama dia?” (Wadaw, ini karena setelah lapor polisi, terduga pencurinya ketauan tapi males perpanjang jadi ya udalah)

Lalu.

“Ibu, kenapa dulu ibu suka main game tapi sekarang nggak?”

NAH APA HUBUNGANNYA TUH KALAU IBU BOLEH TAU?

Saya tanya balik dong, memang kenapa kamu inget-inget si pencuri terus sih?

Jawabnyaaa?

“Soalnya yang dicuri, iPad ibu yang ada Clumsy Ninja udah jauh, sekarang aku main levelnya jadi baru 12”

HAHAHAHAHAHA. TERNYATA PERKARA GAME DONG!

Jadi dulu saya anaknya main games banget dan Bebe tau itu karena dia liat di iPad lama banyak games cuma nggak paham aja karena umurnya baru 3 tahun. Saya gila lah dulu sama games di iPad, itu iPad sok-sok buat liputan padahal isinya games. Tahun 2011, saya main Hay Day udah jauh banget, Clumsy Ninja udah level 50-an, terus semacam Virtual City gitu-gitu gamenya G5 saya main semua.

Sementara sekarang kapan coba sempet main game? Jadi si Bebe main Clumsy Ninja sendirian dan ya udah lama pun baru level 12 karena screen time dia kan sebentar.

Kasian anakku.

Lalu saya bilang gini “Duh iya dulu aku sempet main game karena nggak punya kamu lah. Sekarang aku punya anak kapan coba aku main game? Sehari aja aku nyuapin kamu berapa kali, mandiin, bikin susu, aku mainnya gamenya kapaannn?”

Dia “ibu main ajalahhh bantuin aku”

NYEPLOS LAH INI IBUNYA “ah nggak ah, nih kamu kan game aku, aku mainin tiap hari kan, aku kasih makan biar heartnya nggak abis (bawa-bawa heart ala Minecraft), aku suruh nonton biar senang terus (ala The Sims)” terus dia ketawa-tawa karena menurut dia lucuuu katanya kalau dia jadi game.

Tapi rupanya percakapan itu melekat di sanubari? Sampai saya nggak tau harus ngerasa lucu atau ngerasa bersalah HAHA :’))))

Beberapa hari lalu, biasalah ada masa-masa di mana males masak dan nyuapin dengan niat. Empat hari kemudian, turunlah berat badan Bebe sekilo. STRES DONG YAH!

Pusing ya jadi ortu tuh. Yang males masak siapa, yang stres kalau berat badannya turun siapa. Kaya udah tau bakal terjadi tapi tetep dilakuin. Kesel sama diri sendiri.

Malemnya saya langsung ngobrol sama Bebe soal menu. Bebe mau makan apa? Mau dimasakin apa? Besok kita belanja, kamu harus makan blablabla. Abis itu saya diem aja mikir duh males harus masak tapi gimana dong Bebe nggak mungkin turun lagi ke garis kuning, nggak rela.

Ngeliat saya ngelamun, dia nanya:

Bebe: “Ibu pikir-pikir apa?”

Ibu: “Ibu mikirin makan kamu haduhhh aku sedih kamu turun berat badan”

DIJAWAB DENGAN?

Bebe: "Is it because I am your game?”

HAHHHH? SHOOKETH TO MY CORE LOL NGGAK TAU HARUS KETAWA ATAU NANGIS?

Refleks saya ternyata sok sedih dan mengikuti alur role play ini. Memanglah jadi ibu harus jago akting kan dari dulu juga.

Ibu: “Aduh iya aduhhh, gimana nih game aku aduh heartnya tinggal satu oh my god gimana dong, hungernya sampai merah ini aduhhh?”

Bebe: “Hahaha ibu, you know level 6 is hard!”

Level 6 cenah karena umur 6 astaga.

Ibu: “I can’t do this alone, I think I will ask appa for help, can I change the game to multiplayer?”

Bebe berbalik ke dinding lalu mencet-mencet dinding: “Done, now the mode is multiplayer”

“But ibu, level 6 is hard, but I think level 0 is the hardest. Because baby can’t walk hahahaha”

WADAWWW.

Ditutup dengan “Ibu, look (menunjuk ke atas kepala), my heart now is two because I like talking to you like this”

KYAAAA MELELEH. HUHU.

Besok-besokannya dia masih berperilaku sebagai game. Katanya saya nggak boleh turun level karena tahun depan harus jadi level 7.

Bikin merenung banget punya anak itu sebenar-benarnya main game dengan neverending mode. Kalau main The Sims aja ambisius pake cheat biar semua needs dia full, kenapa needs anak nggak diusahakan full terus coba?

Sounds wrong tapi biarin orang anaknya aja happy kok karena serasa hidup di dalam game hahahaha.

Jadilah besoknya langsung ke supermarket, langsung dimasak semua. Syukurlah sekarang kulkas udah ada stok makanan jadi buat Bebe jadi kalau mau makan ya tinggal ambil nasi aja.

DEMI GAME kESAYANGANKU TERUS NAIK LEVELNYA!

-ast-




Bebe 6 Tahun

on
Saturday, June 13, 2020

WOW. Anakku 6 tahun wow. Postingannya panjang tapi penting jadi biarlah kutulis semua.

BACA DULU DONG CERITA MELAHIRKANKU 6 TAHUN LALUUU: Drama Melahirkan.

Tahun lalu, waktu Bebe ultah ke-5, saya anggap itu sebagai milestone banget karena lepas usia balita. Tapi ternyata smooth aja tuh nggak ada perubahan berarti di 5 tahun tuh.

Nah ternyata saya rada salah sih emang menganggap lepas usia balita itu milestone karena secara kehidupan, 5 tahun itu nggak berubah banyak.

Sekolah masih preschool. Udah bisa baca sih tapi belum paham banget apa yang dibaca. Tiba-tiba setahun kemudian baru deh kerasa dia bukan anak kecil, tapi juga belum jadi anak besar.

Bebe nervous banget menghadapi umur 6 tahun ini. Salah satu faktor utamanya adalah mau masuk SD. Big deal. SD adalah sekolah anak besar, bukan preschool yang sekolah anak kecil.

Dia juga tau giginya akan mulai copot, udah nggak akan di daycare yang sekarang lagi, dan wah akan banyak perubahan dalam hidupnya. Dia pun menghitung hari.

Dari beberapa bulan sebelumnya dia udah bilang “aku nanti tuh ya ulang tahun ke 6 di tanggal 6 bulan 6, aku mau kue Mario di atasnya ada Yoshi blablabla (DETAIL ANAKNYA TUH)” YABAIKKK. Ibu siapin. Surprise.

Dua minggu sebelumnya gelisah. Tiap malem ngitung berapa hari lagi. Padahal kan ultah juga bukan yang dapet kado atau reward apapun kan, tapi dia nggak sabar nunggu harinya. Kerasa banget dia nunggu momen ini.

H-1 dia bilang gini “tomorrow I’m six. I’m so nervous”.

Waw. Ditanya kenapa jawabnya karena nggak akan daycare lagi dan mau masuk SD. Lalu telungkup di kasur dan nangis karena mellow mikirin bulan terakhir daycare. Berat banget yahhh jadi anak 6 tahun. Udah paham perpisahan, ngerti akan menghadapi lingkungan baru, ada perasaan takut tapi juga semangat.
⁣⁣⁣⁣
Aku peluk dan bilang mau masuk SD itu takut ya nggak apa-apa kan wajar nggak kenal missnya dan teman-teman. Tapi aku yakin kamu akan senang di sekolah karena ibu kan pilihkan sekolah yang seru buat kamu. Mana lagi pandemi gini, soundingnya jadi makin panjang lebar.

Ceria lagi deh, cerita-cerita ruangan kelasnya, missnya dengan modal pengalaman pas tes masuk doang padahal HAHAHAHA. Saya ceritain juga dia waktu ultah ketiga di daycare dan gimana persiapan masuk preschool. Dulu nggak ada takutnya, excited, hari pertama sekolah dan daycare baru nggak ada nangis-nangisnya.

Ya maklum 3 tahun ngerti apa? Ini 6 tahun, sekolahnya belum mulai, overthinkingnya udah. PERSIS SIAPAAA? AUK AHHHH!

Intinya kemampuan mengelola emosinya berubah. Kalau dulu cuek-cuek aja sekarang jadi lebih mikir. Mikirin hidupnya sendiri. Mikirin cita-cita. Mikirin rencana hari ini mau ngapain aja.

Di sisi lain, empatinya juga makin keasah banget ya ampunnn manis banget ini anak bener-bener deh giunggg. Apalagi WFH gini, JG mah udah paling jealous lah saking yang diperhatiin saya doang HAHA.

“Ibu jangan kerja terus nanti ibu capek, ibu tiduran aja ya? Ya?”

“Aku sayang ibu, sampai besar aku akan sama ibu. Jadi nggak perlu telepon setiap hari”

“Ini ya ibu, fish oil dan minumnya” DIBAWAIN KE KAMAR DONG KARENA SAYA KERJA TERUS HUHU ANAKKU.

