-->

Image Slider

Showing posts with label tentang uang. Show all posts
Showing posts with label tentang uang. Show all posts

Bebe dan Uang

on
Wednesday, May 8, 2019

Nyambung topik kelas sosial di sekolah, saya jadi kepikiran banget gimana sih nanti akan ngajarin Bebe soal uang?

Sekarang Bebe dibebasin banget soalnya. Yes, dia hampir tidak pernah tidak dibelikan sesuatu kecuali sesuatunya sangat sangat mahal dan emang nggak mampu aja.

Patut dicatat kalau ini hanya terjadi setahun terakhir. Entahlah saya juga bingung mau merunut dari mana ya kenapa ini terjadi. Yang jelas setelah saya tidak lagi baby blues dan bisa menghadapi dia 100%

(Cerita baby blues sampai males beliin dia apa-apa bisa dibaca di sini: Ibu yang Belum Sayang Anak

Kedua, karena dia bukan lagi Bebe yang dulu. Yang goleran di lantai karena nggak boleh beli mainan. Yang ngamuk guling-guling di mana pun kalau dilarang melakukan sesuatu.

Mungkin ini karena kami nggak pernah kalah juga, jadi kondisinya sekarang adalah Bebe yang kalem dan bisa ke 3 toko mainan hanya lihat-lihat tanpa minta apapun. Kalau pun minta dan saya bilang nggak, dia udah nggak pernah ngambek lagi apalagi guling-guling.

Dari situ saya yang jadi kasian dan jadinya pengen beliin sesuatu terus. Bahkan dia tidak mau sesuatu pun saya sama JG sodor-sodorin terus karena … kasian.

Misal dia tidak butuh tas baru, tapi ada tas cookie monster lucu banget dan kami pengen beliin aja sih karena selama ini tas dia selalu kado dari orang lain. Itu tas udah disodorin, udah dicoba dan dia happy sekali keliatan kalau dia suka, terus ditanya “mau nggak tasnya?” jawabannya “nggak usahlah”.

T________T

Buku juga sama. Disuruh beli buku yang dia mau, dia cuma pilih satu lalu udah. Atau beli Lego, dia pilih Lego kecil lalu udah. Abis itu saya ngantri Sour Sally dan dia bilang “aku nggak usah beli, aku udah beli Lego nanti uang ibu abis”

NANGIS DI TEMPAT. T_______T

Tapi terus saya agak panik. Apakah dia akan kalem gini terus soal beli-beli? Atau apakah dia nggak mau beli-beli karena merasa cukup? Atau jangan-jangan dia nggak mau beli-beli karena merasa tidak ada peer pressure?

Kepanikan ditambah dengan bener nggak sih pola ini? Bener nggak sih cara saya tidak membatasi dia dengan sesuatu?

Ada poin saya merasa dia bisa zen gini karena dia tau dia selalu dikasih apapun. Semacam “udah ah ini aja toh nanti lagi juga akan dikasih lagi” jadi nggak aji mumpung gitu loh.

Plus kami juga nggak merayakan ulang tahun atau apapun kan jadi nggak pake momen “hadiah ulang tahun” gitu. Sampai sekarang dia nggak pernah dikasih hadiah ulang tahun khusus apalagi dibungkus kado hahahahaha.

(Baca: Merayakan Hari-hari)

Di sisi lain saya juga masih rada dheg tiap ada ibu yang bilang “anak harus belajar berjuang untuk sesuatu” atau “batasin anak buat beli-beli biar dia belajar konsep uang”.

Jadi mempertanyakan apakah yang saya ambil ini benar? Apakah ini another form of manjain anak? Tapi manjainnya soal beli-beli aja kok, di hal lain seperti peraturan, kepemilikan, tanggung jawab, kami sangat strict dan disiplin. *lagi-lagi pembelaan diri lol*

Saya juga kurang sreg sih sama konsep anak kecil disuruh kerja biar tau susahnya cari uang tapi disuruh kerjanya semacam beres-beres rumah atau cuci piring. Karena rumah bersama kan, kita urus bersamalah. Tapi katanya nanti anaknya bingung harus kerja apa?

Menurut saya kalau memang dia belum cukup umur untuk menghasilkan uang sendiri (dari part time atau jualan apapun), saya akan suruh tabung uang jajan aja. Dan di sinilah kepanikan saya tervalidasi karena aha! ternyata yang saya butuhkan adalah pencerahan soal uang jajan anak ahahahahahaha.

Ya udalah, akhirnya mengibarkan bendera putih dan ikutan kelas Teens & Money di QM Financial. Visioner bukan, anakku umur 5 tahun saja belum tapi ikut kelasnya Teens & Money lol.

Tapi mencerahkan karena ternyata menurut Teh Wina yang pertama dilakukan saat mengenalkan anak pada uang adalah BUKAN MENABUNG. Kaget nggak? Hahahaha.

Soalnya akrab banget nih dengan ortu-ortu “ngajarin anak nabung sejak kecil” padahal ternyata nabung adalah step terakhir dari mengenalkan keuangan.

Urutan yang harus dipelajari anak soal keuangan:

1. Menghasilkan uang: adakah anaknya yang masih beranggapan kalau ATM itu menghasilkan uang? Udah tau konsep bank, kerja, dan gimana uang bisa nyampe ke ATM? Udah tahu kenapa uang itu terbatas? Bebe ngerti sih nanti saya jelaskan detailnya di postingan lain/atau di story ya.


2. Berbelanja: iya berbelanja harus diajari lho! Kenapa harus belanja, kebutuhan vs keinginan, konsekuensi tidak punya uang, dan belajar membandingkan harga. Plus kenapa nggak semua hal bisa kita beli.

3. Berbagi: ajarkan anak untuk berbagi apa yang dia punya untuk mengasah empati. Kalau udah punya uang saku, ingatkan untuk berbagi uang sakunya di kotak amal.

4. Terakhir baru menabung! Ajari anak menentukan tujuan menabung dan pentingnya pengendalian diri. Kalau udah cukup umur, bisa diajak buka rekening untuk ia kelola sendiri.

Menarik ya! Sebelumnya materinya agak panjang sih, tentang gimana cara menentukan uang saku, buat apa aja uang sakunya, dll. Cuma karena saya belum ngalamin jadi tar aja sharenya kalau Bebe udah dikasih uang saku.

Setelah kelas saya jadi mikir mungkin Bebe memang udah ngerti konsep belanja jadi emang kalau menurut dia nggak butuh, dia nggak perlu beli. Dia tahu nggak semua orang punya uang plus dia tau kalau pun ngotot pengen beli, nggak bakalan dikasih juga karena tau saya dan JG nggak akan kalah sama tangisan dia.

Abis ini pasti pada nanya, ngajarin ginian bisa dari umur berapa kaakkk?

 Konsep menghasilkan uang udah saya ajarin ke Bebe dari umur 3 tahun saat dia mulai mempertanyakan DENGAN KRITIS kenapa ibu harus kerja. Di bawah umur itu, anak cuma ngamuk doang kan sebagai protes ibu kerja, nggak ada kritis-kritisnya. Lagian kalau ngamuk sih saya abaikan aja ahahahaha.

(Detailnya di sini: Menjelaskan Kerja pada Anak)

Setelah umur 3 tahun, pertanyaan soal kerja udah langsung dijawab pake konsep uang jadi dia udah ngerti sih kalau kerja itu menghasilkan uang. Gimana caranya uang bisa ada di ATM, kenapa bayar bisa pake kartu dan pake uang, dll.

Malah dia nanya bisnis itu apa, gimana kantor appa bisa dapet uang, dsb dsb. Dijawab ajaaa. Prinsip saya, anak itu bisa mengerti segalanya, kalau mereka nggak mengerti tandanya kita yang menjelaskan bukan dengan bahasa mereka. :)

Sekian curhat hari ini. Semoga mencerahkan juga.

-ast-




#AyoNabung2019, Mulai Catat Cash Flow Yuk!

on
Saturday, February 2, 2019


Kalau ngomongin uang, orang emang langsung cepet banget nyambernya. Apalagi kalau digetok dengan kenyataan, uang cuma segini, kalau nggak diatur apa bisa kita bertahan hidup tanpa dikejar-kejar utang?

Kalau utangnya produktif sih masih nggak apa-apa. Lha kalau utangnya buat liburan atau beli gadget yang sebetulnya kebutuhan tersier? Nah loh.

Atau justru cicilan KPR yang sampai menggerus banyak sekali gaji sampai menabung saja rasanya sulit. Anak sekolah gimana, bos? Kalau dana darurat nggak punya sepeser pun, mobil harus ganti ban empat-empatnya, uangnya mana?

Inget lho, beli rumah itu tidak selalu untung. Rumah pertama, kalau ditempati itu termasuk ke dalam aset tetap BUKAN tabungan atau investasi. Kecuali kalau beli rumah kedua dan rumah itu dikontrakkan, atau rumah pertama dikontrakkan sementara kita masih tinggal bersama orangtua, itu baru namanya investasi.

Kenapa begitu? Ya sekarang memperlakukan rumah yang ditinggali sebagai tabungan kuliah anak misalnya. Terus pas anaknya kuliah kalian mau tinggal di mana?

Udah beli rumah kedua? Nah itu sebabnya rumah kedua baru namanya investasi. Kalau nggak setuju juga nggak apa-apa hahahaha. Lha uang juga uang kalian kok. Saya sih FYI aja.

Belum urusan jastip HAHAHA. Alhamdulillah so far saya nggak pernah jastip apalagi ikutan group. Follow akun IG jastip aja nggak. Live shopping gitu belum pernah sama sekali. Dipikir-pikir jangankan jastip, nitip ke temen yang ke luar negeri aja baru sekali hahahahaha. Beli sheet mask karena pas abis banget pas ada temen lagi di Korea lol.

Karena jastip itu racun yang tidak kita butuhkan. Kecuali ya kalau timingnya pas, pas lagi abis sesuatu pas bisa jastip. Kalau timingnya nggak pas ya maaf-maaf cuma boros doang kan yaaa.

LALU BUKU. Buku tuh diromantisasi banget seakan ibu-ibu yang beliin buku buat anaknya itu lebih baik dari ibu-ibu yang beliin anaknya mainan. Buat saya sama aja sih ASAL DIPAKE. Beli mainan ya boros kalau yang dimainin tetep itu lagi itu lagi. Beli buku ya boros kalau dibacanya cuma sesekali.

Realistis aja gengs. Orang-orang yang tampak kaya raya di Instagram itu ada 4 macem:

1. Memang penghasilannya gede karena industri pekerjaannya memang gaji tinggi atau pengusaha
2. Orangtua atau mertuanya kaya
3. Rajin menabung
4. Banyak utang (ini beneran karena banyak yang curhat punya utang ini itu tapi feeds nya wow selayak orkay)

Ya udah intinya yuk catet cash flow dan budgetin semuanya. Cara ngaturnya bisa dibaca di postingan aku sebelumnya:

Klik di sini: Tips Mengatur Keuangan Keluarga

File cash flownya bisa di-download di link di bawah. TAPI BACA DULU SAMPAI SELESAI BIAR NGGAK BINGUNG DAN TANYA-TANYA.

Jadi kalau udah didownload kalian akan lihat 4 sheet (sheet bisa dilihat di tab bawah file excel):

1. Cashflow bulanan: ini budgeting bulanan. Penghasilan dan pengeluaran bulanan masuk sini. Di sebelahnya ada persentase ideal pengeluaran bulanan. Kalian isi aja dulu, nanti persentasenya otomatis ngitungin buat kalian.

2. Cashflow tahunan: ini budgeting tahunan. APAPUN yang dibayar per tahun, bisa dibayar pakai penghasilan tahunan biar nggak ganggu cash flow bulanan. Kalau mau nabung dari cash flow bulanan juga bisa aja sih.

