-->

Image Slider

Bebe Masuk SD: Trial & Wawancara

on
Monday, December 16, 2019
Kemarin di postingan sebelumnya udah dijelasin singkat kan ya tentang gimana Bebe bisa dapet trial. Bener-bener harus bayar di menit awal-awal banget. Nah, sekarang saya mau share pengalaman trial dan observasi masuk SD di Jakarta.

Selfie di taksi dengan appa dicrop karena biar landscape :))))
Balik dikit ke soal bayar trial, pas ketemu ibu-ibu lain juga mereka bilang emang langsung bayar di menit awal, soalnya anak daycare-nya Bebe yang mau bayar di hari ketiga pendaftaran jadinya udah nggak bisa padahal pendaftaran dibuka selama 3 hari. Karena kuotanya abis gitu lho, jadi yang bisa ikut trial juga terbatas.

Persiapan trial SD

Setelah bayar, nggak lama langsung dapet email tentang trial ngapain aja dan apa aja yang perlu dibawa saat trial. Ini saya copas aja ya dari suratnya, terlalu malas menulis ulang.

09.00 – 11.00: Trial Session (for student only) in classroom.
09.00 – 11.00: Focus Group Discussion (for both mother and father)

Things to bring :
1. For your child: Water Bottle, Snack, and spare clothes (underwear, shirt and pants).
2. For parents: Please download, complete, and bring the hard copies of these following documents.

Kindly check the availability of both mother and father to come on our scheduled trial date as we do not apply any policy for trial rescheduling.

Dokumennya itu tentang lingkungan kehidupan anak dan surat pernyataan orangtua. Yang lingkungan kehidupan anak detail banget sih sampai bisa tengkurap umur berapa? Duduk umur berapa? Lancar bicara? Mengenal warna?

Akhirnya ngerasa berguna juga nulis milestone Bebe pas bayi di blog karena jadinya bisa jawab pertanyaan ini dengan tepat dan nggak “KAYANYAAAA …” LOL. Lalu ada list sifat anak, keadaan fisik dan kebiasaan harian.

Apa masalah yang sering dihadapi anak di rumah? Dalam pergaulan? Apa yang dilakukan anak saat waktu luang? Bagaimana mengajarkan kemandirian? Bagaimana menerapkan kedisiplinan? Apa tantangan ortu dalam membesarkan anak?

Cincailah ya *SHOMBONG ANDAHHH*. Hari-hari banget kayanya akutuh di kantor nulis parenting, di IG nulis parenting, ya udah gitu aja kaya sharing biasa isi dokumennya.

Pengumuman trial ini di 5 November, trial di 16 Desember. Kami punya 9 hari untuk mempersiapkan diri dan sounding pada Bebe.

Sounding pada Bebe

Sejujurnya ibu dan appa juga deg-degan banget karena sebagai anak yang slow to warm up, ya pasti Bebe butuh waktu lah untuk nanti mau jawab pertanyaan, mau disuruh ini itu, dll.

Mana yang bikin deg-degan adalah kami berpikir Bebe akan masuk kelas sendiri dan parents (both) akan di kelas terpisah. Karena kan di suratnya begitu kan. (Ternyata kami salah lol nanti cerita sesuai kronologi ok).

Bebe pasti merasa tidak adil karena dia suka gitu, jealous kalau ibu dan appa berdua sementara dia sendiri. Mempertanyakan "kenapa aku sendiri? Kenapa ibu dan appa berdua" :( Sedikit panik juga karena diceritain temen kantor, anaknya setipe sama Bebe, slow to warm up dan in the end ibunya harus ikut masuk kelas selama trial HUHU AKU NGGAK MAU BEBE BEGITU. :(

Daftar sounding pada Bebe yang tiap saat diulang:

Dalam kekhawatiran dia tidak mau masuk kelas:

“Kamu akan masuk kelas bersama anak-anak lain. Aku dan appa akan masuk kelas lain dengan ayah ibu lain. Aku dan appa deg-degan lho karena akan dites juga. Kamu deg-degan nggak?”

Dalam kekhawatiran dia tidak mau disuruh baca/tulis/hitung/mewarnai/dll karena takut di tempat baru:

"Merasa takut itu boleh karena kamu kan tidak kenal sama missnya. Baru pertama kali juga ke ruangannya. Jadi tidak apa-apa kalau merasa takut tapi kalau missnya tanya kamu jawab ya! Kalau tidak tahu bilang 'tidak tahu' ya, Xylo!"

“Xylo, miss di sekolahmu sekarang sudah tahu kamu bisa baca, menulis, mewarnai. Tapi kalau miss di SD kan belum tahu kamu bisa. Kalau kamu tidak kasih lihat, missnya tidak akan tahu kalau kamu bisa. You have to prove it ok!”

Dalam kekhawatiran dia cranky karena laper/ngantuk:

“Xylo nanti sebelum tes kamu harus tidur lebih cepat dan harus sarapan biar kamu kuat”

Dalam kekhawatiran dia tidak diterima:

“Kalau kamu tidak diterima itu bukan salahmu kok. Selama kamu sudah berusaha, tidak diterima tidak apa-apa. Ibu tidak marah, tidak sedih. Kita akan cari sekolah lain yang juga seru ok.”

Bebe tuh sempet bilang “ibu, aku takut nggak keterima” terus aku lil cry karena duh mungkin dia merasakan anxiety aku dan JG yang emang takut nggak keterima huhu. Plusss, ada satu anak daycare Bebe sekarang yang SD nya di situ juga tapi daycarenya masih di daycare Bebe jadi dia merasa “wah so cool anak SD tuh, aku mau di SD dia” gitu.

Dalam kekhawatiran ada yang membuatnya tidak nyaman:

Saya suruh dia pilih sendiri baju yang akan dipake, sepatu, botol minum, kotak makan, semua pilih sendiri daripada terus mood berantakan nggak mau masuk kelas.

Pas pilih baju buat dibawa (ada di list things to bring), dia bilang “ibu, tapi aku nggak mau ganti baju depan miss, aku malu”.

Saya jawab “iya boleh kalau tidak mau, tapi bilang ya tidak mau karena malu”.

Dia bilang oke T_______T Astaga nulis ini aja kerasa lagi nervous-nya waktu sounding T_______T.

Hari H Trial

Pesan dari sekolah sebaiknya memakai angkutan umum biar nggak susah cari parkir. Jadi kami memutuskan untuk pake taksi aja. Bebe (surprisingly) excited banget, bangun nggak susah, sarapan gampang, sat set banget siap-siapnya.

Nyampe di sekolah memang terlalu pagi karena niatnya begitu. Kami berniat untuk dateng at least 30 menit sebelum trial dimulai biar Bebe pemanasan dulu. Diajak keliling sekolah dulu, ngintipin kelas satu-satu. liat kolam renang, playground, dan saya puji lebay semuanya biar dia semangat.

Saat waktunya tiba, ibu dan appa yang lil shock karena ternyata kelas ayah dan ibu DIPISAH LOL. Untung Bebe belum masuk kelas jadi kami masih sempat menyemangati dia dengan “Wah ternyata ibu sendiri, appa sendiri, Xylo sendiri nih. Kita semua harus mau menjawab ya kalau ditanya miss!”

Jadi ayah-ayah FGD dengan sesama ayah, ibu-ibu FGD dengan sesama ibu. Sesi 1 FGD, sesi 2 penjelasan dari sekolah soal kurikulum, biaya, dll. Nggak panik sih karena beberapa hari sebelumnya udah ngasih link blog ke JG biar inget aja apa yang kira-kira akan kita omongin.

Ngasih link ini aja sih. Ini kan udah merangkum semua kehidupan parentingku: Memahami Anak

Dan ternyata yang trial hanya 7 anak, yang diterima 5 anak. Kesempatannya besar karena yang susah mah visit dan dapet jadwal trial nyawww. Dari 7 anak itu yang 3 udah naro nama sejak anaknya umur 3-4 tahun. Seperti saya tentunya lol. Sisanya yang masuk SD itu anak yang TK di situ juga emang.

FGD seputar pengasuhan, bullying, peran sekolah, montessori, dll. Diawasi oleh psikolog dan seru ajaaa. Ya kaya rumpi ibu-ibu cuma lebih niat karena ketaker banget ya mana ibu-ibu yang tau banget anaknya, mana yang nggak. Tapi ada satu ibu yang nggak mau ngomong sama sekali lho. Sampai dipersilakan aja dia nggak mau ngomong. Itu mengapa ya apa punya masalah kepercayaan diri? T_______T

Lalu ada 2 ibu juga yang suaminya tidak hadir. Jadi ibu-ibu FGD nya bertujuh, ayah-ayah cuma berlima. Kata JG dia katanya yang nge-lead FGD ayah-ayah dan selalu kasih opini pertama HAHAHA. Baru kusadari ini pentingnya sepakat sama suami soal pengasuhan. Karena bayangkanlah ditanya soal pengasuhan dari sisi ayah dan ibu di tempat terpisah, kalau nggak sepakat kan bisa beda banget jawabannya.

Akhirnya selesai, Bebe juga selesai dan dia udah teriak-teriak aja main sama anak lain. Happy banget tapi ditanya ngapain aja nggak mau jawab. Pembicaraan kami cuma seputar “appa tadi bisa nggak sih jawabnya? Ibu bisa sihhh tapi deg-degan sedikit tapi ibu bisaaa!” Untuk validasi emosi Bebe aja bahwa Bebe wajar kok tadi deg-degan tapi ibu yakin Bebe bisa. :'))

Baru besoknya dia ceritain urut ngapain aja selama trial. Kurleb:

- Simpan tas sendiri, buka sepatu sendiri
- Menulis nama barang di rumah, menulis nama teman di sekolah (“Aku mau tulis semua nama temen-temen aku tapi capek jadi aku cuma tulis si X aja” lol ALASYAANNNN)
- Menggambar, mewarnai, melipat, menggunting, menempel
- Makan sendiri
- Nggak ganti baju, mungkin jaga-jaga aja itu baju takut keringetan/basah.

Setelah itu bikin janji untuk interview ortu. Harusnya Senin besoknya langsung tapi JG hari Senin nggak bisa jadi reschedule ke hari Rabu. Bebe nggak perlu ikut jadi cuma saya aja dan JG sebelum pergi ke kantor.

Wawancaranya santai sihhh, 45 menitan lah. Cuma emang ditunjuk gitu sama missnya jadi dia nanya satu pertanyaan terus dia bilang “iya silakan ibu jawab lebih dulu” atau “silakan sekarang bapak lebih dulu” gitu jadi emang keduanya harus punya opini, nggak bisa misal ibunya terus yang jawab terus ayahnya cuma nambah-nambahin doang.

Pertanyaannya seputar yang ada di dokumen awal dan alhamdulillah lancar sampai di pertanyaan terakhir yang agak bikin tarik napas dulu sebelum jawab:

“What kind of parents are you?”

NAH LOH. Nanti bahas ah di IG soal ini untuk bikin mikir kalian semua juga HAHA. Selancar-lancarnya saya ngomongin gaya parenting, agak nelen ludah di sini karena nggak pernah mikirin sama sekali. What kind of parents are you?