“Ibu sakit ya? Aku nggak cium ya nanti nular” :((((

Terus kalau pas saya yang ketiduran duluan, dia suka elus-elus pipi dan cium-cium HUHU TERHARU AMAATTT T_______T

SAMA JG MAH BORO-BORO. Berantem terosss. Kerjaannya main bareng, nangis, main bareng lagi ciat ciat, nangis lagi. Ya udalah yang penting mau main bareng lol.

Lalu milestone berikutnya adalah: PUNYA KAMAR DAN TIDUR SENDIRI!


Nah ini juga salah satu yang bikin dia nervous sih kayanya. Dari beberapa bulan sebelumnya saya udah sounding kalau di 6 tahun kamu akan SD dan akan tidur sendiri. Duh kok bisa-bisanya ya sounding 2 hal besar sekaligus. Tapi alhamdulillah lancar!

Dari dulu ini kamar judulnya kamar Bebe sih tapi nggak diset sebagai kamar anak sama sekali. Kamar bersama aja. Dua minggu sebelum ultah, kami cat kamarnya. Perkara cat kamar aja argumennya alot banget. Bisa dibaca di sini: Bebe Anak SMP

Terus karena kamarnya sempit jadi beli loft bed yang ada meja belajarnya. Lemari mainan udah masuk kamar, semua udah diset jadi kamarnya dia. Dan karena loft bed, otomatis dia akan tidur sendiri di atas. SUKSES LHO!

Perjanjiannya hanya 2 hari seminggu boleh tidur di kamar ibu. Boleh pilih hari bebas. Lalu juga saya sempet nemenin beberapa hari di atas tapi lama-lama tidur sendiri juga bisa. Baru kerasa ini anak gede amat ya?

Ngototan pulaaaa. Wah argumennya bener-bener deh anak SMP!

Beberapa hari tidur di kamar sendiri dia nangis pengen tidur sama ibu. Pas ditanya kenapa jawabnya apaaa? “It’s not fair, kenapa aku tidur sendiri tapi ibu berdua appa?”

Saya bilang karena semakin besar, jadi anak itu harus semakin mandiri. Mandi sendiri, makan sendiri, tidur sendiri. Karena suatu hari kamu mungkin akan keluar dari rumah dan tinggal tanpa ibu.

LAH MAKIN KEJER HAHAHAHA.

Asli nangis sesenggukan sampai saya minta maaf dong. Katanya sampai besar juga nggak mau keluar dari rumah. IYAIN AJA UDAH.

Oiya mau cerita pesta ultah juga biar bisa dibaca lagi nanti.

Karena mau kue Mario (seumur hidup baru kali ini dia request kue ultah), saya pesen kue dong. Diambilnya kapan? Menurut si pembuat kue, enaknya malem aja karena saya maunya pas Bebe bangun tidur, ruang tengah udah didekor dan kuenya udah ada.




Masalahnya gimana caranya masukin kue tanpa ketauan Bebe? Ya udah appa pergi aja sendiri bilang ke Bebe mau ke supermarket.

Dengan bodohnya, karena rumah yang bikin kue tuh deket tempat jajan, saya pesen lah ke JG untuk beli jajanan. Ya pempek, batagor, cilok, ribet banget. Intinya JG jadi nggak bisa bawa naik segala jajanan itu sambil bawa kue ala bawa bendera pusaka dong? Karena si kue nggak diplastikin.

Neleponlah dia “kamu turun ke basement-nya, aku susah ini bawa kue dan makanan”.

Saya izin ke Bebe “be, ibu turun dulu sebentar ya, appa repot nih bawa belanjaan banyak”. Si Bebe iya iya aja.

Dia udah beberapa kali ditinggal bentar gitu untuk ambil paket ke bawah karena udah bisa kunci pintu, udah ngerti nggak boleh buka pintu, dan dikasih HP buat telepon.

Turunlah saya. Pas naik lagi rusuh tuh kue langsung diamanin di lemari. Bener dong si Bebe ngecek!

“Appa beli apa aja emang sampai harus dibantu ibu?” Lalu dia buka kulkas.

“Wah iya kulkas kita jadi penuh banget nih” KATA BEBE. YANG PADAHAL ITU KULKAS NGGAK NAMBAH ISI APA-APA EMANG PENUH TERUS SELAMA WFH. T_________T

Besok subuhnya udah deh bagi tugas. Appa tiup balon, ibu bikin clue untuk treasure hunt. Lalu siangnya Zoom meeting sama kakek nenek, para tante, persepupuan, untuk rayain ulang tahun.

Treasure huntnya seruuu deh! Aku suka anakku bisa baca HAHA.



Hadiah pertama cluenya cuma semacam petunjuk untuk nyari clue berikutnya. Tiga clue langsung ketemu hadiahnya. Speaker JBL Pop karena selama WFH Bebe tuh suka dengerin podcast dan punya playlist Spotify sendiri. Dewasa banget kan lol.

Nah hadiah kedua, clue pertama ada di recording yang harus didengerin pake si speaker. Lalu lebih sulit gitu harus jalan sekian kotak lantai pake compass dari HP. Terakhir harus isi teka-teki silang. SERUUUU!



Hadiah kedua ini mah Bebe banget lah. Track Monster Truck. Pusing di rumah banyak banget track. T________T

Ya udah segitu aja (udah panjang kali ahhhh). Doakan semoga kami selalu bisa jadi orangtua yang selalu punya bonding dan attachment yang baik dengan anak ya. Aamiin.

-ast-




Bebe's Story #58-#63

on
Sunday, May 24, 2020


Wadaw 2 tahun nggak nulis Bebe's Story HAHAHA. Alasan utamanya adalah karena saya pindahin celetukan si Bebe jadi thread di Twitter. Lebih gampang karena kalau dia ngomong agak ajaib dikit saya langsung twit aja. Biasanya dicatet dulu di notes lalu dibikin blogpost kan.

Threadnya dimulai dari 2017 sampai sekarang. Bisa diliat di sini ya! 

Nah, tapi 3 bulan di rumah, saya dan JG dibikin geleng-geleng terus nih sama omongannya si Bebe. Ampun deh jelang 6 tahun (2 minggu lagi!) saya rasanya kaya ngomong sama anak remaja. T______T

Dia tau banget caranya ngetes batas kesabaran gitu. Cengengesan terus, bisa ngambek banting pintu masuk kamar, dan berbagai emosi lain yang bikin mikir: Waw kalau umur 6 aja sulit apalagi 12 HAHAHA SURAM.

Tapi di sisi lain masih bayi banget dan maunya nempel terus dipeluk sama ibu, 50% ngomongnya kaya anak SMP, 50% lagi ngomongnya dicadel-cadelin kaya bayi. Sungguh niat emang si Bebe mengubah kepribadian seketika tuh.

Ngomong apa aja dia? Ini rekap 3 hari terakhir. TIGA HARI! Ini murni 50% saat dia menjadi anak SMP ya. Iseng dan dewasa banget huhu, Kalau jadi bayi ya gitu, ngomong T jadi D, R aja jadi W. Iya, SCARY jadi SKEWI. -_______-

#58

Ibu lagi nyapu, nyari pengki kok nggak ada? Eh kok ada di dalem kamar mandi. Sepertinya abis dicuci sama JG.

Ibu: "Eh ada Be, di kamar mandi ternyata, appa kayanya sih taro di sini"

Bebe: "Duh appa nih, so clumsy!"

Appa datang abis ambil paket.

Bebe: "APPA! SO CLUMSY! Kenapa pengki di kamar mandi?"

WAH.

#59

Nonton Ugly Delicious malem-malem bertiga di meja makan pake HP. Si Bebe badannya nggak mau tegak, nunduk ke depan. Disuruh mundur maju lagi maju lagi. Sampai akhirnya saya stop nontonnya dan tidur. Di kamar ...

Ibu: "Kamu kenapa sih tadi nontonnya deket-deket gitu?"

Bebe: "Aku emang sengaja hehe biar ibu marah"

T_______T

#60

Masuk umur 6 tahun, perjanjiannya Bebe harus tidur sendiri. Kami atur ulang kamarnya, rencananya mau beli kasur yang proper, meja belajar besar, dll. Tapi mau dicat dulu, warna apa ya? 

Ibu: "Be, kamu mau cat kamarnya warna apa? Tiap sisi dinding beda atau sama?"

Bebe: "All black"

Ibu: "Gelap sih kalau black. Biru gimana?"

Bebe: "Ok tapi dark blue"

YHA APA BEDANYA DONG BE AH!

#61

Kemudian berlanjut ke diskusi warna sprei dan kursi belajar.

