-->

Image Slider

Showing posts with label sassythursday. Show all posts
Showing posts with label sassythursday. Show all posts

#SassyThursday: Cinta Beda Agama

on
Thursday, March 22, 2018

MAAF GENGS TELAT KARENA LUPA HARI INI KAMIS. HUH.

Nahla ngajakin #SassyThursday terus gue yang ayolah ya udah karena lagi nggak punya topik buat blog juga sih. Topiknya Nahla juga yang propose (aura dia mau curhat sih kayanya hahahaha) tapi ya ayo karena why not ok.

Baca punya Nahla di sini:

Gue jadi baca punya Nahla duluan kan dan ya udah pernah diceritain sih itu semua TAPI kebetulan gue nggak punya mantan beda agama hahahaha. Apakah sengaja? Ya nggak juga sih karena emang nggak ketemu aja sama yang klik dan beda agama. Untungnya.

Untungnya loh, karena ya Tuhan gue paling kasian banget sih sama yang pacaran beda agama dan nggak disetujui keluarga. CATET YA: beda agama DAN nggak disetujui keluarga.

Yaiyalah, kalau keluarga setuju kan nggak masalah. Ingat 3 hal yang pernah saya bahas di sini Pacaran Bertahun-tahun, Nikah atau Putus?

Tiga masalah yang jadi penghalang sebuah relationship:

Orangtua, agama, LDR. Kalau kalian cuma ngalamin 1 masalah, maka bisa lah dijalani dan dicari solusinya. Tapi kalau udah kena dua, itu baru berat.

Jadi kalau hanya orangtua nggak setuju 🠞 bisa lah dibujukin sampai setuju asal kalian nggak LDR dan seagama.

Atau kalian LDR 🠞 bisa lah diusahakan asal seagama dan orangtua setuju.

Atau kalian beda agama 🠞 bisa lah diusahakan asal nggak LDR dan orangtua setuju, nggak masalah anaknya nikah beda agama.

via GIPHY

Jadi meski beda agama, harusnya kalian akan baik-baik aja selama tidak LDR dan orangtua setuju. Kenyataannya sebaliknya banget tapi kan. Orangtua kebanyakan nggak setuju. Karena agama dianggap hal paling prinsipil. Yang mana gue setujuuuuu banget ... bagian prinsipnya.

Pernah gue tulis juga di sini: Cerai Karena Beda Prinsip? Karena menurut gue bisa loh menghargai values yang sama meskipun beda agama. Beda agama belum tentu beda prinsip, sama agama bukan berarti juga sama prinsip. Terlalu luas cakupannya yaaa.

Jadi emang biasanya faktor eksternal banget nih yang mempengaruhi pasangan beda agama. Selain orangtua, juga negara.

Karena negara kita ini kan memaksa semua orang punya agama ya, kadang ada temen-temen yang sebenernya mah nggak beragama tapi terpaksa punya agama karena KTP dan keluarga. Lha jadinya malah susah nikah karena nggak disetujui keluarga. Kan kasian.

Padahal dari kedua belah pihak YANG MAU NIKAHNYA nggak peduli agama gitu kan tapi ya gimana lagi kan itu mah risiko dari tinggal negara yang mengharuskan warganya punya agama. Pun risiko dari punya keluarga yang berprinsip nikah harus seagama.

(Baca: Selingkuh)

Kalau nggak beragama ya udah pindah agama basa-basi aja?

Yang penting bisa nikah kan? Ya ini opsi paling ok BUAT NEGARA. Tapi tidak buat orangtua loh. Pindah agama basa-basi tapi nanti ditagih mertua suruh ikut ibadah sesuai agama baru gimana? Lha agama dari lahir juga nggak pernah didalami, ini tiba-tiba disuruh ibadah agama baru hanya karena pernikahan. Ribet juga yaaa.

Jadi ya, jatuh cinta tidak bisa dihindarkan, patah hati juga tidak bisa disiapkan. Jadi intinya gimana takdir, beruntunglah untuk yang nggak pernah jatuh cinta sama beda agama, dan bersabarlah untuk kalian yang lagi pacaran beda agama dan nggak direstui keluarga. :(

Satu hal, jangan suka judge orang pacaran beda agama!

1. Kalian nggak tau apa itu orang punya agama beneran atau demi KTP doang?
2. Kalau mereka nikah juga kalian paling ngasih 100ribu elah ke amplopnya jadi jangan ikut ributlah berisik ok!

PS: Selain agama, suku aja masih banyak yang nikah harus sesuku kan. Jadi yaaa, jika layak diperjuangkan maka perjuangkan. :)

See you on the next #SassyThursday yang entah kapan kalau sempet lagi ya!

-ast-





#SassyThursday: Kehedonan Hidup Ini

on
Friday, January 5, 2018

Di posting penutup 2017 kemarin gue sempet nyinggung dikit kan soal gimana hidup beberapa bulan ke belakang itu hedon parah. Udah kaya orkay yang nggak butuh nabung lah, segala aja dibeli sampai uang tabungan bener-bener 0 rupiah. Terus kemarin juga sempet nge-Tweet gini:



Soalnya gue sadar banget, beberapa bulan terakhir duit bener-bener hanya jadi tokai doang astaga. Maaf atas kata-kataku yang sungguh kurang sopan tapi itu literal kok. IYAAA DUIT GUE KEMARIN-KEMARIN ABIS KEBANYAKAN MAH BUAT MAKAN. HHHH.

Makanya pas diajak Nahla nulis ini ya ayolah, masih nyambung sama kehedonan akhir tahun kemarin dan niat untuk berubah di awal tahun ini. Niatnya pun harus diapresiasi kan yaaa. *KEPROK BARUDAAKKK*


Baca punya Nahla di sini:

Di kasus gue dan JG--dan gue yakin jadi kasus kita semua yang tinggal di Jakarta dengan self-control yang kurang--biang keroknya adalah mall. MALL ADALAH KUNCI KE-💩💩💩-AN HIDUP. Karena sekali ke mall duit yang keluar wow banyak sekali eym.

Sebelum drop karena kasus banyak apes tahun lalu, self-control kami kuat dan tidak mudah goyah loh. Ke mall jajannya bisa dikit banget kalian nggak akan percaya lah. Kami akan makan katering di mobil, kemudian jalan muter-muter nggak jelas. Paling beli Chatime terus ya udah bahagia. Sekali ngemall nggak akan keluar 100ribu. Makan enak paling sebulan sekali atau dua kali.

Tapi ketika lagi limbung dan rasanya ada di ambang stres sama hidup yang kok gini-gini amat, maka pesen katering pun udah ogah-ogahan apalagi masak sendiri. Pokoknya mau makan enak. TITIK. Kalian gitu nggak sih? Gue tipe yang "ya ampun aku stres aku mau makan enak" gitu. Terus stresnya 3 bulan. Terus bangkrut. Huhu.

Padahal kan sekali ke mall makan berdua minimal 300ribu kalau mahalan dikit makan berdua 500ribu. Jajan Shihlin atau King Mango 100ribu. Belum parkir. Kenapa dua kali ke mall aja langsung abis sejuta sih? APALAGI KALIAN YANG ANAKNYA UDAH GEDE YA? Sekali ke mall makan enak bisa sejuta lebih kali nggak?

Dan kami bertahan dengan definisi "makan enak" itu maksimal 500ribu karena takut kalau udah pernah makan lebih dari itu dan bayar sendiri karena merasa mampu, standar enak jadi berubah. Kecuali ditraktir, kami masih set limit makan enak nggak boleh lebih dari 500ribu. #bhaytemantemanhedonku #middleclassngehe

Sialannya ya, gue sama JG suka pelit sama hal lain padahal kalau di-convert sama makanan itu nggak ada apa-apanya. Misal beli sepatu. Sepatu lari Asics aja dapet ya Rp 1,5juta. Diskon 50% 750ribu. Kalau dipikir-pikir maka itu sama dengan 2 kali ke mall dan sepatu lari bisa dipake lebih dari 2 tahun kan. Apakah kami beli?

"Nggak ah mahal" HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH. Sepatu nggak punya, duit tetep jadi 💩💩💩.

Apalagi buat baju. Baju 200ribuan aja males. Apalagi jilbab ya kan. 100ribu aja ogah lah gue. Kemarin pas lagi sok gaya nanya-nanya di Instagram tempat beli jilbab, jadinya gue beli di mana? Di Shopee sis diamond georgette 37ribuan aja hahaha. Lebih tipis dibanding yang 60ribuan sih but whatever lah. Abis itu beli jilbab 100ribu tiga di Plaza Semanggi. Plaza Semanggi is lyfeeee.

jilbab boleh 37k, nginep di Marina Bay dong HAHAHAHA

Waktu pacaran, keadaan berbalik banget loh! Dulu kami masih remaja hura-hura yang penting keliatan gaul dan bahagia gitu. HAHAHA. Jadi hp harus iPhone dong, beli satu ewang! Sepatu harus mahal dong, pacaran 2 tahun beli Dr Martens EMPAT! Harus liburan dan nonton konser dong, AYO KABUR KE SINGAPUR! TAPI makan diirit banget super irit sampai rasanya kalau abis makan berdua 300ribu itu kami tidak akan makan enak lagi beberapa bulan berikutnya. Ya itu, saking duitnya abis buat beli hal lain.

Maklum atuh dulu kan gaji fresh graduate. Gaji sebulan sama harga iPhone 4s masih mahalan iPhone gila nggak sih. Sekarang mah harus baca ini dulu lah: Prioritas Kita-kita Ini.

Tapi ya, masa-masa kelam itu sudah berlalu. Liburan 10 hari di Bandung kami berdua refresh banget dan semangat lagi. Mari menyambut 2018 dengan kembali rajin masak makan siang dan berhenti ke mall sering-sering. Karena udah mepet Bebe mau TK dan SD sementara tabungan dana darurat masih merangkak lagi.

Luar biasa ya hidup. Kadang merasa kaya padahal nggak ke mana-mana dan nggak punya apa-apa, kadang udah beli segalanya tapi tetep jumpalitan nyari hal yang bikin bahagia. Bukti nyata bahwa uang bisa beli kebahagiaan tapi kebahagiaan nggak selamanya diukur dengan jumlah uang dan barang yang kita punya.

Anyway, apa resolusi kalian tahun ini? Adakah resolusi hedon yang kemudian akan kalian sesali? (seperti ngiler banget beli iPhone X in my case HAHA MIMPI GILA) Atau justru resolusi super ngirit seperti kami yang panik ingin Bebe cepet masuk TK dan SD supaya bisa bernapas lega?

Share yuk!

-ast-




Mengapa Menggambar

on
Friday, December 8, 2017
*menatap masa depan *

Udah 2 bulan lebih saya belajar menggambar gara-gara ngikutin twitnya @pinotski yang terus-terusan encourage orang untuk menggambar. Bahwa semua orang bisa menggambar karena buktinya semua anak kecil pede menggambar toh?