*

Waktu berlalu, saya sambil mempersiapkan ujian CFP, belajar, staycation terus pengumuman dan Bebe diterima! WUHUUUU. Seperti satu beban lepas sih waktu itu tuh karena ada satu beban lagi yaitu takut saya nggak lulus ujian CFP :((((. Alhamdulillah lulus juga sih lol.

What a year!

Langsung semangat mau beliin Bebe seragam Pramuka sebelum teringat kalau sekolahnya masih tahun depan ih takut keburu nggak cukup. Berakhir sudah pencarian SD Bebe dan saya mau santai dulu sebentar sebelum mulai deg-degan untuk … cari SMP Hahahaha.

Harusnya nggak sesusah cari SD sih ya. Semoga. Doakan kami selalu yaaa! :*

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe Masuk SD! (1)

on
Tuesday, November 26, 2019
Ehhh perasaan baru kemarin nulis blog Bebe masuk preschool tuh. Kalau nulis melahirkan rasanya udah lama banget. Sebuah pertanda kalau 6 tahun itu lama tapi 3 tahun itu sebentar. -______-

Mulai dari mana ya, saya pengen cerita detail sih karena emosinya naik turun banget akhir-akhir ini tuh hahahaha. Di saat yang bersamaan ada Bebe yang tes SD, ada kantor yang pindah gedung, ada kerjaan lain saya yang demand 100% attention, ada JG yang gathering kantor dan pulang malem terus. Capekkkk.


Tapi mari fokus pada SD ya!

Tahun 2017 kami udah mulai cari SD. Lebih karena kepo, apa bedanya sih SD-SD itu tuh? Kenapa uang pangkalnya ada yang cuma belasan juta dan ada yang ratusan juta? Kalau jawaban kalian “karena gengsi” yhaaa rada shallow sih karena dari fasilitas aja udah pasti jauh banget bedanya.

Bisa dibaca di sini awal pencariannya: Bebe Mencari SD 

Waktu itu belum survey SD di Jakarta sama sekali karena bingung banget. Rumah dulu di Jakarta Barat dan kayanya SD-SD yang terkenal tuh kebanyakan pada di Jakarta Selatan gitu kan. Di sekitar rumah bener-bener nggak ada SD yang cukup oke. Jadi jangankan visit, cuma browsing-browsing aja lalu ngeluh stres hahahaha.

Waktu itu kondisinya Bebe udah beberapa bulan preschool montessori dan eye-opening banget. Kaget karena kok bagus banget ya montessori ini tuh. Sesuai dengan value keluarga kami yang kami ngarang sendiri terus ternyata masuk banget sama teori-teori montessori. Seneng banget karena rumah dan sekolah jadinya satu tujuan.

(Prinsip keluarga dalam membesarkan anak ada di sini: Memahami Anak)

Ada satu sekolah montessori yang dipengenin tapi di Jakarta Selatan, kita sebut sebagai sekolah pertama. Jauh banget, apa perlu pindah rumah? Tapi diabaikan dan nggak dipikirin serius karena udalah, liat nanti aja. Lagian kok waktu itu berasa mahal banget sekolahnya ahahaha. Jadi kondisinya masih belum tau banget nih Bebe akan sekolah di mana. Gitu emang saya mah anaknya, well-planned tapi nggak ngotot banget hahahaha.

Memang rezeki ya, tiba-tiba kok pindah kerja ke Jakarta Selatan! Sebagai penganut kantor harus dekat rumah ya kami pindahlah! Lalu tiba-tiba di sekolah itu jaraknya jadi cuma tinggal 2 km dari rumah. Sedeket itu sampai Bebe pernah bilang “kayanya kita bisa jalan kaki deh ibu ke sekolah” HAHAHAHA. Deket, tapi kalau jalan kaki mah lumayan juga capek atuh. :(((

Karena udah deket jadinya excited banget mau survey, kemudian drama dimulai karena mau bikin janji visit aja susah ternyata. Teleponnya nggak diangkat terus. Kalau cerita sampai di sini orang komentarnya pasti “datengin langsunglah!” YA UDAHLAH! Tetep nggak boleh masuk kalau belum ada janji hahahaha.

Singkat cerita kami pada akhirnya bisa visit dan mulai panik. Ehhhh ini kan masih 2018, tahun ajaran 2018/2019 aja belum mulai. Sementara Bebe baru akan tes di 2019, sekolah di 2020, apa masih akan tercatat namanya? Apa perlu visit lagi? Apa perlu gimana nih?

(Saat visit nanya apa aja? BANYAAKKK. Saya punya listnya: 40+ Pertanyaan Saat Mencari SD)

Sebagai anak Jaksel baru pindah, tahun 2018 itu saya sempet juga ikut open house dan liat-liat sekolah lain. Nggak ada yang segitunya dipengenin. Ada satu sekolah yang agak sreg karena anak-anaknya sopan dan pede banget. Bahasa Inggrisnya logatnya American semua gitu. Bangunan oke, jarak oke.

Tapi masalahnya ada di kurikulum Cambridge dan saya nggak yakin Bebe cocok sama Cambridge yang akademik banget. Dan ini sekolah jelas akademik banget karena bahkan kelasnya dipisah untuk anak yang Math nya nilainya oke dan kurang oke hahahaha. Katanya untuk mempermudah guru mengajar tapi kan kan kan, bikin keder ortu hahaha.

Fast forward ke sekitar bulan Agustus kemarin saya tanya-tanya lagi ke admin sekolah pertama, jadi kapan miss pendaftarannya? Katanya tenang aja, nanti akan dikabari kok kalau pendaftaran untuk 2020 udah dibuka, tapi memang belum bisa bilang tepatnya kapan. Hello, anxiety ~~~. Nggak bisa akutuh digantungin gitu. Deg-degannya ampunnn.

Mikirin semacam “kalau kelewat gimana?” atau “kalau ternyata dia liat listnya yang visit 2019 aja gimana?” ya ampun kenapa sih suka meragukan hahahahaha.

Bulan Oktober datang dan belum ada kabar juga kapan pendaftaran dibuka sementara SD-SD lain udah open house dan buka pendaftaran, lalu mulai mempertanyakan diri sendiri: KOK UDAH LAST MINUTE GINI NGGAK PUNYA PLAN B DAN C SIH! *PANIK*

Akhirnya berdua sama JG cuti sehari dan keliling LAGI cari SD di Jakarta Selatan untuk jadi pilihan dua dan tiga hahahahaha. Ok nemu dan jadi mayan lega. Mikirnya udah sampai level, kalau diterima di sekolah pertama alhamdulillah, kalau nggak diterima ya udalah biar aja. Nggak semua yang kamu mau bisa kamu dapat, ibu. Bukankah ibu suka bilang gitu pada Bebe? HAHAHA.

Penantian berakhir dan dikabarin kalau pendaftaran udah dibuka, diwanti-wanti karena daftarnya online jadi “segera setelah dibuka ya ibu supaya dapat kuota untuk trial”. Lho kok kaya war beli tiket konser gini. Tapi karena daftar di menit pertama banget, dapetlah akhirnya. Bayar trial, trial, wawancara ortu, daaannn … diterima!

Alhamdulillah. Langsung diterima di pilihan pertama jadi nggak perlu tes dan trial lagi di tempat lain. :’))))

Kalau kalian bertanya-tanya kenapa segininya amat nyari SD. Ya biar aja karena saya mah nyari preschool dulu juga SEGININYA HAHAHAHA. Apalagi SD 6 tahun banget dan saya sama sekali nggak mau ada cerita dia mogok sekolah. Jadi pastikan pilih sekolah yang sesuai karakter anak dan bikin anak happy jalanin hari-hari sekolahnya.

Seperti janji ibu pada Bebe, “Aku akan selalu cari sekolah yang seru buat kamu”. Terbukti sekarang aja pas preschool belum pernah tuh mogok sekolah sehari pun. Belum pernah Bebe bilang “nggak mau sekolah ah” gitu. Karena dia merasa sekolahnya menyenangkan. :’)

Detail hari trial dan wawancara ortu saya tulis di part 2 ya.

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang Film “Bebas”

on
Monday, October 28, 2019
Minggu lalu, saya sama beberapa temen kantor mampir ke Kemang Village untuk nonton film “Bebas”. Agak telat karena film ini udah premier dari awal Oktober kan, tapi emang hypenya agak kurang nggak sih? Atau di circle saya aja agak kurang bergaung?



Temen-temen pada nonton sih, semua Insta Story setelahnya dan bilang bahagia setelah nonton film ini. Tapi lalu sudah. Film ini nggak buka ruang diskusi, jadi rata-rata pujiannya pun sebatas:

“Bagus bangeeett. Senyum dari awal sampai akhir”. DONE. Nggak ada IG story lanjutan tentang pengalaman lain nonton filmnya.

Tapi namanya filmnya Riri Riza dan Mira Lesmana, saya tetep penasaran lah pengen nonton. Karena AADC kan mengubah hidup, plus Petualangan Sherina yang sampai sekarang saya masih hapal kata per kata HAHAHAHA.

(Baca: Cerita AADC Mengubah Hidupku)

Sepanjang nonton, betul saya tersenyum. Setelah nonton, betul saya bahagia. Tapi apesnya, saya dicancel taksi online berkali-kali, sampai terdampar satu jam lebih di lobi Kemang Village dan itu bener-bener ngasih saya banyak waktu untuk … mikirin filmnya.

Kok gitu ya filmnya? 

Akhirnya kemarin niat banget nonton versi Koreanya dulu sebelum nulis biar ada referensi. Ingat ini pendapat saya dan mengandung spoiler jadi kalau nggak suka sudahlah nggak perlu lanjut baca. Stop di sini!

Btw cuma mau bilang ini film sampai peran-peran kecilnya aja orang ngetop semua. Bahkan yang cuma beberapa detik aja bisa Happy Salma sama Oka Antara tuh gimana nggak kagum?

Saya bahas dari pemeran utama ya.

Vina

Waktu awal, dikitttt terganggu sama kepang dua karena seumur hidup di Bandung nggak pernah liat cewek culun kepang dua kecuali di film, stereotyping hhh. Oiya, Vina orang Sumedang ya bukan Bandung ok sori.



Logat Sundanya pun kurang banget. Mana dipasanginnya sama Sarah Sechan, Irgi Fahrezi, Happy Salma pula yha jomplang karena Sunda mereka natural banget. Ya udah maklum, Maizura kan orang Makassar.

Saya suka penggambaran masa lalu dan masa kini Vina yang semirip itu sampai dibikin semacam “cermin”. Semua yang terjadi pada Vina remaja, ternyata dialami juga oleh Mia, anak Vina yang sudah remaja.

Saya kan overthinking ya, tentu langsung mikir wah gila kalau dulu waktu remaja jadi korban bully, bisa jadi kamu jadi nggak percaya diri seumur hidup. Karena nggak PD, kamu jadi nggak punya kemampuan emosi yang baik untuk membangun keluarga apalagi menghadapi anak remaja!

Agak terbukti karena setelah Vina menelusuri lagi masa remajanya, berdamai dan selesai dengan masa lalu, dia jadi lebih berani menegakkan kebenaran dan anaknya tampak kagum gitu karena ibunya berubah. :’)

Kris

Mulai dari mana ya Kris ini tuhhh.



Saya pertama nonton Sheryl Sheinafia akting di Galih & Ratna dan aktingnya biasa aja, malah mengingatkan sama Acha Septriasa circa "Heart" dan "Love is Cinta" lol. Tapi di sini Sheryl aktingnya oke, natural dan cocok sama karakternya.