Ibu: "Spreinya aja yang black atau dark blue ya? Nanti ibu cari. Kupikir selama ini warna kesukaanmu biru"

Bebe: "I like all color except pink and yellow and purple"

Ibu: "Ih that's my favorite color"

Bebe: "I know hehe that's why I don't like it"

NAON SIH BEBE DENDAM SAMA IBU ATAU GIMANA T_______T

#62

Ibu mellow, bisa nggak ya Bebe tidur sendiri?

Ibu: "Waktu kecil aku baru bisa tidur kalau baca buku dulu. Aku selalu baca dulu di kasur"

Bebe: "Ibu baca buku apa? Aku tau pasti ibu baca Harry Potter ya?"

Ibu: "Banyak sih bukuku waktu kecil tapi kalau sebelum tidur aku seringnya baca majalah Bobo"

Bebe: "Ah apaan majalah Bobo mah banyak iklan, cerita iklan cerita iklan, nggak suka"

GIGIT NIH. T_______T

#63

Bebe mellow karena kangen temen-temen daycare.

Ibu: "Iya aku juga kangen teman-temanku. Kangen kerja, nonton konser, naik ojek aja aku kangen"

Bebe: "Iya aku juga udah lama banget nggak naik ojek"

Ibu: "Lah, kamu kapan juga naik ojek?"

Bebe: "Iya nih aku udah terlalu besar, ketauan sama pak polisi, kakiku terlalu panjang jadi keliatan deh sama pak polisinya"

CKCKCKCKCK.

Ibu: "Kamu dulu naik ojek sama aku mah umur 2-3 tahun kali, masih pake Ergo aku gendong"

Bebe: "Iya itu pas dulu aku beratnya cuma 2 kilo"

NGGAAAKKKK GITUUUUU. Yakali lahir aja udah 2,5 kg.

T________T

*

Biarlah aku shameless tapi aku merasa celetukannya itu sotoy sotoy lucu? HAHAHA. Kalau dia udah nyeletuk gitu nggak sabaran pengen bilang ke JG terus merenung bersama "ANAK KITA LUCU BANGET" LOL kagum deh sama diri sendiri HAHAHA.

Cuma kan nggak bisa dilakukan kalau di depan Bebenya dong. Jadi nunggu dia tidur atau dia nggak denger baru saya ceritain. Di depan Bebe mah ibu selalu menanggapi dengan serius dan nggak nganggep dia konyol. Ketawanya nanti lagi aja ditahan dulu hahaha.

Ya udah gitu aja. Nulis ini jam 1 malem takut keburu nggak mood nulis hahahah.

SELAMAT LEBARAN!

-ast-




Bebe 5 Tahun 11 Bulan

on
Wednesday, April 29, 2020



[INI FOTO ULTAH TAHUN LALU, FOTO BARU MENYUSUL KARENA MALES AMBIL KAMERA LOL]

Sebuah update milestone setelah hampir 2 bulan diam di rumah lol.

Sebagai ibu yang berbagi tugas pengasuhan sama daycare, ini adalah waktu terlama saya bareng-bareng sama Bebe 24 jam selama 1,5 bulan. Terakhir ya pas dia lahir, umur 1-3 bulan itu 24 jam sama Bebe. Abis itu bye Bebe, ketemu pagi dan malem doang selama 5 tahun lebih!

Gila juga ya dipikir-pikir HAHAHAHA.

Anaknya satu tapi yang urus banyak. Ada yang khusus masakin dia, ada yang khusus temenin dia main, ada yang khusus ngajarin dia. Pantes saya bisa fokus untuk ngajarin dia hal-hal lain kaya emosi, apresiasi, bonding, ditulis di blog juga. Ya berlebihan energi hahaha. Di luar itu, outsource aja udah.

LHA SEKARANG?

Bersyukur harus di rumah aja dengan anak yang sedikit lagi 6 tahun. Less drama, meskipun nemplok mulu, pusing. Saya seneng sih sebenernya karena ya nggak pernah kaya gini juga kan. Tapi lama-lama berat juga ditemplokin, ditabrak, dicium-cium terus sementara tetep harus kerja, masak, nyuapin makan waahhh.

1,5 bulan sama Bebe di rumah malah semakin menguatkan nggak mau punya anak lagi karena energi buat satu anak aja ternyata saya nggak punya HAHA.

Oke cukup untuk part curhat ibu, mari ke milestone Bebe.

Berat badan

Ini part tersedih sih karena merasa di umur 5 tahun udah nggak perlu plot grafik lagi terus ternyata dalam setahun berat badan Bebe nggak nambah sama sekali. Jadi sekarang kejar target makannya harusss selalu double protein hewani huhu.

Udah balik ke garis ijo sih tapi mempertahankan prestasi lebih sulit dari meraih, bukan? Jadi rempong banget saya tiap hari masak dan nyuapin makan demi itu grafik stay di garis ijo. HUH HAH!

Makan

Si Bebe yang waktu kecil makannya drama, makin gede makin gampang ternyata. Nggak picky, kecuali pedes masih nggak mau (ya sama ibu juga kalau pedes nggak mau lol). Sayur mau, buah aman, ikan dan daging aman. Yang tidak aman hanyalah part harus disuapin sama ibu biar makannya semangat.

Selama ini makan sendiri bisa-bisa aja. Tapi mandiri dan makan sesuai kebutuhan itu dua hal yang beda banget ya. Makan sendiri belum tentu sesuai kebutuhan karena maunya buru-buru. Jadilah ibu harus nyuapin terus.

Alergi

Plus di rumah gini jadi bisa kenalan lebih dekat sama alerginya. Selama ini di daycare aku beneran susah untuk cek makanan apa aja yang bikin dia alergi? Tau-tau pulang kulit kering/ruam aja gitu. Bingung dari 3 menu, yang mana yang bikin kulitnya ruam?

Nah karena di rumah jadi bisa cek efek tiap makanan lebih detail. Jadi baru sadar kalau ternyata dia nggak alergi semua telor. Dia cuma alergi telor ayam aja. Telor ayam semua model (halah) dari telor biasa, omega, ayam kampung, alergi semua.

Tapi untungnya telor puyuh dan telor bebek aman. Jadi di kulkas selalu stok telor puyuh dan bebek deh buat nambahin double prohe. Senang karena liat pipinya nggak ruam lagi kaya dulu huhu.

Main game

INI ANAK UDAH GEDE BANGET YA? Kalau main game tuh sambil ngomong sendiri gitu capruk pake bahasa Inggris. Mana main game apaan pula saya nggak ngerti huhu.

Sampai juga di titik saya nggak ngerti dia main game apa HAHAHAHA. Dipikir saya bakalan terus jadi ibu nggak gaptek yang akan paham semua urusan teknologi anaknya. Tapi kalau game hadeh maleslah urusan appa aja.

Nemplok ibu

JG lagi telepon mamanya. Tiap hari kan telepon mamah tuh.

Ibu: “Be, appa lagi telepon nenek, kamu kalau udah segede appa, udah punya anak, tetep mau telepon aku tiap hari kan?”

Bebe: “AKU NGGAK AKAN KELUAR DARI RUMAH INI JADI AKU NGGAK PERLU TELEPON IBU!” (sambil peluk kenceng)

WOW. HAHAHA.

Deep down, saya yakin Bebe tuh ada perasaan ingin sama ibu terus karena biasanya ditinggal kerja kan. Jadi puas-puasin Be, selama di rumah ini sama ibu hahaha. Abis ini selesai kita kembali ke rutinitas masing-masing ok karena ibu nggak sanggup kalau homeschooling selamanya mah HUHU.

Saya sendiri juga puas sih peluk-pelukan ngobrol tiap malem. Tapi bener deh, ini mau sampai umur berapa sih saya akan ditabrak seketika sampai kejengkang tuh? Sampai umur berapa kalau cium tuh seringnya malah kepentok? Sampai umur berapa kalau mau peluk ibu tiba-tiba itu jadinya kejeduk? Beraaattt.

Masih mau digendong pula ya ampun cuma sanggup semenit beneran deh.

Baca tulis

Baca udah lancar, nulis udah mau di dalem garis meski mengeluh setiap beberapa kata “pegel banget”, “aku pegel banget”, “abis ini pokoknnya ibu pijitin tangan aku pake kutus-kutus”, “capek”, “aku nggak suka nulis”. NGELUH TEROSSSS.

Tapi ya ibu tungguin. Silakan mengeluh tapi kerjakan. Kalau terlalu banyak, lanjut besok lagi boleh hahaha.

Jadinya saya ganti deh activity menambah diksinya dengan malem sebelum tidur, tebak-tebak huruf. Misal “balloon” dia tebak, hurufnya apa aja. Selain kinestetik, rada auditori kayanya Bebe tuh. Dulu pas belajar eja juga malem sebelum tidur ngeja dulu kan.

Apapun metodenya yang penting mau belajar yessss? YESSSS.

Sekolah

Ini part terchallenging sih. Tapi masih bisa di-skip. Makan challenging dan nggak bisa diskip huhu.

Jadi selama dia pergi ke sekolah, nggak pernah ada satu waktu pun dia males-malesan. Selalu mau pergi sekolah dengan semangat. Sekolah di rumah? Beda cerita.