3. Summary: ini summary iseng aja biar kalian bisa liat apakah udah aman cash flow tahunan dan bulanannya?

4. Gaji suami-istri: ini opsional. Saya pakai ini biar nggak pusing gaji siapa dipake buat bayar apa. Jadi tiap abis gajian, udah jelas gaji JG posnya ke mana dan gaji saya posnya ke mana. Ini biar catatannya rapi aja sih. Kalau kalian ngerasa nggak perlu, ini nggak butuh-butuh amat juga.

Kalian bisa isi SEMUA yang warna cell-nya biru ya! Yang abu/selain biru nggak perlu diisi. Angkanya juga masih ngarang, poin-poin dan nominalnya juga ngarang karena kami bahkan nggak pernah ngopi, jastip di BBW, motor juga nggak punya lol. Kalian isi sama punya kalian sendiri ngerti kan ya plis. *PANIK TAKUT PADA NGGAK NGERTI*

*

OKE SEKARANG FILENYA. Klik banner di bawah atau klik link ini. Kalian MUNGKIN akan dapet message "Whoops, there was a problem with the view". Abaikan aja dan langsung klik download. Kalau nggak ada tulisan Whoops itu, klik aja tombol download di kanan atas layar.

Kalau dari HP nggak bisa, kemungkinan karena ini file-nya .zip. Sengaja biar nggak auto download ke Google Sheet. Jadi coba download dari laptop ya.


Sesungguhnya punya saya nggak se-fancy ini hahahaha. Nggak dihias apapun, tapi karena ini JG yang ngerjain jadinya lebih rapi. Dia hari-hari emang kerjaannya ngurusin excel kan.

Terus tadinya mau share Google Sheet tapi ternyata Google Sheet berantakan formulanya kalau ada baris yang ditambah. Excel lebih ntap jadi ya udah nggak jadi Google Sheet deh. Kecuali kalian pelajari formulanya di sini dan pindahin sendiri ke Google Sheet ya!

Yang udah pake bisa share dan tag aku di Instagram ya. Filenya juga silakan di-share sebanyak mungkin. Kalau sopan ya mention aku lol. Kalau mau nggak sopan dan nggak mention aku juga nggak apa-apa sih, cukup tau aja hahahahaha. Ini filenya nggak diproteksi sama sekali jadi bisa diedit sesuka hati.

Yuk nabung yuk, demi masa hidup yang lebih indah!

-ast-




Merasa Kalah dan Semangat Kerja

on
Thursday, January 10, 2019
Kemarin, saya Instagram stories tentang curhat rakyat jelata ahahahaha. Nggak jelata amat sih padahal, lebih tepatnya curhat kelas menengah.

Kita-kita yang yaaa mampu sih, uang untuk ditabung masih ada sih, tapi semua harus terencana banget. Karena ya sadar diri bukan siapa-siapa. Sadar diri nggak lahir dari keluarga yang namanya masuk di top 100 (malah bahkan top 1000 lol) richest Indonesian.

Udah pernah dibahas lengkaapppsss di sini: Tentang Nama Belakang



Btw ini aku sebagian copas dari story sebagian tambahin ya karena rada beda angle. Kemarin di story sih konteksnya tentang nambah anak ya. Di sini mau cerita lebih umum aja.

Beberapa minggu lalu saya dan JG pernah bahas tentang nambah anak karena si Bebe minta adik terus. Pembahasannya tentang menerima kenyataan bahwa kami nggak mau punya anak lagi itu alasan utamanya bener-bener karena ngerasa belum mampu secara keuangan. Lebih tepatnya BELUM MAMPU bukan nggak mau.

Shock sih, mencelos sih, karena yaaa, kok sedih? Kok kebebasan punya anak juga ternyata privilege untuk mereka yang uangnya berlebih?

ANAK DATANG DENGAN REZEKINYA SENDIRI!

*Buset sampai diceramahin loh aku kemarin ahahaha tapi cuma sama 3 orang kok. Nggak ngaruh sama sekali sama pendirian aku. Kecuali dia mau kasih uang 5 miliar. TETEP*

Iya ngerti banget kok soal rezeki ini. Tapi rezeki kan harus dijemput oleh orangtuanya. Jadi KAMI tetap realistis. Realistisnya dari sisi:

1. Mengukur skill, tingkat pendidikan, mentok gaji di Jakarta udah ketaker lah kami kira-kira akan dapet berapa.

2. Mengukur tingkat kerja keras, kami bukan tipe yang kerja keras tak tau waktu gitu karena lebih milih quality time sama keluarga. Kerja di tempat yang gajinya lebih tinggi SUDAH PASTI minta waktu lebih banyak.

3. Mengukur karier sekarang, yaaa punya anak lagi bisa sih. Bayar daycare dua anak bisa sih dimampu-mampuin. Tapi kalau uangnya semua abis buat bayar daycare dua anak, NABUNG BUAT SD/SMP/SMA/kuliahnya gimana?

4. Mengukur kapasitas diri, kami bukan tipe pengusaha. Nggak semua orang MAU dan MAMPU loh bikin usaha. Jadi ya untuk sementara maunya jadi karyawan aja. Gajian, asuransi nyaman, THR jalan.

Pas cerita sama geng (di mana mereka tau segaji-gaji aku dan JG berapa sebulan dan sisa berapa sebulan), kata Nahla @haloterong bukan nggak mampu sih untuk punya anak lagi tapi standar ketinggian HAHAHAHA.

MEMANG. MEMANG KENAPA? LOLOL

Dengan standar itu, kami harus bilang kalau memang tidak mampu secara materiil untuk punya anak kedua.

Turunin standar? Ke daycare yang lebih murah atau pake mbak aja di rumah? Masuk ke SD biasa aja?

NGGAK MAU. :(((((

Untuk apa anaknya lebih dari satu tapi nggak sesuai dengan apa yang kami harapkan dari generasi keluarga kami selanjutnya.

JANGAN NGITUNG REZEKI!

Astaga nggak ada yang ngitung rezeki karena ngitungnya juga kumaha. Lha pindah kerja aja nggak dipikirin tau-tau pindah kan. Daripada ngitung rezeki mending ngitung kerja keras. Kalau ngitung rezeki coba aja itung rezeki anak jalanan. Dia rezekinya buat hidup doang? Dunia nggak adil. :((

Kenapa harus ngitung kerja keras, karena kita sebetulnya kalah dari awal! *teriak-teriak mulu geulis*

Iya kalah dari orang-orang yang pas lahir jengjreng udah punya nama belakang terus tau-tau seumur hidup enak aja gitu. Nggak pernah tau rasanya harus milih beli iPhone dulu apa Macbook dulu karena ya tinggal BELI DUA-DUANYA LAH SO WHAT.

Lha kita mau liburan aja mikir dulu. Liburan dulu apa beli mesin cuci baru dulu ya? YA KALAH CUY. Beda level gitu.

(Baca: Orang Kaya Juga Ngerasa Dunia Nggak Adil Lho!)

Nah terus jadinya kita merasa kalah.

Iya deh nggak usah bandinginnya sama yang punya nama belakang ya. Kejauhan. Liat ke atas itu rada tau diri dong. Kalau mau bandingin yang bikin semangat ngirit dan semangat nabung ya, bandinginnya sama orang yang background keluarga sama, level pendidikan sama, dan level pekerjaan sama kaya kita. Kok dia uangnya lebih banyak?

Berarti dia hidup lebih sederhana dan lebih bisa nabung. Nah harus bikin semangat orang-orang kaya gini nih. Liat ke atas itu perlu banget asal tau batasannya.

Nah tapi kadang bandinginnya juga sama mereka yang hidup lebih enak karena masih dikasih banyak sama orangtua atau mertua. Masih dikasih uang bulanan, masih dibayarin liburan, masih dikasih segala-galanya.

Ngerasa kalah nggak?

 Saya nggak hahahahaha. Kalau saya sih lebih karena nggak mau diatur hidupnya ya. Jadi daripada ada uang tapi keputusan hidup diatur, lebih baik usaha sendiri tapi tidak diatur. Soalnya temen-temen saya yang uang jor-joran dari ortu dan mertua curhatnya ya cuma dua.

Abis dapet duit atau abis diatur hidupnya kemudian kesel dan misah-misuh LOLOL. Everything comes with a price, no?

(Baca: Menikah Beda Kasta dan Urusan Mertua)

Tapi kemarin ada yang DM katanya kesel banget karena dia udah kerja keras segimananya pun, di kantor tetep keliatan kalah sama orang yang diprovide orangtua dan mertua. YAIYALAH UDAH PASTI.

Menurut aku sih justru jadikan semangat. Mikirnya: oke ortu dan mertua nggak bisa berarti kita harus jadi ortu dan mertua yang kaya bagi anak kita! TAPI INGAT JANGAN BANYAK ATUR PLIS HAHAHAHA.

Kenapa begitu, karena orang yang kaya, dia pasti punya salah satu keluarga di atasnya yang kerja keras sehingga turunannya bisa langsung hidup lebih nyaman sejak lahir.

Bisa ortunya yang kerja keras banget, bisa kakek/neneknya, bisa kakek/nenek buyutnya, bisa kakek/neneknya di zaman Belanda, serius lho ini. PASTI ADA. Kemudian turunannya makin maju makin maju.

Jadi nggak perlu ngerasa kalah KARENA MEMANG SUDAH KALAH HAHAHA. Justru jadiin semangat buat kerja, biar kita yang bisa mengubah generasi keluarga kita selanjutnya.

Apa iya bisa semangat kerja terus? YA NGGAK.

Nggak bisa lah. Ada kalanya mood parah banget tapi ada kalanya semangaaattt banget. Namanya juga manusia ya. Intinya jangan kehilangan semangat dulu. Jangan ngerasa kalah terus malah jadi kendor dan ogah-ogahan cari uangnya huhu. Siapalah kita ini, kalau mau bertahan hidup ya harus kerja.

Dan aku kemarin baca di mana gitu ya lupa. Di zaman sekarang, emang agak nggak mungkin cuma punya satu penghasilan doang. Kalau memang mau drastis mengubah keadaan, ya kerja banyak sih. Risikonya waktu banyak terbuang. Gimana lagi ya. Pilihan hidup.

Jadi yuk semangat kerjanya yuk! Ubah generasi kita selanjutnya!

-ast-




#AyoIrit2018

on
Monday, January 22, 2018

Hashtag sebelumnya #MenujuIrit2018 tapi kok bingung sendiri. Kalau “menuju” berarti baru niat doang ya. Kalau gitu kapan iritnya? Hahaha. BTW saya ngomong-ngomong soal irit ini tuh sebagai pemicu dan pengingat diri loh ya. Syukur-syukur ada yang mau ikutan ngirit juga lol. GIMANA CARANYA, KAAKKK?

Pertama harus jelas dulu pos masing-masing pengeluaran. Ini mah udah pasti dilakukan kan ya. Kalau belum bisa baca di sini: Mengatur Keuangan Keluarga. Kedua, harus tau persis dan cari banyak bocor di mana. Duh bener-bener deh ini bikin nyess banget hahaha. Karena kadang bocornya ini nggak berasa sama sekali, nggak berasa tapi nyesel. Hahaha.

Kalau kami sih kalian udah pada tau kan ya bocornya di mana. Di mall lah di mana lagi. Jadi bisa nggak, nggak ke mall sama sekali? NGGAK HAHAHAHA.

Ada yang bocornya di kopi ya kan? Ngopi terus nggak diitung abis berapa. Pas iseng dijumlahin cost ngopi buat sebulan malah shock sendiri kok ya gede banget?

Ada yang bocornya di online shop. Berasa cuma beli barang murah kok, diskon pula. Tapi seminggu sekali dateng paket ke kantor. Ya tetep abis banyak, sis.

