-->

Image Slider

Mendarat dari Apartemen

on
Monday, August 9, 2021


Jakarta, 8 Agustus 2021. 22:43

(YAILAH BANYAK GAYA NI POSTINGAN DIPAKEIN TANGGAL SEGALA. Nggak apa-apalah, rada emosyienel soalnya nulisnya nih)

Iya soalnya saya nulis ini di kamar baru, bukan baru bikin tapi baru ditempati 3 malam. Rasanya surreal, kok bisa ya di Jakarta menempati kamar sebesar ini, rumah seluas ini, meski statusnya masih ngontrak.

Bener deh, dulu bahkan nggak terbayang sama sekali bisa menyewa rumah yang bukan rumah petakan. Meski rumah petakan pertama kami juga nggak petak-petak amat sih, ada garasinya. Cuma tetep aja berupa satu rumah besar yang dibuat jadi 3 rumah. Satu kamar, serba sempit, mana pengap :’)

Sekarang, 8 tahun kemudian, bisa ternyata ya menempati rumah betulan. Rumah yang bisa dibilang seukuran rumah ortu saya di Bandung. Halamannya lebih luas malah. Bukan rumah millennial yang identik dengan kecil, mini, simpel cenah padahal mampunya dan yang tersedianya cuma itu.

Jadi bukannya millennials nggak mau beli rumah seukuran rumah boomers, tapi ya mahal hadeh, millennials harus stop ngopi 250 tahun baru rumahnya kebeli. Asumsi beli kopi segelas 80ribu, 20 hari sebulan, dan harga rumahnya 5 miliar (lol beneran diitung).

Anyway, yang bikin sentimentil nan emosyienel adalah twit yang usianya hampir 10 tahun ini HAHAHAHAHA.



Tadi sama JG nyicil beberes apartemen lagi kan, pindahan bertahap soalnya biar nggak capek. Pas menuju rumah, macet terus kami ketawa sendiri “BISA-BISANYA SIH KITA STUCK DI AREA INI” :’))))

Kaya dulu di situ ada Sevel tempat nongkrong sama teman-temanku (yang juga teman-teman JG), terus ada tukang soto yang mana kalau sekarang diliat-liat kok jorse ya nyahahahaha, gang demi gang itu dulu ada temen yang kost/ngontrak di situ, dan malah kejadian Pajero Sport nyungsep tuh persis di belokan rumah sekarang hahahahaha

Jalan yang sekarang dilalui sehari-hari adalah jalan yang sama yang dilalui saat saya pertama kali datang ke Jakarta. Dulu pake Google Maps di Blackberry, sekarang jalan-jalan kecilnya juga udah hafal. Dulu naik taksi, sekarang punya mobil sendiri. Dulu ramean segeng, sekarang bertiga :’)))

JAKARTA, TERIMA KASIH LOH SUDAH SEBEGITU PUSHY PADA KAMI! We become (and always try to be) the better version of ourselves. You provide comfort but at the same time, you never let us to stay in the comfort zone.

Titik 0 kami dimulai di Jaksel, sempat lompat ke Jakbar di mana ketemu banyak sekali teman menyenangkan yang masih berteman sampai detik ini, lompat lagi ke Jaksel dan kembali di area yang sama. Kembali ke titik 0 dengan kondisi yang sudah jauh berbeda. Mulai hari-hari baru lagi di sini dengan target hidup yang sudah juga jauh berbeda.

We’re blessed. Nggak berhenti bersyukur. Dulu pas di Jakbar mikirin banget gimana ya Bebe bisa SD di tempat yang sekarang, kok tau-tau dapet kerja di sekitar sini sih. Sampai bisa balik lagi ke Jaksel. Lagi-lagi sangat bersyukur.

Dan kalau diliat-liat serta dirasa-rasa, kami kayanya cocok dengan hawa daerah sini LOL. Dulu di Jaksel sih pas masih muda happy-go-lucky nggak mikirin jadi dewasa pokoknya cuma tau kerja dan ngabisin uang. Jakbar menempa kami dengan berbagai tantangan hidup: Punya bayi, anter jemput daycare sempat pakai motor, struggling belajar financial planning dari 0, sampai hustling jagain page views blog ini karena sebagian uang dulu dihasilkan dari sini.