Moodnya nggak ketebak banget. Bisa lagi happy terus pas zoom-nya nyala dia langsung lemes dan tiduran di meja. Atau udah bangun pagi tapi kalimat pertama saat bangun adalah “aku nggak mau sekolah”.

Kemarin miss atur jadwal dan aku jawab “miss, aku sih oke aja tapi moodnya Xylo yang nggak terduga” HAHAHA. Ya gimana memang gitu keadaannya kan.

Jadi daripada maksain pagi dia sekolah, mending tunggu dia mau lalu kerjain PR beberapa hari di saat moodnya bagus itu. Biarlah masih TK ya. Semoga masuk SD, pandeminya udahan karena kalau harus adaptasi dengan kondisi baru tapi sekolahnya online tuh kayanya berat deh.

*

Udah sih gitu aja semoga nggak ada yang kelewat ya. Sebulan jelang ultah dan belum siapin apapun. Nggak apa-apa yang penting berat badan nggak turun *tetep* lol

-ast-




Bebe ke Dokter Mata (1)

on
Tuesday, August 13, 2019
Saya cerita dari awal yaaa. Karena ini penting jadi harus ditulis di blog biar cari dan baca ulangnya gampang.



Berawal dari kacamata saya yang udah kerasa kurang enak. Memang terakhir ganti 2 tahun lalu sih, dan kenaikan minus saya juga udah lambat sekali. Tapi seperti biasa yaaa, kalau urusan dokter tapi nggak urgent jadinya kan dinanti-nanti aja.

Sampai untuk pertama kalinya kami makan di kaki lima. Iyaaa, lima tahun sama Bebe, baru pertama kali makan di kaki lima sama Bebe. Bukan sombong tapi lelah banget di kaki lima itu banyak orang ngerokok jadi kami sebisa mungkin menghindar. Kalau berdua JG sih masih bener makan di kaki lima. BU VESTI BARITO FTW! LOL

Nah, si Bebe jadinya excited banget tuh. Oiya btw kami makan di Roti Bakar Eddy yang memang banyak banget tukang jualannya.

Dia bacain satu-satu nama makanan yang dijual sampai semua udah dia baca. Saya dan JG lihat sekeliling dan lihat sebuah tulisan “toilet”. Kecil sih tulisannya, setengah A4 dengan spidol biasa. Jaraknya paling 10 meter tapi Bebe keliatan bingung, dia nggak bisa baca! Tapi kami yang jelas sudah dibantu kacamata kan bisa!

Dia sampai “Apaan sih? Mana sih?” dan mendekat ke arah tulisan itu lalu dengan santainya baca lalu melengos “OH TOILET”. Saya dan JG liat-liatan lalu ok detik itu juga bikin janji ke dokter mata zzz.

Dapet reservasi hari Sabtu, eh last minute dokternya cancel. Saya reschedule jadi hari Senin malam. Kami ketemu dengan dr. Mario Ricardo Papilaya, Sp.M karena cuma beliau dokter mata yang praktik di RS Siloam Asri.

Awalnya saya dulu yang diperiksa. Ternyata yang minusnya naik mata kanan doang, naik setengah. Ya udalah yaaa. Ngobrol-ngobrol soal lasik karena saya udah pengen banget lasik tapi lagi nabung dulu. DOAKAN, GENGS!

Setelah itu Bebe yang diperiksa. Awalnya pakai komputer dan agak susah karena dia gerak-gerak terus. Saya pangku, pegang kepalanya, baru berhasil. Di sini dokternya udah bilang “wahhh ini sih genetik ini, turunan ibunya”.



Saya nervous lol. Takut jreng-jreng minus 3 kan nangessss. :(

Lalu Bebe diperiksa manual pakai kacamata yang kaya robot itu. Pertama pake dia kaya takutttt banget, nggak mau jawab dong. MEMBISU PEMIRSAAHHHH. Saya pegang tangannya lalu bilang “salah juga nggak apa-apa kok, nggak perlu dibaca kok, sebut hurufnya aja”. Dia lalu pegang tangan saya kenceng banget dan sebut hurufnya satu-satu.

Setiap dia salah sebut huruf saya kaya: AAAAKKK SEMAKIN DEKAT MENUJU KACAMATAAAAA!

Tapi di depan Bebe stay cool dong yah. Dokternya juga puja-pujinya persis ibu dan appa banget. Kalau salah tapi minor kaya V atau Y gitu “aahhh nggak apa-apalah salah satu” atau “ya bolehlahhh” gitu. Plus ibu puja-puji “WEH BENER! IH JAGOAN!” GITU TEROSSS. Sampai akhirnya dia lebih santai dan bisa ditanya dengan lebih nyaman.

(Btw dokternya bener nebak nama si Bebe dari Coldplay’s Mylo Xyloto dan suka nonton Ryan serta menganggap mommy Ryan annoying sumpah ngakak karena saya sering banget mengeluhkan betapa annoyingnya mommy Ryan ke JG LOL)

Setelah ganti lensa beberapa kali, Bebe bilang paling nyaman pake lensa kiri 1,25 dan kanan 1. Yesss, kiri -1.25 dan kanan -1. Tapi diresepin kacamatanya kanan kiri -1. PASTI KEBANYAKAN MAIN GADGET YA? *julid lol*

Ini saya jawab pertanyaan yang saya tanyakan ke dokternya kemarin ya!

Apa penyebab mata minus pada anak-anak?
*wow pertanyaan wawancara, mbaknya wartawan ya lol*

Ya genetik. Kata dokternya, genetik itu faktor risiko paling besar anak akan punya mata minus/plus/silindris. Katanya kalau secara genetis baik, mau baca sambil gelap atau tiduran pun nggak akan bikin mata minus karena mata yang sehat bisa menyesuaikan cahaya atau posisi tubuh. Wah, menarik ya!

Pantesaaannn dulu pas SD ada temen-temen saya yang sengaja nonton TV deket, baca dalam gelap, saking pengen pake kacamata tapi matanya tak kunjung minus. It’s a matter of luck aja ternyata. HUH. Kalau ayah ibunya nggak minus ya nggak minus. Lebih sulit minus lah paling nggak.

Genetis itu gimana sih? Apanya yang diturunkan?

Yang dimaksud genetis di sini ternyata bentuk dan ukuran mata. Baru tau banget! Jadi bola mata saya dan Bebe ukurannya lebih besar dari orang yang matanya tidak minus sehingga ya cahaya jatuhnya nggak sempurna. Saya juga tadi denger pengalaman followers di Instagram yang anaknya minus 4 di umur 3 tahun karena bawaan lahir bola matanya nggak bulet sempurna tapi cenderung lonjong.

Ada juga yang lazy eyes sehingga matanya juling. Jadi orang-orang yang matanya juling itu bisa jadi karena lazy eyes sehingga mata yang baik akan dipakai terus sementara mata yang “malas” malah jadi tidak terlatih untuk melihat dengan tepat. Jadinya sipit sebelah atau juling dan harus diterapi.

*HOLA HELO kalau kalian dokter spesialis mata dan merasa penjelasan ini aneh tolong kasih tahu yang benernya ya. Kemarin saya nggak niat nulis soalnya jadi takut penjelasannya salah. Biasanya kalau niat nulis omongan dokternya sambil saya transkrip haha.*

Apa harus pakai kacamata?

Sebaiknya pakai biar pertumbuhan syaraf matanya tetap sesuai perkembangan. Kalau nggak pake, anak nggak akan tahu cara melihat objek dengan jelas dan akan menganggap objek blur sebagai sesuatu yang wajar.

Jadi sebaiknya pakai aja terutama saat melakukan sesuatu dengan dekat seperti nonton, baca, atau tulis. Naturally, anak biasanya malah mau pake kacamata terus kalau udah tahu pakai kacamata bisa bikin penglihatan jadi lebih nyaman.

Apa tesnya akurat? Umur berapa bisa tes mata?

Kalau untuk seumuran Bebe yang udah bisa baca, periksa di spesialis mata seharusnya akurat sih. Yang susah kalau anaknya belum bisa baca, itu periksanya harus di dokter mata pediatrik alias dokter spesialis mata subspesialis anak. Mereka akan punya alat khusus, nggak dites pake huruf gituuu. Mulai bisa dites di umur 3 tahun kok. Jadi lewat 3 tahun selama belum bisa baca, cari dokter spesialis mata anak, kalau udah bisa baca bisa ke spesialis mata umum.

Saya jadi terinspirasi pengen ke dokter mata anak untuk bisa lebih spesifik aja sih. Kepo banget pengen tau alat untuk tes mata anak gimana. Minggu ini deh semoga bisa ke dokter spesialis mata anak.


Seberapa sering sih harus periksa mata?

Enam bulan sekali sampai setahun sekali. Tergantung kondisi anaknya juga, kalau 6 bulan udah ngeluh nggak enak ya nggak apa-apa ke dokter mata lagi. Tapi setahun sekali mending diperiksain aja biar yakin.