Kenapa sih mau irit katanya udah bener diatur keuangannya? Iya banget! Udah diatur banget kok uang ini ke mana uang itu ke mana, yang jadi masalah adalah kami ingin menabung lebih banyak dengan penghasilan yang tetap.

Karena opsi nambah penghasilan belum ada, sementara kami udah gregetan pengen nabung lebih banyak, jadi satu-satunya cara ya mengurangi pengeluaran. Dan ya pengeluaran paling gampang adalah budget “entertainment”. Sama financial planner dikasih loh budget ini, malah nggak dikurangin sama sekali dari pas awal bikin plan. Mungkin mereka takut kami stres hahahaha.

Jadi pas gajian transfer semua budget ini ke tabungan. Disisain uang buat bensin dan belanja mingguan doang serta jaga-jaga kali ada yang ngajak ke mall lagi hahahaha. Plus jaga-jaga takutnya ada temen lahiran lah, ada yang nikahan lah. Selalu ada uang-uang nggak terduga kaya gitu kan.

Uang jaga-jaga ini kecil banget deh pokoknya. Sebisa mungkin jangan dipake huhu. Nggak apa-apalah nggak usah beli baju, skin care (untungnya) masih banyak stock, makeup emang jarang beli. Mari kita iriittt!

Terakhir, jangan bawa uang cash ke kantor atau bawa secukupnya. Karena punya cash itu nyebelin sih, jadi jajan-jajan tidak penting seperti mendadak ingin memanggil OB dan titip pempek kantin Kompas atau mendadak jadi pengen es podeng dan somay. Tidak punya uang cash membuat kalian tidak bisa jajan perintilan yang kalau dikumpulin seminggu bisa 100ribu banget. Sebulan bisa 400ribu dong. Segitu cuma buat pempek dan somay sih sebel ya. T_____T

Dengan cara ini kami bisa nabung 2 kali lipat lebih banyak, terharu banget. Hiburannya di rumah ngapain? Saya gambar, Bebe nggak terlalu peduli cuma beberapa kali ngajak “beli ciskek yuk, ibu?” tapi nggak maksa pengen beli banget, JG ya gitulah dia mah sibuk sendiri juga gampang anaknya. Kalau mau nonton, sewa film lama aja di iTunes, 29ribu udah bisa nonton bertiga. Murah meriah daripada ke bioskop. Biarlah ketinggalan film baru juga. Toh emang udah ketinggalan dari sejak punya anak lol.

Meskipun ya saya masih terbayang-bayang Shaburi sampai detik ini hahahahaha.

Tapi ya, bagi kami bertiga, ngurangin ke mall aja udah prestasi banget. Kerja seharian, mau pulang eh kok macet banget, ya udalah mampir dulu ke mall. Enam bulan terakhir kaya gitu terus. Enam bulan hidup enak foya-foya terus sekarang tiba-tiba harus nurunin standar makanan dan gaya hidup itu susaaahhh banget rasanya. Tapi bisa kok! Tergantung niatnya, karena buktinya kami sebulan ini baik-baik aja.

Terus harus kongkalikong banget sama suami dan saling mengingatkan. JG sampai bilang "berantem, berantem ya kita kalau salah satu ada yang ngotot pengen makan mahal!" Dan siapakah yang ngajak makan di luar duluan? TENTU SAJA DIRI INI YANG SULIT MENAHAN DIRI. Dan apakah JG tergoda? TENTU TIDAK. Dia mah sama makanan mah nggak gampang tergoda, sama MAINAN noh huh.

Minggu-minggu awal saya sama JG ngikik-ngikik sendiri aja karena mati gaya. Ngapain ya kita? Tapi lama-lama nggak berasa juga ya. Weekend kemarin lari di CFD, grocery shopping, beberes rumah, makan, main sama Bebe, tau-tau udah jam 4. Tau-tau udah jam 7, eh tau-tau udah Senin lagi. Semoga kaya gini terus ya.

Semoga kita semua bisa lebih rajin menabung ya biar tercapai semua cita-cita!

Semangaaattt!

-ast-




Serba-serbi Dana Pendidikan Anak #INSTAGRAMRECAP

on
Saturday, January 6, 2018
Btw sekarang aku nulis juga di Instagram. Hal-hal yang lebih enak untuk tek-tokan langsung karena kalian bisa langsung tanya aku. Rencananya akan seminggu sekali di hari Senin atau kalau panjang banget ya Senin dan Selasa. Ini rekap minggu pertama. Setelahnya aku akan recap di sini (alias copas doang) biar gampang kalau mau di-search ulang. Di IG emang interaktif, tapi nyarinya susah. Kalau di blog lebih gampang archivingnya. 



Minggu pertama ini topiknya dana pendidikan. Aku pernah tulis sebenernya sih. Bisa dibaca di sini: Tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

1. Kenapa Menyiapkan Dana Pendidikan? ✨

Bukan sekali dua kali aku denger temen yang anaknya udah lebih dari satu terus shock pas denger biaya masuk TK dan SD. Padahal harusnya dana pendidikan itu yang dipikirin pertama loh waktu memutuskan mau punya anak. 👌🏻

Karena ortu zaman sekarang mah harusnya udah lebih melek finansial ya dibanding ortu zaman dulu yang punya anak 15 aja yang penting bisa makan yaaa 👍🏻

Nah biar tenang pilih sekolah, sebenernya yang harus disiapin itu uangnya dulu. Kalau uangnya udah ada, maka kita akan lebih leluasa pilih sekolah. Dengan sendirinya sekolah-sekolah itu akan tersortir menurut budget yang kita punya. 💆🏻‍♀️

Aku sama suami sudah punya plan SD dan kuliah @azxylo sejak hamil, mulai nabung rutin sejak dia lahir. Jadi punya 6 tahun menabung untuk masuk SD. Untuk SMP dan SMA rencananya baru akan mulai nabung nanti setelah dia masuk SD, jadi sama punya 6 tahun juga untuk nabung kan. Kenapa harus diprioritasin nabung? Biar nggak nyesel. 👻

Kan sedih kalau sebenernya bisa nabung untuk masuk sekolah inceran tapi nggak kesampaian karena kurang waktu menabung. Iya waktu menabung menentukan banget loh! Apalagi untuk SD yang cenderung lebih mahal dari SMP dan SMA. 💸💸💸

Misal nih ya, butuh 10juta buat masuk SD tahun 2020 (btw kalau SD swasta di Jakarta sih mustahil budget segini). Kalau baru nabung setahun sebelum masuk SD kita harus nabung Rp 830ribu sebulan. Tapi kalau nabungnya 5 tahun, cuma butuh nabung Rp 160ribuan per bulan! Lebih ringan kan jadinya. Jadi nabung lah dana pendidikan dari sekarang! Nggak ada terlambat! 💪🏻💪🏻💪🏻

Nah mumpung taun baru dan lagi pada semangat sama resolusi, baca juga part 2 cara menghitung dana pendidikan dan di part 3 gimana cara terbaik untuk nabung untuk pendidikan anak.

Ayo tag suami dan handai taulan, mari kita menuju 2018 memulai atau melunasi dana pendidikan anak! 🎉🎉🎉

#danapendidikan #danapendidikananak #tipsdapen_ast #tipsparenting_ast #clozetteid

2. Gimana cara menghitung dana pendidikan? 💸

FYI, biaya sekolah anak itu tiap tahunnya naik sekitar 10-20%. Cara ngitungnya sebenernya gampang banget.

Pertama, tentukan mau sekolah di mana. Iya emang nggak kebayang banget sih lah ini anaknya belum lahir kok ya udah cari SD? Tapi browsing aja, banyak kok yang suka share soal biaya masuk SD. 👌🏻

Seru loh cari sekolah itu! Seru-seru stres dikit lah 😂😂😂 Tapi kan kita nggak perlu pasti banget akan masuk ke situ yang penting tau kisaran biaya aja.

Kedua, itung harga “nanti” di tahun anak kita akan masuk sekolah. Misal, sekarang anak umur 1 tahun, mau SD 5 tahun lagi, biaya sekarang Rp 10juta. Biaya 5 tahun lagi dengan kenaikan rata-rata 10% per tahun jadi sekitar Rp 16juta. Rp 16juta dibagi nabung 5 tahun, per bulannya Rp 266ribu! Bayangin kalau nabung mendadak setahun sebelum masuk SD, harus nabung lebih dari 1juta loh sebulan!

Sebagai bayangan, dulu kami pakai uang pangkal SD Mutiara Bunda Bandung tahun 2014 ditambah inflasi sekitar 10-20% ke tahun 2020, muncul deh angka yang sebagai target. *siap-siap stres* 😂

‼️ Pastikan goals kita adalah biaya di tahun anak kita mulai sekolah ya! Jangan pake biaya tahun ini karena nggak akan kekejar. Sebisa mungkin itung angka tertinggi aja. Jadi akan jauh lebih baik kalau ngitung kenaikan per tahunnya 20%. ‼️

Ketiga, KONSISTEN nabung tiap bulan. Kalau ternyata “bolos” nabung bulan ini, bulan depan harus nabung dobel. Kalau nggak gitu ya percuma juga dong, nanti targetnya nggak akan tercapai. Kalau masih punya uang sih lebihin aja. Lebihin sebanyak-banyaknya! Biar tenang!

Nabungnya cuma buat uang pangkal ya? Kalau kira-kira uang SPP akan mengganggu cashflow bulanan, sebaiknya sih nabung buat SPP-nya sekalian. Aku hanya nabung uang pangkal karena sekarang pun aku udah ada budget bulanan untuk bayar daycare kan. Jadi udah yakin nggak akan ganggu cashflow, malah nyisa sih harusnya.

Nabungnya di mana? Emas boleh nggak? Reksadana ya? Asuransi pendidikan boleh nggak? BOLEH SEMUA! Nanti aku jelasin di foto berikutnya ya! ♥️
*ini nulis sampai caption ga cukup gini*

#danapendidikan #danapendidikananak #tipsdapen_ast #tipsparenting_ast #clozetteid

3. Nabung apa yang terbaik? (3/3 end) 💪🏻

BEBAS ASAL PISAHKAN DARI TABUNGAN LAIN DAN NGGAK BOLEH DIGANGGU GUGAT🔥

Jangan juga nabung tanpa tau target nanti kaget! “Oh ya tenanglah buat SD kan ada asuransi sama punya emas di sana dan di sini” Pertanyaannya: BERAPA? Sekarang punya berapa nanti jadi berapa? 👌🏻

Kalau punyanya sebukit emas sampai yakin punya ratusan juta sih cincailah buat uang pangkal SD plus SPP-nya 6 tahun. Ya kecuali sekolahnya mau international school, segitu paling buat setahun ya kan HAHAHAHA #bhaytemantemanmisqinqu 👋🏻

Tapi kalau kaya aku dan JG yang suka pusing antara nabung atau makan sushi sih ya kuncinya emang disiplin aja. Tiap gajian harus langsung sisihkan ke rekening khusus buat dana pendidikan.

Aku pakai reksadana (RD), karena dia ngikut inflasi. Plis jangan tanya RD-nya apa ya karena aku juga dulu dipilihin sama financial planner aku jadi maaf banget aku nggak berani rekomen ke orang (aku dulu pake QM Financial, browsing sendiri ya!).

Kalau pake planner sih hampir pasti disaranin pake RD, tapi menurut aku pribadi sih bukan berarti wajib di RD. IDEALnya sih memang pake RD. Tapi daripada belajar RD terus malah bingung maju mundur nggak mulai-mulai nabung, aku sih saranin pake apa aja yang penting SEPAKAT sama suami, NYAMAN nabungnya, dan TAHU persis target tabungannya berapa. 👊🏻

Buat yang pake asuransi pendidikan, kalian harus tahu akan dapet berapa di tahun berapa ya! Pastiin juga uang segitu cukup nggak untuk uang pangkal sekolah? Kalau nggak cukup tandanya harus nabung yang lain juga.