Saya yang wow iya banget. Saya mengamini semua kalimat positif Mas Pinot karena saya baru sadar semua orang bisa menggambar karena gambar itu masalah selera. Nggak ada bagus atau jelek, yang ada nggak sesuai selera kita. Makanya ada gambar yang menurut saya meh banget tapi orangnya cuek aja dan tetep dapet pujian dari orang lain. Ya ternyata gambarnya bukan meh, tapi nggak sesuai selera saya aja.

Oiya ini colab sama Geci, Nahla, dan Mba Windi. Cek cerita mereka ya!
Gesi | Windi | Nahla
(yang dua terakhir masih mencari waktu dan wangsit untuk selesain tulisannya lol)

Flashback ke saya kecil dulu …

Saya suka gambar sejak TK. Ayah saya juga bisa menggambar meskipun nggak pernah serius, uwa saya malah pelukis, jadi ya memang ada darah gambarnya kalau gambar itu bener mengalir di darah ya hahaha.

Karena ngerasa saya suka gambar, ayah dan ibu saya jadi mengikutkan saya ke berbagai lomba. Waktu kecil lomba mewarnai, makin gede jadi lomba gambar. Dari situ rasa percaya diri mulai terkikis karena kok ya nggak pernah menang? Nggak pernah menang bener-bener nggak pernah. Pernah sih tapi cuma juara harapan dan pas peserta dikit. :(

Ayah sama ibu saya nggak pernah ngotot saya menang juga sih, yang penting ikutan aja seru-seruan. Tapi makin lama saya jadi makin nggak pede sama gambar sendiri. Iyalah, buktinya tiap lomba kok nggak menang sih! Ah udalah saya jadi ngerasa nggak bakat gambar, akhirnya berhenti gambar deh. Karena untuk apa, nggak bisa juga.

😞😞😞

Fast forward ke SMP saya jadi anak mading. Cerita lengkapnya ada di sini: Majalah Dinding, AADC, dan Dian Sastro

Dari situ saya nganggep ok bakat saya emang nulis. Buktinya kalau lomba menang. Sampai kuliah saya kuliah jurnalistik, beberapa kali kirim tulisan ke koran dan dimuat, tandanya bakat saya cuma nulis. Titik.

Padahal jauh di lubuk hati, saya masih memendam keinginan gambar. Saya tau saya suka banget tapi ya gimana, masih tetep ngerasa nggak punya bakat. Pokoknya ngerasa nggak mungkin aja bisa gambar. Padahal latihan aja nggak loh, nggak pede duluan aja. Gila ya, cuma karena perasaan inferior sejak kecil jadinya saya ngerasa bener-bener nggak bisa.

😣😣😣

Perasaan nggak bisa gambar saya alihkan dengan desain. Lebih gampang dong karena digital kan lebih terkontrol. Saya belajar Photoshop sejak Adobe Photoshop 7 kelas 3 SMA dan terus tekun banget sampai sekarang. Karena nggak bisa gambar saya akhirnya sering beli gambar orang di Design Cuts atau Creative Market. Beli gambar orang terus susun sendiri, ya itu yang selalu saya lakukan untuk desain blog ini.

Saya beli gambar-gambar perintilan terus disusun jadi header, jadi frame foto, jadi back to top button, dll untuk blog ini. Dan saya sukaaaa sekali mendesain. Yang ngikutin blog ini dari lama pasti tau saya udah entah berapa kali ganti desain. Sambil tetap merutuki diri kenapa nggak bisa gambar karena beli gambar orang itu mahal. Ratusan ribu banget loh satu bundle itu fyi aja hhh.

(Baca juga: Passion dan Calling)

🖌 LETTERING

Sekitar 2-3 tahun lalu juga saya coba lettering. Beli brush pen warna-warni dan cat air. Saya deg-degan banget loh karena wow bisa nggak ya pegang kuas kaya gambar gitu? Bisa sih ternyata hahaha

Cuma satu hal yang bikin saya berhenti lettering: saya koleksi font. Centil-centil gini saya sebenernya beli font dan package gambar lebih banyak dibanding saya beli baju, lipstik, atau sepatu. Font saya banyak banget karena saya suka aja ngeliatnya, artsy gitu, karya seni bangetlah huhu. Terus hubungannya sama berhenti lettering?

Di Design Cuts atau Creative Market itu banyak font maker profesional yang jualan font. Saya follow mereka di Instagram dan wow banget lah hasil tulisan mereka. Makanya ketika saya coba lettering saya bingung sendiri.

Pertama saya kan nggak bisa gambar jadi kalau lettering saya nggak bisa hias pinggirannya, sebel masa tulisan doang. Kedua, saya ngerasa karena nggak bisa bikin font yang saya mau. Handwriting itu khas kan, dan saya sebenernya tipe yang tulisannya bagus dan rapi banget sampai catetan kuliah difotokopi temen-temen hahahaha sombong bodo amat.

Tapi tulisan tangan saya sendiri aja ternyata bukan font yang saya suka. Gimana coba itu. Ruwet banget kehidupan kalau terus menuruti seleraku. LOL.

seneng sih nulis ini, tapi nggak suka fontnya hahahaha gimanaaaaa coba
Maybe at that time I was being too hard to myself. Tapi ya saya nyerah. Saya ngerasa nggak passion nulis indah. Kenapa deh saya harus tulis sendiri sementara saya bisa bikin di Photoshop dengan font yang udah pasti keren bikinan desainer profesional? (kaya header blog ini maksudnya). Bisa proporsional dan pasti di tengah gitu nggak perlu bikin margin manual. Kalau mau dilukis ulang manual ya tinggal print aja outline pake warna abu tipis terus warnai pake kuas. Gampang kan. Anaknya emang digital banget hahaha

Mungkin nanti kalau gambarnya udah jago mau coba lagi lettering karena ya saya suka sih meskipun bukan yang suka banget. Mungkin nanti tangannya udah nggak kaku jadi bisa nulis font yang lain. Tapi sementara sekarang mau gambar dulu! Ngelemesin jari dulu!

(Baca: Salah Jurusan Kuliah?)


🖌 MENGGAMBAR

Ketika saya mulai menggambar, gambar saya parah banget ancur HAHAHAHA. Saya masih mikir yaelah emang nggak bakat ini mah kan udah ketauan dari dulu. Ancur banget sampai saya nggak mau upload di mana-mana. Saya malu. Kembali teringat masa lalu yang selalu kalah lomba. Dulu pasti kalah karena gambar dianggap jelek sama dewan juri dong. :(

Tapi kali ini saya nggak nyerah dan saya berusaha gambar SETIAP HARI. Walau sebentar yang penting gambar. Sabtu Minggu saya bisa terus-terusan gambar dan jadi nggak bisa ngapa-ngapain. Nggak bisa photoshoot buat Instagram (alah), nggak bisa bikin video make up, sampai nggak bisa baca buku karena waktu luang saya cuma sedikit. Padahal udah punya Origin Dan Brown tapi nggak punya waktu. :(

Cuma sebulan saya langsung ngerasa ada progress banyak banget dan gambar saya membaik! Dan yang terpenting, hasil gambar saya sesuai dengan yang saya mau! Sesuai seleraku seperti Indomie! Saya juga terus belajar berbagai teknik cat air. YouTube yang biasanya nonton beauty atau vlog orang jadi nontonin orang gambar.

Baru kali ini saya seniat ini. Pas lettering mah boro-boro tiap hari atau ngeluangin waktu. Nggak sama sekali. Karena dengan menggambar, saya ngerasa kaya anak-anak lagi. Gambar aja dulu nggak tau hasilnya gimana. Tapi kali ini tekadnya cuma satu, saya harus bisa menggambar seperti style yang saya mau. 

Makanya kemarin ketika memberanikan diri upload ke Instagram, saya nggak nyangka responnya baik banget! Sampai terharu! T______T 400 likes dan yang komen banyak banget ya ampun. Link gambarnya bisa diklik di sini ya, jangan lupa follow! (tetep usaha)


Posting gambar itu jadi posting dengan likes terbanyak setahun ini. Semua orang bilang bagus, makasihhhh banget. Saya jadi terpacu untuk terus latihan dan mewujudkan cita-cita masa kecil. Kebayang nggak sih seumur hidup yakin nggak bisa, terus suatu hari dicoba dan ternyata bisa. Ke mana aja saya selama ini, kenapa baru sekarang berani keluar dari penjara ketidakpercayaan diri. *alah*

Belum lagi ini anak manis banget aku sampai berkaca-kaca bacanya hahahahaah I love you geng Cintaku. Yang paling supportive dan percaya sama kemampuan aku. Juga buat JG yang selalu jujur kalau jelek ya jelek, bagus ya bagus hahaha 


Saya nggak tau juga akan gambar apa nantinya. Yang jelas mau gambar terus sampai gambarnya “mateng” aja. Sekarang masih mentah banget. Masih punya peer nemuin style dan ciri khas. Masih panjang perjalanan. :)

*

Oke jadi udah berapa kali saya bilang mau niat melakukan sesuatu? YouTube pernah dan gagal duh ternyata nggak passion amat ngedit video. Syutingnya seneng ngeditnya males. Nanti kalau udah punya video editor baru mau deh YouTube lagi hahaha. Instagram juga pernah niat banget terus udalah nyerah. MALESSSS.

Nggak apa-apa ya kan proses cari passion kedua. Belajar sesuatu yang baru itu seru lho! Selama saya belajar gambar, JG juga belajar main skateboard. Bener-bener belajar dari nol karena seumur hidup nggak pernah punya skateboard.

Seru banget karena tiap hari kami meng-update udah bisa apa, abis nonton apa. Biar punya skill baru kan. Urusan ternyata nanti berhenti ya nggak apa-apa, tandanya memang bukan passion. Namanya juga nyari kan, perjalanan.

Kalau kalian apa? Ada cita-cita masa kecil yang terkubur sehingga sampai sekarang cuma jadi impian? Ayo dimulai! Siapa tau ternyata bisa! Semangat!

-ast-




Hal-hal yang Berubah Setelah Pilkada DKI

on
Thursday, October 19, 2017

Halo! Lama nggak nulis #SassyThursday dan sekalinya nulis topiknya langsung yaaa gitulah. Jarang-jarang gue nulis politik di blog kan, tapi kali ini pengen aja nulis. Mungkin bisa kasih pandangan lain, mungkin juga nggak. :)

Baca punya Nahla:

Oke jadi pasca urusan pilkada dan demo-demo itu, yang berubah bukan cuma gubernur Jakarta tapi juga BANYAK hal lainnya. Betapa efeknya besar banget dan membukakan mata

Apalagi pasca gubernur baru tiba-tiba bahas pribumi, sengaja atau tidak sengaja cuma makin menguatkan bahwa di posisi ini loh kita. Sementara banyak yang memperjuangkan kesetaraaan manusia, ini malah ras aja diungkit-ungkit terus. :(

Sedih sih tapi ya, sedih aja dibilang kafir kali deh gue, terserahlah. Ini dia hal-hal yang gue rasakan sendiri berubah setelah demo dan pilkada:

Orang jadi berani menunjukkan diri bahwa dia paling "beragama"

Tidak apa-apa share soal agama di media sosial, yang jadi masalah adalah ketika orang MEMAKSAKAN agama dan kepercayaan pada orang lain. Paksaan itu apapun bentuknya, adalah kondisi yang tidak nyaman.