Ok moving on to my feeling *HALAH*. Sedih nggak Bebe harus pakai kacamata?

Saya nggak kaget-kaget amat sih denger ini, sedih juga nggak terlalu ya. Karena merasa ya udah sih genetis mau apa juga. Saya sendiri pakai kacamata di umur 10 (apa 11 tahun, pokoknya masih SD) dan itu baru ketauan langsung minus 2,5. :))))

Bebe sekarang umur 5 tahun minus 1, dulu saya umur 10 tahun minus 2,5 kan jadinya ya merasa ini sebuah kewajaran aja. Mungkin saya juga kalau periksa matanya di umur 5 tahun, minusnya akan sudah 1 juga kaya Bebe. Saya tanya JG “kamu sedih nggak?” dia jawab “nggak lah”.

Oh baik. Saya juga jadi nggak merasa harus sedih atau kasian.

Tapi kalau JG sedih mungkin saya jadi ngerasa bersalah ahahahahaha. Untunglah tidak. Mungkin juga karena Bebe juga anaknya cenderung kalem dan nggak clumsy ya jadi sayanya nggak khawatir berlebihan. Dia pasti akan baik-baik aja meski harus pakai kacamata.

Si Bebe juga malah happy dong ya ampun bocyaahhhh. Dia senang sekali karena dia merasa tidak left out lagi dan bisa kompakan pakai kacamata bersama kami bertiga.

Dan terima kasih yang udah message banyak banget di Instagram. Yang cerita kalau anak/ponakan/sodara mereka juga masih kecil udah pakai kacamata dengan berbagai kondisi. Saya jadi ngerasa ada temennya. Jadi pengingat untuk diri sendiri biar nggak judgmental pada anak yang pakai kacamata karena monmaap nih si Bebe nonton weekend doang juga kalau minus mah minus aja.

Jadi demikian pengalaman periksa mata anak bersama Bebe.

Part 2 tentang ke dokter mata anak.
Part 3 tentang minus matanya naik banyak dalam 4 bulan. :(



-ast-




Bebe 5 Tahun 2 Bulan

on
Monday, August 12, 2019
Wow usia yang sangat nanggung untuk update milestone ya!



Tapi pengen banget nulis karena lewat usia 5 tahun, banyak banget yang terjadi. Baru ada di titik ihhh enak banget punya anak kalau anaknya langsung 5 tahun kaya gini hahahaha.

Padahal mungkin beda cerita ya kalau saya adopsi anak umur 5 tahun. Karena saya baru ngeliat nih, oh Bebe kaya gini tuh karena dari kecil memang dibiasakan seperti ini. Ada habit, apresiasi, disiplin, dan hal-hal lain yang memang kami tanamkan sejak kecil lalu kerasa sekarang bedanya saat dia udah 100% punya keinginan sendiri.

Dari taro sepatu di rak sampai beresin mainan. Kalau numpahin sesuatu, nggak perlu disuruh lap aja dia langsung lap sendiri. Pakai strap car seat aja udah sendiri. Selalu disiplin pada hal-hal seperti sikat gigi, minta maaf, minta tolong, tolak plastik, apalah banyak lagi. Hal-hal yang dulu rasanya kita “ngajarin” dia, sekarang udah dia lakuin sendiri dengan sukarela.

IBU TERHARU LOL.

Nah, selain sunat, apalagi milestone Bebe di batas usia balitanya ini?

Bisa baca

Kata orang “udahhh nanti juga bisa sendiri” gitu. Terus tau-tau bener dong huhuhuhuhuu. Di sekolah, belajar bacanya nggak kaya kita dulu dikenalin huruf lalu disuruh eja ya. Macem-macem deh metodenya, pake matching flash card, disuruh menjahit biar tangannya lemes untuk nulis, dll.

Yang ajaib adalah suatu malam, abis mandi, dia bilang mau baca. TERUS BISAAAA. Ibu heboh dong video-video. Abis itu pake pesan “ibu, jangan bilang miss ya, it’s a secret”. Muka ibu -_________- karena suudzon dih pasti biar di sekolah nggak disuruh baca gitu.

Pas banget minggu itu adalah bagi rapot 3 bulanan di sekolah. Ketemu dong sama missnya, dengan hati-hati takut Bebe denger saya bilang miss “miss, Xylo itu udah bisa baca lho tapi katanya nggak boleh bilang miss”. APA JAWABAN GURUNYA?

“Udah lama kok bu, bisanya. Di sini baca terus kok.”

IH BEBE IH MAUNYA APA SIH. :(

(Baca: Bebe Belajar Baca

Cium

Waktu umur 4 tahun, Bebe pernah saya tanya: Mau cium ibu sampai umur berapa? Karena umurnya 4, dia jawab asal “40 tahun!”. Terus saya ceritain juga, tau nggak sih anak-anak SD sama SMP gitu biasanya suka nggak mau dicium ibunya lagi. Bebe dengan yakin 100% jawab “AKU MAU KOKKKK!”.

Setahun kemudian. UDAH NGGAK MAU DONG. :((((

Bebe: “Aku tuh malu ibu, kalau dicium di depan temen-temen”

Ibu: “Kenapa malu? Memang kamu dibilang baby atau apa sama temen-temen?”

Bebe: “Nggak sih, tapi aku malu aja”

Ibu: “Kalau ibu cium appa depan temen-temen kamu malu nggak?”

Bebe: “Nggak. Asal jangan cium aku”



WEH, TEGAS. Dicium di depan umum hingga usia 40 tahun itu jadi harapan belaka ternyata lol.

Mau makan sayur

Kalian yang bilang ibu bapaknya harus makan sayur juga lebih baik diem aja karena 5 tahun saya dan JG makan sayur terus depan dia, dia teguh pendirian kok kalau dia nggak mau makan sayur.

Tiba-tiba di umur 5 tahun ini jadi mau aja gitu makan sayur? Apa yang terjadi? Apa dia dihipnotis?

Sampai bilang “ibu liat deh di cctv, aku tuh makan sayurnya habis terus lho sekarang”. Mejik. Ya ibu nggak liat di cctv juga sih pada akhirnya karena mau liat juga manalah keliatan itu piring isinya sayur apa bukan. Akhirnya ibu bilang “ah nggak perlulah ibu liat cctv, kalau kamu bilang sayurmu habis aku percaya kok”.


Padahal terheran-heran apakah selama ini dia suka sayur tapi termakan ego sendiri yang selalu bilang “aku nggak suka sayur?” lol.

Bahasa Inggris udah lancar

LANCAR BANGET ALHAMDULILLAH! Ada sedikit kekhawatiran sebetulnya karena dia kan nggak dibiasakan dari bayi banget. Baru mulai di umur 3 tahunan gitu kan, saya mikir duh bakal bisa nggak ya dia karena katanya kan harus dari bayi biar cepet bisa. Taunya bisa-bisa aja kokkk.

Cuma dia emang nggak mau ngomong lamaaa banget. Ngambek-ngambek terus lamaaaa banget. Sekarang udah nggak ngambek lagi karena merasa bisa.

Lancar sampai satu kalimat utuh, ngobrol malem sebelum tidur full pake bahasa Inggris juga. Main tebak-tebakan pakai bahasa Inggris bisa. Udah mau ngobrol bahasa Inggris sama orang lain. Seneng bangeeettt. Bebe tipenya gitu ternyata, kalau merasa belum bisa dia berusaha dulu sampai agak-agak bisa. Baru deh mau coba.

Karena kan awalnya mau masukin dia TK lain tuh, nggak akan TK di daycare. Pertimbangannya karena daycare bahasa Indonesia, kami pengen TK bahasa Inggris karena SD dia nanti akan full Inggris (nggak bilingual). Tapi nggak rela juga kehilangan Rp 17juta untuk uang muka TK yang hanya 2 tahun. Akhirnya kami bertahan di daycare tapi di rumah biasain pakai bahasa Inggris.

IT WORKS. Yuk, kalian yang mau anaknya lancar Inggris, dibiasain di rumah cusss!

(Baca: Bebe dan Bahasa Inggris)

Nginep sendiri

Ini momen terharu dan disadarkan ih anakku udah besar. ENAK YA BISA DISURUH NGINEP LOL. Hari Jumat itu kami ke Lotte, eh nggak sengaja ketemu adik saya dan suaminya. Terus Bebe bilang mau nginep dong!

Ya udah sana nginep. Bermodal piyama bekas tidur siang di daycare, bye aja gitu kami berdua pulang ke rumah. Buat kalian yang pakai nanny atau satu kota sama orangtua, mertua, atau saudara lain yang akrab, ini pasti hal biasa. Seperti saya saat kecil yang emang udah suka nginep di rumah nenek sejak balita.

Kalau Bebe (dan mungkin anak yang di daycare sejak bayi), kami nggak pernah banget berpisah sama Bebe. Kecuali saya liburan atau liputan hahahaha. Karena Bebe ngerasa asing gitu kalau nggak tidur di rumah, jadi emang digembol ke mana-mana.

