-->

Image Slider

Yang Tidak Dirindukan dari Pra-Pandemi

on
Monday, May 17, 2021

Beberapa hari lalu, saat Lebaran, saya melihat Arthur C. Brooks posting di Instagram tentang tulisan terbarunya A Once-in-a-Lifetime Chance to Start Over. Dua bulan belakangan, saya memang meluangkan waktu untuk mendengarkan podcast Arthur di Spotify dan ya banyak tercerahkan tentang happiness dari sisi seorang ekonom.


Tapi ya sudah, biasanya setelah dengar podcast mentok bahas bareng JG, tapi kali ini tulisannya bikin saya ingin menulis satu daftar tentang apa yang tidak dirindukan dari pandemi. TERNYATA ADA YA, KOK BISA AHAHAHA.


Selama ini kita selalu bilang “kangen sebelum pandemi bisa …” sehingga kita rasanya selalu terjebak di masa itu. Padahal entah kapan bisa kembali dan entah, apakah memang masa itu bisa kembali? Kan belum tentu :)))


Jadi daripada membuang waktu untuk mengingat masa-masa yang (ok untuk sementara) tinggal kenangan, mari kita tulis, apa aja sih hal-hal yang nggak saya rindukan dari masa pra-pandemi?


Kerja dari kantor setiap hari


Well ok, kantor terakhir saya dulu sebelum pandemi pun tidak strict mengharuskan setiap hari datang ke kantor sih. Asal kerjaan selesai ya sudah. Tapi dulu ya tiap hari ke kantor kecuali memang ada hal urgent yang membuat kami harus kerja dari luar. Iya saya kangen interaksi di kantor, makan siang bareng, jajan sore, nongkrong pulang kantor atau nonton konser bareng TAPI kayanya nggak usah tiap hari kali ya LOL. Seminggu 2-3 kali cukuplah, sisanya di rumah aja. Kenapa? 


Karena pergi ke kantor itu menyebabkan terjadi hal-hal di bawah ini yang terus terang saya nggak rindukan sama sekali, yaitu …


Macet


Gila apa gimana ya saya dulu kok hampir nggak pernah ngeluh sama macet! :))) Saya termasuk orang yang nggak cranky amat kalau macet kecuali ya kalau ada kasus gitu lah misal Senayan - Slipi 4 jam gitu *PERNAH TERJADI* tapi kalau macet 1 jam padahal kalau lancar harusnya 15 menit gitu mah ya udalah. Mungkin karena nggak nyetir jadi macet ya udah, toh di mobil, dingin. Bisa sambil nonton Netflix atau IG story. Bisa sambil ngelamun, bisa ngobrol sama driver taksolnya. KALEM BANGET, CHILL.


Sekarang ya ampun, cuma keluar bentar dikasih macet rasanya ih stres banget. Dulu bisa-bisanya sehari ke kantor, ke tempat liputan, abis itu jemput Bebe, abis itu sama Bebe ke kantor JG, abis itu makan malem janjian sama orang. Ganti-gantian tergantung situasi dan suasana hati kadang ojol kadang taksol. APAKAH TIDAK LELAH, BUND? Polusi pula aduh.


Iya seru emang dulu juga rasanya biasa aja tapi kalau bisa milih sih kayanya kok nggak perlu gitu yaa ahahaha. Kalau di rumah aja bisa kerja produktif kenapa harus menerjang macet sih? Karena ini ngaruh ke yang tidak dirindukan berikutnya …


Bertengkar karena capek


Setahun lebih pandemi kayanya saya dan JG cuma berantem sekali? Apa malah nggak sama sekali? Wah, untuk ukuran saya yang simpan chat sejak iPhone 6 tahun 2015 sampai sekarang terus backup-restore untuk bisa membuktikan sekarang “DULU YA KAMU PERNAH …” LOL IYA UNTUK UKURAN ANAK MENDENDAM, saya nggak inget kapan kami terakhir bertengkar. Kenapa? Karena dulu berantem itu pasti karena capek dan lapar.


Sampai rumah, makanan belum ada karena harus nyiapin dulu sama-sama, lapar, capek abis macet, saya PMS, udahlah pasti berantem. Nggak sering tapi ya nggak mungkin sama sekali setahun juga nggak berantem. Minimal sebulan sekali ada lah naikin oktaf LOL. Kalau sekarang chill, rumah dingin ada AC, wifi lancar, makanan dikirim mertua seminggu sekali jadi nggak perlu masak, mau beli apa aja di bawah apartemen ada, apa yang mau dipertengkarkan? 


Ini juga sih yang bikin saya nggak gila setahun di rumah. Kami ke mall beberapa kali, Bebe ganti kacamata, dan Bebe beli sandal dan sepatu yang kekecilan. Tapi ya cuma dateng, beli, pulang. Sisanya di rumah aja. Bisa gini, bisa nggak gila, karena mau apa lagi sih? Di rumah bareng keluarga yang saya sayang sekali, kami nggak punya alasan untuk nggak betah di rumah. Sampai-sampai setahun berlalu aja rasanya ya udah, kok nggak butuh ya ke mall hampir tiap hari kaya dulu? Hidup rasanya jadi lebih tenang.