Yang rada bosen itu dia mengulang (seinget saya lebih dari sekali soalnya) tentang “perempuan harus kuat” secara verbal. Kris remaja sama Kris dewasa sama aja ngulang ngomongin soal perempuan kuat ini. Padahal iyaaa udah tau kok.

Film ini emang mengusung tema girl power tapi dengan karakter dia yang leader, jago taekwondo, rela berantem demi belain temennya, tanpa dia bilang ecara verbal “nggak suka diinjak-injak” (kurleb gitulah kalimatnya ya) juga kita semua tau kok dia kuat.

Yang agak bingung pas berantem dewasa tuh. Sepanjang film kita liat dia lemes pucet muka abu-abu, lalu pas mau berantem tiba-tiba mukanya bersinar wow pertengkaran memang memacu adrenalin ya.

Suci

Min Hyorin (pemeran Suji) itu cantiknya dingin gitu sementara Suci lebih ke jutek, pegel banget liat dia judes terus sampai lega banget akhirnya dia ketawa. Terus saya sampai browsing loh apa tahun 1995 rambut keriting panjang gitu lagi tren?




Kayanya tahun 80-an nggak sih rambut keriting tuh? Zaman Desi Ratnasari jadi Gadis Sampul, sementara 1995 tuh udah angkatan Andhara Early sama Dewi Rezer, rambutnya udah nggak ngembang amat. Btw kalau dari muka ya, muka Vina justru yang cocok banget buat gadis sampul hahahaha.

Gadis Sampul 1989

Gadis Sampul 1995
Detail kecil tapi jadinya mikirin sepanjang film gituuuu. *tetep overthinking* Iya cuma film cuma jadinya kurang relate aja gitu.

Jojo

JOJO! Tokoh favorit! Passs banget dibikin satu cowok karena di versi Sunny tuh anggota gengnya kebanyakan, cewek semua pula, pusing siapa yang mana. Kebanyakan karakter gitu.

Thumbs up karena nggak potraying cowok ngondek dengan jalan melambai dan ngomong pake bahasa banci. Natural, ngondeknya nggak lebay tapi dapet.



Jojo remaja dan Jojo dewasa sama-sama keren banget. Jojo ngingetin sama orang-orang yang nggak bisa jadi diri sendiri karena harus jaga nama baik keluarga. Juga tentang orientasi seks Jojo yang harus disembunyikan, demi apalagi selain membahagiakan keluarga.

Di sosok Jojo ini isu gender di Indonesia disindir dan kerasa banget kalau yang nulis Gina S. Noer ahahahaha.

Jaka

YA TUHAN CRINGE BANGET INI TOKOH SUNGGUH. Dari dia muncul dan kaku, saya nahan ketawa sendiri karena di otak tuh dia macam anak Indie penikmat senja pendaki gunung kalau zaman sekarang. UNTUNG PAS GEDE JADI OKA ANTARA. Kalau tidak, anda tidak tertolong hahahahaha. Cringe 100%.



Pas nonton versi Korea astagaaa ternyata emang sengaja dibuat cringey banget tokohnya ya. Yang versi Korea cringenya 120%. Hahahaha.

Keseluruhan cerita

Awal-awal tuh kita (oke saya) dibuat mikir kalau mereka temenan at least 5 tahun lah. Selama SMA dan perlahan lost contact saat kuliah. Pas tau mereka cuma temenan 1-2 tahun tuhhhh … bingung.

Coba ya, temenan cuma 2 tahun, iya sih kompak tapi abis itu ngilang 23 tahun tanpa kontakan sama sekali DI ERA DIGITAL. Apa setelah dikeluarin dari sekolah tuh nggak masih teleponan dan nginep bareng? Nggak main bareng sama sekali? Sementara selama ini saling mengunjungi rumah kan.

Tandanya nggak sepenting itu aja plisss? Emang cuma pernah deket lalu bye. Mending kalau sekolahnya boarding school gitu yang biasanya emang jadi akrab banget. Ini mah kan nggak.

Dan sori nihhh, kurang relate, orang dewasa mana di tahun 2019 yang kalau anaknya dibully tuh malah balik bully sampai ditangkep polisi? :)))))

Pas nonton versi Sunny baru ngerti ohhh ya maklum film Korea. Lebaynya suka level kocak gitu kan ya. Rada nggak masuk kalau jadi film Indonesia hahahaha. Soalnya di Sunny tuh berantemnya udah level Warkop DKI banget, baik saat berantem sama polisi maupun berantem sama si pembully. Komedi gitu sampai terbang-terbang segala.

Kalau yang versi Bebas kan nggak dibuat selawak itu jadinya nanggung dan mempertanyakan: Harus ya diberantemin?

Meski bingung tapi tetep kocak sih adegan mereka cekikikan di mobil polisi. Beneran ikut ngikik ketawa dan pengen ikut joget. :)

Abis itu dikasih warisan dengan nominal lebay? WHIW. Apakah selama 23 tahun si Kris ini nggak punya sahabat lain sama sekali? Sampai yang stay di rumah mereka doang? Joget pula di tempat orang meninggal?

Setelah nonton versi Koreanya baru ngerti ohhhh urusan warisan emang khas kelebayan film Korea aja itu mah. Dance-nya juga lebih nyambung di Sunny karena dance-nya ala KPop idol gitu bukan sekadar dance-dance iseng geng anak Indonesia.

Lalu pertanyaan selanjutnya kenapa atuh di tahun 2019 ngasihnya DVD? Apakah nggak bisa diupload di Google Drive atau share aja via WhatsApp group? Ngeburn-nya di mana itu DVD coba tolong dikasih tau. :(

Yang Korea DVD okelah karena ceritanya tahun 2011.

Tapi kalau ditanya suka yang mana, ternyata tetep saya lebih suka yang versi Indonesia sih hahahahaha. Alurnya lebih enak, gengnya lebih oke, sekolahnya lebih nyata karena campur cewek cowok. Kecuali part si bully lebih suka yang Sunny karena di Bebas kenapa yang bully harus cowok ya? Aneh nggak sih cowok tukang mabok mau gabung sama geng cewek-cewek dance SAMPAI NGEBULLY tuh?

OK KALAU GITU ELU AJA YANG BIKIN FILMNYA, CEU! HUHU IYA MAAP.

Ya udalah memang ini jenis film yang butuh pembelaan “namanya juga film ahelahhh” gitu jadi ya udalaahhh namanya juga film hahahaha. Plus mungkin saya nggak relate karena tahun 1995 saya memang belum SMA, beda dengan AADC yang sangat relate karena jadi remaja di tahun yang sama.

Di luar berbagai pertanyaan saya itu, ada beberapa pesan di film ini. Selain soal Vina dibully dan anaknya pun ternyata dibully, ada pesan soal mimpi. Bagaimana saat remaja, mimpi kita itu untuk diri kita sendiri. Sementara saat dewasa, kita terpaksa berbagi mimpi dengan orangtua, anak dan suami. Mimpi kita gimana?

Juga soal pemeran utama. Kita adalah pemeran utama di hidup kita masing-masing. Bukan cuma pemeran pembantu bagi suami atau anak. Gimana mau menjalani hidup sebagai pemeran utama?

Meskipun menurut saya sih ya kan nggak semua orang mau jadi pemeran utama ya, kalau jadi pemeran pembantu bikin kamu bahagia ya udah atuh nggak apa-apa. Cuma nggak mungkin muncul di film lah pesan kaya gitu karena kurang empowering dan mengurangi napas girl powernya hehehe.

Ya udah gitu aja. Yang belum nonton tapi udah baca ini, nonton aja nggak apa-apa. Seneng kok nontonnya, sinematografinya oke dan bikin mellow karena memang nunjukkin sisi emosional dari Jakarta. Dijamin senyum deh pas keluar bioskop. Menghibur sekali. :)

Daannn, dijamin stres liat Marsha Timothy karena cantik banget :(((((




-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Kapan Berhenti Khawatir?

on
Tuesday, October 15, 2019
Bulan lalu, saya ulang tahun ke-31. Untuk pertama kalinya sejak diserang quarter life crisis, saya merasa tenang. Ya, lebih tenang lah paling tidak, belum 100% tenang hahaha.



Apa saya jadi lebih tenang karena sudah tahu apa yang saya mau? Tentu tidak. Apa saya jadi tenang karena sudah yakin pada tujuan hidup ini? TENTU TIDAK JUGA LOL. Tapi minimal sekarang saya bisa me-manage adulthood anxiety-nya dengan lebih baik. *halah kenapa atuh ngomong suka campur-campur gitu*

Kayanya memang “tenang” jadi tujuan hidup yang paling sulit ya. Titik di mana kita (mungkin) merasa semua akan baik-baik saja meski kita tetap tidak tahu kejutan hidup apa yang akan datang. Titik di mana kita merasa kalau khawatir itu boleh dan normal, selama ada di batas wajar

Bisakah kita ada di titik itu? Di mana batas wajar untuk khawatir? Kapan kita bisa menemukan tenang?

*tarik napas*

Satu hal yang terberat dari menjadi dewasa adalah perasaan kalau kita limbung, bingung, semua jadi tidak jelas lagi tujuannya apa. Sekolah, kuliah, menikah. LALU APA? Bekerja dan cari uang? Sampai kapan? Sampai kapan harus mencari uang untuk bertahan hidup?

(Baca: The Scary Scary Adulthood)

Saya jadi tidak heran kenapa stereotype orang tua seperti nenek-nenek dan kakek-kakek itu cerewet dan banyak mempermasalahkan hal kecil. Bayangkan sudah menjalani hidup di dunia selama 70-80 tahun lalu … apa? Menunggu kematian? That sounds low-spirited, pessimistic, and … saddening. Imagine the anxiety they have, the challenge they face, playing a waiting game after years and years of a full survival mode.

Tapi setelah lama sekali ada titik terendah dalam hidup, akhirnya saya bisa sedikit tenang. Saya bisa jauh lebih sedikit merasa khawatir.

Ketenangan itu datang lewat banyak hal. Satu sama lain saling berkaitan dan memang tidak ada tips cepat melewatinya selain dijalani. Baik dijalani dengan baik atau pun dengan buruk. I’ve been through both scenarios but eventually, time heals. Not all wounds but at least some of the frustration and disappoinment has disappeared.

Di kasus saya, saya akhirnya merasa baik-baik saja setelah melewati bertahun-tahun inferiority pasca melahirkan dan punya anak. Akhirnya saya sudah bisa menerima kalau karier saya pasca punya anak tidak lagi bisa sama seperti orang yang tidak berkeluarga. Apalagi untuk ukuran saya yang masih punya standar ideal di sana sini. Akhirnya setelah hampir 10 tahun bekerja, kondisi finansial sudah semakin stabil sehingga berbagai kekhawatiran otomatis berkurang.



Decluttering lagi

Berikutnya saya belajar banyak dari mas Adjie Santosoputro. Saya datang satu sesi talkshow-nya tentang consumerism lalu saya diingatkan kalau mungkin salah satu hal yang masih saja membuat saya berat menjalani hidup adalah punya terlalu banyak barang hahahahaha.