Sementara yang terjadi adalah bikin status terus, komen sana-sini, copas terus di group WhatsApp mengajak ini itu karena merasa benar. Tandanya kalian memaksa orang lain untuk ikut ambil bagian. Kalau tidak ambil bagian maka orang itu kafir dan tidak membela agama. Wow, speechless.

Bertanya apa agama orang lain aja dianggap nggak sopan loh, ini mempertanyakan kepercayaan orang yang seagama. Sangat-sangat tidak sopan. Saking sebelnya, JG sampai nggak mau ngaku cuma biar orang-orang ini kesel doang dan merasa "menang".

Jadi (oke ini sebenernya agak cringey diceritain tapi biarlah biar contoh) JG dari kecil rajin solat, dari SD rajin ke pengajian-pengajian (maklum anak Gerlong). Tapi ada orang-orang annoying yang menganggap JG "keliatannya" nggak beragama dan suka iseng aja gitu nanya "tadi jumatan nggak?"

YA NURUT NGANA? Ya udah sama JG dijawab "nggak ah, udah pernah" -_______- Karena itu pertanyaan annoying dan kejauhan gitu loh. Kemudian mereka negur lalala harusnya gini harusnya gitu. Orang-orang judgmental dan merasa paling ngerti agama gini loh yang nyebelin dan bikin nggak nyaman.

:(

Sebaliknya orang-orang jadi berani nunjukkin kalau dia nggak beragama

Banyak temen-temen gue yang sebelumnya Islam tapi kemudian jadi "nggak ah, I'm done with religion". BANYAK. Karena mereka nggak kenal-kenal amat sama agama terus tiba-tiba dihadapkan pada Islam yang "begitu". Yang memaksa, yang rasis, yang sama sekali tidak damai. Ilfeel, malu sendiri kemudian bye beneran deh jadinya.

Jadi kalau kalian menganggap segala demo dan urusan Pilkada ini mengangkat nama Islam, ya mungkin di satu sisi benar. Tapi kalian juga harus tau kalau ada sisi lain yang menganggap sebaliknya. Ya sisi yang kalian bilang kafir sih. 

Dan orang-orang ini jadi tidak mengajarkan agama pada anak-anaknya, atau justru mengajarkan semua agama. Supaya anaknya bisa milih sendiri dan jadi nggak kaya mereka, harus berpuluh tahun hidup dengan agama turunan orangtua kemudian ilfeel sendiri gara-gara apa? Gara-gara Pilkada. Hiks. Sedih.

(Baca: Balita Ditanya Agamanya Apa: Agama dan Manusia)

Teman-teman minoritas jadi nggak nyaman


Kata Jessicha temen kantor gue "setelah urusan pribumi ini gue makin ngerasa gue Cina sih".

T______T

Ini jahat sih. Orang-orang ini juga dari zaman kakek neneknya udah di sini kali, sama kaya kalian, kenapa dibeda-bedakan sih? Bikin nggak nyaman banget.

Iri karena mereka kaya? Karena mereka berkuasa? Ya kalian ke mana aja sampai nggak bisa kaya dan berkuasa?

Lagian stereotyping banget sih bilang "Cina = kaya". Karena kalau dia kaya dan dia keturunan Chinese maka kita bilang “ah pantes kaya, Cina sih”. Tapi kalau orang Jawa kaya keluarga Sutowo kaya raya kita nggak bilang apa-apa, nggak bilang "ah pantes kaya, Jawa sih". Padahal mereka KAYA RAYA BANGET LOH. Berkuasa dan berpengaruh juga.

Dan orang itu bisa jadi kaya karena kerja bukan karena rasnya apa! Pun demikian dengan Ahok bisa jadi pemimpin yang disukai banyak orang karena dia KERJA.

*fyuh gila nulisnya capek banget gue*


Banyak yang jadi pengen pindah negara

Pindah ke Eropa gitu yang lebih damai atau pindah ke mana pun yang orang rasisnya nggak sebanyak di sini dan di Amerika. T_______T Banyak yang jadi nyeletuk "duh rasanya pengen pindah negara aja" saking hopeless-nya sama negara ini.

Gue sama JG pengen banget sih dan hidup dari nol sebagai minoritas dan bukan pribumi. Terutama pengen Bebe sekolah di luar dari kecil aja biar nggak sekolah di sini. Ingin membesarkan Bebe di lingkungan yang lebih kondusif.

Pengen pindah tapi keinginan yang terbatas keinginan KARENA NGGAK USAHA APA-APA. Nggak usaha dan sebenernya takut nggak bisa survive karena pasti berat banget. Dasar pribumi! Kurang usaha!

Dan ya, yang paling kerasa dari hidup gue sendiri justru ini:

Batal sekolahkan Bebe di sekolah Islam

Sejak Bebe lahir, kami sudah punya incaran sekolah. Kebetulan sekolahnya sekolah Islam, SDIT lah. Sekolahnya bagus, inklusi, kami cocok sekali dengan metode belajarnya. Maka dana pendidikan pun dihitung berdasarkan sekolah ini.

(Baca: Tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)

Sampai tahun lalu pas urusan Pilkada ini lagi panas-panasnya, kami langsung diskusi dan memutuskan nggak jadi menyekolahkan Bebe ke sekolah Islam. Mulailah lagi pencarian SD Bebe. Kali ini goalsnya jelas, nggak homogen.

Karena sekolah Islam sudah pasti semua muridnya Islam. Pilkada ini menyadarkan kami bahwa selain agama, penting sekali mengajarkan Bebe kalau dia adalah bagian dari dunia yang heterogen. Karena tidak semua orang sama dengan kita, dan tidak sama bukan berarti salah.

Malah pas lagi pusing-pusingnya cari sekolah, sempet kepikiran apa sekolahin di sekolah Katolik aja gitu ya biar dia ngerasain jadi minoritas? Itu sebelum tau bahwa banyak juga ya SD yang nggak tanya agama anak apa. Ada dan itu cukup bikin lega sih.

Karena gue pernah tuh interview orang, dia SD di sekolah Islam terkenal di Jakarta tapi cuma sampai kelas 3, kelas 4 dia pindah dan sampai kuliah selalu di sekolah Katolik. Dia dipindahkan karena ibunya melihat kecenderungan dia jadi judge agama lain sebagai agama yang salah. Ibunya nggak mau dan akhirnya sekolahlah dia sebagai murid minoritas sampai dia kuliah. Sampai sekarang dia muslim, begitu pun dengan ibunya.

(Update 2022 karena ada komen kok akhirnya sekolah Islam? Mmm, sebetulnya sekolahnya bukan sekolah Islam terpadu, sekolahnya cuma pakai "with Islamic value" jadi masih sangat menghargai diversity, masih ada guru tidak berjilbab. Alasannya karena sangat ingin Montessori dan nggak ada SD lain dengan kurikulum Montessori selain ini dengan harga yang masuk budget.)

Mengingatkan diri untuk selalu mengajari anak tentang perbedaan

Ya, ngajarin Bebe menerima perbedaan dan menghargai pilihan hidup orang lain itu jadi peer paling berat sih.

Gue paling jelasin tentang ukuran manusia, warna kulit, disabilitas, dan tidak ngasih gender pada warna atau mainan. Jadi ya gue selalu bilang sama dia hal-hal yang dia tau aja misal "iya ada anak yang badannya kecil, ada yang badannya besar, tidak apa-apa. Kecil tidak apa-apa, besar juga tidak apa-apa".

Atau ketika dia mau beli buku mewarnai Princess ya gue beliin aja. Toh sampai sekarang juga warna favorit JG pink. Menyetarakan hal-hal dari yang paling sederhana dengan harapan dia bisa menerima bahwa semua orang tidak sama.

Dan ya, intinya gue nggak mau dia jadi rasis dan judgmental. Bahwa sesuatu yang kita yakini benar, tidak boleh sampai menyakiti orang lain.

*

Oke gitu aja sih. Kalian gimana? Ada efek apa Pilkada sama kehidupan? Nggak ada banget nih yakin? :)

-ast-




5 Things I Love about Nahla

on
Thursday, September 7, 2017

IHIYYYYY. Karena orang senang pujian maka kami bikin versi lain dari postingan #GesiWindiTalk minggu lalu nyahahahaha. Mereka berdua kan bikin '5 Things I Love about Me', nah gue sama Nahla mah inginnya saling memuji gitu jadi bikinnya what we love about each other!

*duh kok jadi deg-degan karena menyadari gue sering bitchy banget dan kasar sama mereka-mereka ini, apa ada yang bisa Nahla suka dari gue wtf*

By the way maaf banget ya #SassyThursday-nya bolong-bolong terus karena kami ... sibuk. Iya basi sih alesannya tapi ya sibuk aja. Dan males HAHAHAHA.

Baca punya Nahla (yang isinya 5 pujian buat gue) di sini yaaa:
annisast's forte 


Oke flashback sedikit dari kenal sama Nahla. Kenal sama Nahla pertama kali itu karena gue liat postingan dia memperkenalkan diri di group Facebook KEB. Terus karena gue menganggap nikah umur 17 dan punya anak umur 19 itu ajaib maka tentu saja gue langsung email dia ngajak kenalan lol. Iya maklum anaknya emang ekstrovert banget.

Terus akhirnya ketemuan dan ketemuan, chat dan chat sampai akhirnya sadar woooo iya ya sering mikir sama sampai sering ngomong sesuatu bareng gitu lol. Tapi makin lama kenal makin sadar sih kalau nggak sama-sama amat HAHAHA. Kalau lagi sama ya sama banget tapi kalau lagi nggak ya nggak sama sekali.

Tapi ya, 2 tahun kenal, Nahla, Mba Windi, dan Gesi adalah orang-orang yang bisa diajak ngomong apapun. Even the darkest secret, ehm. Udah ah apaan sih panjang-panjang amat intronya.

Ini dia 5 hal yang gue suka dari Nahla

🎻 Ngerti musik

Kalimat "ngerti musik" itu sungguh degrading sih sebenernya buat Nahla hahahaha. Iyalah, nahla main biola dari kecil gitu dan sering manggung di mana-mana. Sementara gue sama nada aja usaha banget biar bisa temenan dan nggak fals. Tapi kalau gue jadi Nahla ya, gue kayanya udah punya channel kaya juncurryahn gitu. KAYANYA LOH YAAAA HAHAHA.