Karena ya sebenernya pendidikan kan sesuatu yang pasti, tidak butuh asuransi. Asuransi itu untuk sesuatu yang nggak tau kapan terjadi seperti asuransi kesehatan atau kematian/jiwa.

Begitu. Jadi terjawab semua ya. Yang penting itu bukan APA investasinya tapi BUTUH BERAPA, KAPAN mau mulai dan KAPAN mau selesai. SEMANGAT YA SEMUANYA! Doakan aku bisa sering nulis tips kaya gini ya!

Yang mau nanya silakaaannnn. Tag temennya yang butuh info ini juga ya biar belajar (dan stres) sama-sama! HAHAHA

#danapendidikan #danapendidikananak #tipsdapen_ast #tipsparenting_ast #clozetteid

*

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM AKU @ANNISAST YA! LUV!

-ast-




Uang, Kontrol Diri, dan Instagram

on
Monday, October 30, 2017

Saya tuh kalau udah nulis satu topik pasti jadi gatel pengen nulis ituuu terus nyambung karena jadi kepikiran mau nulis dari angle lain. Kadang bisa juga karena baca komen terus langsung aha! moment gitu karena bisa jadi ide tulisan baru.

Nah kali ini, trigger tulisannya dari komen Maya Rumi di postingan Mengatur Keuangan Keluarga:

"mbak nisa gimana caranya menahan diri untuk tak tergoda dengan liburan? mbak nisa sering banget nih blg di blog,, sharing juga dong mbak tips n trik-nyaa"

Sebenernya jawabannya sederhana banget: uang.

Saya pernah baca quotenya siapa gitu bahwa kontrol paling besar itu ada di uang. Bisa didefinisikan sebagai uang bisa dapetin segalanya termasuk kekuasaan, tapi bisa juga diartikan bahwa kontrol paling gampang itu sebenernya uang.

Kami punya prioritas yang kami anggap lebih penting daripada liburan. Kami memang nggak mengalokasikan uang buat liburan sama sekali. Kan banyak tuh yang alokasi liburannya dari bonus kantor, kami dapet bonus paling belanja dikit terus 80% pasti masuk dana pendidikan Bebe.

Bukan nggak tergoda sama sekali loh ya, mau bangeeett. Tapi realistis aja, punya uang nggak banyak, jadi mesti bulatkan tekad, uang segini mau buat apa?

Saya nggak mau pulang liburan terus malah nyesel, pulang liburan terus sedih lihat uang yang kepake, apalagi pulang liburan terus malah jadi punya utang. Makanya saya sih so far belum tertarik sama cicilan 0% buat liburan. Nggak masuk buat saya, liburannya seminggu bayar utangnya setahun? Kalau masuk buat kalian sih nggak apa-apa hahahaha.

Dan urusan uang zaman sekarang ini dipengaruhi Instagram banget loh! 💸

Emang kampret ya Instagram ini. Dulu liat orang liburan di Facebook biasa aja kayanya, nggak jadi iri atau apa. Coba sekarang, seberapa banyak dari kalian yang jadi mau beli lipstik Make Over gara-gara postingan saya kemarin?

ITU BARU LIPSTIK.

Belum liat foto orang-orang liburan dan pake quote bahwa jadilah traveler jangan jadi turis, keliling dunia biar lebih menikmati hidup lalala, hidup sederhana yang penting bisa backpacking keliling dunia, bucket list pengen ke sekian negara blablabla.

Pokoknya orang yang nggak pernah liburan dan nggak keliling dunia itu pengalamannya kurang. Instagram jadi salah satu motivasi orang untuk liburan biar nggak stres dan terjebak rutinitas.

YAK SEKALI LAGI: GUE REALISTIS AJA SIH. *GETOK*

Saya sama JG kerja, nggak bisa cuti lama-lama. Kalau punya uang ya masih punya prioritas yang lain. Kalau ada waktu luang, udah capek banget ngurus rumah jadi ya tidur seharian aja atau makan di luar udah bikin happy banget. Remeh. Plus kami berdua nggak stres di kerjaan dan tidak merasa terjebak rutinitas jadi ya kalem aja.

Tapi kan ada ya yang emang seneng banget jalan gitu. Seneng banget traveling jadi rela melakukan apa aja demi bisa keluar dari rutinitas. Ya nggak apa-apa, tandanya kalian udah tau prioritas kalian buat apa.

Intinya liburan aja KALAU DUITNYA ADA DAN TIDAK MENGGANGGU POS LAIN APALAGI KALAU PUNYA ANAK. Itu doang.

*Atau jadi wartawan travel atau tekno lah, jalan-jalan terus pasti hahaha*

Kalau kita pikirkan baik-baik, masalah uang ini arahnya ke masalah self control dan self acceptance.

Kalau kata Wikipedia, self control itu cara untuk mengatur emosi, pikiran, dan perbuatan. Ya udah kalau gitu aturlah gimana caranya biar uang yang ngontrol emosi, pikiran, dan perbuatan kita. Terdengar salah ya kok kita dikontrol uang. Tapi bener kok.

Oh kalau nggak punya uang maka jangan gampang panas liat orang beli tas branded, oh karena gaji emang nggak cukup buat keliling Eropa ya unfollow orang yang liburan terus.

Karena Instagram ini bikin nggak terkendali banget. Bikin orang gampang ngerasa inferior, bikin orang ngerasa hidupnya kurang UANG terus hanya karena membandingkan dengan hidup orang lain.

Urusan rumah aja. Wihhh banyak banget yang rumahnya bagus-bagus, jadi pengen ke Ikea, bela-belain jauh-jauh ke Ikea demi foto di lorongnya dan bisa foto-foto rumah untuk seterusnya.

Belum urusan baju, ih pengen baju itu soalnya dipake si A bagus banget. Urusan masak aja sekarang harus pake properti, MPASI harus dihias, dan liburan laahhh biar feed nggak dalem ruangan terus dan ada biru-birunya langit. Pokoknya itinerary harus ke tempat yang Insta-worthy!


Kontrol diri kalian. Kalau udah ngerasa gitu terus, unfollow orang-orang yang bikin kalian iri atau delete aja Instagramnya sekalian. Toxic.

Kalian tau lah, saya juga dulu pernah gitu kok tapi terus capek. Dan kalau saya “diperparah” sama blog kan. Jadi seolah karena blog banyak yang baca, saya ngerasa Instagram juga harus banyak yang follow dong! Kok bisa blog dibaca puluhan ribu orang tiap bulan tapi followers Instagram 2ribu terus!

Tips sana-sini juga bilang tentang niche blog lah, niche Instagram lah, seolah dari Instagram saya bisa kaya. Iya bisa kalau lo Karin Novilda, nggak semua orang bisa kan padahal. Naif banget sih kalau mikir semua orang bisa. Karena banyak yang foto Instagramnya bagus banget tapi followers cuma dikit. Jadi ada faktor luck banget.

Belum lagi di komunitas atau group blogger itu pasti pernah bahas tips optimasi Instagram. Saya seolah jadi merasa "wah iya kalau jadi blogger harus optimasi Instagram juga dong". PADAHAL MAH KAN KATA SIAPA HARUS YA NGGAAAKKK?

Citra diri saya bergabung antara cerita di blog dan foto Instagram. Sampai pada bilang weh annisast yang di blog judes itu ya (well maaf deh kalau yang ini emang di dunia nyata juga hahaha), annisast pasti kaya ya di stories kerjanya ngemall terus, annisast makan siang aja di Plaza Senayan, annisast posting make up terus pasti koleksi make upnya banyak banget deh, annisast bayar daycare mahal gitu pasti gajinya gede lalala.

Ini saya tau dari komen-komen dan temen-temen yang ngomong langsung. Padahal nggak ngerasa uang saya banyak sih kok bisa orang nganggep gitu? Setelah saya pikir-pikir oh itu karena saya cenderung posting KELEBIHAN dan tidak posting KEKURANGAN.

(Baca lengkap obsesi saya pada Instagram di sini: Dear Ibu-Ibu Instagram)

Kalau makan sushi di PS baru deh masuk Instagram, kalau makan di Pujasera belakang kantor ya nggak. Kalau kebetulan pake baju branded aja, difoto deh terus ditag brand-nya di Instagram, kalau nggak branded ya nggak foto.

Sampai beli lensa baru yang bokeh demi feed. Properti dan lighting juga lengkap segala rupa. Stok foto make up tiap weekend biar seminggu ke depan aman.

Who am I trying to impress?

NOBODY. Pengen keliatan keren aja di Instagram dan ngapain sih sebenernya ya? Seru sih stok dan susun foto, saya masih merasa itu seru TAPI CAPEK IH. Dulu saya nggak ikut CFD sama JG dan Bebe biar saya bisa foto-foto di rumah, tapi wahhh sekarang mending keluar ya nemenin Bebe main sepeda.

Prioritas uang bisa dirapikan, tapi prioritas waktu sih bullshit. Pernah saya tulis di sini: Karena Saya Tidak Percaya Prioritas.

Bodo amat Instagram nggak punya stok foto cantik. Bodo amat followers nggak nambah-nambah. Saya udah di titik itu hahahaha. Dulu sih terlalu semangat. Anaknya gitu, kalau lagi semangat semangat banget, begitu bosen ya udah bye.

Jadi ya sekarang saya kalem aja, kalau ada temen yang berpotensi bikin iri tapi nggak mau unfollow, jangan di-like biar nggak nongol lagi di timeline. Jadinya saya jarang scroll timeline, upload kalau lagi pengen aja, nggak lagi ngotot tiap hari. Foto-foto pake kamera sih tetep, cuma ya nggak sering diupload.

Ya sebagai blogger sih ngaruh ke personal branding ya. Karena jarang foto cantik ya jarang ditawarin produk make up. Kemarin masih ditawarin tapi sayanya udah males ngeluangin waktu. Ya udalah toh penghasilan utama kan masih gaji.

Karena ini udah menyangkut self acceptance.

Penerimaan diri ini bukan hanya soal fisik, tapi juga pencapaian hidup, dan kondisi keuangan! Instagram bikin self acceptance acak-acakan bagi pribadi yang kurang kuat keimanannya. Saya ternyata di antaranya. Buktinya gampang banget tergoda beli sesuatu cuma karena liat orang pake di Instagram. KESEL. -_______-

Instagram udah layak ditinggalkan banget kalau kita jadi malah sibuk mempertanyakan, kok dia di foto cantik sih pasti karena lighting bagus dan kamera mahal, kok dia udah bisa beli ini itu padahal mulai kerja di tahun yang sama, kok dia uangnya banyak sih tasnya mahal-mahal terus. Kok orang punya uang ya?

Padahal sebagian mungkin karena mereka adalah orang-orang kaya saya, yang posting lebih-lebihnya terus. Dulu saya pernah nulis sih, ini waktu belum terobsesi Instagram: Karena Hidup Tak Seindah Foto Instagram.

Sekarang saya berusaha realistis aja. Kalau nggak punya uang ya bilang nggak punya uang, kalau pusing nulis caption yang nggak usah jadi browsing quote orang hahaha, kalau nggak punya foto ya nggak usah upload. Di blog juga sama. Kalau nggak pengen nulis ya nggak usah. Kalau mau sedih ya nulis sedih, jangan kaya dulu kayanya sempurna banget sampai jarang sedih apalagi ngeluh nggak punya uang di blog hahahaha.

Kembali ke masalah tergoda liburan: waktu cuma punya segini, uang cuma punya segini, fokus pada tujuan yang REAL. Jangan kebanyakan liat orang liburan di Instagram!

Itu aja sih. Gimana menurut kalian?