Saya sih termasuk yang percaya, semakin sedikit barang yang kita punya, semakin sedikit pula hal yang harus saya pikirkan. Percaya sih percaya, tapi kalau lagi down tuh bawaannya ya belanja deh biar bahagia hahahahaha. Kesel kan. Kesel karena belanja itu barang nambah, uang ngurang lol.

Tahun ini saya agak tidak terkendali, setelah lancar menahan diri untuk beberap lama, tahun ini saya beli sepatu saja ada sepertinya 4 sampai 5 pasang. Belum tas dan baju hahahaha. Tas saja saya beli 4 tas baru. Terlalu banyak dan jelas berlebihan. Malah jadi tidak tenang melihat barang bertumpuk sekian banyak.

Pulang dari talkshow itu saya kembali decluttering. Sudah 2 bulan belakangan kami kembali membereskan rumah dan memilah mana yang penting mana yang tidak. Bebe juga sama, ia memilih dan memilah mainannya untuk diberikan pada orang lain. Sekarang rumah sudah agak lega, tenang rasanya.

Saya juga lebih hati-hati lagi membuang barang karena baru mengerti tentang zero waste lifestyle. Saat proses decluttering pertama karena KonMari 2 tahun lalu, saya BUANG SEMUANYA tanpa peduli buang ke mana. Waktu itu rasanya yang penting keluar dari rumah, saya tidak memikirkan bahwa semua itu akan hanya berpindah tumpukan ke tempat pembuangan sampah.

Jadi sekarang saya pilah dan benar-benar saya sumbangkan pada orang lain yang sekiranya membutuhkan. Kalau pun sampai harus dibuang karena bingung harus memberi pada siapa, pastikan tidak dimasukkan ke dalam tong sampah dan disimpan saja di bawah tempat sampah. Karena tinggal di apartemen, banyak kemungkinan orang bisa ambil karena memang tempat sampahnya pun bersih. Teman saya pernah lho memungut stroller anak yang dilipat kemudian dibuang begitu saja di tempat sampah hahahahaha.

(Baca: Beres-beres Rumah, Setahun Kemudian)

Menyadari perasaan khawatir

Selain decluttering, saya juga berusaha lebih menyadari perasaan khawatir. Ketika orang bilang, sadari emosimu sendiri, validasi emosimu sendiri, rata-rata yang dimaksud adalah emosi sedih, marah, atau kecewa. Jarang sekali orang yang mengkategorikan “khawatir” sebagai bentuk emosi.

Atau mungkin memang bukan kali HAHAHAHA. Saya kan bukan psikolog ya. Tapi yang jelas, khawatir juga bagian dari perjalanan emosi yang baru saya paham harus disadari sepenuhnya. Semacam:

“Oh saya sudah terlalu lama khawatir”

“Apa saya perlu sekhawatir ini pada hal yang baru akan terjadi tahun depan?”

“Apa perlu saya khawatir dan tidak enak hati untuk hal baru terjadi besok?

Hidup dulu di sini dan kini. Sekarang bukan besok, fokus pada apa yang harus dilakukan sekarang bukan khawatir pada masa depan. Terus menerus saya mengingatkan diri sendiri untuk merasa tenang dan membuat prioritas kekhawatiran. Sekarang khawatir apa dulu nih? Besok ya besok saja, jalani pelan-pelan.

Setelah melatih pemikiran itu, tidur saya juga jadi lebih nyenyak. Bayangkan dulu sebelum tidur ya, otak saya selalu berkejaran memikirkan besok, minggu depan, sampaaaiii jauh nanti Bebe di masa depan, blablabla. Banyak kekhawatiran yang akhirnya membuat sulit tidur. Sekarang setelah disadari kalau itu kurang sehat, saya selalu kembali memfokuskan diri untuk “ah pikirinnya besok lagi deh, sekarang tidur dulu”.

Ternyata bisa lho begitu. Ternyata bisa melatih diri untuk berhenti khawatir berlebihan. Bisa untuk seperti saya yang semua dipikirin dan seringnya dipikirin dalam satu waktu. Ya capek, besok lagi kan bisa.

Nikmati hidup sekarang dulu aja, kalau khawatir dicari solusinya satu-satu. Kalau mau rada puitis dikit: Tidak usah buru-buru, kita tidak dikejar waktu. *DIKEPLAK FINANCIAL PLANNER LOL*

Lucu ya, sementara financial planner tuh merencanakan semuanya sedetail mungkin sampai ngomongin warisan padahal masih muda, saya malah menyeimbangkan semuanya dengan tidak terlalu khawatir. Jangan takut, semua ada porsi dan waktunya masing-masing.

Oiya, ada orang yang memang terlahir kalem dan tidak khawatiran, ada orang yang terlahir santai saja meski tanpa rencana. Saya yang dulu suka cranky menghadapi orang seperti ini akhirnya bisa paham. kalau bisa tidak takut kenapa harus takut? Kalau bisa tidak khawatir, kenapa harus mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi?

Pada akhirnya yang bisa kita lakukan kan cuma berusaha. Berusaha untuk punya hidup yang kita mau. Untuk saya sekarang, saya hanya akan terus mencari ketenangan. Jiwa raga, lahir batin. Setidaknya saya sudah tahu apa tujuan hidup saya sekarang. Semoga kalian juga ya!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Menjawab Salah Paham Seputar Vagina

on
Tuesday, September 10, 2019
[SPONSORED POST]


Ngomongin vagina lagi yukkk. Yang padahal namanya bukan vagina hahahahahahaha.

Iya, bagian luar yang kita sebut dengan vagina itu sesungguhnya adalah vaginal opening alias liang vagina. Vagina yang sesungguhnya ada di dalam, di antara labia minora dan serviks.

Keseluruhan bagian luar itu namanya vulva. Vulva terdiri labia minora, labia majora, klitoris, uretra (saluran kencing), dan perineum. Itu semua vulva.

Kenapa ini penting? Karena jadi agak bingung nih sex education ke anak jadinya mau sebut dengan “penis dan vagina” atau “penis dan vulva?” So far saya masih penis dan vagina karena semua orang di sekitar Bebe masih pakai penis dan vagina.

Salah satu tujuan sex education dengan istilah sebenarnya itu kan biar nggak membingungkan bagi banyak orang ya. Kalau tetap ada orang bingung ketika anak ngomong “vulva” instead of “vagina”, ya takut komunikasinya jadi nggak jalan aja sih.

Misal anak balita dilecehkan terus dia ngadu ke gurunya dan bilang “vulva” sementara si guru dan sekolah pakainya “vagina” kan tetep jadi miskom. YA GITULAH POKOKNYA.

Anyway sekarang mau bahas kesalahpahaman seputar vulva dan vagina yang massihhhhh sering banget saya denger. Sampai lelah karena hello udah mau 2020 masih percaya aja sama ginian?

Apa aja kesalahpahaman seputar vagina (well ok, vulva)? Hahahaha.

Keperawanan bisa dibuktikan

Ini paling bikin rolling eyes banget. Tes keperawanan itu duhhhh degrading dan terlalu ajaib buat saya. Virginity is a social construct, masalah budaya aja. Karena tau dari mana sih selaput dara (hymen) udah rusak apa belum? Nggak bisa dibuktikan secara medis lho!

Tidak semua perempuan berdarah saat berhubungan seks untuk pertama kalinya karena ya bentuk hymen itu beda-beda, rusak apa nggak juga nggak bisa dibuktikan, dan hymen itu sejak awal sudah BERLUBANG. Ya iyalah kalau nggak bolong gimana darah menstruasi bisa keluar coba.

Ckckckk. Pengen ngegas aja bawaannya kalau ngomongin soal ini sihhhh. >.<

Hanya melahirkan vaginal yang bikin vagina membesar

Ini kekhawatiran banyak sekali orang. Karena mikirin kepala bayi segede gitu, keluar dari vagina gimana caranyaaaa? Padahal kepala bayi pas lahir kan nggak keras kaya kepala manusia dewasa ya ahahahahaha. Kepalanya kecil dan “lembek” gitu.

Dan sebetulnya banyak ibu yang mengaku meski melahirkan caesar pun vagina mereka tetap terasa berubah bentuk. Wajar sih ya karena ya seluruh tubuh rasanya emang berubah bentuk, ka pnasca melahirkan? Jadi jangan percaya hanya melahirkan vaginal membuat vagina berubah. Banyak berlatih kegel agar otot-otot vagina tetap kencang.

Vagina yang sehat tidak akan mengeluarkan cairan

Ini saya termakan salah paham ini banget nih, seolah kalau vagina mengeluarkan cairan jadinya ada masalah. Padahal nggak juga. Apalagi saya memang pake IUD yang emang bikin keluar cairan lebih banyak dibanding yang nggak pake IUD.

Cairan yang normal keluar dari vagina adalah putih dan bening, nggak berbau menyengat. Kalau udah berbau, apalagi bikin gatal, jangan ragu untuk ke dokter ya!

Vagina yang sehat tidak berbau

NGGAKLAHHHH. Emang ada baunya kok. Normalnya memang ada bau khas vagina. Karena kan di dalam vagina itu emang banyak bakterinya dan bakteri memang biasanya berbau.

Kecuali memang baunya tidak biasa-biasanya baru deh konsultasikan dengan dokter.

Vagina hanya butuh air sebagai pembersih

Tergantung airnya sih kalau menurut saya. Karena nggak semua air oke dan bersih banget juga kan. Malah takut jadinya kalau cuma air aja.

Karena ya badan aja kan butuh sabun dong, masa vulva nggak disabunin sih. Vulva juga padahal punya kelenjar keringat makanya rawan lembap.

Makanya pake sabooonnnnn. Iya bukan sabun sih tapi pembersih kewanitaan. Saya sih ke kantor nggak bawa ya tapi selalu pake sih kalau mandi malem sebelum tidur karena ya jadinya kerasa bersih aja semuanya.

Carinya yang kaya gimana? Apa kriterianya?

- pH-nya harus di angka 3,5 sampai 4,9. pH ini untuk mempertahankan tingkat keasaman alami area vagina kita. Kalau pH-nya berubah, bisa jadi masalah bakteri atau jamur.
- Terbuat dari bahan alami supaya nggak bikin iritasi apalagi kalau kulitnya sensitif.
- Jauhi produk dengan pewangi karena kandungan parfum juga bikin iritasi lho. Lagian vagina emang seharusnya bersih dan segar aja nggak harus wangi.
- Kandungan prebiotik bisa melindungi vagina dari bakteri dan jamur.
- Kandungan gliserin yang bisa membantu menjaga kulit sekitar vulva agar tidak kering. Kalau kering biasanya jadi gatal dan perih kan!
- Tidak mengandung alkohol dan paraben. Kalau concern sama halal, pilih yang halal juga!
- Nah, semua kriteria itu ada di Andalan Feminine Care!



Andalan Feminine Care adalah rangkaian pembersih area intim dengan 3 varian yang terbuat dari bahan natural, mengandung prebiotik, halal pula!

Andalan Feminine Care diformulasi khusus sehingga efektif meningkatkan kualitas kebersihan area intim agar selalu segar, nyaman, dan yakin terlindung maksimal. Bahan aktif alamainya juga menjaga keseimbangan level pH area V dengan kandungan prebiotik.

Tiga varian Andalan Feminine Care ini terdiri dari Andalan Fresh Intimate Wash untuk sehari-hari, Andalan Revitalize Intimate Wash untuk menjaga dan mempertahankan elastisitas karena aging, dan yang terakhir Andalan Natural White Intimate Wash untuk mencerahkan kulit di sekitar vulva. Lengkap kaannn.