Sukses lho. Dia senang sekali dan malah nagih-nagih kapan nginep lagi. Seneng aja sih ibu dan appa, mau nonton konser September nanti hahahaha. Di Bandung doang padahal tapi pasti sampai tengah malem kan jadi yah, bersyukur banget dia udah bisa tidur tanpa ibu dan appa.

APALAGI YA. Ingetnya baru segini doang. Doanya masih sama: Semoga Bebe keterima SD incaran ya!

-ast-




Tips Sunat Anti Drama

on
Wednesday, July 3, 2019
Mau nulis ini nggak jadi-jadi karena bingung sih mau nulis dari mana. Rasanya udah lamaaaa banget soundingnya sampai akhirnya sunat dan alhamdulillah nggak drama ternyata.

Saya coba susun dari awal banget ya. Dari sounding, hari H, sampai pasca sunat. So far, nggak ada drama berarti sih. Jerit-jerit cuma 2 kali pipis pertama doang. Jadi nggak banyak adegan takut pipis atau histeris disalepin.

🎙 Sounding 🎙

Sounding ini menurut saya part terpenting. Gimana kalian mendefinisikan sunat pada anak? Kalau saya bilangnya mau tidak mau, cepat atau lambat, semua laki-laki akan sunat. Bisa waktu bayi, bisa nanti waktu sebesar appa. Semua pasti akan sunat karena sunat lebih sehat. Boleh aja nggak sunat tapi ada risiko sakit. Sounding semacam itu sudah dimulai sejak dia umur 4 tahun.

Hati-hati pada definisi berani dan takut karena ini penting sekali.

Kalimat yang saya hindari jelang sunat:

“Harus berani sunat lah kamu kan udah besar!” —> berpotensi anak mempertanyakan dirinya sendiri memang kenapa kalau aku takut? LHA PADAHAL EMANG NAKUTIN KAN.

“Nggak kok nggak takut, digunting dikit doang” —> INI JELAS BOHONG.

“Sakit sedikit aja pasti beranilahhh” —> Ini bohong dan meremehkan.

GET EFFING REAL.

Yang saya bilang kalimat netral empatik sambil berpelukan semacam:

“Iya sunat emang takut ya, masa penisnya digunting sih. Tapi tenang aja, sama dokter dibius kok, aku temenin kok. Mau menangis juga boleh aja”

“It’s ok to be scared, Xylo. It’s normal because if we think about it, sunat is a really scary thing. But if you’re scared and do it anyway, you’re actually really really brave”

“Xylo kamu ingat waktu kamu mau ketemu Buzz dan Woody di Meet & Greet Toy Story? Kamu merasa kamu takut, kamu takut sekali sampai pegang kakiku terus. Tapi kamu tetap naik panggung, tandanya kamu berani. Kalau kamu takut, kamu akan kabur dan tidak jadi naik panggung. Tapi kamu tetap naik, kamu anak pemberani sekali lho!” (Xylo takut badut-badutan dan karakter apapun btw)

“Takut itu normal, Xylo. Aku takut, appa takut, semua orang takut lah kalau harus digunting badannya hiii serem memang. Kita boleh takut tapi tetap harus dijalani juga. Ditemenin kok!”

GIMANA IBU NGGAK DIBILANG MARIO TEGUH SAMA APPA?

Dengan demikian dia tau kalau dia normal. Dia tahu kalau takut sunat itu nggak apa-apa dan semua orang merasakan hal yang sama.

Paginya bangun tidur begini aja ceria. Cuma masih ragu turun kasur sendiri. 

🌞 Hari H 🌞

Yang terberat dari H adalah saya masih khawatir dia tes alergi. *TETEP* Jadi saya udah siapin 3 layer sogokan dengan berbagai pertimbangan. Sogokan ini harus benar-benar sesuatu yang dia suka dan nggak mungkin ditolak.


Plus, saya kan bukan tipe orangtua yang selalu kasih rewards ya. Berguna banget lho, karena jadinya sogokan saya yakin pasti berhasil. Gimana nggak berhasil sih orang hari-hari mau dia nangis berguling-guling gimana pun kalau saya bilang nggak ya maka nggak. Ini ditawarin langsung, ya pasti mau.

(Baca tentang rewards di sini: Bebe Anak Pemberani)

Tantangan:
- Tes alergi: Nggak terjadi.
- Pasang infus: Nggak terjadi karena dipasang setelah bius
- Puasa 6 jam: Tersogok satu Lego
- Cabut infus: Tersogok Nerf Spiderman yang dia pengenin banget

Bikin daftar tantangannya DAN pertimbangkan rewardsnya. Ini ngaruh banget untuk jaga mood anak. Soalnya bukan sekali dua kali dia minta pulang karena antara bosen nunggu dan takut aja sih, nervous gitu.

Yang juga harus dijaga adalah mood ibu dan semua yang nemenin. Saya ditemenin ibu saya kan, dan beliau sepaham banget soal definisi takut dan berani. Jadi nggak nakut-nakutin dan nggak ngeremehin juga. Murni nemenin, main, dan baca buku.

Saya juga bikin budget khusus dari dana darurat karena saya mau makan enak. SAYA HARUS MAKAN ENAK. Jadi dari sunat sampai seminggu setelahnya, saya make sure makan enak untuk jaga mood sama Bebe.

Pasca Sunat

“Sakit disunat dan berani itu beda, Xylo. Kamu boleh ngerasa sakit kok, sakit itu normal. Kamu tetap anak pemberani meskipun kamu sakit.”

Berulang-ulang saya bilang gitu untuk meyakinkan dia kalaupun dia merasakan sakit sekarang, dia nggak gagal kok jadi anak yang berani. Dia tetap berani karena sudah melewati proses sunat.

Kalimat yang saya hindari:


“Alah gini doang masa sakit”

“Udah dikit ajaaa sini ibu salepin”

“Pipis aja masa nangis sih!”

Goals di momen pasca sunat ini adalah:
- Pipis tanpa drama
- Salep tanpa drama
- Minum obat tanpa drama (Bebe bukan tipe yang susah minum obat jadi yang ini nggak akan dibahas)
- Meyakinkan dia kalau darah kering itu wajar


Ok flashback ke momen dia pulang dari rumah sakit.

Keluar dari ruang operasi itu Bebe nggak kesakitan sama sekali. Dia sangat kalem dan santai aja gitu. Nangis merengek sedikit waktu dibuka infus, tapi kalem karena udah pegang Nerf. Saat suster jelasin cara minum obat, cara pake salep, dia merhatiin dengan seksama.

Turun dari mobil dia pake stroller naik lift apartemen karena nggak ada yang kuatlah gendong dia sampai atas. Turun dari stroller dia berdiri tegak, gagah berani, dan bilang “Ibu aku mau pipis. Ibu tau kan tadi susternya bilang apa? Aku tau! Abis pipis itu penisnya harus dibersihin pake tisu dibasahin”.

100% PERCAYA DIRI. Sampai celananya dibuka, dia liat penis dan sekitarnya lalu jerit sekeras yang dia bisa. HISTERIS. HAHAHAHAHAHAHA. Asli sih ngakak.

Jadi ya namanya abis operasi bersihin seadanya kan, penis dan sekitarnya banyak darah kering. Plus penisnya bengkak, merah pula ya paniklah dia. Keberanian pun sirna. Langsung takut pipis.

Akhirnya saya kasih penutup mata yang buat tidur lalu pipis sambil jongkok. Abis pipis saya ambil tisu dibasahin dan mulailah nangis kejer berair mata sampai penutup mata basah semua.

“NOOO, SO SCARY SCARY!”

*tarik napas* *buang napas*

Mulai mikir wah jangan-jangan emang sakit banget nih. Wah gimana nih seminggu ke depan pipis sesakit ini kasian banget. Wah gimana dong nggak sanggup kayanya berdua Bebe kalau JG kerja. Langsung mohon-mohon ke JG boleh nggak besok dia kerjanya pulang cepet blablabla. Intinya saya panik sampai ngetweet panik banget.



Besok paginya masih ada ibu saya, harus diceritain karena kalau ada ibu kan Bebe manja ya. Kalau ada nini, Bebe triple manja. Pagi-pagi dia pipis sama dramanya kaya semalem. Kata ibu, “harusnya pas nangis langsung salepin”. WOW TIDAK TEGA SUNGGUH. Jadi dia nangis saya cuma peluk aja.

Jam 12 ibu pulang ke Bandung. Jam 5 dia mau pipis lagi, masih drama nangis jejeritan lagi lalu … saya ikut nangis HAHAHAHAHAHA. Saya bilang sambil nangis “Xylo, aku tau kamu sakit, tapi ibu sedih sekali kalau seperti ini. Pipismu tetap harus dibersihkan dan dikasih salep biar cepat sembuh. Ibu sedih banget kalau Xylo tidak mau”. Lalu kami menangis berdua berpelukan di kamar mandi.