-ast-




Prioritas Kita-kita Ini

on
Friday, October 27, 2017

Akhir-akhir ini saya lagi mikirin banget tentang kelas ekonomi yang berpengaruh sangat banyak sama pilihan hidup. Kalau orang udah kaya turunan ke sekian, pilihan hidup itu banyak banget dan tinggal pilih aja.

Oh sekolah paling bagus di Jakarta itu sekolah A, ya udah daftar! Eh jelek deng ayo cari sekolah ke luar negeri! Oh rumah sakit paling enak untuk melahirkan itu rumah sakit B, oke deh lahiran di situ! Oh tempat main C lagi seru ya, tar ultah di sana deh ya!

Nggak perlu pake survey dulu berapa sih biayanya? Nggak perlu sibuk compare yang mana yang paling murah tapi kualitasnya paling bagus. Yang penting bagus!

Yang nanggung ya kelas menengah, kelas tengah-tengaaahh banget. Kita-kita ini sih sebenernya (yakin nggak ada pembaca keturunan dinasti sih hahahaha).

Saya nggak bisa liburan dan beli iPhone setahun sekali. Tapi ya bisa lah 2-3 tahun sekali. Masih bisa ngemall tiap minggu, masih bisa beli mainan, masih bisa nabung, masih bisa investasi. Tapi ya nggak bisa kalau harus sewa Houbii buat ultah anak. 

Jadi ya nggak kurang sih, nggak lebih juga, cukup aja karena semua ada pos budgetnya.

(Baca: Mengatur Keuangan Keluarga)

Kalau sampai sini kalian mulai mikir “ya udah bersyukur aja” sebenernya saya justru pengen bahas tentang masalah prioritas bagi orang-orang di kelas menengah.

Jadi bukan nggak bersyukur, tapi ya kepikiran aja orang-orang kaya kita yang berdiri di tengah banget. Uangnya ada, tapi selalu dihantui pertanyaan: buat apa dulu nih uangnya?

Iyes, salah satu pertanda kelas menengah adalah sering nyeletuk “ah uang segitu daripada ini mending juga ini” ...

“Ah daripada beli iPhone X ya mending beli motor lah” *ya kalau lo punya satu perusahaan spare part motor di Cikarang mah 20juta juga receh kali ah*

“Itu mobil sport gitu bensinnya seboros apa ya?” *orang udah mampu beli mobil sport harusnya sih udah nggak mikirin bensin ya*

“Duh jilbab masa 300ribu, mending makan Shaburi lah” *INI GUE DOANG KAYANYA LOL* *MAKAN IS LYFEEE*

Prioritas itu cuma berlaku buat kita-kita ini ya. *hela nafas*

Maaf banget, kalau orang dari kelas ekonomi bawah kan yang saya tau sih sebenernya nggak muluk-muluk. Asal bisa makan, asal bisa sekolah kan gitu udah ngerasa cukup kan biasanya? Kita kelas menengah ini punya pilihan, tapi harus bikin prioritas.

PRIORITAS.

Trigger tulisan ini sebenernya karena sodaranya JG di Bandung. Dia renovasi rumah sampai jadi mewah lah. Dia cerita beli gorden aja sampai sekian juta (saya nggak tau harga gorden sih tapi gorden itu kain kan dan kalau sampai angka juta-juta itu wow lah imo). Intinya rumahnya jadi bagus banget, abis sekian ratus juta katanya.

Saya kepikiran banget karena apa? Karena anaknya dua dan keduanya dulu sekolah di PAUD deket rumah. TK juga TK biasa. SD nya SD negeri biasa. Nggak kepikiran cari sekolah karena menurut dia ya semua sekolah sama aja.

Sementara kami, rumah di Bandung nggak bagus sama sekali. Nggak kepikiran renovasi lah pengen cepet lunas dulu aja, tar Bebe kelas 2 SD baru lunas itu rumah. Di Jakarta dan sekitarnya kami nggak sanggup beli rumah lagi karena nggak ada uang buat uang mukanya hahahaha jadi ngontrak aja biar. Mobil tua (udah 17 tahun loh umurnya) yang penting AC dingin dan sanggup dibawa ke Bandung. 

(Baca: Tentang Karimun)

Kalau dihitung sejak Bebe lahir sampai sekarang, uang daycare dia cukup kok untuk renovasi rumah meskipun tanpa gorden juta-juta. Tapi karena saya dan JG percaya sekolah adalah modal segalanya. Jadi yaaa balik ke mana?

… PRIORITAS.

Selain urusan rumah, di level temen-temen bekerja dengan gaji segini, saya adalah sedikit di antara mereka yang nggak punya tas branded yang kalau foto di Instagram harus dipastikan logo brandnya kebawa lol. Pokoknya hidup rasanya udah irit banget untuk ukuran kami dibanding sebelum nikah yang nggak pernah mikir buat ngeluarin uang.

Dan karena ya gaji bulanan udah abis duluan buat bayar daycare, apalagi sekarang daycare + preschool, tiap bulan keluar gede banget lah kalian nggak akan percaya kami mampu dengan gaji segini. Tapi iya kami mampu kok, karena kami merelakan yang lain.

Saya nggak akan stres karena nggak liburan atau nggak bisa #ootd di pojokan rumah ala Instagram, TAPI saya pasti stres kalau uang sekolah Bebe nggak kena target. Karena sekarang ya prioritasnya itu.

Uangnya nggak ada kalau harus bikin rumah DAN sekolah. Atau beli tas mahal DAN sekolah. Kalian yang bisa punya semuanya, tandanya nggak satu level sama saya. Mungkin rumah atau mobil dibeliin orangtua? Dibayarin liburan? Dibeliin HP? Atau masih terima uang rutin dari orangtua atau mertua? Karena kalau kerja, bukan pengusaha, seumuran saya gini, satu industri, dijamin lah gaji nggak sebegitu jauh bedanya, pasti tetep harus milih. :)

Saya sama JG sih nggak pernah minta uang sama sekali sama orangtua karena ya pengen mandiri aja. Biar aja susah. Biar bisa memutuskan semua keputusan hidup sendiri juga, nggak ada intervensi atau perasaan nggak enak hati ngerasa harus gini atau gitu karena abis dikasih mobil misalnya.

Cuma ya sumber stres orang beda-beda. Mungkin sodaranya JG stres karena rumahnya nggak bagus (karena rumah lama juga nggak jelek!) jadi ya prioritas dia adalah bikin rumah. Mungkin juga temen saya tasnya mahal banget karena dia merasa tas mahal bikin dia lebih hepi.

Tapi suka jadi tergelitik *alah* kalau ada temen yang barang pribadinya mahal-mahal, terus komen “ya ampun daycare-nya Xylo mahal amat”.

Saya kaya pengen bilang “lah itu emang tas lo nggak mahal? Gamis lo aja harganya sejuta itu emang nggak mahal? Mobil lo baru 2 tahun pun umurnya. Ya wajarlah kalau lo nggak bisa afford daycare Bebe karena lo beli yang lain."


Prioritas orang beda-beda dan jadinya emang suka bikin shock kan ya. Pasti ada aja yang mikir "sekolah mahal tapi mobil butut" ya padahal kami mikirnya "kalian mobil bagus tapi anak sekolah murah". 

Nggak apa-apalah ya saling menyindir asal DI DALAM HATI DAN CHAT PADA SUAMI SAJA HAHAHAHAHAHA.

👌

Kadang saya suka mikir worth it nggak sih bela-belain nggak punya apa-apa demi Bebe? Tapi ya seklasik apapun kedengerannya, apapun dilakukan demi anak kan? Kalian bikin rumah jadi nyaman juga pasti demi anak kok. Beda bentuk belanjanya aja.

JG juga pernah bilang "Kita lakuin yang terbaik buat Bebe, kalau sampai gedenya nanti dia ternyata biasa aja atau nggak lebih baik dari kita, ya nggak apa-apa. Yang penting kita usahain yang terbaik dulu, kita nggak akan nyesel karena seburuk apapun dia nantinya, itu yang terbaik yang bisa kita kasih."

Oh so true, I love you hahahaha.

Sadarilah bahwa ini semua adalah pilihan. Semua orang punya cara sendiri untuk nentuin prioritasnya. Jangan suka gampang wow sama orang lain karena ya sebagai kelas menengah kita-kita ini nggak bisa dapet semuanya kok. Itu sudah tertulis sejak kita lahir hahaha.

You win some, you lose some, you can't have it all.

Yuk dipikirin baik-baik prioritas uangnya! Porsi terbesar uang kalian lari ke mana?

-ast-




Mengatur Keuangan Keluarga

on
Monday, October 23, 2017

Halo semuanya! Udah lama banget ya nggak nulis soal keuangan. Topik mengatur keuangan keluarga ini sebenernya jadi salah satu topik yang banyak direquest banget. Cuma saya maju mundur nulisnya karena ah perasaan saya atur uang tiap bulan ya gitu aja.

Nggak mungkin atur macem-macem karena duitnya nggak sebanyak itu juga hahahaha. Makin dikit duit makin dikit yang harus diatur dong? LOL. Tapi karena banyak banget yang dm dan komen minta ditulis, oke saya coba ya!

Oiya, saya dan JG adalah penganut uang suami adalah milik bersama. Jadi ya semua rekening suami dipegang bersama saya, kecuali rekening gaji saya HAHAHAHA. Kalau JG mau beli sesuatu ya tinggal bilang pasti dibeliin kok. Tinggal kasih aja ATM-nya atau dia pake kartu kredit dia dulu tar saya yang bayar (ya pake duit dia alias duit bersama lol).

Tiap bulan saya full yang atur uang, bayar-bayar segala macem. JG bahkan nggak pernah tau berapa tagihan kartu kredit atau apa KPR bulan ini udah dibayar apa belum? Semua di saya karena saya bossy jadi seneng atur lol #controlfreakalert. Jadi kalau kalian tipe yang dikasih sekian sama suami, ya sesuaikan aja ya!

Kok bisa JG nggak pegang uang? Alkisah dulu pas pertama pacaran, saya baru tau dia nggak bisa atur duit sampai tagihan kartu kredit banyak banget! Pacaran sama saya langsung saya atur dan tagihan cc lunas semua. Jadi ya udah dari pacaran saya yang pegang uang. Karena dia gampang tergoda sale dan anaknya males mikirin uang jadi mending saya yang atur. Toh mau beli apa juga dibeliin kok nggak pernah ditolak ya kecuali uangnya memang habis hahaha.

(Buat yang belum nikah ini harus dibahas banget loh, nanti uang akan siapa yang pegang! Kelarin dulu checklist ini ya!)

Jadi ini cara cocok di saya dan mungkin nggak cocok di kalian. Adjust sana-sini nggak masalah. Asal nggak ganggu pos! Dan ini kayanya akan panjang, saya bagi jadi beberapa section ya!

💸 Pisahkan rekening tabungan dan rekening belanja 💰

SEKALI LAGI: HARUS DIPISAH REKENINGNYA! Jadi minimal punya 2 rekening. Satu buat nabung, satu buat belanja sehari-hari.

Karena saya detail dan perfeksionis, maka saya punya 6 rekening agar tidak saling mengganggu. Banyak? Lihat dulu kegunaannya, enak deh punya banyak sesuai kegunaan gini. *enak nurut ngana hahaha*

💰 BCA: Ini rekening gaji JG, begitu gajian langsung transfer bayar segala-galanya dan bagi ke rekening lain di bawah ini. Nanti sisanya akan pas untuk uang belanja sebulan. Belanja, jajan, makan, pulang ke Bandung, di sini semua. Bener-bener atm sehari-hari lah.

💰 BNI: Dulu sebenernya gaji JG ke BNI, jadi kartu kreditnya BNI. Nah tapi ternyata lebih enak kalau rekening kartu kredit terpisah sama rekening gaji. Tujuannya apa? Biar kalau abis pake cc agak gede bisa langsung transfer ke sini meskipun tagihan belum muncul.