🖌 Bisa gambar

INI LOH. Gue sebel sama orang yang bisa combo gitu main alat musik, bisa gambar, dan bisa dance. Untung Nahla nggak bisa dance sekalian ya kalau nggak gue lebih sebel lah udah (apa dia sebenernya bisa? O____O).

Dan gambarnya tuh makin sini makin bagusss! Makin halus banget! Gih sana kalian semua pesen stiker dong sama Nahla! Gue sendiri nggak pesen sih karena "aliran" gue nggak anime gitu hahaha. Gue lebih ke pencil/watercolor cute dreamy, aliran buku cerita anak-anak gitu lah pokoknya hahaha.

Tapi satu hal, semua pilihan warnanya Nahla selalu gue suka! Karena kami spesifik banget sama warna, warna itu harus pas nomernya sekian, geser sedikit aja nggak mau. Jadi bener-bener harus presisi. #perfeksionis

💔 Tidak mau menyakiti orang lain

Iya di balik Nahla yang terbaca kasar dan seenaknya kalau di blog, dia itu halus banget lohhh. Nahla paling bisa pilih kata-kata biar jadi lembut banget gitu dan nggak bikin sakit hati orang. Sungguh sebaliknya dengan akyuuu.

Kalau gue kan tipe yang "katakan walau perih" nah Nahla tipe yang "katakan dengan sehalus mungkin tapi usahakan dia tetap menyadari kesalahannya" NYAHAHAHAHAHA. Terus kalau ngerasa terlalu kasar, dia otomatis minta maaf. Beda dengan siapa? Dengan akyuuu. XD

Jadi Gesi nih ya kalau lagi butuh opini dengan bumbu kasih sayang, dia suka nggak peduli pendapat gue atau mba Windi apa. Pasti yang dicari Nahla. Nahla mana Nahla. Gitu. XD

👼 Empati

Ini samaan sama Gesi banget sih. Dua anak ini tipe yang gampang mewek gampang mellow terbawa perasaan. Tapi itu membangun empati mereka gitu, jadi lebih bisa lihat sisi positif dari segala sesuatu and it's a good thing of course.

Bener-bener bisa nyeimbangin gue yang apa-apa diliat semua sisi dulu dan ya, pasti ada negatifnya dong. Makanya sering dibilang kurang empati.

💅 Manner


Nahla adalah anak tersopan santun 2017 versi annisast.com. Kalau ada temen gue yang sopan santunnya nilainya 100 maka itu adalah Mevlied Nahla. Sopan banget tipe yang kalau di tempat umum ketawa itu maka ketawanya nggak ngakak dan mulutnya ditutup.

Kalau nggak sengaja ketawa ngakak? Maka dia minta maaf. Jalan anggun kaya princess, pake dress/rok ke mana-mana, behave banget lah pokoknya. Jauh banget sama di blog mah, Nahla irl is pemalu dan anak yang sangat manis.

Sementara Gesi dan gue? 180 derajat, mau ketawa sampai jongkok-jongkok juga nggak peduli. Hahaha.

*

Jadi ya, itu dia. I love you, Nahla. I really do. 💛

-ast-





#SassyThursday: Tipe Cowok dari Masa ke Masa

on
Thursday, August 10, 2017

Judulnya panjang hahahaha. KEMBALI LAGI DI #SASSYTHURSDAY YANG YA AMPUN UDAH LAMA BANGET BOLOS! Abis Nahla sibuk dan aku malas jadi ya udah lol. Nggak perlu maksa karena yang bisa memaksa itu hanya jadi dewasa. Adulting is so damn hard.

Sigh. Gue dan Nahla sebenernya lagi capek banget nih nulis topik "terpaksa dewasa" terus jadi hari ini kami mau senang-senang dengan topik remeh temeh yaitu tipe cowok dari masa ke masa nyahahahaa. Sungguh topik majalah remaja sekali ya!

Baca punya Nahla:
Tipe Cowok dari Masa ke Masa

Gue sih yang ngasih ide tapi kemudian sendirinya blur. Nggak inget dulu suka cowok kaya apa ya? Emang punya yang namanya "tipe cowok"? Nggak sih kayanya, yang penting ngobrolnya nyambung aja. Dan speaking of "nyambung", nyambungnya anak SMP, SMA, dan kuliah serta sekarang itu pasti beda sih.

Jadi ya kalau harus nyebutin tipe cowok kesukaan sih gue beneran nggak bisa sama sekali. Yang penting mau dengerin gue ngomong, dah titik.

Pacar? Ya gitu aja, pas zaman sekolah sih yang penting suka lagu-lagu yang sama jadi nonton pensi bisa bareng ya kan. Bisa dibikinin mix tape juga pake radio. Lagu pilihannya ya gue otomatis sukalaahh kan setipe band kesukaannya nyahahaha. NAH! Jadi mendingan kita ngomongin bias di band aja!

Bias ini bahasa masa kini sih ya, buat yang nggak tau, artinya itu member favorit kita. Disebut bias karena apapun yang mereka lakukan, pandangan kita akan selalu bias kepadanya lol. Mau dia tidur mangap sambil ileran, kita tetep bilang dia ganteng. Bias sebias-biasnya nyahahaha.

Tapi ya, jauh sebelum era jadi reporter KPOP dan ketemu artis Korea, pada dasarnya gue emang lemah sama boyband. Anaknya fangirl boyband banget sampai nggak mau ngikutin One Direction karena meragukan diri sendiri bisa lolos dari jeratannya. Ya udah cukup tau hitsnya ajalah, plus kepoin Gigi dan Zayn. Aku harus tobat!

Perjalanan boyband gue cukup panjang. Dari SMP sih ya. SD gue ngapain sih auk, nggak inget sama sekali. Kayanya pas SD gue masih baca buku banget gitu deh. Belum ada pressure untuk nonton MTV hahaha.

Gue SMP tahun 2001 dan itu lagi zamannya Westlife banget. Backstreet Boys sama *NSYNC udah beberapa tahun sebelumnya ya CMIIW (LUPA). Yang jelas gue ngefans bangetnya sebenernya bukan sama Westlife. Tapi sama ...

...

BLUE!

Bias gue Lee Ryan. Bagi gue zaman SMP, Lee Ryan itu ganteng banget ya ampun.


Astaga kalian perlu tau gini doang gue Google Image-nya sambil blushing najong. :')))))

Gue ngefans sama Blue level pernah maksa ibu kantin sekolah SMP buat jual poster HAHAHAHAHAHA. Jadi dulu Blue itu jadi bintang iklan Pepsi Blue. Nah kantin sekolah gue jual dong Pepsi Blue dengan kulkas biru gitu kan. Dikasih lah sama orang promosi Pepsi: POSTER BLUE SEGEDE GABRUK. Dulu sih rasanya gede banget ya, kemarin-kemarin pas beberes Konmari kok ya cuma ukuran A3 lol.

(Baca: Beres-beres Rumah dengan Konmari Method Yuk!)

Bahan posternya itu bagus banget, bukan kertas tapi semacam plastik gitu. Kertas dilaminasi lah pokoknya bagus banget, nggak bisa sobek. Dan nggak Pepsi Pepsi amat juga, cuma mereka berdiri berempat pake baju biru abu terus ada logo Pepsi di bawahnya. Gue nanya dong ke ibu kantin, bu itu posternya buat saya aja. Karena jelas dia dikasih dan dia nggak ngefans sama Lee dong nggak kaya gue!

Terus sama ibu kantin nggak boleh coba! IH MAU NANGIS! Terus gue bujuk-bujukin karena itu kan itungannya poster official, sampai akhirnya dia bilang "ya udah tapi beli!" HUAAAA terus akhirnya gue beli Rp 1000 apa gitu lupa hahaha. Dulu uang jajan padahal Rp 1500 doang lolol kalau sama les baru dikasih Rp 3500.

Tapi Blue ini underrated banget ya, kurang duit promosi gitu sedih deh. Jadi nggak sempet se-hits Westlife atau Backstreet Boys gitu hhhh. Padahal Lee Ryan potensial banget. Potensial apa ya, ya potensial ngetop karena ganteng nyahahahaha.

Oke sebelum lanjut ke bias berikutnya, mari kita dengarkan dulu satu tembang dari Blue, All Rise. Yang nggak tau lagu ini nggak temenan! Haha!


Kalau sekarang di Blue ditanya siapa bias, gue pilih Simon sih ya. Suaranya bagus banget! Dulu suka Lee karena dia cute aja sih. Remeh lah aku mah.

Nah karena Blue kurang promosi, naturally ya gue suka juga Westlife. Tau bener-bener tau semua lagunya. Nah di Westlife, bias gue Nicky Byrne sama Brian McFadden. Nah dari sini aja udah keliatan kalau tipe cowok gue itu random banget. Apapaan nggak ada benang merahnya sama sekali gini.

Suka Nicky karena mukanya Amerika banget gitu. Model-model Aaron Carter. Suka Brian karena dia tinggi gede aja sih. Auk ah nggak jelas amat.

Yang jelas pas Brian pacaran sama si Kerry Atomic Kitten itu gue yang sebel karena Kerry pendek banget! Jari-jarinya juga pendek, gue inget mereka ngedate ke pantai gitu Kerry pake bikini dan jelek hih berani-beraninya pacaran sama Brian. Memang sungguh tidak masuk akal sekali ya sebelnya hahaha.



Sama Westlife ini bersyukur sih karena beberapa tahun lalu pas mereka ke sini gue nonton HUHUHUHU. SUMPAH TERHARU. Tapi promotornya sempet rusuh sih, jual tiket di luar kapasitas Tennis Indoor Senayan yang kecil banget gitu. Gue nonton festival kedorong-dorong sampai pengap banget dan akhirnya melambaikan tangan ke kamera.

NGGAK DENG. Melambaikan tangan ke mas-mas yang jaga gitu di seat atas minta dipindah karena gue sama temen-temen udah nggak kuat banget. Ya udah akhirnya pindah ke atas, duduk dan nyanyi-nyanyi sepanjang konser. Konser nostalgia banget senaaanggg!

Apa lagi ya?

Udah sih kayanya mereka doang yang ngaruh banget di hidup pas zaman SMP mah. SMA dengerinnya udah band macam Hoobastank gitu. Dan itu bukan karena ngerti tapi ya karena temen-temen dengerinnya itu ya udah ikutan aja hahaha. 180 derajat banget sama Nahla deh kalau soal musik mah.

Berikutnya punya bias lagi langsung yang ini. HAHAHAHAHA.


Ya gara-gara Boys Before Flower sih. Berikut-berikutnya sih bisa diliat di sini: daftar cowok ganteng kesayangan (TOP BIGBANG FTW!). Di situ baru keliatan ada tipenya ya. Mungkin memang butuh jadi agak tua dulu sampai bisa menentukan sukanya cowok kaya gimana. Makanya jangan nikah muda ya gengs. Hahaha.