DRAMA MEMANG SEHARUSNYA DILAWAN DENGAN DRAMA. Setelah itu, saya bilang, “aku punya satu Lego lagi buat kamu, Lego helikopter (favoritnya Xylo), tapi kamu harus mau aku angkat ke kasur, aku waslap penisnya dan aku salepin”.

Dia pikir-pikir lalu setuju. Dengan mata tetap ditutup penutup mata, saya angkat ke kasur, saya suruh tiduran sambil bawa waslap yang udah dibasahin air + dettol. Lalu saya bersihin dan dia … diam. Ternyata nggak sakit dong! Ya udah sekalian saya bersihin sekeliling penisnya sampai semua darah bersih.

JADI DIA JEJERITAN KARENA KEPIKIRAN AJA TAKUT SAKIT PADAHAL NGGAK.



Setelah itu main Lego berdua sambil sounding bahwa semua obat sunat itu untuk melawan bakteri jahat. Kalau bakteri jahat ada di bekas luka, nanti jadinya infeksi dan lama sembuh. Salep melawan bakteri, antibiotik melawan bakteri, salep melawan bakteri, semua melawan bakteri jadi kamu juga harus ikut melawan bakteri jahat.

Plus malemnya dikompori JG sepulang dia dari kantor “ibu itu sayang banget lho sama kamu, ibu nggak mungkin bikin kamu sakit. Itu dilap dan disalepin biar cepet sembuh”.

YA POKOKNYA AKTING LAH. Untuk punya energi untuk berakting seperti itu monmaap ibu dan appa sampai beli Gulu-gulu 4 hari berturut-turut. -________-

Setelah itu less drama. Meringis doang tiap abis pipis tapi MAU cebok dan disalepin. Cuma ya gitu, sampai detik ini (hari ketujuh) tetep belum mau liat penisnya sendiri hahaha. Masih pake penutup mata tiap pipis. Udah mandi di hari kelima setelah darahnya udah keliatan kering semua (semua warnanya kehitaman, udah nggak ada yang merah lagi).

Karena udah nggak drama jadinya saya ambisius lah. Salep itu harusnya minimal dua kali sehari, saya salepin tiap dia pipis. Jadinya hari ketiga udah tidur tengkurep, udah lompat-lompat naik turun tangga seperti tidak habis sunat. Hari kelima udah kering semua, udah mandi, dan besok akan kembali ke daycare.

Pup juga pusing karena kalau pake potty seat dia biasa (dudukan toilet anak yang ditaro di atas kloset), penisnya akan kena potty seatnya. Akhirnya saya dudukin terbalik aja kaya kalau pipis di mall. Lalu saya pakaikan ikat pinggang, selipkan kertas tebel di ikat pinggang itu biar dia nggak bisa liat penisnya. Jadi kaya shield gitu. Karena masa pup sambil pake penutup mata sih.



Gitu aja sih. Melelahkan emang. Capek di dua hari pertama aja. Hari-hari berikutnya nggak capek cuma abis waktu karena dia pipis tutup mata, angkat ke kasur, lap, salepin gitu bisa 5-6 kali sehari.

Tapi thank God sudah berlalu. Makasih doanya ya semuanya!

Cerita dari Bebe sendiri aku rekam di Podcast. Bisa dengerin di Spotify di sini ya!

-ast-




Bebe Sunatan (2)

on
Friday, June 28, 2019
Yang belum baca part 1, baca dulu di sini ya!

Bebe Sunatan (1)
klik link di atas

Postingan ini juga akan kronologis jadi siap-siap panjang lagi HAHAHAHA.

⛅ PAGI ⛅

Hari Selasa lewat gitu aja dan tiba-tiba udah Rabu pagi. JG udah pergi kerja, saya di rumah kerja dulu pagi-pagi dan beres-beres barang yang mau dibawa. Termasuk Lego yang harus disembunyikan dari Bebe.

Karena nggak nginep (one day care) jadinya cuma bawa baju ganti satu stel dan celana sunat 2 biji. Bawa Nintendo Switch, Hot Wheels, dan dijanjiin ibu saya bawa buku untuk Bebe nunggu biar nggak bosen.

Bebe harus puasa 6 jam jadi dia terakhir makan jam 11 siang, terakhir minum jam 1 karena rencana operasi jam 5 sore. Bebe bangun jam 8an, nggak langsung saya kasih sarapan. Sengaja biar makannya last minute aja.

Jam 9 makan nasi sama gurame. Disuruh nambah nggak mau tumben. Mungkin karena makin nervous. Abis itu disuruh mandi susaahhhh banget. Habis mandi dia makan lagi oatmeal pake yogurt sambil saya mandi. Dia mulai nggak sabar “ibu lama banget sih, cepet dong ibu”. ASTAGA.

Jam 11 pesen taksi online cus meluncur ke RS yang cuma 10 menit dari rumah. Urus administrasi nggak biasa-biasanya kok lamaaaaa banget sampai saya tegur mbak-mbaknya kzl. Di jalan sampai RS itu beberapa menit sekali saya suruh Bebe minum karena detik-detik terakhir jelang terakhir minum.

Jam 12 ibu saya nyampe dari Bandung, beberapa menit setelah kami dapet kamar. Bebe ganti baju rumah sakit yang gemes banget karena ngepas sama badannya. Gemesss banget. #ShamelessMom


🌻 SIANG 🌻

DIMULAILAH MATI GAYA MENUNGGU JAM 5. Plus dimulailah deg-degan saya menunggu kepastian apakah Bebe perlu skin test untuk alergi?

Suster pertama yang datang soalnya belum ketemu dokternya jadi dia bilang “saya pastiin dulu ya bu” terus saya mencelos setengah mati karena duh tes alergi itu sakit banget. Saya nggak tau apa saya sanggup pegangin Bebe?

T__________T

Jam 1 terakhir minum lalu dia pipis. Kami main Hot Wheels, baca buku yang dibawain nini, ngobrol, ketawa-tawa, foto-foto. Bebe kaleeemmm banget. Cenderung excited malah sampai difoto aja banyak gaya bener.


Jam 2 mulai haus. Ngeluh laper tiap beberapa menit. Mulai cranky. “Aku nggak kuat puasanya, aku mau makan aja ibuuuu”.

HADUH TIGA JAM LAGI NGAPAIN KITAAAA. Plus suster mana suster, ibu butuh kepastian apakah Bebe tes alergi atau nggak.

Akhirnya suster dateng menawarkan “bu, mau pasang infus sekarang atau nanti aja setelah tidur?” (maksudnya setelah bius). Lho kalau bisa dipasang saat dia dalam kondisi nggak sadar dan nggak ngamuk, kenapa harus dipasang sekarang coba? Hahahaha.

Suster ini juga udah bawa kabar baik kalau dia udah konfirmasi dan dokter Irfan bilang nggak perlu tes alergi. Saya udah nggak peduli lagi kenapa TAPI THANK GOD! Beban yang dibawa sejak dua hari lalu kaya lepas aja gitu.

Lalu ada visit pre-op dokter anestesi, tanya ini itu, saya nanya apa aman kalau 4 hari sebelumnya diare? Aman.

Dokternya tanya apakah Bebe bisa menerima instruksi tarik dan buang napas dalam-dalam? Saya bilang bisa. Karena sedasinya pake gas gitu kan. Kalau anaknya hah hoh disuruh narik napas dalam-dalam malah bengong sih ya susah juga kan.

Jam 3 Bebe anteng nonton YouTube sampai JG akhirnya dateng. Saya akhirnya bisa makan tapi ngakunya ke Bebe pup lol. Soalnya empati dong ya dia puasa, nggak boleh ada yang makan minum depan Bebe.

Jam 3.30 dokter anak visit pre-op, dokternya baik banget. Dokternya bilang “kalem gini anaknya, bius lokal juga bisa nih kayanya” saya jawab “eh jangan deh dok, kemarin pas tes darah dia ngabur soalnya lari kenceng” :)))))

Terus muka dokternya maklum gitu dan bilang “ya udah bius umum aja kalau gitu, soalnya kalau kabur dan sampai batal operasinya, nanti harus puasa lagi ngulang dari awal” OMG STRES JANGAN SAMPAI DEH.

Bebe keliatan makin nervous. Saya udah nggak nervous sih karena batal tes alergi *TETEP* jadi bisa menghadapi kerewelan dengan 100% kepala dingin. Bebe makin cranky “aku udahan aja, aku pulang aja, aku laper banget banget banget” berkali-kali.

Ditanya, Bebe mau makan apa? Jawabnya “APA AJAAA, AKU MAU MAKAANNNN” HAHAHAHAHA.

Maklum beberapa bulan belakangan dia lagi makan enak terus, makannya banyak terus, nambah terus, jadi lagi enak-enaknya makan disuruh puasa itu kan zzz yaaa. Mengingat dulu dia nggak pernah mau makan sama saya dan hanya mau makan di daycare doang hahahaha.