Misal abis beli tiket pesawat 1,5juta, ya langsung transfer ke sini 1,5juta. Atau beli sesuatu yang promo kalau pake kartu kredit, ya langsung bayar juga ke rekening ini. Jadi bulan depan pas tagihan muncul, paling kurang receh-receh kaya beli makan, pulsa, Grab atau Uber gitu. Jadi nggak kaget sama tagihan CC. Ya asal nggak makan 300ribu tapi 10 kali aja hahahaha. Tetep kaget kalau gitu mah.

Caranya, catet semua pengeluaran kartu kredit! Saya punya notes di HP yang isinya list pengeluaran. Nggak perlu pake apps lah ribet. Di notes aja tinggal tulis misal pulsa 129ribu, makan di Shaburi 340ribu, dll. Jadi langsung keliatan udah pake seberapa banyak. Bulan depan kalau udah dibayar tinggal hapus listnya, bikin lagi baru.

Oiya, kami cuma pake satu cc! Saya punya kartunya tapi cuma turunan dari cc JG aja jadi limit cuma setengahnya. Satu juga cukup banget kok, biaya tahunan cuma satu, plus tagihan jadi ke satu tempat, bayar sekaligus. Ayo sekarang ambil gunting, keluarin kartu kredit kedua dari dompet, dan gunting kartu kredit kalian kalau punya lebih dari satu hahahaha.


(Tulisan lama dari tahun 2015 tapi relevan: tentang kartu kredit)


💰 Commonwealth: Punya rekening di sini karena reksadana saya di Commonwealth. Kami pakai reksadana yang manual dan bukan autodebet karena nggak tau bisa autodebet hahahaha norak. Tapi nggak apa-apa sih, karena udah dibudgetin kan sekian tiap bulan harus masuk reksadana, ya tinggal disiplin aja transfer manual.

Kalau lagi dapet uang lebih juga semua kami masukin dulu ke dana pendidikan (dapen) karena ingin dapen SD buru-buru selesai! Tahun ini selesai sih. Harusnya dapen SD itu kan nabung di reksadana 6 atau 7 tahun (dari Bebe lahir sampai SD), tapi ini (akan) selesai di Bebe di umur 3,5 tahun aja. I’m so proud! HAHAHAHA Bodo amat nggak liburan bertahun-tahun yang penting uang SD Bebe aman. #priorities

Selain reksadana, rekening ini juga buat rekening tabungan. Sebenernya tabungan dana darurat sih, tapi karena sering banget darurat ya kepake terussss. Jadi jangan samakan dengan definisi dana darurat yang harus punya sekian kali gaji ya! Itu saya nggak nyampe-nyampe hahahaha sesat banget.

Intinya kalau ada uang lebih dan semua pos udah aman, saya masukin ke sini. ATM-nya nggak perlu dibawa-bawa. Darurat yang saya maksud ini kaya mobil tiba-tiba harus turun mesin lah, ke bengkel lah, Bebe harus pindah daycare dan lupa mikirin uang pangkal lah, gitu-gitu loh.

💰 Niaga: ini rekening KPR. ATM-nya mati, internet banking lupa password. Ya udah pasrah tiap bulan cuma transfer ke sini buat bayar cicilan rumah. Tiap bulan saya lebihin juga 50ribu jadi saya yakin ini rekening ada isinya tapi biarlah anggap uang kaget lol.

💰 Mandiri: Nah ini rekening gaji saya makanya ditaro terakhir hahahaha. Gaji saya nggak utuh sih dipake perintilan kaya beli listrik atau isi GoPay buat berdua gitu. Kalau utuh mah enak banget hahaha. Gaji JG kurang banyak kalau mau gaji saya utuh, tapi ya nggak apa-apa lah toh saya juga kerja senang hati daripada bengong di rumah? Nggak kuaaattt.

Dari rekening ini saya biasanya belanja. Belanja itu kaya beli baju, beli mainan buat Bebe, beli sepatu, dll. Rekening ini juga buat rekening job dari blog, kalau angkanya gede biasanya setengahnya saya masukin ke tabungan yang di Commonwealth itu. Kalau nggak gede-gede amat ya seketika abis lah dijajanin hahahaha.


Plus saya juga punya rekening Jenius yang dipake untuk misahin tabungan dari Commonwealth. Tahun ini akhirnya coba deposito Jenius yang bikinnya segampang itu karena tinggal dari apps doang.

Jadi pisahkan rekening sesuai kebutuhan! Jangan ambil uang dari rekening yang bukan haknya!

💸 Buat list pengeluaran 💰 

Bagi dua, list pengeluaran bulanan dan tahunan. Bulanan sih biasanya udah khatam banget ya buibu, tahunan nih yang suka kagetan.

Bulanan, misalnya: semua cicilan (rumah, mobil kalau ada, dll), investasi, uang bulanan sekolah, listrik, internet, pulsa, koperasi, zakat gaji, gajian mbak, katering bulanan, bayar kartu kredit, apalagi sih ya intinya tagihan bulanan lah. Bayar ya pake gaji bulan itu. Sisakan uang HANYA untuk makan di rekening belanja. Kemudian bagi empat atau lima sesuai jumlah minggu di bulan itu.

MISAL NIH YA. Setelah bayar segala macem, sisa untuk belanja harian 2juta, dibagi 4 jadi 500ribu seminggu. Tandanya seminggu cuma boleh abis 500ribu. Kalau sehari belanja 50ribu, 7 hari abis 350ribu. Weekend bisa jajan Rp 150ribu.

Tahunan, misalnya: pajak mobil/motor, STNK, zakat fitrah, kurban, PBB, asuransi tahunan, dll. Bayar pake apa? Pake THR atau penghasilan tahunan seperti bonus dari kantor. Iya jadi pengeluaran bulanan dibayar dengan penghasilan bulanan, pengeluaran tahunan dibayar dengan penghasilan tahunan.

Intinya disiplin mingguan, bulanan, dan tahunan! *toyor diri sendiri*

(Detail alokasi THR bisa di baca di sini! THR UNTUK DIHABISKAN!)

KALAU ADA SISA BARU BELANJA! JANGAN BELANJA SEBELUM BAYAR CICILAN, TAGIHAN, DAN INVESTASI. Kalau punya uang urutannya yang pertama hutang, kedua investasi. Sisanya belanja.

Pengeluaran itu rutin kok! Jadi hampir pasti sama tiap bulan. Ya kadang ada yang kaget juga makanya harus punya tabungan untuk kondisi darurat. Nah selain pengeluaran rutin, satu lagi yang harus dibahas, asuransi.

💸 Asuransi 💰 

Asuransi itu PROTEKSI ya. PROTEKSI ITU PERLINDUNGAN. Jadi saya nggak terima pertanyaan tentang asuransi pendidikan karena males jelasinnya. Googling aja sendiri pasti udah banyak yang bahas.

Yang paling penting dari segalanya itu asuransi kesehatan. Iya saya ngerti asuransinya Allah aja, ngertiiii banget. Tapi saya sendiri kerasa banget nggak pernah mikirin biaya rumah sakit karena punya asuransi kesehatan.

Asuransinya dari kantor juga nggak apa-apa banget. Saya juga pake asuransi kantor JG kok. Cuma pastiin aja kita tau plafonnya, jatah rawat jalan berapa, rawat inap berapa. BPJS juga boleh, ya asal tahu persis plafonnya ya. Saya dari kantor BPJS tapi belum pernah pake karena selalu pake asuransi kantor JG aja yang simpel tinggal liatin kartu asuransi.

Kan enak tuh, begitu hamil langsung pilih dokter yang sesuai plafon jadi tiap bulan bisa kontrol full dengan USG. Melahirkan juga tinggal sesuaikan kelas sesuai plafon. Anak demam tengah malem dan bikin khawatir ya langsung ke UGD aja. Nggak perlu mikirin, duh bayarnya berapa ya, kalau harus tes darah gimana ya, kalau harus rawat inap gimana ya. Uang bulan ini cukup nggak ya.

Begicu.

Don’t get me wrong ya, meski sakit dikit langsung ke rumah sakit, saya masih RUM kok. Bebe hampir nggak pernah minum obat, tapi ya yang penting ke dokter dulu, tahu penyebabnya dulu. Urusan obat dibayar apa nggak ya kita yang nentuin. Apalagi urusan obatnya diminum apa nggak, ya terserah ibunya laahhh.

Asuransi ini biar tenang aja, peace of mind. Kasarnya kalau sakit ya tinggal mikirin sembuh, nggak perlu mikirin bayarnya.

Yang kedua asuransi jiwa. Ini penting untuk tulang punggung keluarga. Yang kerja hanya suami, maka suami harus punya asuransi jiwa! Jadi kalau kalian istri-istri yang tidak berkarier, beli asuransi jiwa ya untuk suaminya! Beli asuransi jiwa murni aja. Tujuannya, kalau suami meninggal (namanya umur ya T________T) kalian akan punya pegangan. Minimal sekolah anak-anak nggak akan berantakan. Pakai uang tanggungan asuransi.

(Baca tentang tahap menyiapkan dana pendidikan di sini!)

Udah sih gitu aja alokasi uang. Simpel kok sebenernya karena dilakukan berulang-ulang kan. Yang penting TERENCANA DAN LAKUKAN SESUAI RENCANA. Disiplin adalah kunci utama.

Dan nggak lah, saya juga nggak selalu mulus ngatur semuanya. Saya sering misal dalam 2 bulan keuangan berantakan semua, nggak bisa nabung sama sekali. Tabungan “dana darurat” tiba-tiba berkurang banyak banget karena ya, belanja ini itu atau banyak pengeluaran tidak terduga. Tapi satu hal, sesusah apapun kita, jangan pernah otak-atik dana pendidikan anak!

NO!

Itu dulu aja! Karena nggak lucu lah impulsif beli HP terus ngambilnya dari dana pendidikan. Gila lah itu mah jangan sampai kejadian ya! Boleh impulsif beli sesuatu, ambil dari tabungan, DAN JANGAN LUPA UNTUK MENYESALINYA.

Penyesalan akan berujung ngirit pada bulan berikutnya kok. Jadi beberapa bulan sekali pasti ada masanya splurge belanja terlalu banyak, tapi beberapa bulan berikutnya irit seirit mungkin sampai nggak belanja apapun sama sekali. Seperti contohnya bulan ini hiks, akibat bulan lalu terlalu impulsif padahal pengeluaran darurat aja banyak banget sampai tabungan jadi tipis banget nget nget lol.

Namanya juga hidupppp.

Ralat: namanya juga hidup kelas menengah yang bertahan dari gajian ke gajian ya kaannn. Pantes kan banyak yang niat banget wirausaha, katanya bosan jadi karyawan. Wow sungguh orang-orang yang membutuhkan tantangan hidup banget karena saya belum siap banget stres jadi bos harus mikirin gaji orang *anaknya cemen* XD

Udah sih itu aja. Semoga ada yang terinspirasi!

Nanya-nanya boleh di komen atau dm Instagram ya! Nanti saya compile jadi blogpost selanjutnya!

Nggak terima pertanyaan di bawah ini, ini sering banget ditanya dan saya bingung jawabnya:

1. Reksadananya apa? Nggak berani rekomen karena aku pun direkomen financial planner dulu. Belajar dulu aja seputar reksadana, risikonya apa, dll. Jangan beli karena ikut-ikutan! *judes* Paling gampang ke Commonwealth dateng terus tanya sama mbak-mbak cs-nya. Mereka mau kok ngeladenin pertanyaan kita termasuk nanya reksadana apa yang returnnya bagus.