Saya udah coba ketiganya semuanya nyaman banget. Wanginya nggak nyengat dan nggak bikin kering! Ada kan ya pembersih vagina yang klaimnya bikin segar tapi kenyataannya bikin keset banget sampai kering dan agak-agak perih gitu. Ngeri iritasi deh. Karena kulit saya sebadan-badan emang kering gitu kan, jadi penting banget cari pembersih yang nggak bikin kering.



Siapa yang perlu pakai? Sejak remaja udah boleh kok dipakai, sampai menopause sampai setelah menopause juga nggak apa-apa. Apalagi kalau emang sehari-hari tinggal di tempat lembap, seneng pake celana jins, atau rajin olahraga dan aktivitasnya tinggi banget jadi gampang keringetan. Jadi ayo dicoba!

Jangan lupa follow @AndalanFeminineCare dan mampir ke websitenya Andalan Feminine Care ya!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Biaya Akomodasi dan Itinerary Liburan ke India

Sebelum pergi ke India, dengan waktu kurang dari 2 minggu saya ngebut bikin itinerary dan searching akomodasi. Patut diingat kalau kami pergi dengan itinerary tidak ambisius. Kenapa ke India dll bisa dibaca di feed IG ya atau klik di sini.

Kami hanya punya 3 hari, Selasa, Rabu, Kamis. Senin full di pesawat, Kamis malam pulang karena nggak mungkin pulang Jumat. Semua flight Jumat akan nyampe sini Sabtu sore, yang artinya bye bye kelas CFP :(

OGAHHH. Kelas CFP lebih mahal dari perjalanan ini soalnya hahahahahaha.

Awalnya mau Jaipur - Agra - Jaipur, biar 2 hari di Pink City, sehari di Taj Mahal. Hari terakhir langsung ke Delhi untuk kejar flight tanpa jalan-jalan di Delhi. Tapi setelah konsultasi sama rental mobil via email, dia menyarankan untuk seharian aja jalan-jalan di Delhi biar nggak kelamaan di jalan. Iya juga sih ya ngapain bolak-balik segala. Maklum amatir HAHAHA.

Oke saya runut satu-satu ya apa yang harus dilakukan sebelum pergi ke India. Karena kalian pasti akan pindah kota banget nih, terutama kalau mau liat Pink City dan Taj Mahal. Soalnya di Agra, kotanya Taj Mahal itu nggak ada apa-apa. Cuma ada Taj Mahal doang sama Agra Fort (kota lamanya) jadi pikirin kalian mau ke mana aja.

Fotoku sendiri bukan dari Google lol
Sebelum pergi banyak-banyakin baca dan nonton soal scam di India. Akan bantu kalian banget untuk pura-pura bego nggak ngerti bahasa Inggris, pura-pura hilang ingatan, dan jalan lurus siaga satu tetap waspada.

Di sini saya nggak ngelengkapin foto ya, cuma sharing itinerary dan akomodasi. Fotonya cek di IG aja ok.

Cara membuat visa India.

1. Cari tiket pesawat. Setelah ketemu, jangan langsung dibeli. Ini penting karena saat bikin visa, ada pertanyaan akan landing di bandara mana. Kalian mau dari Jaipur apa dari Delhi? Bebas.

2. Cari hotel, karena murah boleh lah langsung dibeli karena saat ajukan visa juga ditanya akan nginep di mana.

3. Ajukan visa, online dan gratis. Cuma siapkan pas foto background putih format jpg dan scan paspor format pdf. Linknya https://indianvisaonline.gov.in/ Memang websitenya tampak tidak profesional tapi itu official kok.

Kalau tidak official kalian akan disuruh bayar sementara paspor Indonesia ke India itu harusnya free. Visa akan diapprove dalam satu hari aja meski tulisannya maksimal 72 jam.

Beli tiket pesawat

Penerbangan dan Jakarta ke Jaipur cuma ada AirAsia. Transit di Kuala Lumpur 2 jam, total perjalanan KL - Jaipur 5 jam lebih kayanya. Tiketnya Rp 2,2juta per orang. Kalau lagi promo sih segini bisa buat return tapi kami kan beli dadakan jadi ya udalah tutup mata aja.

Pulangnya kalau mau pake AirAsia lagi segituan, tapi flightnya nggak ada hari Kamis, adanya Jumat. Jadi Kamis malem kami pulang pakai AirIndia ke Singapura Rp 3,5juta per orang. Pesawatnya canggih banget sampai jendela aja nggak ditutup manual tapi pakai tombol untuk mengatur tingkat kegelapan jendela. Cuma berisik ya ampun, gimana sih sih flight jam 11 malem SEMUA NGOBROL KETAWA-TAWA. Ngantuk. T_______T Akhirnya pasang film, pake earphone, baru deh bisa tidur.

Dari Singapura ke Jakarta pake Garuda, Rp 1,9juta. Pesawatnya so old, jomplang sama AirIndia, mana selimut disuruh sharing sama mba Windi HUHU KESEL. Gimana bisa sih selimut pesawat sekecil itu disuruh sharing :(

Atur akomodasi

Nah ini aku pengen atur semua karena aku memang bossy HAHAHAHA. Antara aku yang bossy atau mbawin yang bos beneran jadi semua maunya diaturin LOL.

Yang harus dipesan: Hotel, rental mobil dari bandara ke hotel (karena taksi itu scam paling gila di India), rental mobil Jaipur - Agra - Delhi, rental tuktuk untuk city tour Jaipur.

1. Rental mobil dari bandara Jaipur ke hostel

Kami landing jam 11 malem yhaaa siang-siang aja takut naik taksi apalagi malem. Pesen mobil dari Klook, cuma USD 11, nyampe sana udah ada mas-mas pegangin nama kita. Di Klook sih fotonya dijemput Innova, kenyataannya dibawa taksi juga lol. Ya nggak apa-apa daripada harus pesen sendiri bayar sendiri, ini kan udah kita bayar dari Indonesia jadi dia nggak bisa malak. Pesen mobilnya di sini: Transportasi Jaipur International Airport (Penjemputan JAI) untuk Jaipur



2. Hotel di Jaipur

Kami nginep di Blue Beds Hostel, pesen via Agoda, semalam Rp 400ribuan udah sama sarapan. Hostelnya seberangan sama Holiday Inn yang harganya 5x lipat. Kekurangannya, Blue Beds ini nggak sediain amenities! Jadi plis bawa sabun sampo sendiri ok.

Ada sarapan yang menunya lumayan banyak, bukan buffet tapi request ke mas-masnya untuk dimasakin. Kami cuma makan plain omelette, pisang, sama apalah kaya pancake rasa India gitu. Lumayan kenyang sampai makan siang.

Semua pegawainya juga ramah dan ingat ini bentuknya hostel ya bukan hotel jadi ya ramah-ramahlah kalian sama semua orang karena sharing common room kan.

2. Sewa tuktuk

Sewa tuktuk liat di TripAdvisor namanya Namaste Jaipur Tours. Tapi jangan pesen langsung di TripAdvisornya, chat aja orangnya langsung di +919571915083 bilang butuh tuktuk seharian. Saya chat paginya sebelum pergi pas sarapan.

Max
Bayarnya langsung ke driver tuktuknya. Driver kami namanya Max, nomornya +919829151513, Rp 180ribu seharian meski kami cuma pake 5 jam aja karena capek nyahahahaha

Itinerary di Jaipur:

- City Palace: INR 700 (Rp 140ribu), orang di ticket box nggak nawarin tiket ini, tapi tiket ini ADA. Mereka nawarin yang INR 3500 (Rp 700ribu) entahlah bahkan tempat wisata resmi aja shady banget. Yang mahal ini bisa masuk museumnya, kami di luar aja cukup kan tujuannya foto bukan cari tau culture atau sejarah. Culture dan sejarah mah googling aja HAHAHAHAHA JUDGE SAJA BODO AMAT.

City Palace, Jaipur
- Jantar Mantar: INR 200 (Rp 40ribuan)

- Amber Fort (kota lama Jaipur): FREE

- Panna Meena Ka Kund (pemandian ratu zaman dulu, baguusss): FREE

Panna Meena Ka Kund
- Hawa Mahal, makan di Wind View Cafe biar fotonya oke: INR 500an (Rp 200ribuan)

- Albert Hall Musem (cuma foto di depannya aja karena tutup).

3. Sewa mobil Jaipur - Agra untuk ke Taj Mahal

Sewa mobilnya di Rajasthan Tour. Kalian ke websitenya terus jelasin deh mau ke mana mana mana. Nanti tektokan via email. Konsultasi itinerary juga ditanggepin dan balesnya cepet banget.

Jaipur - Agra - Delhi masing-masing 5 jam perjalanan, di tiap kota dianterin ke mana pun kalian mau. Biaya sewa mobil ini kurleb Rp 3juta belum sama tip supir. Udah include bensin, tol, parkir.

Drivernya mau pula disuruh puter balik demi foto doang. Mungkin lucky juga dapet driver yang ramah dan berasa dijagain gitu karena tiap turun dari mobil berkali ngingetin “please call me if you have a problem ok” atau “i’ll be right there at the parking lot, call me anytime” atau “don’t worry please” hanya karena nanya udah makan atau belum. :')

BAIK BANGET SIHHHH. Driver kami namanya Ranveer tapi kalian nggak bisa langsung ke dia sih, untung-untungan aja dapet drivernya. Dari review di TripAdvisor sih semua driver ramah dan sopan.

Itinerary Agra: Taj Mahal sama dibawa ke workshop ala-ala gitu tapi udalah nggak usah. Kami terjebak guide aja itu mah.

4. Hotel di Delhi


AKHIRNYA NGINEPNYA DI HOTEL HUHU TERHARU. Hotel kami namanya Bloomsroom Hotel, Delhi. Pilihnya capcipcup aja yang ratingnya minimal 8,5 dan hotelnya gemes HAHAHAHA. Dia serba kuning gitu. Semalemnya Rp 480ribuan, nambah Rp 60ribu/orang untuk sarapan di kafe sebelah hotel.

Nggak recommended kalau kalian pergi tanpa mobil karena TENGAH PASAR banget ternyata. Deket stasiun betul, tapi macet dan rame orang banget, agak serem. Tapi seneng sih karena di sini fotoin beberapa orang lewat dari balik kafe.

Fotonya liat di Agoda aja ya, klik link di atas. Segemes itu juga aslinya kok.

Itinerary Delhi:

- Akshardham Temple: FREE

- Humayun’s Tomb: Rp 220ribu

- Qutb Minar: Rp 200ribuan ke dua tempat ini karena di Delhi udah bisa bayar debit, pake Jenius deh bayarnya jadi nggak tau berapa rupee.

- Jalan-jalan keliling pusat pemerintahan dan India Gate: FREE KARENA MAGER TURUN MOBIL PANAS LOL.

Koneksi selama di sana kami pakai JavaMifi. Sewa multicountry Asia (karena mampir KL dan Singapura) itu Rp 120ribu sehari, bisa sampai 5 devices. Jadi 5 hari itu Rp 600ribu.