(Baca: Rumitnya Menikah)

Sebenernya pengen bahas juga Backstreet Boys sama *NSYNC sih tapi duh kepanjangan. Intinya kalau di BSB gue suka Nick Carter lah who else! Combo sama Aaron Carter juga. Brother of the era. Kalau *NSYNC ya Justin Timberlake tentu saja karena Britney Spears my queen! Kalau Britney konser di sini gue mau nonton!

Btw nanggung nostalgia, INGET MEREKA NGGAK? GILA SIH ANAK MTV MILENIUM MANA SUARANYAAAAA?!


Steps tahun ini 20 tahun! Mereka comeback dan punya album baru omg omg omg. Duh gue beneran harus bikin satu postingan tentang nostalgia lagu favorit 90-an.

Masa-masa di mana kalau mau tau band favorit itu bener-bener cuma dari majalah dan tabloid Fantasi. Harus rajin dengerin radio dan mantengin MTV karena kalau nggak gitu nggak akan tau apa-apa soal mereka. Masa-masa itu. :')

Kalau kalian gimana? Suka tipe cowok kaya gimana? Siapa bias boybandnya? AYO NGAKU!

-ast-




#SassyThursday: Hari Pertama Sekolah

on
Thursday, July 13, 2017

Hai semuanya!

Saya tuh lagi siwer hari banget deh, dipikir sekarang masih Rabu! Terus mikir wah udah 2 hari nggak update blog. Ternyata sekarang Kamis dan udah 3 hari nggak update blog hahaha. Ya udah lah ya langsung #SassyThursday aja huhu.

Topik minggu ini adalah hari pertama sekolah. YEEYYYY! Abis minggu ini buibu banyak banget yang bikin status dan share foto soal hari pertama anak di sekolah ya. Mabi dan Bebe sih belum sekolah banget jadi kami akan nostalgia! Mengingat dulu hari pertama sekolah ngapain aja sih? Inget nggak ya saya? HAHAHA

Baca punya Nahla:

Oke, saya pertama kali sekolah itu TPA, bukan TK A ya. Taman Pendidikan Agama alias sekolah ngaji. Lanjut TK A terus langsung SD, nggak TK B dulu. Maklum anaknya pinter hahahaha. Ayo kita ingat satu-satu! Saya cukup inget sih semua karena ayah hampir selalu foto jadi punya foto semua. Pertama kali pake seragam olahraga TK aja ada fotonya *SPESIFIK*.

Duh sayang fotonya di Bandung semua ah sebel.

Dan saya sebenernya orangnya pelupa banget jadi tulisan ini mungkin nggak panjang hahaha. Tentang urusan lupa-lupa ini bisa dibaca di sini ya: Tentang Ingatan 

🏫 TPA alias sekolah ngaji

Sekolah ngaji seragamnya abu coklat butek gitu. Difoto bertiga sama anak tetangga di depan pager rumah tetangga. Semua mukanya flat, nggak ada yang senyum.

Pake jilbab nggak? NGGAK. Cuma pake ciput gitu, lebih kaya topi malah dibanding ciput. Nggak nutupin apa-apa juga haha. Nggak kaya sekarang ya jilbab anak aja macem-macem banget modelnya. Dan ini saya masih kecil banget, 3 tahun lah.

Blas nggak inget apa-apa sekolah ngajinya ngapain aja hahaha. Ya belajar ngaji sih tapi terus ya udah nggak tau lagi ngapain di sekolah. Terus cuma ngaji sore doang gitu kan jadi pas udah masuk TK A, ya sorenya tetep ngaji.

🏫 TK A

Namanya TK Sejahtera. Kepala sekolahnya adalah tetangga nenek saya. Padahal rumahnya jauuhhh. Entah kenapa bisa jadi kepsek di situ. Nama Kepsek-nya ibu Susi. Saya selalu ingat ibu Susi ini karena wow kepsek wow. Kaya jabatan yang amat sangat tinggi dan harus dihormati.

Hari pertama sekolahnya saya nggak nangis dan super excited! Saya ditungguin ayah pake motor sementara saya baris sama temen-temen dan nyanyi sebelum masuk kelas. Saya nggak nangis. Bahkan saya nggak pernah nangis selama TK.

Mungkin karena masih kecil ya, jadi saya cenderung blur dibanding temen-temen sekelas yang umurnya lebih gede hahaha. Umur saya pas masuk TK ini 3,5 tahun. Bahkan belum 4 tahun. Saya tuh yang lempeng aja loh. Ayunan direbut orang, ya udah ngalah. Main sendiri aja kalem.

Cuma kalau di kelas sombong soalnya udah bisa baca. Saya inget loh Bu Endang nanya siapa di sini yang sudah bisa tulis namanya sendiri di papan tulis? Saya ngacung, tulis nama di papan tulis pake kapur kuning. Terus dipuji, kusungguh bangga dengan diriku sendiri.

Terus ngapain lagi? Nggak tau lupa HAHA.

🏫 SD Andir Kidul II

Nah SD ini saya cukup inget detailnya karena cukup drama! Jadi abis TK A saya nggak mau TK B, ibu juga nggak maksa TK B sih karena ya udalah SD aja kalau emang udah mau SD. Masalahnya umur saya baru bahkan belum 5 tahun, 4 tahun 10 bulan. SD mana yang mau terima?

SD yang deket-deket rumah itu nerima minimal 6 tahun ya ampun saya 5 tahun aja belum. Akhirnya dibawa lah ke SD Andir Kidul II ini mayan jauh dari rumah harus pake angkot. Saya sama ibu masuk ke ruang kepala sekolah dan kepala sekolahnya mikir, terima nggak ya? LOL.

Nah terus di ruangannya itu ada papan tulis dan dia menuliskan beberapa kata. Dih dites baca banget nih? Terus saya bisa lah baca semua. Tapi kepsek tetap mikir HAHAHA. Akhirnya ibu saya bilang “ya udah titip aja pak, kalau ternyata setahun nggak bisa ngikutin ya nggak apa-apa nanti ngulang aja”.

Jadi lah saya masuk SD horeee! Hari pertama saya inget banget banget banget. Ibu saya ngedudukin saya di meja paling depan dan tengah. Di situ udah ada anak perempuan duduk manis juga, rambutnya pake poni dan masih basah. Ibu saya suruh saya salaman, anak itu namanya Imas.

Dan apa yang saya lakukan setelahnya? Saya mengagumi gantungan kunci di tas Imas. Nggak ngobrol atau apa. Terus Bu Marni datang dan kemudian … nggak inget. HAHAHAHA.

Kemudian sejak itu sampai kelas 6 saya selalu ranking 1. Dan ini jadi titik di mana saya selamanya jadi anak paling muda di sekolah, sampai kuliah. Di mana orang-orang sweet seventeen pas SMA sementara saya kuliah tingkat dua hahaha. Mau rayain juga nggak mood amat ya kan, orang-orang umurnya udah 19 tahun lol.

🏫 SMPN 17

Nggak inget sama sekali. Sedikit pun. Lagi saya pilih sekolah ini karena deket rumah aja. NEM saya kembalian banyak. Nggak tau hari pertama sekolah dan MOS nya ngapain pun. Yang paling diinget pas SMP adalah kepsek saya namanya Pak Oman dan beliau ini rajin banget bebersih!

Jadi selalu datang paling pagi terus nyapu sekolah, nyikatin kolam ikan. Wah beneran lah tipe pemimpin yang memberi contoh baik banget. Terus inget guru sejarah yang bisa dengan gampangnya ngejelasin perjanjian Renville, Linggarjati, dll sampai saya suka banget pelajaran sejarah.

Saya inget saya ikut PMR, ikut CPD (Camping Pelatihan Dasar) di mana ya lupa. Pokonya ada adegan lari-lari di lumpur lah. Terus tahun depannya panitia CPD dan tetep lupa ngapain aja. ZZZ.

SMP adalah paling tidak ingat apa-apa. Baik sekolahnya maupun teman-temannya. Blur.

🏫 SMAN 10

Pilih sekolah ini juga karena deket dan tetep kembalian NEM banyak. Hari pertama sekolahnya LUPA. Cuma inget pas MOS itu kan ada demo ekskul, terus kakak kelas mecahin es batu 3 lapis pake kepala dan dahinya berdarah hahahaha gagal amat.

SMA paling banyak cerita lah dan saya inget, mungkin karena udah gede ya. Tapi satu hal, saya itu nggak pernah nangis di sekolah sampai puber melanda lol. Iya maksudnya saya baru nangis sesenggukan di sekolah itu pas kelas 3 SMA. Itu pun karena PMS hahaha cuma salah paham dikit sama temen sekelas terus telungkup nangis di meja. Hormon!

Padahal dari TK sampai SMP itu paling bisa “merendahkan” anak yang suka nangis sebagai cengeng. Dih gitu doang nangis apaan sih. Gengsi saya terlalu tinggi untuk nangis. Pas SMA mah bubar lah semua bubar HAHAHA.

🏫 Kuliah

Kuliah ospek fakultas ngapain aja sih kok lupa ergh. Ingetnya ospek jurusan doang ah sebel. Nggak inget lah. Cuma inget harus jalan kaki dari gerbang Unpad bawah. Jalannya harus cepet tapi nggak boleh lari. Kalau lari dimarahin hahaha.

Auk ah.

*

Udah sih gitu aja. Apa-apaan ini tulisan yang sungguh tidak ada isinya ya. Kalian masih inget nggak hari pertama sekolah gimana? Ayo share ayooo!

-ast-




#SassyThursday: Ketakutan dalam Hidup

on
Thursday, May 25, 2017
 
HEYAK JUDULNYA SOK SERIUS. Padahal nggak serius-serius amat kok. Cuma pengen share hal-hal yang paling aku takutin hahaha.

Soalnya kalau ketakutan dalam hidup ya banyak ya kan. Takut Bebe sekolahnya nggak bagus, takut dipecat, takut kerjaan nggak selesai lol. Tapi ini mah ketakutan biasa aja kok.

KETAKUTAN KOK BIASA YAELAH.

Nggak ada ketakutan yang biasa dan jangan pernah menganggap remeh ketakutan orang lain. Di umur ini nakut-nakutin orang lain sama hal yang dia takuti itu nggak banget plis. Misal ada orang takut reptil terus sengaja kirim-kirim dia foto reptil. Nggak begitu. Mau nggak kalau dikirimi hal serupa yang kita takuti?

Baca punya Nahla yaaaa: Hal yang Paling Ditakuti

Oke ini list ketakutan saya.

🐈 KUCING 

Iya saya nggak suka kucing level takut banget mau nangis tiap ada kucing. Sebabnya nggak inget kenapa, yang jelas sejak kecil saya memang sudah takut kucing. Dan mengapa orang-orang takut kucing itu selalu diikuti kucing ya?

Dulu pas kost, pas ada kucing melahirkan, di mana? Di depan pintu kamar saya. WHY GOD dari semua kamar dia melahirkan di depan kamar saya? Akhirnya si anak-anak kucing itu keliaran di sekitar kostan dan saya mau pingsan tiap kali pulang dan harus buka gembok karena takut ada kucing tiba-tiba nongol dari bawah pager.