2. Asuransi ini bagus nggak? Nggak tau karena bukan agen asuransi. Pastiin aja sesuai kebutuhan ya. Kalau butuhnya asji ya asji murni aja, nggak usah jadi ditambahi asuransi + investasi, investasi sendiri aja di reksadana ok!

-ast-

Update 30 Oktober:

Btw baru aja baca twitnya teh Ligwina Hananto dan ternyata beliau pernah nulis mirip banget sama tulisan ini! Padahal waktu nulis ini aku belum baca tulisan itu, cuma memang follow Twitternya entah dari kapan dan emang pake QM Financial sih tahun 2013 untuk ngatur uang. Jadi mungkin udah ngeletek tanpa perlu nyontek lagi hahaha. Artikelnya teh Wina bisa dibaca di sini ya! Klik untuk baca langsung dari expertnya!




Money Can't Buy Happiness

on
Monday, June 12, 2017
Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop.

Sering banget dong ya denger quote itu? Apalagi lagi Jakarta Great Sale gini plus abis THR-an. Rasanya bahagiaaaa bisa belanja tanpa takut ganggu cashflow bulanan. Hahaha.


Tapi kemarin saya baca caption Instagram temen SMA JG dan jadi terenyuh. Dari mana jelasinnya ya.

*malah bingung sendiri lol*

Oke pertama, “Money Can’t Buy Happiness” biasanya diterjemahkan bebas dengan “orang kaya juga belum tentu bahagia kok”. At least saya dulu selalu menerjemahkannya seperti itu. Dulu sebelum saya overthinking sama segala hal hahaha.

Nah dengan definisi sesempit ini, lahirlah frasa bantahannya ya kan:

Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop.

Terus saya sempat yang … iya juga ya hahahaha. Prinsipnya ya asal ada uang, bayarlah kebahagiaan itu. Cari escape lain yang bisa dibayar dengan uang.

Saya ngikutin beberapa anak orkay di Instagram, salah satu dari mereka pergi-perginya ke tempat yang saya nggak pernah tau sebelumnya hahaha. Karena traveling ke tempat mainstream itu lame untuk orang kebanyakan uang ya nggak?

Tapi semakin saya dewasa *sigh* saya merinding sendiri dengan anggapan semua bisa dibeli dengan uang karena ya, bener-bener nggak semua hal di dunia ini bisa diganti dengan uang! Oh how I was so naive karena menganggap semua bisa dibuat lebih bahagia dengan uang!

Suami selingkuh? Ya nggak apa-apa asal dibayarin belanja sepuasnya di Paris. Orangtua cerai? Ya nggak apa-apa asal rekening aman jaya nggak perlu kerja seumur hidup dan traveling ke tempat-tempat yang bahkan saya nggak tau ada di dunia ini. Zzz

Dulu saya beneran menganggap itu tidak apa-apa loh, kan uangnya banyak, kan bisa beli semua hal, kan cari suami baru juga gampang karena kaya, kan kalau nggak cantik jadi bisa operasi plastik. Dulu = pas belum nikah dan hidup sesimpel makan tidur kerja doang lol.

PADAHAL NGGAK BEGITU KAN. Ya ada yang bisa begitu tapi mostly nggak begitu kan?

T______T

Akan selalu ada luka yang tidak sembuh meski disiram uang hahahaha. Kesel amat bahasanya.

Makanya banyak orang yang kaya raya tapi ngerasa kosong. Ya gimana, mau ngerjain hobi juga demi apa. Kita kan passionate ngerjain sesuatu karena tau rasanya gimana kalau passion itu jadi uang. *tetep uang*

Lah kalau nggak butuh uang karena sejak lahir udah jelas punya properti berapa dan nggak pernah tahu jumlah spesifik uang di tabungan saking infinity-nya?

Ya everyone has their own battle, mau kaya atau nggak kaya pasti ada aja masalahnya. Jadilah saya cenderung mencari ketidaksempurnaan dari teman-teman saya yang uangnya tampak tidak berseri karena lahir dari keluarga kaya raya.

Tipe yang tiap weekend minimal ke Bali/Singapura, mobil ganti tiap 2 tahun, anaknya lahir udah langsung punya properti buat investasi, endebrei endebrei. Ketika saya menemukan cela, saya langsung lega. Oke dia kaya tapi dia punya masalah A yang untungnya saya tidak punya.

Salah? Ya nggak lah, namanya juga menghibur diri hahahaha.

BY THE WAAAYYY INI DIA INSTAGRAM TEMENNYA JG YANG DI AWAL TADI SAYA MENTION:

♥Tak perlu bertemu perdana menteri untk mencari inspirasi♥ Ini sahabat baru saya.Sy memanggilnya kak Nur,usianya hny berbeda 1 th dg sy.Sjk kecil didiagnosa sbg ABK,bbrp rekan mgkn familiar dg sindrom di wajahnya yg khas,tp itu tdk mnjdknnya hmbtn. Dia tetangga persis sblh rmh sy,bersama ibunya ia mengasuh 5 anak di daycare.Keterbatasan dan kesederhanaan berpikirnya justru membuatnya mudah masuk ke dunia anak2,ia jd tmn main yg seru& menyenangkan untk azzam dan alma. Sejak pertama kali berkenalan.Hmpr tiap sore ia dtg ke rmh untk 'nyamper'sy main..tdk jrg ia membawakan sy makanan lalu mengajak sy ngobrol.Ngobrol soal apa?soal kehidupan,rmh tangga,politik?tentunya tidak. Tema obrolannya sederhana,disampaikan dg verbal terbata&sering diulang.Tp hal itu justru mmbnt sy bljr bhs melayu dg lbh mudah(bbrp org melayu asli bcrnya cepat).Dengannya,sy lbh mudah memahami per arti kata dan tdk perlu malu bertanya&menanggapi krn ia pun memahami kalimat2 sy dg perlahan lahan. Dengannya sy bljr kebahagiaan dg sgt sederhana.Di usia yg sebaya dg sy,ia(krn keterbatasannya)begitu santai menjalani harinya,tnp beban hrs begini begitu atau sibuk mengejar ini dan itu.Spt dlm foto ini..ia tertawa lepas sekali krn puas menyusun pola dlm permainan geoforme.Ia begitu menikmati dan mengulang ulang reward untk dirinya sendiri.."tengok..hampir sls,tengok..sy pandai..esok sy pasti bs buat macam ni lagi " Sederhana,tp banyak memberi energi pd jiwa untk menghargai diri sendiri.Bkn sibuk&risau mengejar apa yg tdk kita miliki apalagi mengukur diri dg apa yg mnjd capaian org lain. Sudahkah kita bs melakukannya juga? Byk sekali hal kecil di sekeliling yg bs qt jadikan pelajaran&inspirasi.Tidak perlu perlu bertemu perdana menteri untk mrncari inspirasi..tdk perlu jg pergi ke tmpt baru. Karena kadang,bukan suasana yg harus diganti,tp hati&cara pandang kita yg perlu diperbaiki untk mlht segala sesuatunya dg penuh kesyukuran.. :) Ramadhan Kareem...mari mengisi ramadhan dg penuh rasa syukur ♥♥
A post shared by Sofiana Indraswari (@sofiana_indraswari) on
Dengannya sy bljr kebahagiaan dg sgt sederhana.Di usia yg sebaya dg sy,ia(krn keterbatasannya)begitu santai menjalani harinya,tnp beban hrs begini begitu atau sibuk mengejar ini dan itu.

CRY T__________T

Ini bikin saya mikir, orang makin banyak uang itu masalahnya makin banyak! Makin banyak yang harus dipikirin!

Digetok juga sama Kevin Kwan hahahahaha. Baru setengah nih baca buku Rich People Problems dan yah, meski ketawa-tawa karena lawak banget saya diam-diam mikirin lol.

Nih ya sebagai kelas menengah, kita nggak perlu mikirin maintenance satpam dan maid 30 orang. Bukan masalah uangnya loh ya, tapi dramanya. Lah mbak satu aja di rumah bikin sakit kepala kan kalau pacaran terus atau hidupnya jorok? XD

Belum lagi karyawan perusahaan. Lah kita abis melahirkan mau resign aja yang dipikir cuma anak bayi, kalau punya 10.000 karyawan? Yang dipikirin 10.000 karyawan dan keluarganya kan. Belum lagi maintenance pesawat jet, urusan minum aja harus impor dari Swiss kan nggak bisa minum air lokal. HAHAHAHAHA.

Ah kan ada orang lain yang mikirin. Yaiya, tapi tanggung jawab ada di siapa?

Belum lagi karena standarnya beda kan. Saya makan Genki Sushi aja bahagia, kalau orkay harus bawa chef sushi dari Jepang langsung biar bahagia. Saya belanja di Jakarta Great Sale aja bahagia karena irit, kalau orkay bajunya couture semua kan otomatis lebih ribet.

(SUNGGUH PERBANDINGAN TIDAK SEPADAN YHAA HAHAHAHA)

Karena tidak tahu apa-apa, hidup jadi lebih sederhana. Kalau tahu lebih banyak, maka lebih banyak pula yang mengisi antrian pikiran.

Jadi ya panjang lebar nulis ini cuma mau bilang: uang segini masalahnya segini, uang segunung masalahnya juga jadi segunung.

Jadi mau uang yang mana? Eh salah, mau masalah yang mana? ;)

-ast-





#SassyThursday: Hidup Tanpa Uang

on
Thursday, March 30, 2017
Dih judulnya click bait banget ya, hidup tanpa uang cash maksudnya hahahaha.


Iya gengs jadi setelah gue pikir-pikir, gue termasuk jarang banget pake uang cash. Makanya kemarin panik karena kasus ATM ilang terus harus urus surat kehilangan ke kantor polisi. Yang bikin speechless bapak polisi dan mbak bank adalah, itu ATM ilangnya udah setahun yang lalu. Februari 2016 tepatnya lol.

Baca punya Nahla:
Baru panik setelah setahun karena tiba-tiba internet banking mandiri ganti tampilan dan dia minta OTP (one time password) via sms. Sms-nya ke mana? Ke nomer gue yang diambil orang tentunya.

Kalau mau ganti no hp gimana caranya? Harus via atm nggak bisa via customer service di bank! Wow. Sungguh HARUSNYA bisa lah ganti-ganti data gitu via internet banking. Gimana kek security-nya. Masa harus via atm?

Mbak bank: "yah mbak, itu kantor polisi deket, naik angkot paling 3ribu, gampang kok bikin surat kehilangan itu"

Gue: "tapi saya nggak punya uang cash buat naik angkot"

*mbak bank speechless*

Terus akhirnya gue balik kantor (banknya sebelah kantor doang sih) dan mengais-ngais recehan buat naik angkot. Gue nggak tega pesen ojek karena deket banget, nggak nyampe 500 meter tapi males jalan duh Jakarta panas. *yawn*

Mana waktu itu abis gajian huuu kesel. Apa kabar kehidupan online shopping gue hiks.

Kok bisa sih setahun hidup tanpa tarik uang cash?

Iya gue juga nggak sadar itu atm udah ilang setahun lebih sebulan. Sebabnya karena itu atm gue, gaji di situ semua. Tapi ternyata bisa banget cashless!

Jadi biasanya pas gajian udah langsung isi GoPay buat ongkos dan jajan GoFood. Ini wajib karena jadinya irit banget. Jauh lah kalau dibanding bayar pake cash. Iya sih lagi promo tapi GoJek dan Grab selalu promo ganti-gantian kok, pakenya ya yang lagi promo aja hahahaha. No such thing as loyal customer lah, emak-emak mah maunya irit!

Kalau GoJek aplikasinya error tinggal pake Grab, udah konek ke kartu kredit. Belanja dan beli apa-apa online udah. Untuk apa atm?