Juga nggak stres karena setahun ini nggak …


FLU


Dulu sebelum operasi amandel saya bisa sebulan sekali flu, setelah operasi, ya setahun sekali pasti adalah flu gitu. Apalagi si Bebe, batuk pilek setahun 2 kali mah ada lah pasti ketularan anak lain di daycare. LOH INI SETAHUN NGGAK ADA YANG SAKIT SAMA SEKALI! Itulah gunanya pakai masker dan cuci tangan, bunda!

Karena ya meski saya ngakunya di rumah aja tapi kan tetep turun dari unit apartemen pakai lift yang dipakai bersama ribuan rakyat lainnya. Ke supermarket di bawah aja itungannya mall kan tetep meski kecil banget. 


Ini juga sebabnya saya nggak mau ambil risiko ketemuan sama orang. Takutnya selama ini bukan beruntung bisa nggak kena Covid tapi ya emang nggak ketemu orang lain ahahaha. Ya udah di rumah aja menikmati segala-gala dengan lebih lambat. Ini juga yang nggak dikangenin nih …


Multitasking dan fast-paced life


Dulu ya, saya pakai skincare itu gini: Selesai mandi masih pakai handuk langsung pakai toner, nunggu toner meresap pakai bra, abis itu pakai serum, lanjut pilih baju sambil tunggu serum meresap, sambil pilih jilbab tunggu moisturizer meresap terus aja disambi yang lain sampai akhirnya bisa sampai step sunscreen. MANA BISA DUDUK SANTAI NUNGGU SEMUA MERESAP HAHHH? NGGAK SEMPET! Waktu Bebe bayi malah skincare-nya pakai di mobil lol stres.


Nggak usah ceramahin manajemen waktu ya, kami punya balita, tanpa mbak dan nanny, tanpa ortu dan mertua, tanpa bantuan sama sekali dan punya full time job plus side job. Kalau nggak bisa manage waktu sih ya mustahil bisa survive. Justru itulah cara saya manage waktu. Semua multitasking. Skincare sambil pakai baju, sarapan sambil kerja, dan sambil sambil lainnya yang sebetulnya nggak perlu.


Dulu mikirnya gitu padahal ternyata ya saya harus begitu karena ke mana-mana harus memperhitungkan waktu 1,5 jam karena takut telat. Di GMaps 30 menit maka pergi 1 jam sebelum, di GMaps 1 jam maka pergi 1,5 jam sebelum. Sekarang? Enak bangettt pakai skincare bisa mindful, santai sekali, nggak diburu-buru waktu. Semua bisa dilakukan single tasking. Praktik mindfulness jadi lebih gampang dan nggak menakutkan lagi :)


TERAKHIR …


Nggak nonton drakor adalah yang tidak dirindukan dari pandemi HAHAHAHA WELCOME BACK TO KOREAN ENTERTAINMENT!


Terakhir Koreaan itu pas Bebe lahir, saya baru nerbitin buku Oppa Oppa. Abis itu blas cuma nonton konser G-Dragon sekali, nggak nonton drakor apalagi variety show. Nonton konsernya malah lokal terus. Sekarang karena senggang jadinya bisa nonton lagi dan sungguh menyenangkan sekali!


Apalagi sekarang JG juga jadi nonton terus huhu quality time kami ya nonton drakor bareng. Tidak bareng ya tidak nonton #prinsip. Apalagi kalau drakornya diskusi-able gitu ah senanglah nonton drakor bersama tuh hahaha. Awal pandemi kami sempet tuh berpisah jalan LOL. JG maunya nonton Itaewon Class dulu, saya Fight for My Way dulu. LAH NGGAK SERU. Abis itu kebut tukeran, saya nonton IC, JG FFMW. Setelah itu bareng terus biar bisa diskusi dan gemes sama-sama HAHAHA.


Wah, panjang banget ya hahahahaha ya udalah bodo amat. Kalau kalian baca sampai sini wowww terima kasih ya! Semoga kalian pun punya hal-hal yang nggak dirindukan dari masa pra-pandemi jadi bisa menjalani hari-hari pandemi ini dengan penuh syukur dan sadar penuh.


Ayo buat daftarnya sendiri!


-ast-








LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Mitos dan Fakta Seputar Vaksin

on
Sunday, May 2, 2021

Ngomongin vaksin zaman sekarang itu sensitif banget ya padahal vaksin terbukti menyelamatkan jutaan jiwa. Eh tapi sebentar deh, kalian udah paham belum sih bedanya vaksin dan imunisasi?


Vaksin: Proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh via injeksi atau oral.

Imunisasi: Proses di dalam tubuh membentuk antibodi. 


Pada akhirnya kedua istilah ini sering dipertukarkan dalam keseharian dan ya udalah yang penting sama-sama paham kan hahahaha.