Kesialan berlanjut karena temen kamar sebelah pelihara kucing omg. Untung akhirnya kostannya digusur (belum hidup di Jakarta kalau belum digusur di kost HAHA) jadi pindah kost yang nggak banyak kucing.

Sampai sekarang kalau makan di pujasera gitu kucing-kucing pasti diemnya di bawah meja saya.

-__________-

🕷 KECOA (nggak ada emot kecoa lol)

Ini pas udah gede loh ya jadi takut kecoa. Pas kecil saya nggak takut malah berani ngambil gitu. Makin gede kok ya makin jijik huhu. Intinya parno banget sama kecoa sampai dulu pas zaman ngekost, kalau ada kecoa saya tutup pake bekas tempat salad Pizza Hut, terus atasnya saya kasih pemberat saking horor dia kabur.

Setelah itu diemin sampai ada orang yang bisa dimintain tolong untuk buang itu kecoa hih. Sebel banget liat kecoa NGGAK SUKAAAA. Tetep nggak suka liat kucing sih tapi sebel liat kecoa.

⏰ Telat

Duh ini bukan sombong ya tapi saya bisa mules banget kalau janjian meeting terus telat. Apalagi kalau alesannya macet. Mau nangis rasanya karena ya namanya Jakarta YA MACET LAH! MASA TELAT GARA-GARA MACET!

Jadi saya mending dateng kecepetan sejam daripada telat, nggak kuat sama gelisahnya. Nggak kuat menghadapi diri sendiri. Nggak kuat harus mikirin bikin alesan ke orang lain.

Meskipun kadang orang yang diajak meeting udah maklum banget kalau dateng meeting telat di Jakarta. Tapi kan nggak mau jadi bagian dari stereotype orang Indonesia suka telat. Hah sebal. Mikirinnya aja saya mules. T______T

Saya juga sebel soalnya kalau orang dateng meetingnya telat. Apalagi kalau seharian back to back meeting gitu, satu telat ya semua telat lah plis deh.

Saya maklum kalau yang telat orang bule gitu yang ke Jakarta cuma buat meeting. Kasihan lah itu mah. Mereka suka nggak nyangka traffic Jakarta 5 kilometer aja harus pergi 1,5 jam sebelum hehe. Pukpuk.

...

Takut apalagi ya?

...

🎡 Kicir-kicir Dufan

Ya ampun aku anaknya nggak butuh tantangan banget. Kicir-kicir itu yang kita duduk terus diputer, bersama teman sebelah kita yang diputer ke arah lain, plus sama temen segrup kita yang diputer juga ke arah lain astaga.

Mending Tornado atau Hysteria aja saya mah. Pernah udah ngantri panjang-panjang di Kicir-kicir Dufan itu terus menjelang deket saya kabur HAHAHAHAHA

Nyelonong ke bawah pager dan kabur karena mau muntah mikirinnya juga.

Eh btw makin tua makin horor nggak sih naik-naikan gitu? Dulu pas kuliah saya sering ke Dufan sama temen-temen hari kerja gitu biar sepi. Itu naik Halilintar bolak-balik sambil lempeng aja nggak ada takut-takutnya. Naik Kora-kora sambil foto-foto.

Terakhir ke sana saya lemes lah nggak sanggup naik apa-apa HAHAHAHA. Ini kasusnya sama kaya film brutal. Dulu saya nonton film model Inglorious Bastard atau Blood Diamond itu lempeng aja loh meskipun darah muncrat-muncrat. Makin tua makin nggak sanggup.

Kemarin nonton Wolverine aja banyak tutup matanya. Kenapa makin nggak tega yah duh.

😭 JG dan Bebe ke toko mainan

DISASTER. ENOUGH SAID

❌ Diunfollow orang

HAHAHAHAHA MAKANYA FOLLOW DONG GENGS!

Saya blogging pendek lho di IG @annisast. Follow dong plis. Pusing kenapa blog ini pembacanya hampir 200ribu tiap bulan tapi yang follow IG cuma 2ribuan hih sedih.

Follow yaaa! Kalau emang nggak suka atau annoyed sama postingan saya juga nggak apa-apa sih unfollow. Tapi coba follow dulu laahhh 😂

Udah ah mau berenang dulu. Bye!

-ast-





Why I Love Jakarta | #SassyThurday ft #GesiWindiTalk

on
Wednesday, May 17, 2017
OH HOW WE LOVE JAKARTA! By we I mean me and JG, dunno about Bebe because well, he's a baby ah gimana sih elah ginian harus dibahas.



Oke jadi #SassyThursday minggu ini collab lagi sama #GesiWindiTalk because why not duh. Tema datang dari Nahla yang sungguh kreatif yaitu tentang mengapa kami begitu cinta kota masing-masing sampai nggak mau pindah satu sama lain! Bahkan saya nggak mau pindah ke Tangerang atau BSD meskipun tau persis di sana enak. Ya tapi enak kalau kerja dan segala-galanya di Tangerang/BSD juga yekaannn.

Baca punya mereka, siapa tau jadi pengen jalan-jalan ke sana!
Windi Teguh: Why I Love Medan
Grace Melia: Why I Love Jogja
Mevlied Nahla: BSD, Tangsel, dan Segepok Kenangan


Tadinya saya agak ragu gitu, mau Bandung apa Jakarta ya? Ya cinta sih sama Bandung tapi yaiyalah, Bandung kan hometown. Yang namanya kampung halaman mah selalu dirindukan ya nggak? Karena terlalu banyak kenangan dan keluarga besar di sana semua. Plus keluarga mertua juga, ya pasti sayang lah sama Bandung.

Tapi kan kadang harus ninggalin yang disayang demi sesuatu yang bisa lebih sayang sama diri kita sendiri kaaan. ASIK.

Jakarta kayanya sayang banget sama saya HUHUHUHUHU. Level mellownya udah setara sama waktu ninggalin Bandung ini kalau harus ninggalin Jakarta.

Karena di Jakarta, aku terperosok cinta.
Karena di Jakarta, cinta memilihku dengan nyata.
#eaaa jangan pada close tab ya lol 😂

(Itu juga kutipan dari puisi cinta masa lalu gengs, kolab kami sebelum ini. KLIK DAN BACA YAAAA)

Duh gue galau bikin list nggak ya hahaha. Bikin aja kali ya.

🏣 Jakarta Kota Mimpi 🚀

Itu benar. Itu tidak cheesy atau klasik, itu benar. Masih benar, minimal buat saya sendiri. Gimana nggak, saya pindah ke Jakarta karena satu twit!

Dari satu twit yang kemudian bawa saya ketemu banyak banget artis Korea, wawancara banyak sekali artis Korea, nonton konser gratis. Mimpi jadi nyata banget karena pada saat itu, saya lagi suka Korea banget!

Oke saya nggak tergila-gila sih ya kaya orang-orang sampai nabung atau apa, tapi saya lagi suka Korea banget dan Jakarta mewujudkan mimpi itu. Siapa yang kepikiran sih bisa ngobrol face to face sama Lee Min Ho kalau nggak pindah ke Jakarta? Dirangkul Lee Seunggi? Ngobrol sama Siwon? Bigbang? Super Junior? Infinite? YOU NAME IT.

Hampir semua artis Korea yang ngetop pada zaman itu saya temui semua FOR FREE cuma karena satu keputusan pindah ke Jakarta. Dan mimpi itu berlanjut pada mimpi berikutnya yaitu bikin buku di GagasMedia.

Yes, mimpi gue pas SMA/kuliah se-spesifik itu "mau nulis buku diterbitin GagasMedia". Dan itu terjadi karena saya pindah ke Jakarta. Plis yang suka Korea dan mau beli bukunya masih ada di Tokopedia atau BukaLapak.

(Cerita lengkap bisa dibaca di sini: Keputusan yang Mengubah Hidup, Pindah ke Jakarta)

🏣 Jakarta Tidak Pernah Sepi 🚀

Bagi orang ekstrovert kaya saya, Jakarta itu menyenangkan sekali! Di Bandung jam 9 malem aja sepi banget, di Jakarta saya nggak takut berdiri di pinggir jalan jam 12 malem pulang liputan nunggu taksi. Oh wow aku sungguh pemberani.

Zaman belum nikah, bisa nongkrong lama-lama sampai pagi, banyak temen, banyak makanan, sinyal selalu bagus, ah aku cinta. Gimana ceritanya coba jam 11 malem Semanggi masih macet. 😂😂😂

Di Bandung jam 8 malem aja saya suka udah horor sendiri pulangnya hahahahaha. Tapi yah, untuk ukuran saya yang nggak punya kecerdasan naturalis alias nggak peduli nggak nginjek tanah atau liat sawah, Jakarta is heaven! 🌠

🏣 Jakarta Sumber Suara 🚀

"Kepada ibu Annisa ditunggu di sumber suara"

Lawas nggak sih, apa event zaman sekarang masih ada yang menyebut area pengaturan sound system itu sebagai "sumber suara"? 😂😂😂

Intinya Jakarta adalah sumber suara, pusat segalanya. Banyak event, banyak acara, banyak brand, banyak diskon. Jadinya banyak pilihan! Iya dari milih makanan, milih baju, sampai pilihan serius macam kerja di mana atau sekolah di mana.

Ya maklum ya ibukota. Sekolah dari yang bobrok sampai yang uang tahunannya setara harga satu rumah juga ada. Begitu pula dengan kerjaan, dari yang cuma malak di stasiun sampai gaji sebulan ratusan juta.

Dihadapkan dengan pilihan sebanyak itu kita jadi apa?

JADI SEMANGAT! 💪🏻

🏣 Jakarta Penyemangat Hidup 🚀

Ini adalah sumber kemellowan di posting-posting dengan tag Tentang Hidup. Ya gimana nggak mellow sih, liat ibu-ibu luntang-lantung di pinggir jalan bawa bayi sementara di jalan mobil-mobil yang lewat harganya miliaran.

Kesenjangan sosial itu nyata adanya dan terjadi di depan mata! Kadang sedih tapi semoga bisa jadi semangat dan sumber syukur ya.

Ya persis caption IG saya beberapa minggu lalu. Tentang gimana daerah rumah saya itu berdempetan banget rumah-rumah mewah yang garasinya seukuran kontrakan saya, sementara di belakangnya rumah-rumah petak yang bahkan nggak punya teras.

Tanpa hidup di Jakarta mungkin cita-cita saya nggak akan setinggi ini. Di Jakarta saya dan JG ketemu banyak sekali orang hebat, orang hebat yang kadang bikin minder tapi tanpa disadari bikin kami jadi menggantung mimpi lebih tinggi.

Juga ...

Kami senang di Jakarta karena jauh dari orangtua HAHAHAHAHAHAHAHA

Jauh tapi nggak jauh-jauh amat jadi bisa pulang kapan aja termasuk weekend. Cuma ya, kami enjoy tinggal nggak terlalu dekat dengan orangtua karena jadi bisa ambil semua keputusan sendiri. Apalagi urusan Bebe.