Udah sih segitu aja yang penting ketulis lah ini hahahaha. Semoga nggak ada yang kelewat yahhh! Siapa tau ada yang jadi pengen ke India setelah baca-baca cerita kami. Nabung yang kenceng!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Liburan Sendirian, Bebe dan JG Gimana?

on
Monday, September 9, 2019

Di antara pertanyaan seputar liburan saya ke India, beberapa orang bertanya: Gimana izin ke Bebe biar mau ditinggal? Apa dia nggak cranky? Apa dia nggak larang pergi?

Btw buat yang nggak ngikutin Instagram saya (heran deh masih ada gitu yang nggak follow? LOL), saya kemarin liburan seminggu. Di India 3 hari, di Singapur 1 hari, sama perjalanan jadi total 5 hari. Berdua aja sama mba Windi, tanpa suami apalagi anak.

Buat yang follow udah lama mungkin nggak heran ya saya pergi-pergi sendiri, tapi buat yang baru ngikutin sekarang mungkin penasaran juga apa anaknya nggak cranky ditinggal selama itu?

Jawabannya … nggak hahahahahahahaha.

Ini pergi saya terlama tanpa Bebe, pertimbangannya karena dia udah besar juga. Udah 5 tahun lho, udah ngerti konsep seminggu itu 7 hari, udah makan dan mandi sendiri, udah nggak bergantung sama saya lagi.

Izinnya gimana?

Soal izin, saya nggak merasa perlu izin sama Bebe lol yaiyalaahhh kenapa harus izin sama Bebe sih. Otoritas kan ada di saya, jadi saya cuma bilang “ibu mau ke India seminggu, Xylo sama appa di rumah ya!”

Passs banget weekend-nya itu, kantornya JG mau pada glamping. Yang lain nggak bawa keluarga sih, cuma ya kalau mau bawa anak boleh aja. Jadi soundingnya pun berubah jadi “nanti aku ke India kamu kemping sama appa ya!” dan “aku ke India seminggu, kamu kemping sama appa 2 hari 1 malam”. Disertai detail hari apa saya akan pergi dan hari apa dia akan pergi.

Dia udah bergumam terus tuh “ibu pulang, aku sama appa malah kemping” lol. Jadi intinya TIDAK ADA izin. Tidak ada penolakan atau “ibu jangan pergi” gitu juga nggak ada. Mungkin karena dia emang nggak pernah larang saya atau JG pergi ke mana-mana sih.

Sejak Bebe lewat umur 3 tahun, dia belum pernah ngelarang saya pergi kerja, jadi saya pergi kerja tiap hari ya santai aja. Nggak pernah ada keinginan resign karena dilarang anak pergi kerja. Itu satu hal krusial untuk bisa pergi liburan sendirian.

Iyalah, kalau pergi kerja yang cuma sehari aja anak ngamuk apalagi pergi seminggu?

Jelang pergi

H-1 saya pergi dia gelendotan terus, manjaaaa banget. Agak mellow sepertinya. Tapi saya kan bukan tipe mellow jadi ya tanggepin aja tapi nggak drama. Nggak jadi bilang “ibu pasti kangen Xylo” nggak begitu juga. Kaya nggak ada apa-apa aja.

Besoknya pun sengaja pilih flight yang nggak terlalu pagi biar rutinitas nggak berubah. JG dan Bebe pergi, saya masih di rumah gitu kaya hari-hari aja.

Selama di India

Selama di sana saya memastikan nelepon JG kalau di kantor aja karena kasiaannn. Biasanya anak kalem dan santai nih, eh ibunya muncul malah jadi drama kan.

Seminggu itu saya cuma telepon Bebe sekali aja. Itu pun kebetulan karena saya nggak tau JG udah sama Bebe. Dia nggak cranky sama sekali sih, masih kalem karena baru hari kedua. Sekali lagi telepon pas udah di Singapur, itu Bebe suaranya agak ketahan gitu kaya mau nangis tapi dia udah excited banget mau kemping jadi nggak nangis.

Sayanya kangen nggak? NGGAK SIH HAHAHAHAHA. Kangennya malah pas nyampe rumah, rumahnya kosong karena Bebe dan JG kemping. Kangen karena ihhh udah satu negara kok nggak ketemu sih. Gitu lol. Tapi karena saya kelas CFP seharian jadi nggak menganggu aktivitas juga.

Please note karena sehari-hari aja saya bukan tipe yang kangen anak kalau di kantor. Cek cctv aja hampir nggak pernah. Saya punya rutinitas, dia punya rutinitas, JG punya rutinitas, masing-masing aja jadinya,

Pulang dari India

“IBUUUU, AKU KANGEN BANGET SAMA IBU!” begitu ketemu saya, bilang gitu berulang-ulang … sambil matanya nonton YouTube Kids di iPad. -__________-

Saya bilang “kalau kangen ngobrol dong kita, katanya kangen tapi malah nonton”. Jawabannya?

“Aku nonton aja deh, ini kan hari Sabtu” HIH. 
-__________-

Tapi malemnya sebelum tidur dia nanya “ibu kok cuma telepon sekali di India, aku bilang appa loh aku kangen ibu”. Hahahaha.

Saya jelasin aja, semua orang perlu lho pergi sendiri kalau memang mau. Appa boleh pergi sendiri (kebetulan appa abis nonton Gundala sendiri), ibu boleh pergi sendiri, Xylo juga boleh pergi sendiri (field trip sama sekolah maksudnya). Lalu udah sih dia nggak mempertanyakan apapun.

Sayanya juga nggak mau drama dengan tanya pertanyaan semacam “nanti ibu boleh pergi lagi kan?” or such. Pokoknya ya menganggap pergi sendiri itu normal aja dan boleh.

Value keluarga dan bonding anak dengan suami

Ini poin terpenting kalau mau pergi ninggalin anak lama-lama sih menurut aku. Liburan sendiri kaya gini nggak bisa ujug-ujug gitu lho. Iya betul liburannya dadakan, tapi sebelum bisa liburan dadakan, kalian harus pikirin dulu hal ini:

Pertama, gimana hubungan kalian sama suami? Ada kesepakatankah soal pergi-pergi sendiri?

Kedua, gimana hubungan suami dan anak? Apakah anak sama dekatnya dengan ayahnya seperti pada ibunya? Apakah ayahnya sanggup ditinggal untuk mengurus anak sendiri? Kalau tidak sanggup, apakah mbak/nanny/ortu/mertua sanggup?

Kalau di poin pertama suami udah nggak ngizinin misalnya, sementara kalian juga apa-apa memang harus izin suami, ya udah kalian nggak bisa pergi lah.

Anggap poin pertama oke, suami ngizinin pergi tapi gagal di poin kedua. Suami/nanny/ortu/mertua nggak sanggup jaga anak, ya gimana jugaaa. Tetep nggak bisa pergi kan.

Sementara dua poin itu harusnya udah bisa diketahui sejak awal. Soal pergi sendiri harus udah disepakati sebelum nikah sementara bonding suami dan anak harus udah bener dari jauh sebelum ada rencana liburan. Jadi ketika liburan dadakan, ya anak juga nggak merasa aneh harus sama ayahnya karena ya seru aja, sama aja mau sama ibu atau ayah.

Ingat kata mba Windi: Kalau orang lain bisa, kamu belum tentu bisa. :)))))

Iya, ibu-ibu bisa liburan tanpa anak dan suami itu nggak buat semua orang dan nggak perlu juga dilakukan semua orang. Kan ada model ibu-ibu yang memang mellow kalau ninggalin anak, atau merasa egois gitu. Kalau kalian model ibu-ibu begitu ya simply jangan pergi lah. Liburannya sekeluarga juga kan bisa.

Satu hal, jangan merasa aneh atau jadi judge ibu-ibu yang pergi sendiri karena ya kami B aja sih, anak juga baik-baik aja, suami juga oke-oke aja. JG malah bilang “kamu liburan lagi gih, 3 bulan sekali ke tempat aneh gitu biar ada konten” WEHHHH, MAU AJA SIH TAPI UANGNYA MANA LOL.

Ada pertanyaan lain juga yang mau dijawab sekalian: Kan India serem, kok suami-suami kalian ngizinin pergi sih?

Yhaaa. Gini deh dari image dulu deh, saya sama mba Windi kan bukan tipe cewek lenjeh manja gitu. Kami berdua kan tipe-tipe cewek galak berani beropini, ya suami-suami juga percayalah. Cranky memang dikasih panas, tapi sori banget nggak lenjeh. Strong women banget kami tuhhh, bukan tipe cewek yang pasrah-pasrah aja HAHAHAHA.

Udah sih segitu aja. Kalau ada yang mau ditanya silakaannn.

PS: Pas saya di Singapur Xylo masuk UGD gara-gara kepalanya kepentok TV di kantor JG sampai berdarah. Diperban doang sih nggak dijahit ahahaha. Kata dokternya bisa dijahit satu jahitan tapi nggak usahlah paling 3 hari sembuh. Dan memang iya, hari kedua udah nutup kok lukanya. :))))

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Semangkuk untuk Selamanya

on
Tuesday, August 20, 2019
[SPONSORED POST]

Wah judulnya puitis. :’))))

Setelah punya anak hampir 5 tahun, baru beberapa bulan terakhir saya baru sadar tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan anak. Kenapa kok tiba-tiba kepikiran?

Soalnya dulu Bebe alhamdulillah nggak ada masalah. Berat badan selalu naik dan masih nggak pernah di bawah garis normal alias tetap chubby sampai sekarang. Tentu credit utama pasti pada daycare ya karena dulu kalau makan sama saya di rumah sih susahnya ampun-ampunan.


Sekarang jadi kepikiran karena baru ada anak temen yang berat badannya stuck dari umur 9-12 bulan di 6 kilogram! Dulu Bebe umur sebulan aja berat badannya 5 kg loh. Bayangin masa anak umur setahun cuma 6 kg sih. T_____T

Setelah diusut lebih lanjut dan ganti dokter anak, ternyata si anak infeksi saluran kencing (ISK) tanpa gejala apapun. Ibunya yang nggak ngeh lah itu anak ISK karena nggak pernah demam sama sekali. Jadi tubuhnya ngelawan bakteri terus makanya nggak tumbuh selama 3 bulan! Nafsu makan juga jadinya ilang, sekali makan cuma 5 suap, gizi dan nutrisinya pun nggak tercukupi.

Singkat cerita, ISK-nya disembuhin, kejar berat badan pakai susu khusus, dan dalam sebulan beratnya naik 1,2 kg. Sekarang masih dalam proses naikin lagi pakai susu 2 jam sekali. Masukin susunya lewat selang yang masuk dari hidung langsung ke lambung.

Sebagai tukang sharing, saya pun cerita ini di IG story dan disambut cerita ibu-ibu via DM. Ternyata selain ISK, menurut para ibu, kebanyakan berat badan anak stuck itu karena Anemia Defisiensi Besi (ADB). Sebanyak ituuuhhh yang anaknya ADB jadi kurus!



Kalau secara fisik keliatan kurus dan ditimbang pun udah nggak sesuai kurva KMS sih harusnya alert ya. Apalagi di 2 tahun pertama. Karena itu tadi, 1000 hari pertama kehidupan itu penting banget!

Pada saat itu semuanya berkembang. Dari kemampuan motorik, sensorik, sampai otaknya. Kalau 1000 hari pertama gagal, kemampuannya akan terganggu. Jadi makanan yang dimakan di 1000 hari pertama setelah ASI itu berpengaruh selamanya lho!