Malah kemarin baru aja gue beli Vanish (sabun cuci) online nyahahahahaha. Padahal katanya di Indoma*et depan kantor aja ada. Tapi kalau bisa langsung ada di meja kenapa harus nyebrang jalan? Kan panas! 😂

Jadi gue jaraaanggg banget pegang uang cash. Gue bawa uang cash kalau JG nggak masak bekal makan siang. Jadi harus titip makan siang ke OB kantor kan, mas OB belum terima pembayaran via transfer sih ah lol.

Selain makan siang, kami butuh uang cash kalau belanja ke pasar doang. Tapi ya udah sebelum ke pasar ambil dulu di atm. Atm JG hahahahahaha ya atm suami lah kan gue dinafkahi 😂😂😂

Dan gue hepi banget sama hidup cashless begini. Bisa pake dompet kecil aja karena isinya kartu-kartu doang. Kalau ada apa-apa ke rumah sakit juga tinggal pake kartu asuransi, gesek selesai. Praktis banget kan. Coba kalau pake uang tunai, udah mah uangnya lecek, harus dilurus-lurusin dulu sebelum masuk dompet. Terus uangnya bau, tangan kotor.

TERUS CEPET HABIS HAHAHAHAHAHA.

Iya kenapa sih kalau pegang uang cash jadinya jajan terus. Jadi titip-titip mulu jajan sama OB, pempek lah, cendol lah. Meski kadang kalau lagi nggak punya uang cash juga gue pinjem duit temen kantor nyahahahaha. Tapi minimal nggak seboros kalau pegang cash sendirian.

Dari sisi kelemahan, hidup cashless ini hampir nggak ada kelemahannya. Lebih praktis, lebih tercatat kita habis beli apa di mana, lebih gampang dikontrol. Dari sisi pemerintah juga emang terus-terusan kampanye non tunai kan. Karena uang fisik itu maintenance-nya susah plus lebih mudah dikontrol. Siapa transfer ke mana beli apa itu ketauan langsung.

Udah sih gitu aja. Kamu #TeamCash atau #TeamCashless?

-ast-

PS: Follow Instagram gue donggg @annisast, gue lagi males banget nih nulis blog. Akhirnya nulis di Instagram aja, tulisan pendek 5-6 paragraf. Kadang inspiring sampai yang likes banyak banget, kadang cuma nyebelin aja share jajanan hari ini di hashtag #JajanToday. CUS!




#FAMILYTALK: THR, Buat Apa? Habiskan!

on
Saturday, June 18, 2016

Huahahahahahah Iya serius. Udah pada cair kan THR nya? Saya sama JG sih udah kemarin banget. Dan yes langsung hampir habis karena THR itu memang untuk dihabiskan.

Tapi dihabiskan ke mana dulu. Jangan baru baca satu paragraf suruh dihabiskan langsung beli tiket pesawat buat liburan hahahaha.

Oke jadi THR itu biasanya satu kali gaji ya kan. Satu kali gaji full (kalau JG) dan satu kali gaji pokok (saya). Seneng dong karena dalam satu bulan gajian dua kali. Tapi inget, THR masuk ke dalam penghasilan tahunan BUKAN BULANAN.

Karena kan dapetnya setahun sekali. Setahun dua kali sih kalau di kantor saya karena natal juga dapet THR #win. Ya intinya, THR adalah penghasilan tahunan yang digunakan untuk membayar pengeluaran tahunan.

Apa saja pengeluaran tahunan ini? Saya biasanya menggunakan THR untuk membayar hal-hal tahunan. Ini tips untuk mengalokasikan dana THR:

1. Utang (kalau ada)

Iya ini kalau ada aja. Begitu terima uang, inget untuk bayar utang dulu. Ya kecuali utang gede kaya rumah atau cicilan mobil gitu ya.

Pokoknya dalam kondisi dapet uang selain gaji, selalu bayar utang-utang dulu sebelum bayar lainnya! Apalagi utang kartu kredit, lunasi!

2. Zakat

Ya tergantung agamanya sih ya. Tapi kalau THR Lebaran dan muslim, setelah bayar utang sisihkan dulu untuk bayar zakat.

3. Pajak kendaraan bermotor


Suka kaget ga sih tiba-tiba harus keluar sekian juta untuk bayar pajak mobil? Saya sih suka kaget dan suka berasa sedih hahahaha. Maka, bayarlah pajak kendaraan bermotor dari THR.

Kalau bulannya nggak pas sama lebaran? Ya disimpan dulu. Atau pakai dulu dana darurat untuk bayar pajak, kemudian pas dapet THR, langsung diganti.

4. Kurban


"Nonton konser bisa, kurban ga bisa" --> sindiran umum untuk para fangirl yang sanggup nonton konser 2-3juta tapi buat kurban selalu nggak punya uang.

Kami sekeluarga selalu menyisihkan uang THR juga untuk kurban. Dengan demikian, satu uang hari raya bisa untuk dua hari raya. :)

Kalau nggak sanggup full, tabung aja dulu setengah atau tiga perempatnya. Dari Idul Fitri ke Idul Adha itu nggak lama loh. Masa ngopi di Starbucks terus tapi nyisihin setahun 2juta ga bisa?

5. Asuransi Tahunan

Harusnya asuransi jiwa yang dibayar tahunan mengambil pos THR. Tapi sampai sekarang saya belum kesampaian juga mau ambil asji. :|

Asuransi jiwa ini penting untuk pencari nafkah utama keluarga. Kalau sampai pencari nafkah utama meninggal dunia, minimal uang dari asji bisa untuk bayar sekolah anak-anak dan bayar cicilan sampai lunas. Idealnya seperti itu, tapi kenyataannya males amaaattt bikin asji. *jangan ditiru*

6. Mudik


Saya nggak mudik karena mudiknya ke Bandung doang. Yang mudiknya jauh, nabung setahun atau pakai THR?

*nggak ngerti sebenernya mah karena mudik ke Bandung udah sama jajan segala macem nggak bakal abis sejuta*

7. Memberi untuk orangtua dan keluarga

Yes, kalau semua kewajiban udah selesai baru deh sisa uangnya untuk dibagi-bagikan pada orangtua dan keluarga.

Untuk memberi uang pada anak-anak kecil, pakai budget dengan sistem tukar uang aja. Misal tuker uang sejuta 10ribuan. Kalau uang itu habis, artinya tidak boleh ngasih-ngasih lagi.

7. Masih sisa?

Baru buat belanja deh. Saya bukan tipe yang beli baju lebaran jadi biasanya lebaran pake baju yang ada aja. Bebe juga sama, kayanya nggak akan saya biasain soal baju lebaran.

Kecuali kalau udah sekolah ya, biasanya baju lebaran itu peer pressure banget kan buat anak sekolah

8. Masih sisa?

BANYAK BENER THR-NYA, KERJA DI MANA SIH?

T______T

Kalau masih sisa, masukan ke tabungan liburan.

Kami udah lama nggak liburan. Terakhir yang ke Singapur waktu Bebe umur 10 bulan. Sekarang mentok ke Bandung doang. Ke Bandung jajan cilok dan mie kocok aja aku hepi. XD

Karena masih ngejar uang Bebe masuk SD. Masih 5 tahun lagi Bebe masuk SD tapi tampaknya akan kekejar dalam 1-2 tahun karena tiap punya uang lebih/dapet bonus dari kantor langsung masuk ke dana pendidikan Bebe. Pokoknya dapen Bebe nyampe dulu baru mau liburan!

Meskipun kalau uang SD lunas, nextnya adalah kuliah karena aduh nggak kebayang pas Bebe kuliah uang masuk kuliah udah berapa mahalnya. Mending investasi dari sekarang.

*kencangkan ikat kepala*

(Baca: Tahap-tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)

*

Udah sih itu aja. Catatannya, tips ini akan lancar kalau penghasilan bulanan untuk pengeluaran bulanan tentunya. Karena kalau ga, ya kacau. Bisa-bisa THR jadi buat bayar listrik. Nggak gitu dong ya.

Dan ini tentu saja nggak saklek. Setiap keluarga kan punya prioritas masing-masing. Buat keluarga kami, ini yang paling ideal. Jatah bulanan aman, jatah tahunan teralokasikan dengan baik.

Kok nggak ditabung atau diinvestasikan sih? Menabung tujuannya apa? Investasi tujuannya apa? Menabung dan investasi seharusnya sudah bisa di-cover penghasilan bulanan karena menabung dan investasinya dibreakdown bulanan untuk mencapai tujuan dalam sekian tahun. Jadi THR mah memang khusus untuk bayar hal-hal yang sifatnya tahunan aja.

Selamat menghabiskan THR!

-ast-

 Jangan lupa ikuti series #FamilyTalk di sini ya!




#FAMILYTALK: Keuangan Keluarga

on
Saturday, May 28, 2016

Tadinya #FAMILYTALK nggak akan bahas ini, tapi karena momennya abis gajian, jadi ya udalah ini dulu. Gajian? Gajian yang mana ya? Gajian sebulan lagi ya? LOL

Jadi topiknya adalah, bagaimana cara mengatur keuangan dengan suami? Apa jujur semuanya? Apa ada yang disembunyikan?

Baca punya Isti di sini:

Catet ya, keuangan adalah bagian dari komunikasi. Karena saya bilang segalanya, (sampai udah pup belum hari ini, tmi lol) jadi ya urusan uang juga termasuk.

JG kalau beli mainan nggak bilang sih *yearite*. Tapi dia punya jatah sekian sebulan untuk beli mainan dan ya saya nggak pernah ngecek juga sih. Because I trust him (DEAR JG, I KNOW YOU READ THIS SO PLEASE KEEP IT THAT WAY).


Saya sendiri? Sering sih beli-beli nggak bilang dulu. Ya beli dulu aja gitu karena belinya juga pake uang sendiri kan. Itu karena pas beli, saya lagi nggak sama JG. Entah beli online atau lagi perginya sama temen-temen. Tapi ya pas ketemu bilang.

Karena kenapa harus disembunyikan?

Di keluarga kami, gaji semua saya yang atur. JG tau selesai aja. Semua cicilan, tagihan, bayar ini itu, semua saya yang urus. JG nggak pernah tau dan nggak pernah mau tau karena dia suka stres sendiri liat angka yang keluar tiap bulan lol.

(Baca: Mempertanyakan Rezeki)

Semua rencana keuangan didiskusikan bareng-bareng juga karena ya itu, semua didiskusikan. Uang cuma salah satu bagiannya. Saya tahu persis berapa jumlah gaji dia, begitu juga sebaliknya. Tiap ada job dari blog pun selalu didiskusikan, diambil apa nggak.

JG sendiri tiap hari ke kantor hampir nggak pernah pegang uang. Semua ATM saya yang pegang, dia pegang receh-receh buat pak ogah sama kartu kredit aja just in case. Karena buat apa? Bisa kok cashless, parkir di kantor gratis, sarapan sama makan siang bawa dari rumah.

JG pegang ATM kalau saya lagi ada event dan JG harus berdua sama Bebe. Ya masa nggak pegang uang ya kan.

"Dih, suami kok mau-maunya kaya gitu, dijajah istri. Nyimpen uang sendiri dong, jangan bilang istri."

Nggak sedikit yang bilang gitu ke JG dan dia so far lempeng aja. Lagian kenapa harus nyimpen sendiri coba? Mau sepatu bola, tinggal bilang juga saya beliin, beli mainan aman tiap bulan, mau traktir temennya juga ya boleh-boleh aja. Jarang banget saya nggak kasih izin beli sesuatu. *pencitraan istri baik hati lmao*

(Baca: Ini Tahap-tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)

Anyway, ada yang sengaja menyembunyikan dari suami, ada yang emang suaminya nggak mau nyaho ya urusan uang istrinya. Daripada stres tau harga tas istrinya HAHAHAHAHAHAHA. Jadi ya intinya mah saling percaya aja.

Ya kan? Ya kan? Kalian gimana?

-ast-