Kenapa tiba-tiba bahas vaksin, karena Jumat lalu saya hadir di event Kenapa Harus Vaksin World Immunization Week 2021 Webinar dengan tema "101 Vaksinasi: Kupas Tuntas Vaksinasi Anak" bersama Kenapa Harus Vaksin (@kenapaharusvaksin), theAsianparent Indonesia, Sisy Prescilia, dan dr. Attila Dewanti, SpA(K) dan merasa dicerahkan kembali soal berbagai mitos dan fakta seputar vaksin.


Apa aja sih mitos seputar vaksin dan gimana faktanya?


Mitos: Vaksin hanya melindungi diri sendiri


Faktanya, vaksin bukan hanya melindungi diri sendiri tapi juga melindungi orang lain! Karena ketika kita divaksin, kita tidak berpotensi menularkan penyakit pada orang di sekitar kita.


Data juga bicara demikian. Vaksin lengkap bisa mencegah lebih dari 26 penyakit dan 2-3juta kematian tiap tahun bisa dicegah dengan vaksin. Ketika cakupan imunisasi secara global diperluas, vaksin bisa menyelamatkan 1,5juta orang lagi setiap tahun.


Inget nggak sih outbreak difteri beberapa tahun lalu? Nah itu karena 65% orang nggak vaksin DPT lengkap. Ya melindungi diri sendiri aja nggak bisa apalagi saling melindungi dengan orang sekitar, outbreak deh.



Vaksin juga bisa menghindari komplikasi penyakit serius. Misal flu, orang yang sudah vaksin influenza punya risiko lebih rendah terkena komplikasi seperti pneumonia atau gangguan sistem saraf pusat.


Mitos: Vaksin gratis lebih tidak efektif dibanding vaksin berbayar.


Faktanya, menurut dr. Attila efektivitas vaksin yang gratis maupun yang berbayar itu sama saja. Vaksin di posyandu atau di rumah sakit juga sama saja yang penting itu vaksin lengkap, sesuai jadwal, dan dengan urutan yang benar sesuai jadwal vaksin dari IDAI.



Bedanya yang gratis disubsidi pemerintah, yang bayar tidak disubsidi. Pun bisa berbeda pula dari jenisnya. Seperti vaksin DPT yang menyebabkan demam itu karena jenisnya whole cell di mana pembuatannya pakai kuman yang dilemahkan. Namun ada juga yang aseluler, di mana selnya saja yang diambil dan tidak semua kuman masuk ke dalam vaksin sehingga menurunkan risiko anak demam. Keduanya tetap merupakan vaksin aman.


Kalau pun anak demam pasca vaksin, itu wajar ya! Biasanya demam terjadi dalam 24-36 jam, lewat itu sebaiknya diperiksa ke dokter karena khawatir ada penyakit lain, bukan disebabkan vaksinnya!


Mitos: Karena pandemi, jadwal vaksin anak boleh ditunda.


Faktanya: TIDAKKKK! Jangan sampai karena takut pandemi (yang entah akan berakhir kapan) kita jadi terkena risiko penyakit lain yang sebetulnya bisa dicegah dengan vaksin ya!



Jadi baik vaksin untuk bayi, vaksin untuk balita, maupun vaksin tambahan atau vaksin booster TETAP diberikan sesuai jadwal IDAI. Bagaimana kalau terlanjur terlewat jadwal? Misal karena PSBB atau alasan lain?


IDAI menyarankan imunisasi kejar dan imunisasi ganda, yaitu vaksin beberapa dalam waktu yang sama sekaligus. Nggak masalah dan aman ya! Selama dikonsultasikan pada dokter tentunya.


Mitos: Vaksin yang sama lebih dari sekali itu berbahaya.


Faktanya menurut dr. Attila ketika orangtua ragu anaknya sudah divaksin atau belum, sebaiknya ya diulang saja karena kalau pun sebelumnya sudah pernah, sisa vaksinnya akan dibuang oleh tubuh. Tidak ada bukti pemberian vaksin akan merugikan penerima yang sudah vaksin dan vaksin tidak akan membuat penyakit bertambah parah.



Bonus: Tips Vaksin Aman Saat pandemi


Nah saya yakin sih banyak yang sebetulnya mau vaksin tapi khawatir duh ke rumah sakit lagi pandemi gini aman nggak ya? Ini tipsnya:


Cari fasilitas kesehatan yang memisahkan anak sakit dengan anak sehat. Rumah sakit ibu dan anak tentu bisa dibilang lebih aman dibanding rumah sakit umum.


Buat janji kedatangan dan datang tepat waktu. Kalau masih ada waktu menunggu, pertimbangkan menunggu di mobil.


Konsultasikan pada dokter tentang imunisasi kejar & imunisasi ganda, siapa tahu ada yang bisa diberikan sekaligus karena waktunya berdekatan. Bisa mengurangi waktu ke RS, kan.


Opsi lain, cari tempat vaksin yang bisa vaksin di rumah sehingga tidak perlu ke rumah sakit. 



Terjawab ya berbagai mitos seputar vaksin! Semoga bermanfaat!


-ast- 







LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!