Langsung flashback ke masa-masa MPASI Bebe dulu yang rasanya berat banget ahahahaha. Weekdays sih aman karena Bebe makan di daycare tapi weekend itu saya jadi tertekan karena di masa itu mom shaming sedang jaya-jayanya. Sedikit sekali, malah mungkin nggak ada, yang berani bilang “anakku sufor” karena udah pasti diserang.

Saya yang nggak pedulian ini bukan sekali jadi korban “bully” ibu-ibu di socmed karena meski ngasih ASI 3 tahun, saya selalu ngebelain ibu-ibu yang kasih susu formula dan nggak ngotot MPASI HARUS homemade.

Orang kan punya kondisi masing-masing ya, hal-hal kaya gini nggak bisa dipaksakan untuk semua ibu karena semua juga pilihan.

Plus sih alasannya kewarasan. Yang penting ibu waras ya kan, sufor atau harus MPASI instan nggak masalah daripada ibunya stres, depresi, dan menghadapi anak sambil gila? Kan lebih nggak masuk akal.

Jadi saya sama sekali nggak anti MPASI instan. Malah emang selalu punya stok bubur instan karena ya ampunnn udah masak capek-capek seringnya juga nggak dimakan. HUHU.

Tapi semakin banyak ilmu yang didapat saya baru sadar kalau urusan MPASI itu kompleks banget ya. Apalagi setelah denger soal ADB yang justru banyak dialami oleh bayi ASI. Untung mom-shaming udah nggak musim lagi.

Gini deh, menurut IDAI, mulai 6 bulan bayi punya kebutuhan asupan zat besi 11 mg/hari. ASI hanya bisa ngasih zat besi sekitar 2 mg sisanya harus didapatkan dari MPASI. Nah ngitung kekurangannya gimana? Jadi kurang 9 mg kan yaaa.

Nah 9 gramnya itu bisa didapat dari (salah satunya) daging sapi 400 gram sehari. BANYAK BANGET KAN. Gimana coba caranya masukin daging sapi 400 gram ke tubuh anak *langsung kebayang steak*



Iya dong bisa dicampur sayuran juga sih bener. Sumber zat besi itu kan dari protein hewani seperti daging sapi, hati ayam, daging ayam, ikan, atau dari sumber nabati seperti sayuran berwarna hijau, kacang, telur, dan lain sebagainya.

Nah jadi MPASI homemade lebih baik dari MPASI instan/fortifikasi KALAU ibu mengerti benar tentang bagaimana takaran nutrisi yang dibutuhkan anak. MPASI rumah tentu lebih baik asalkan adekuat atau mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisi bayi.

Kalau ternyata MPASI full homemade terus dalam sebulan berat badan anak nggak naik kan berarti ada yang salah. Bisa dari cara mengolah MPASI-nya, bisa juga karena ternyata anak ada masalah kesehatan lain.

Atau ya di-combine ajaaa. Kaya saya dulu. Kalau weekdays MPASI homemade tanpa gula garam sampai umur setahun. Kalau weekend MPASI instan to the rescue! Simpel dan nggak stres karena udah masak lama-lama terus anaknya nggak mau makan.

Lagian ya, MPASI instan juga bikinnya nggak asal-asalan atuh. Aman-aman aja asal anak beneran udah di atas usia 6 bulan. Karena semua produk makanan bayi yang dijual harus ikut standardisasi WHO dan FAO yang semuanya tertuang dalam Codex Alimentarius. (namanya rada Harry Potter vibes ya lol).

Aturan ini melarang makanan bayi untuk pakai berbagai zat yang berbahaya bagi anak. Bahkan detail banget sampai ada aturan maksimum untuk setiap nilai gizinya lho!

Saya udah cek satu-satu untuk bagian baby food. Kalian kalau mau cek sendiri juga boleh, FAO publish semua di website resminya. Kalau nggak nurut standar ini udah pasti nggak dapet izin jual dari BPOM.

Yang mau coba MPASI fortifikasi dan jelas kandungan gizinya bisa coba CERELAC (www.mamamyuk.co.id). Udah pasti kualitasnya terjamin dan yang diperkaya dengan zink, vitamin dan mineral untuk mendukung tumbuh kembang anak. Nutrisi harian anak pun pasti terpenuhi.



Jadi anak makan itu bukan asal kenyang! Bukan asal mau makan. MPASI yang baik itu adalah MPASI yang diberikan saat anak sudah berusia 6 bulan (atau sesuai petunjuk dokter), nutrisinya cukup, aman, diberikan dengan cara yang benar, dan disukai bayi.

Cara memberikannya pun dengan responsive feeding atau mengenali saat bayi lapar dan kenyang. Kalau bayi memasukkan tangan ke mulut dan berbinar melihat makanan, maka ia lapar. Kalau bayi sudah memalingkan muka dan menolak sendok makan, tandanya ia kenyang.



Jadi nggak perlu khawatir lagi mempersiapkan MPASI. Share artikel ini ke temen/saudara/adik kalian yang lagi siapin MPASI untuk anaknya ya!

-ast-

#Tenangajabunda
#CERELACmamamyuk

#mpasi
#mpasi6bulan


Info lebih lanjut bisa visit: www.mamamyuk.co.id

Source:
http://gizi.depkes.go.id/download/kebijakan%20gizi/tabel%20akg.pdf
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi







LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe ke Dokter Mata (1)

on
Tuesday, August 13, 2019
Saya cerita dari awal yaaa. Karena ini penting jadi harus ditulis di blog biar cari dan baca ulangnya gampang.



Berawal dari kacamata saya yang udah kerasa kurang enak. Memang terakhir ganti 2 tahun lalu sih, dan kenaikan minus saya juga udah lambat sekali. Tapi seperti biasa yaaa, kalau urusan dokter tapi nggak urgent jadinya kan dinanti-nanti aja.

Sampai untuk pertama kalinya kami makan di kaki lima. Iyaaa, lima tahun sama Bebe, baru pertama kali makan di kaki lima sama Bebe. Bukan sombong tapi lelah banget di kaki lima itu banyak orang ngerokok jadi kami sebisa mungkin menghindar. Kalau berdua JG sih masih bener makan di kaki lima. BU VESTI BARITO FTW! LOL

Nah, si Bebe jadinya excited banget tuh. Oiya btw kami makan di Roti Bakar Eddy yang memang banyak banget tukang jualannya.

Dia bacain satu-satu nama makanan yang dijual sampai semua udah dia baca. Saya dan JG lihat sekeliling dan lihat sebuah tulisan “toilet”. Kecil sih tulisannya, setengah A4 dengan spidol biasa. Jaraknya paling 10 meter tapi Bebe keliatan bingung, dia nggak bisa baca! Tapi kami yang jelas sudah dibantu kacamata kan bisa!

Dia sampai “Apaan sih? Mana sih?” dan mendekat ke arah tulisan itu lalu dengan santainya baca lalu melengos “OH TOILET”. Saya dan JG liat-liatan lalu ok detik itu juga bikin janji ke dokter mata zzz.

Dapet reservasi hari Sabtu, eh last minute dokternya cancel. Saya reschedule jadi hari Senin malam. Kami ketemu dengan dr. Mario Ricardo Papilaya, Sp.M karena cuma beliau dokter mata yang praktik di RS Siloam Asri.

Awalnya saya dulu yang diperiksa. Ternyata yang minusnya naik mata kanan doang, naik setengah. Ya udalah yaaa. Ngobrol-ngobrol soal lasik karena saya udah pengen banget lasik tapi lagi nabung dulu. DOAKAN, GENGS!

Setelah itu Bebe yang diperiksa. Awalnya pakai komputer dan agak susah karena dia gerak-gerak terus. Saya pangku, pegang kepalanya, baru berhasil. Di sini dokternya udah bilang “wahhh ini sih genetik ini, turunan ibunya”.



Saya nervous lol. Takut jreng-jreng minus 3 kan nangessss. :(

Lalu Bebe diperiksa manual pakai kacamata yang kaya robot itu. Pertama pake dia kaya takutttt banget, nggak mau jawab dong. MEMBISU PEMIRSAAHHHH. Saya pegang tangannya lalu bilang “salah juga nggak apa-apa kok, nggak perlu dibaca kok, sebut hurufnya aja”. Dia lalu pegang tangan saya kenceng banget dan sebut hurufnya satu-satu.

Setiap dia salah sebut huruf saya kaya: AAAAKKK SEMAKIN DEKAT MENUJU KACAMATAAAAA!

Tapi di depan Bebe stay cool dong yah. Dokternya juga puja-pujinya persis ibu dan appa banget. Kalau salah tapi minor kaya V atau Y gitu “aahhh nggak apa-apalah salah satu” atau “ya bolehlahhh” gitu. Plus ibu puja-puji “WEH BENER! IH JAGOAN!” GITU TEROSSS. Sampai akhirnya dia lebih santai dan bisa ditanya dengan lebih nyaman.

(Btw dokternya bener nebak nama si Bebe dari Coldplay’s Mylo Xyloto dan suka nonton Ryan serta menganggap mommy Ryan annoying sumpah ngakak karena saya sering banget mengeluhkan betapa annoyingnya mommy Ryan ke JG LOL)

Setelah ganti lensa beberapa kali, Bebe bilang paling nyaman pake lensa kiri 1,25 dan kanan 1. Yesss, kiri -1.25 dan kanan -1. Tapi diresepin kacamatanya kanan kiri -1. PASTI KEBANYAKAN MAIN GADGET YA? *julid lol*

Ini saya jawab pertanyaan yang saya tanyakan ke dokternya kemarin ya!

Apa penyebab mata minus pada anak-anak?
*wow pertanyaan wawancara, mbaknya wartawan ya lol*

Ya genetik. Kata dokternya, genetik itu faktor risiko paling besar anak akan punya mata minus/plus/silindris. Katanya kalau secara genetis baik, mau baca sambil gelap atau tiduran pun nggak akan bikin mata minus karena mata yang sehat bisa menyesuaikan cahaya atau posisi tubuh. Wah, menarik ya!

Pantesaaannn dulu pas SD ada temen-temen saya yang sengaja nonton TV deket, baca dalam gelap, saking pengen pake kacamata tapi matanya tak kunjung minus. It’s a matter of luck aja ternyata. HUH. Kalau ayah ibunya nggak minus ya nggak minus. Lebih sulit minus lah paling nggak.

Genetis itu gimana sih? Apanya yang diturunkan?

Yang dimaksud genetis di sini ternyata bentuk dan ukuran mata. Baru tau banget! Jadi bola mata saya dan Bebe ukurannya lebih besar dari orang yang matanya tidak minus sehingga ya cahaya jatuhnya nggak sempurna. Saya juga tadi denger pengalaman followers di Instagram yang anaknya minus 4 di umur 3 tahun karena bawaan lahir bola matanya nggak bulet sempurna tapi cenderung lonjong.

Ada juga yang lazy eyes sehingga matanya juling. Jadi orang-orang yang matanya juling itu bisa jadi karena lazy eyes sehingga mata yang baik akan dipakai terus sementara mata yang “malas” malah jadi tidak terlatih untuk melihat dengan tepat. Jadinya sipit sebelah atau juling dan harus diterapi.