Menulis malam-malam seperti ini jadi ritual rutin. Yang udah nggak pernah lagi dilakukan karena ngantuk atuhlah. Tapi tanpa pernah di situ, kami nggak di sini. Tanpa pernah struggling belanja aja harus ke pasar dengan budget yang pas-pasan banget, kami nggak di sini. Tanpa pernah dinyamukin di teras daycare karena JG lembur dan taksol terlalu mahal, kami nggak di sini. Tanpa semua kesulitan yang pernah dilalui dulu, kami nggak di sini :’)

Yang seru (seru menurut saya sih), kami bisa di sini karena kami menjaga gaya hidup selama 8 tahun ini. Mobil udah ganti meski tetap tua, harga tas/sepatu/baju masih sama, harga sekolah Bebe malah jadi berkurang dibanding daycare sehingga budgetnya bisa untuk dia les, makanan agak lebih mahal tapi tetep nggak jomplang, tetep nggak liburan (ya pandemi), dan pada akhirnya sekarang memutuskan “invest” ke rumah yang lebih besar. Untuk pertama kalinya harga kontrakan kami naik banyak hahahaha

Karena kemarin tuh harga kontrakan kami masih sama lho seperti 8 tahun lalu. Bayangkan 8 tahun jagain gaya hidup, orang lain rumahnya udah keren-keren banget, mobilnya juga. Liburan udah ke mana-mana, lah kami kok di sini-sini aja. Jangankan beli rumah, beli air fryer aja mikirrrr ni listrik bakal naik banyak nggak ya? Hahahaha. Belinya mah mampu, bayar listriknya yang males kalau jadi nambah. Jadi nggak beli deh lol.

Ya udah itu aja sih. Kaya utang cerita di blog kalau pindah rumah karena biasanya kan selalu cerita. Banyak jetlag pula nih dari apartemen yang serba ada ke rumah yang serba sendiri.

  • Bingung cari tukang pipa karena ada bocor. Nggak bisa telepon engineer ya? Hahaha.
  • Bingung kok ATM nggak ada di halaman rumah ya? HAHAHA. Stres harus bayar ongkir orang yang anter rak dan kami nggak punya cash. Pantas orang-orang pada punya motor lol.
  • Isi listrik pake token lagi. Adegan lupa gimana sih isi token? Main beli-beli aja kok listriknya nggak masuk ya? OH HARUS DIMASUKIN MANUAL ANGKANYA MAAP :')))
  • Nggak ada security urusin paket.
  • Deg-degan perkara takut mati listrik dan air yang tak pernah terjadi di apartemen.
  • Nervous menghadapi hewan-hewan di rumah (ya semut ya nyamuk ya kecoa ya cicak) karena di apartemen tidak ada.

Tapi bersyukur deh dapet provider wifi yang ok (lebih kenceng dari apartemen!) sehingga berkurang satu kestresan rumah tangga di mana seisi rumah work dan school from home. Beneran deh sebelum kami DP ni rumah, saya gerilya dulu nyari wifi yang testimoninya bagus dan nggak dibully rakyat Twitter hahahaha. Kalau nggak dapet beneran niat ganti rumah karena ya lagi begini wifi itu kebutuhan primer lah. Mending survey ulang rumah lagi dibanding suka rumahnya tapi wifinya elek (elek media komputindo? HUHU MAAF).

Beruntung juga nempatin rumah yang sangat sangat diurus sampai dinding bersih, lantai nggak kotor, teralis berdebu dikit tapi nggak parah, ya rumah yang terawat lah bukan yang jorse seperti tukang soto (lah dibawa lagi tu tukang soto). Pemilik rumah juga helpful banget jadi kami nggak sungkan untuk tanya-tanya.

Demikianlah, doakan kami semoga betah ya!

-ast-







LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!