Jam 4 lewat sogokan pertama keluar, mayan anteng tuh dia main Lego. Sempet ngambek dan turun kasur lalu jalan-jalan keliling kamar sendiri. Tapi terus naik lagi terusin bikin Lego.


Jam 5 lewat suster muncul dan bilang “bu, maaf dokter Irfan tadi kena macet dan masih ada 2 pasien lain jadi operasinya ditunda sampai jam 7”.

Lemes sih, muka saya pasti memelas banget dan bilang “sus, nggak bisa sekarang aja ya? Ini dia udah nggak kuat banget katanya kalau harus puasa lebih lama”.

Lagi gitu tiba-tiba muncul suster lain “anak Az Xylo sudah boleh turun” terus mereka berdua berdiskusi macam gimana sik kok nggak kompak lol. BUT YEAYYYY! THIS IS IT!

Lego buru-buru diberesin, Bebe digendong JG menuju ruang operasi. Saya dikasih baju dan celana operasi, ganti jilbab, pake masker, lalu nunggu berdua Bebe di ruang tunggu, di bagian luar operating theater.



Jam 5.45 Bebe makin ngelamun, antara nervous dan laper. Di sebelah ada satu anak umur 10 tahun nunggu sunat juga. Di dalem ruang operasi ada adiknya anak itu lagi sunat daannnn JERIT-JERIT. T_______T

SAKIT! SAKIT! MAMA! MAMA! AAAAAAA!! SAKIT BANGET SAKIT BANGET!”

Monmaap bahkan saya yang sok tegar gini aja jadi jiper kan denger anak histeris. Saya izin suster, suster boleh nggak saya tunggu di luar dulu? Ini saya sama anak saya udah kalem banget, nggak mau terpengaruh anak lain nangis.

Dibolehin keluar sampai ruang konsul doang, nggak boleh keluar banget karena kami berdua udah pake baju operasi. Lalu di situ kami berpelukan sambil nonton YouTube Kids. Di sini dia bilang "ibu nanti aku mau cheeseburger ya!"



Di ruangan itu Bebe 3 kali jalan sendiri ke pintu dan bilang “aku pulang aja deh ibu, aku laper banget” Hahahaha.

🌙 MALAM 🌙

Jam 7 kurang akhirnya kami dipanggil masuk. Saya gendong masuk ruang operasi dan Bebe meluk kenceng banget! Saya ajak ngobrol terus.

“It’s ok, aku temenin kamu kok”

“Xylo liat deh, wah alat-alatnya keren ya, kamu liat-liat dulu, belum tentu bisa masuk ke sini lagi lho” Dia liat sekeliling.

TAPI DIA NGGAK MAU DITARO. Jadi didudukin di meja operasi itu nggak mau duduk dan tetep meluk kenceng. Sampai saya bilang “wah ibu nggak kuat lagi gendong, Xylo duduk ya, kita pelukan sambil duduk”. Berhasil, dia mau duduk sambil tetep peluk kenceng. Emang paling nggak tega minta gendong ibu, makanya kalau minta gendong selalu ke appa hahahaha.

Di sini saya appreciate banget sih sama semua kru yang bertugas *HALAH DIKATA TIPI* karena semua BERAKTING MAKSIMAL demi Bebe bisa tenang. Dokter anestesi pasang monitor detak jantung juga izin dulu dan bilang “ini tuh stiker lho, kamu akan aku kasih 3 stiker coba cek dulu warnanya apa”. Bebe serius banget cek meskipun membisu.

Lalu susternya sigap ambil balon dari rubber gloves yang udah ditiup dan dokternya bilang “balonnya dikasih mata dong” terus dikasih mata jadi lucuuu banget dan kami beri nama Glovy (yes, from Forky). Bebe mulai nggak tegang dan pegang balonnya.

Terakhir jempol dia dipasang monitor lain juga dan ada lampunya. Itu satu suster lain bilang “WAHHH JEMPOL KAMU NYALA KAYA TONY STARK, NANTI BANGUN-BANGUN KAMU PASTI JADI IRON MAN”. Dia bilang gitu sambil nutup jempol Bebe pake dua tangan untuk memastikan Bebe lihat kalau jempolnya nyala merah.

AND THE OSCAR GOES TO …

LOL SUMPAH SIH AKTING MEREKA 100% COCOK SAMA AKTING SAYA SELAMA INI. Karena si Bebe mau ke rumah sakit aja request pake baju Iron Man. Padahal mereka nggak ketemu saat Bebe masih pake baju Iron Man.

Dokter siapin sedasi (yang dibilang sebagai topeng), lalu saya diminta pegang punggung Bebe in case dia ngejengkang. Tarik napas, buang, tarik napas kedua, Bebe udah teler nyusruk di dada saya. Saya angkat lagi, benerin posisinya dan bilang “baik-baik ya, baby”. HUHU MELLOW SIH SUMPAH.

Itu jam 7 lewat 10, saya tau jam-jamnya karena live update sama aki di Bandung via WhatsApp hahaha.

Nggak nyampe 20 menit, suster keluar minta celana sunat. Saya udah pesen cheese burger. Jam 8 pas saya diminta masuk lagi ke ruang tunggu operasi karena udah selesai! Tinggal nunggu Bebe bangun aja.

Di sini agak drama dan saya agak panik sih karena dia belum 100% sadar tapi tiap buka mata dia marah-marah, gerung-gerung terus semacam motor dengan knalpot alay.

Dokter anestesinya mendekat lagi dan bilang “sakit, bu?” YA NGGAK TAU DOK. Lalu dia menyambung sendiri “harusnya nggak sakit sih bu, ini marah karena tidurnya terganggu”.

YAH SORI DEH, BE. HUHU. Sekitar 15 menit dia marah merem marah merem terus akhirnya melek terus dan mendadak kalem kaya nggak ada apa-apa. Terus nanya “balon aku mana?” Si glovy maksudnya. -_______-

Terus minta kursi roda dan kami pun didorong kembali ke kamar. Sampai kamar ada adik saya, adik ipar, sama ibu kan. Yang dia lakukan adalah pamer infus dong zzz. Padahal infus juga tinggal jarumnya doang. Mukanya lemes banget tapi senyum dan bisa ngobrol.

Dari sini pujian udah ngalir terus nih. Bye ibu-ibu yang nggak suka puji anak, biar kita nggak temenan yaaa lol.

IT'S A WRAP

Deg-degan terakhir tinggal urusan copot infus doang. Tapi tenang karena saya beli Nerf Spiderman Far From Home yang dipakenya di tangan juga. Jadi saya bilang “ini nanti pas dibuka agak-agak sakit sedikit, kamu boleh nangis tapi jangan gerak-gerak. nanti aku ganti infusnya sama sesuatu. Aku punya mainan buat kamu”.

Bebe kalem sampai suster dateng dan dia nggak mau dibuka infusnya sampai mainannya dikeluarin. Akhirnya saya keluarin dan waahhh Bebe berbinar. Buka infus nggak dipegangin juga nggak gerak-gerak karena tangan sebelahnya udah pegang Nerf.

pegang nerfnya terbalik lol
Abis itu makan cheese burger, ganti baju, urus administrasi, dan siap pulang!

ALHAMDULILLAH LANCAR! MAKASIH SEMUA UNTUK DOANYA DAN SHARE DEG-DEGANNYA VIA INSTA STORY HAHAHAHA.

Yang paling ditunggu: Total biaya sunat 2019 dengan urolog anak di Rumah Sakit Siloam Asri Duren Tiga




jangan shock





Rp 12,8juta. Plus tes lab dan radiologi awal di Rp 2 sekian juta. Total Rp 15jutaan lah. Dan yay! Dicover asuransi kantor JG!

So far so good sih. Nggak pake perban, jahitan nggak perlu dilepas. Rumah sakitnya juga nyaman dan ramah anak. Soalnya semua orang bilang sunatnya cincai, buka perban/jahitan/pipis yang drama huhu.

Kalau emang merasa terlalu mahal, menurut saya sih tetep konsul dulu sama urolog anak untuk cek ada kelainan/penyakit atau nggak. Biaya cek urolog anak standar dokter spesialis biasa kok di Rp 300ribuan.

Kalau menurut urolog anak nggak ada masalah baru deh sunat ke klinik biasa. Karena saya baru tau, masalah penis ini kompleks juga ya. Ada micro penis, ada yang lubang kencingnya salah tempat, ada yang kantong testisnya kenapalah, khawatir juga kalau nggak sama dokter yang bener-bener ngerti.

Nanti di part ketiga saya mau cerita gimana after care sunat Bebe. Gimana dia histeris liat penisnya sampai akhirnya memutuskan nggak mau liat lagi penisnya sendiri HAHAHAHA.

DITUNGGU YA!

Jangan lupa baca dulu part 1! Nih dikasih linknya lagi hahaha.

Bebe Sunatan (1)

-ast-