*HOLA HELO kalau kalian dokter spesialis mata dan merasa penjelasan ini aneh tolong kasih tahu yang benernya ya. Kemarin saya nggak niat nulis soalnya jadi takut penjelasannya salah. Biasanya kalau niat nulis omongan dokternya sambil saya transkrip haha.*

Apa harus pakai kacamata?

Sebaiknya pakai biar pertumbuhan syaraf matanya tetap sesuai perkembangan. Kalau nggak pake, anak nggak akan tahu cara melihat objek dengan jelas dan akan menganggap objek blur sebagai sesuatu yang wajar.

Jadi sebaiknya pakai aja terutama saat melakukan sesuatu dengan dekat seperti nonton, baca, atau tulis. Naturally, anak biasanya malah mau pake kacamata terus kalau udah tahu pakai kacamata bisa bikin penglihatan jadi lebih nyaman.

Apa tesnya akurat? Umur berapa bisa tes mata?

Kalau untuk seumuran Bebe yang udah bisa baca, periksa di spesialis mata seharusnya akurat sih. Yang susah kalau anaknya belum bisa baca, itu periksanya harus di dokter mata pediatrik alias dokter spesialis mata subspesialis anak. Mereka akan punya alat khusus, nggak dites pake huruf gituuu. Mulai bisa dites di umur 3 tahun kok. Jadi lewat 3 tahun selama belum bisa baca, cari dokter spesialis mata anak, kalau udah bisa baca bisa ke spesialis mata umum.

Saya jadi terinspirasi pengen ke dokter mata anak untuk bisa lebih spesifik aja sih. Kepo banget pengen tau alat untuk tes mata anak gimana. Minggu ini deh semoga bisa ke dokter spesialis mata anak.


Seberapa sering sih harus periksa mata?

Enam bulan sekali sampai setahun sekali. Tergantung kondisi anaknya juga, kalau 6 bulan udah ngeluh nggak enak ya nggak apa-apa ke dokter mata lagi. Tapi setahun sekali mending diperiksain aja biar yakin.

Ok moving on to my feeling *HALAH*. Sedih nggak Bebe harus pakai kacamata?

Saya nggak kaget-kaget amat sih denger ini, sedih juga nggak terlalu ya. Karena merasa ya udah sih genetis mau apa juga. Saya sendiri pakai kacamata di umur 10 (apa 11 tahun, pokoknya masih SD) dan itu baru ketauan langsung minus 2,5. :))))

Bebe sekarang umur 5 tahun minus 1, dulu saya umur 10 tahun minus 2,5 kan jadinya ya merasa ini sebuah kewajaran aja. Mungkin saya juga kalau periksa matanya di umur 5 tahun, minusnya akan sudah 1 juga kaya Bebe. Saya tanya JG “kamu sedih nggak?” dia jawab “nggak lah”.

Oh baik. Saya juga jadi nggak merasa harus sedih atau kasian.

Tapi kalau JG sedih mungkin saya jadi ngerasa bersalah ahahahahaha. Untunglah tidak. Mungkin juga karena Bebe juga anaknya cenderung kalem dan nggak clumsy ya jadi sayanya nggak khawatir berlebihan. Dia pasti akan baik-baik aja meski harus pakai kacamata.

Si Bebe juga malah happy dong ya ampun bocyaahhhh. Dia senang sekali karena dia merasa tidak left out lagi dan bisa kompakan pakai kacamata bersama kami bertiga.

Dan terima kasih yang udah message banyak banget di Instagram. Yang cerita kalau anak/ponakan/sodara mereka juga masih kecil udah pakai kacamata dengan berbagai kondisi. Saya jadi ngerasa ada temennya. Jadi pengingat untuk diri sendiri biar nggak judgmental pada anak yang pakai kacamata karena monmaap nih si Bebe nonton weekend doang juga kalau minus mah minus aja.

Jadi demikian pengalaman periksa mata anak bersama Bebe.

Part 2 tentang ke dokter mata anak.
Part 3 tentang minus matanya naik banyak dalam 4 bulan. :(



-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Bebe 5 Tahun 2 Bulan

on
Monday, August 12, 2019
Wow usia yang sangat nanggung untuk update milestone ya!



Tapi pengen banget nulis karena lewat usia 5 tahun, banyak banget yang terjadi. Baru ada di titik ihhh enak banget punya anak kalau anaknya langsung 5 tahun kaya gini hahahaha.

Padahal mungkin beda cerita ya kalau saya adopsi anak umur 5 tahun. Karena saya baru ngeliat nih, oh Bebe kaya gini tuh karena dari kecil memang dibiasakan seperti ini. Ada habit, apresiasi, disiplin, dan hal-hal lain yang memang kami tanamkan sejak kecil lalu kerasa sekarang bedanya saat dia udah 100% punya keinginan sendiri.

Dari taro sepatu di rak sampai beresin mainan. Kalau numpahin sesuatu, nggak perlu disuruh lap aja dia langsung lap sendiri. Pakai strap car seat aja udah sendiri. Selalu disiplin pada hal-hal seperti sikat gigi, minta maaf, minta tolong, tolak plastik, apalah banyak lagi. Hal-hal yang dulu rasanya kita “ngajarin” dia, sekarang udah dia lakuin sendiri dengan sukarela.

IBU TERHARU LOL.

Nah, selain sunat, apalagi milestone Bebe di batas usia balitanya ini?

Bisa baca

Kata orang “udahhh nanti juga bisa sendiri” gitu. Terus tau-tau bener dong huhuhuhuhuu. Di sekolah, belajar bacanya nggak kaya kita dulu dikenalin huruf lalu disuruh eja ya. Macem-macem deh metodenya, pake matching flash card, disuruh menjahit biar tangannya lemes untuk nulis, dll.

Yang ajaib adalah suatu malam, abis mandi, dia bilang mau baca. TERUS BISAAAA. Ibu heboh dong video-video. Abis itu pake pesan “ibu, jangan bilang miss ya, it’s a secret”. Muka ibu -_________- karena suudzon dih pasti biar di sekolah nggak disuruh baca gitu.

Pas banget minggu itu adalah bagi rapot 3 bulanan di sekolah. Ketemu dong sama missnya, dengan hati-hati takut Bebe denger saya bilang miss “miss, Xylo itu udah bisa baca lho tapi katanya nggak boleh bilang miss”. APA JAWABAN GURUNYA?

“Udah lama kok bu, bisanya. Di sini baca terus kok.”

IH BEBE IH MAUNYA APA SIH. :(

(Baca: Bebe Belajar Baca

Cium

Waktu umur 4 tahun, Bebe pernah saya tanya: Mau cium ibu sampai umur berapa? Karena umurnya 4, dia jawab asal “40 tahun!”. Terus saya ceritain juga, tau nggak sih anak-anak SD sama SMP gitu biasanya suka nggak mau dicium ibunya lagi. Bebe dengan yakin 100% jawab “AKU MAU KOKKKK!”.

Setahun kemudian. UDAH NGGAK MAU DONG. :((((

Bebe: “Aku tuh malu ibu, kalau dicium di depan temen-temen”

Ibu: “Kenapa malu? Memang kamu dibilang baby atau apa sama temen-temen?”

Bebe: “Nggak sih, tapi aku malu aja”

Ibu: “Kalau ibu cium appa depan temen-temen kamu malu nggak?”

Bebe: “Nggak. Asal jangan cium aku”



WEH, TEGAS. Dicium di depan umum hingga usia 40 tahun itu jadi harapan belaka ternyata lol.

Mau makan sayur

Kalian yang bilang ibu bapaknya harus makan sayur juga lebih baik diem aja karena 5 tahun saya dan JG makan sayur terus depan dia, dia teguh pendirian kok kalau dia nggak mau makan sayur.

Tiba-tiba di umur 5 tahun ini jadi mau aja gitu makan sayur? Apa yang terjadi? Apa dia dihipnotis?

Sampai bilang “ibu liat deh di cctv, aku tuh makan sayurnya habis terus lho sekarang”. Mejik. Ya ibu nggak liat di cctv juga sih pada akhirnya karena mau liat juga manalah keliatan itu piring isinya sayur apa bukan. Akhirnya ibu bilang “ah nggak perlulah ibu liat cctv, kalau kamu bilang sayurmu habis aku percaya kok”.


Padahal terheran-heran apakah selama ini dia suka sayur tapi termakan ego sendiri yang selalu bilang “aku nggak suka sayur?” lol.

Bahasa Inggris udah lancar

LANCAR BANGET ALHAMDULILLAH! Ada sedikit kekhawatiran sebetulnya karena dia kan nggak dibiasakan dari bayi banget. Baru mulai di umur 3 tahunan gitu kan, saya mikir duh bakal bisa nggak ya dia karena katanya kan harus dari bayi biar cepet bisa. Taunya bisa-bisa aja kokkk.

Cuma dia emang nggak mau ngomong lamaaa banget. Ngambek-ngambek terus lamaaaa banget. Sekarang udah nggak ngambek lagi karena merasa bisa.

Lancar sampai satu kalimat utuh, ngobrol malem sebelum tidur full pake bahasa Inggris juga. Main tebak-tebakan pakai bahasa Inggris bisa. Udah mau ngobrol bahasa Inggris sama orang lain. Seneng bangeeettt. Bebe tipenya gitu ternyata, kalau merasa belum bisa dia berusaha dulu sampai agak-agak bisa. Baru deh mau coba.

Karena kan awalnya mau masukin dia TK lain tuh, nggak akan TK di daycare. Pertimbangannya karena daycare bahasa Indonesia, kami pengen TK bahasa Inggris karena SD dia nanti akan full Inggris (nggak bilingual). Tapi nggak rela juga kehilangan Rp 17juta untuk uang muka TK yang hanya 2 tahun. Akhirnya kami bertahan di daycare tapi di rumah biasain pakai bahasa Inggris.

IT WORKS. Yuk, kalian yang mau anaknya lancar Inggris, dibiasain di rumah cusss!

(Baca: Bebe dan Bahasa Inggris)

Nginep sendiri

Ini momen terharu dan disadarkan ih anakku udah besar. ENAK YA BISA DISURUH NGINEP LOL. Hari Jumat itu kami ke Lotte, eh nggak sengaja ketemu adik saya dan suaminya. Terus Bebe bilang mau nginep dong!

Ya udah sana nginep. Bermodal piyama bekas tidur siang di daycare, bye aja gitu kami berdua pulang ke rumah. Buat kalian yang pakai nanny atau satu kota sama orangtua, mertua, atau saudara lain yang akrab, ini pasti hal biasa. Seperti saya saat kecil yang emang udah suka nginep di rumah nenek sejak balita.

Kalau Bebe (dan mungkin anak yang di daycare sejak bayi), kami nggak pernah banget berpisah sama Bebe. Kecuali saya liburan atau liputan hahahaha. Karena Bebe ngerasa asing gitu kalau nggak tidur di rumah, jadi emang digembol ke mana-mana.

Sukses lho. Dia senang sekali dan malah nagih-nagih kapan nginep lagi. Seneng aja sih ibu dan appa, mau nonton konser September nanti hahahaha. Di Bandung doang padahal tapi pasti sampai tengah malem kan jadi yah, bersyukur banget dia udah bisa tidur tanpa ibu dan appa.

APALAGI YA. Ingetnya baru segini doang. Doanya masih sama: Semoga Bebe keterima SD incaran ya!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!