Plus ...

Kami nggak tau mau kerja apa di Bandung. 😭😭😭

Really, kemarin JG sempet mau pindah ke kantor Bandung tapi kok ya tampak jenjang karier jadi lebih sulit ah sudahlah. Apalagi saya, nggak bakal dapet gaji yang sama lah kalau kerja di Bandung mah. 😭

(Baca: Tips Survive di Jakarta No Nanny No ART untuk Ibu Bekerja)

Sementara cita-cita dan gaya hidup sudah begini. Karena hal tersulit bukan naikin gaya hidup, tapi nuruninnya. 😔

🚓🚕🚗 TAPI JAKARTA MACET! 🚙🚚🚓

Memang iya weee. Percaya nggak sih saya sama JG itu jarang sekali mengeluhkan macet Jakarta? Kami berdamai sekali dengan kemacetan ini.

Padahal radius kantor saya, kantor JG, dan rumah kalau dari daycare itu nggak sampai 10 km. 5 km lah, rata-rata ditempuh dengan 1,5 jam perjalanan kalau lagi waras.

Kalau lagi nggak waras, kantor JG - daycare aja yang hanya 2,5 km bisa ditempuh dalam waktu? EMPAT JAM. HAHAHAHAHAHAHA.

Tapi kan banyak solusi juga, ya nggak perlu bawa mobil kan bisa naik ojek. Jadi mobil taro di daycare, ke kantor JG pake ojek atau kadang pake sepeda. Aman terkendali kok, survive kok hahahaha.

Terus orang suka nanya: kenapa nggak motoran aja sih biar nggak macet? Kan deket juga.

Ah motoran juga macet di Jakarta mah lol. Malah lebih capek jatohnya karena naik motor, macet, keringetan. Beda setengah jam doang sih mending macet dan naik mobil, at least duduk nyaman. nggak keringetan, ngobrol enak, bisa sambil denger radio ketawa-tawa, Bebe bisa bobo dengan nyaman.

Kalau udah begitu masa mau ngeluhin macet lagi?

*

Tapi yah, harus diakui kadang bosan juga di Jakarta hahahahahaha. Bosan karena ya namanya manusia, pasti ingin lebih kan. Maunya sih JG kerja di Singapur gitu, saya di rumah aja blogging dan YouTube-an lol.

Juga urusan Pilkada DKI yang makin mengukuhkan kalau Indonesia nggak layak huni, ingin pindah ke luar negeri aja. Huhu. Ingin ingin doang tapi usaha nggak. Argh.

Jadi yah, itu alasan saya 6 tahun betah di Jakarta dan JG 9 tahun (apa 10 tahun ya). Kalau kalian? Senangkah di kota tempat tinggal sekarang? Kenapa?

-ast-




#SassyThursday: Cak Budi dan Urusan Sumbangan

on
Thursday, May 4, 2017
Apa kabar kawan-kawan semua? Sudah sedekah hari ini? Atau malah sedekahnya dibelikan jadi Fortuner dan iPhone 7?


Buat yang ketinggalan atau nggak baca berita, alkisah ada pria namanya Cak Budi, dia menggalang dana dari banyak orang sampai 1,2 miliar. Katanya digunakan untuk membantu orangtua yang kesusahan. Dia upload video dan foto orang-orang yang dia bantu itu di akun Instagram dengan 220k followersnya.

Baca punya Nahla:

Uang-uang itu disalurkan ke rekening pribadi dan melalui kitabisa.com. Nah akun Lambe Turah tuh katanya sering promoin Cak Budi ini biar followersnya ikut nyumbang. Katanya loh ya, saya nggak follow Lambe.

Nah tau-tau dia ketauan beli Fortuner sama iPhone 7 dengan alasan untuk operasional. Ya dibully dong ya karena operasional kenapa belinya mobil mahal, operasional mah Avanza aja cukup, gitu kasarnya. Dia juga ketauan pake kacamata mahal dan fotonya dia hapus.

Pertama kali dikasihtau Ikka soal berita ini saya yang 🙄🙄🙄 rolling eyes, literally. Karena wow ini orang kan bukan siapa-siapa mengapa orang mempercayakan uang mereka pada dia?

Apalagi dia dipromoinnya sama Lambe Turah like really, people? 🙄🙄🙄 Netijen ini sungguh tak terduga tingkah lakunya ya. 🙄🙄🙄

(Baca: Kenapa Tidak Lambe Turah?)

Belakangan saya tau dia sempat masuk Kick Andy dan Hitam Putih. Ok jadi mungkin ada juga yang nyumbang setelah nonton Kick Andy dan Hitam Putih.

Still ... apakah mempercayakan begitu saja uang kita pada orang yang mengupload video sumbangan di Instagram? Pada akun Lambe Turah yang bahkan nggak tau apa itu arti verifikasi?

Ayolah kalau masih hepi nonton gosip, nonton di TV aja atau baca website berita entertainment. Minimal para infotainment itu tetep USAHA untuk verifikasi atau mereka akan kasih label "rumor". Bukan dapet DM dari siapalah atau chat siapalah terus ngajak orang buat judge rame-rame.

HHHH. Bisa capek kalau ngomongin Lambe Turah. Toxic. Skip.

Ok saya nggak punya masalah apa-apa dengan Cak Budi. Mungkin memang dia mau bantu orang. Tapi harus diakui caranya salah. Menggalang dana itu ada aturannya loh, nggak semua orang boleh menggalang dana. Ada peraturan pemerintahnya, harus ada lembaganya, harus dilaporkan ke dinas sosial, harus dilaporkan transparan pada para donatur.

Mau berbuat baik aja kok diatur-atur?

Ya biar nggak begini jadinya.

Dan buat kalian yang nyumbang.

...

Iya memang kewajiban kita ngasih selama kita mampu, kalau disalahgunakan sama yang terima, itu udah urusan dia sama Tuhan, bukan lagi urusan kita. Kalimat itu terdengar benar tapi kan sebenernya nggak begitu. Lihat dari sisi manfaat, uang (atau apapun itu) akan lebih bermanfaat kalau diterima orang yang tepat. Jadi menurut saya akan lebih bermanfaat jika PASTIKAN siapa penerima sedekah/sumbangan kalian.

Sumbang ke yang pasti-pasti ajalah. Sodara, tetangga, atau teman dekat yang lagi jatuh sakit dan kebetulan nggak mampu. Atau ke lembaga yang beneran udah terdaftar. Nggak susah loh, coba top of mind kalian kalau ditanya menyumbang ke lembaga apa

Dompet Dhuafa atau Rumah Zakat kan? Iya nggak? 

Saya sih iya. Kedua lembaga itu bersertifikasi Departemen Agama dan sudah bertahun-tahun jadi penyalur dana, jadi jelas uang-uang disalurkan ke mana dan ada laporannya. Bukan sekadar foto atau video di Instagram dari orang yang latar belakang dan segala-galanya cuma kita tau dari internet.

Dia bilang mau upload rekening koran aja nggak dilakukan kan. Sekarang dia sumbang semuanya ke Aksi Cepat Tanggap setelah apa? Setelah dibully massa, setelah masuk portal berita nasional, dipanggil menteri sosial pula.

Duh. Orang nggak amanah itu satu hal, tapi jangan "beri makan" orang tidak amanah ini hanya karena kita MALAS mencari tahu. Apalagi ini donasi, sedekah, sumbangan, yang beragama pasti berharap pahala lah selain urusan kemanusiaan. Agama emang komoditi utama banget, gampang dijual. Jadi jangan gampang beli! Teliti sebelum membeli!

Ah elah masa gini aja harus dibilangin ya.


Tapi kan nggak tau dia bakal beli mobil dan iPhone dari uang itu! 

Ya itu sebabnya maka sumbang ke yang pasti-pasti aja. Kecuali kalau kita kenal akrab dengan si penggalang dana. Temen atau keluarga gitu, baru oke. Lah orang lain? 😴

Ya udah intinya begicu gengs. Lain kali lebih hati-hati ya!

-ast-




#SassyThursday: Menerima Kekalahan

on
Thursday, April 20, 2017

Topik yang sungguh sesuai dengan situasi dan kondisi yaahhh. Hahahaha. Tapi tenang, nggak akan mengaitkannya ke politik. Saya cuma mau cerita gimana saya dan JG sangat berbeda dalam menanggapi kekalahan.

Sialnya, kami tidak menemukan alasan pasti kenapa kami berbeda. Jadi mengajari Bebe pun samar-samar. Bagaimana agar dia bisa menerima kekalahan tanpa harus terlalu down?

Baca punya Nahla:

Oke satu-satu.

Saya tipe yang nggak pernah terlalu kepikiran kalau kalah lomba. Iya sih deg-degan banget pas pengumuman dan pasti ada nyes "yah kalah" gitu. Tapi ya udah, nggak akan sampai 5 menit udah lupa dan lewat aja.

JG sebaliknya, saya yang lomba, saya yang kalah, bisa dia yang down banget dan kesel. Padahal sayanya lempeng aja. Dia gremetan sendiri sedih gitu hahahaha. Bisa sampai besok paginya masih "ah sebel kamu kalah" gitu coba. 😂

Kami pun mencoba merunut alasan kenapa ya kok bisa begini ya. Katanya anak harus diajari kompetisi sejak dini. Saya sama JG kompetisi banget, dari TK kali deh sering ikut lomba mewarnai, menggambar, dll.

Sering kalah banget tapi justru dulu katanya JG biasa aja. Makin gede aja makin nggak bisa move on dari kekalahan. Kenapa sihhhh. Bingung hahahahaha.

Waktu kecil juga katanya JG jarang rebutan sesuatu. Main ya sama-sama aja kenapa harus rebutan. Sungguh toleran ya, aku bangga lol. Cuma kalau sama makanan aja dia pelit katanya sejak kecil. Meh. Tetep sih tampaknya nggak ada hubungan antara pelit makanan sama sama takut menerima kekalahan.

JG sampai ada di level menghindari kompetisi soalnya. Saking takut kalah dan kepikiran. Kecuali main bola katanya, kalah juga biar karena sadar diri nggak jago. 😂

Kalau udah gini, kemungkinannya ada di perbedaan kepribadian. Saya thinking banget sementara JG lebih ke feeling. Jadi saya cenderung realistis sama segala sesuatu. "Oh kalah ya? Ok" gitu.

Sementara orang feeling kan cenderung "masokis" ya. Udah tau bikin sedih, malah diinget terus bukannya dilupain. Malah semacam menikmati kesedihan gitu. Kemudian misah-misuh sendiri hhhh. Sisi orang melankolis yang nggak akan pernah dimengerti oleh orang realistis kaya saya lol.

(Baca: Saya #TeamRealistis! People with no feeling!)

Kecuali kalau dicurangi ya. Saya tipe yang confront ketidakadilan di mana pun jadi ga jangan harap saya diam. Dari urusan kurang kembalian sampai antrean. Tapi most of the time kalau lomba dan memang yang menang oke ya saya langsung move on.

Juga kemungkinan saya anaknya kompetitif dan ambisius. Saya juga tipe yang nikmatin proses kompetisi, adrenalin ada saat kompetisi, bukan cuma nunggu saat pengumuman.

Makanya kalau berhasil bikin sesuatu yang saya anggap bagus, saya bangga sendiri. Orang nggak apresiasi ya terserah. Yang penting menurut saya bagus weeee 😂

Itu juga dipengaruhi sama saya yang cuek sama segala sesuatu termasuk omongan orang. Saya jarang banget tersinggung sama omongan orang atau sampai kepikiran. KECUALI orangnya memang penting dalam hidup saya.

Makanya saya bikin postingan apa juga, selama saya benar dan punya data serta fakta, saya nggak pernah takut disindirin orang. Terserah orang mau ngomong apa, I don't care hahahaha.

Dan kadang kalah bikin kita belajar banyak lho! Oh yang menang ternyata caranya begini begini begini. Dicatat dan diingat untuk diterapkan di masa depan. Malah kadang saya sampai kagum sendiri karena orang kok kepikiran ide kaya gitu! Hahaha.

Kecuali caranya licik ya biasanya saya sumpahin hahahaha. Nggak deng, biasanya jadi pengingat bahwa saya tidak akan pernah melakukan itu.

Karena surprisingly orang-orang licik ini banyak yang sukses. Kalau kata JG, temen-temen yang menghalalkan segala cara kok pada lebih kaya dari kita ya? Yah, gimana, mau nggak jujur? Gimana kalau anak kita nggak jujur sama kita? :)))))

(Baca di sini, posting lama Tentang Kejujuran)

Ya udah itu aja. Kalian termasuk yang mana? Yang cuek pada kekalahan atau yang nangis semalaman? HAHAHA. Komen yaa! :)

-ast-




#SassyThursday ft GesiWindiTalk: Bokek

on
Thursday, April 6, 2017

Siapa yang sering ngerasa bokek? Gue jarang sih lol. Jarang mau mengakui tepatnya hahaha. Karena kaya nelangsa banget kesannya. Nahla tuh yang dikit-dikit aku bokek aku bokek astaga.

Oke topik remeh minggu ini adalah apa yang biasanya dilakukan kalau lagi nggak punya uang. Uang itu ke mana ya mengapa senang sekali kabur dari tabungan? Kenapa senang sekali muter-muter dari gaji, bayar cicilan, bayar tagihan, belanja-belanja dan bikin galau kapan gajian?

Buat gue definisi bokek adalah ketika uang udah tinggal pas banget buat makan hahahaha. Kritis banget. Biasanya seminggu sebelum gajian nih. Jadi ngapain aja biasanya kalau lagi nggak punya uang?

Baca ide lain di sini:

Ngapain yah hahahha banyak lah yang harus dilakukan lol.

1. Keliling online shop dan wishlist atau add to cart

Ya gitulah, seolah belanja padahal nggak dibayar hahahaha. Ini cukup memuaskan hasrat belanja kok. Scroll-scroll online shop tanpa beli-beli aja memang salah satu aktivitas yang membuang waktu membahagiakan.

Coba hitung berapa waktu tiap hari yang dihabiskan untuk scroll online shop? HAHAHAHA. Atau minimal scroll Instagram dan bookmark barang lucu-lucu. NGAKU!

Tapi ati-ati juga sih, ada online shop yang kalau abis add to cart nggak dibayar suka nelepon ngingetin bayar nyahahahaha. Amannya wishlist aja ya. lol

2. Merencanakan mau makan apa duluan pas gajian

Yaitu ngechat JG. "Sayang, abis gajian pokoknya kita makan ini ya!" Besoknya chat lagi dengan resto berbeda "sayang aku mau makan ini dulu deh abis gajian" lol Mengkhayal aja kenyang kok kenyang.

3. Masak sendiri di rumah

YHA. Mau martabak? Beli meses di warung deket rumah. Mau steak? Ngesot dikit ke supermarket beli daging steak yang harganya bisa sepertiga kalau di resto. Mau ramen? RAMEN INSTAN FTW!


4. Tukar voucher Go-Food

YES. Kumpulkan poin-poin Go-Pay mu dan tukarkan dengan voucher Go-Food saat bokek. 750 poin bisa dituker sama voucher 50ribu. Mayan bisa beli Shihlin dua bungkus hanya dengan modal 24ribu saja. Shihlin is life!

5. Makan Burger King pakai voucher

Burger King lagi sering bagi-bagi voucher loh gengs dan itu jadi murah! Vouchernya kadang ada di fanpage mereka (jadi tinggal tunjukkin fotonya) atau voucher fisik juga yang dibagiin setelah makan di BK. Huhu enak!

6. Tetap ke mall ...

... tapi makan katering dulu di mobil hahahahaha. Gue kan katering buat makan malem tapi pesennya harian. Nah biasanya kalau malemnya niat ngemall, nggak pesen katering. Tapi kalau lagi bokek, tetaplah pesen sehingga bisa ngirit nggak perlu makan di mall. Nanti tinggal jajan Chatime doang mampu lah ya. Hahaha.

7. Main ke taman

Iya. Duduk doang. Foto-foto. Biarkan anak lari-larian. Irit dan bahagia.

(Baca: 5 Masalah Taman di Jakarta)

8. Diam

UDALAH DIEM LAH UDAH NGGAK PUNYA UANG BANYAK MAU.

Diem aja di rumah. Nonton YouTube sampai ketiduran. Bikin Indomie. Korek-korek kantong dan tas kali nemu duit gocap buat jajan. Chat sama temen-temen sampai bego. Beres-beres rumah dan buat KonMari bangga. Tagih para peminjam duit lol.

Tidur lah tidur. Tidak akan terasa hari gajian pun tiba. *apeu*

*

Ah kurang meresapi nih nulisnya karena nggak lagi bokek hahahaha Masih awal bulan gini. Kalau kalian, apa yang kalian lakukan kalau lagi bokek?

-ast-




#SassyThursday: Hidup Tanpa Uang

on
Thursday, March 30, 2017
Dih judulnya click bait banget ya, hidup tanpa uang cash maksudnya hahahaha.


Iya gengs jadi setelah gue pikir-pikir, gue termasuk jarang banget pake uang cash. Makanya kemarin panik karena kasus ATM ilang terus harus urus surat kehilangan ke kantor polisi. Yang bikin speechless bapak polisi dan mbak bank adalah, itu ATM ilangnya udah setahun yang lalu. Februari 2016 tepatnya lol.

Baca punya Nahla:
Baru panik setelah setahun karena tiba-tiba internet banking mandiri ganti tampilan dan dia minta OTP (one time password) via sms. Sms-nya ke mana? Ke nomer gue yang diambil orang tentunya.

Kalau mau ganti no hp gimana caranya? Harus via atm nggak bisa via customer service di bank! Wow. Sungguh HARUSNYA bisa lah ganti-ganti data gitu via internet banking. Gimana kek security-nya. Masa harus via atm?

Mbak bank: "yah mbak, itu kantor polisi deket, naik angkot paling 3ribu, gampang kok bikin surat kehilangan itu"

Gue: "tapi saya nggak punya uang cash buat naik angkot"

*mbak bank speechless*

Terus akhirnya gue balik kantor (banknya sebelah kantor doang sih) dan mengais-ngais recehan buat naik angkot. Gue nggak tega pesen ojek karena deket banget, nggak nyampe 500 meter tapi males jalan duh Jakarta panas. *yawn*

Mana waktu itu abis gajian huuu kesel. Apa kabar kehidupan online shopping gue hiks.

Kok bisa sih setahun hidup tanpa tarik uang cash?

Iya gue juga nggak sadar itu atm udah ilang setahun lebih sebulan. Sebabnya karena itu atm gue, gaji di situ semua. Tapi ternyata bisa banget cashless!

Jadi biasanya pas gajian udah langsung isi GoPay buat ongkos dan jajan GoFood. Ini wajib karena jadinya irit banget. Jauh lah kalau dibanding bayar pake cash. Iya sih lagi promo tapi GoJek dan Grab selalu promo ganti-gantian kok, pakenya ya yang lagi promo aja hahahaha. No such thing as loyal customer lah, emak-emak mah maunya irit!

Kalau GoJek aplikasinya error tinggal pake Grab, udah konek ke kartu kredit. Belanja dan beli apa-apa online udah. Untuk apa atm?

Malah kemarin baru aja gue beli Vanish (sabun cuci) online nyahahahahaha. Padahal katanya di Indoma*et depan kantor aja ada. Tapi kalau bisa langsung ada di meja kenapa harus nyebrang jalan? Kan panas! 😂

Jadi gue jaraaanggg banget pegang uang cash. Gue bawa uang cash kalau JG nggak masak bekal makan siang. Jadi harus titip makan siang ke OB kantor kan, mas OB belum terima pembayaran via transfer sih ah lol.

Selain makan siang, kami butuh uang cash kalau belanja ke pasar doang. Tapi ya udah sebelum ke pasar ambil dulu di atm. Atm JG hahahahahaha ya atm suami lah kan gue dinafkahi 😂😂😂

Dan gue hepi banget sama hidup cashless begini. Bisa pake dompet kecil aja karena isinya kartu-kartu doang. Kalau ada apa-apa ke rumah sakit juga tinggal pake kartu asuransi, gesek selesai. Praktis banget kan. Coba kalau pake uang tunai, udah mah uangnya lecek, harus dilurus-lurusin dulu sebelum masuk dompet. Terus uangnya bau, tangan kotor.

TERUS CEPET HABIS HAHAHAHAHAHA.

Iya kenapa sih kalau pegang uang cash jadinya jajan terus. Jadi titip-titip mulu jajan sama OB, pempek lah, cendol lah. Meski kadang kalau lagi nggak punya uang cash juga gue pinjem duit temen kantor nyahahahaha. Tapi minimal nggak seboros kalau pegang cash sendirian.

Dari sisi kelemahan, hidup cashless ini hampir nggak ada kelemahannya. Lebih praktis, lebih tercatat kita habis beli apa di mana, lebih gampang dikontrol. Dari sisi pemerintah juga emang terus-terusan kampanye non tunai kan. Karena uang fisik itu maintenance-nya susah plus lebih mudah dikontrol. Siapa transfer ke mana beli apa itu ketauan langsung.

Udah sih gitu aja. Kamu #TeamCash atau #TeamCashless?

-ast-

PS: Follow Instagram gue donggg @annisast, gue lagi males banget nih nulis blog. Akhirnya nulis di Instagram aja, tulisan pendek 5-6 paragraf. Kadang inspiring sampai yang likes banyak banget, kadang cuma nyebelin aja share jajanan hari ini di hashtag #JajanToday. CUS!