-->

Image Slider

Showing posts with label tentang film. Show all posts
Showing posts with label tentang film. Show all posts

Tentang Film “Bebas”

on
Monday, October 28, 2019
Minggu lalu, saya sama beberapa temen kantor mampir ke Kemang Village untuk nonton film “Bebas”. Agak telat karena film ini udah premier dari awal Oktober kan, tapi emang hypenya agak kurang nggak sih? Atau di circle saya aja agak kurang bergaung?



Temen-temen pada nonton sih, semua Insta Story setelahnya dan bilang bahagia setelah nonton film ini. Tapi lalu sudah. Film ini nggak buka ruang diskusi, jadi rata-rata pujiannya pun sebatas:

“Bagus bangeeett. Senyum dari awal sampai akhir”. DONE. Nggak ada IG story lanjutan tentang pengalaman lain nonton filmnya.

Tapi namanya filmnya Riri Riza dan Mira Lesmana, saya tetep penasaran lah pengen nonton. Karena AADC kan mengubah hidup, plus Petualangan Sherina yang sampai sekarang saya masih hapal kata per kata HAHAHAHA.

(Baca: Cerita AADC Mengubah Hidupku)

Sepanjang nonton, betul saya tersenyum. Setelah nonton, betul saya bahagia. Tapi apesnya, saya dicancel taksi online berkali-kali, sampai terdampar satu jam lebih di lobi Kemang Village dan itu bener-bener ngasih saya banyak waktu untuk … mikirin filmnya.

Kok gitu ya filmnya? 

Akhirnya kemarin niat banget nonton versi Koreanya dulu sebelum nulis biar ada referensi. Ingat ini pendapat saya dan mengandung spoiler jadi kalau nggak suka sudahlah nggak perlu lanjut baca. Stop di sini!

Btw cuma mau bilang ini film sampai peran-peran kecilnya aja orang ngetop semua. Bahkan yang cuma beberapa detik aja bisa Happy Salma sama Oka Antara tuh gimana nggak kagum?

Saya bahas dari pemeran utama ya.

Vina

Waktu awal, dikitttt terganggu sama kepang dua karena seumur hidup di Bandung nggak pernah liat cewek culun kepang dua kecuali di film, stereotyping hhh. Oiya, Vina orang Sumedang ya bukan Bandung ok sori.



Logat Sundanya pun kurang banget. Mana dipasanginnya sama Sarah Sechan, Irgi Fahrezi, Happy Salma pula yha jomplang karena Sunda mereka natural banget. Ya udah maklum, Maizura kan orang Makassar.

Saya suka penggambaran masa lalu dan masa kini Vina yang semirip itu sampai dibikin semacam “cermin”. Semua yang terjadi pada Vina remaja, ternyata dialami juga oleh Mia, anak Vina yang sudah remaja.

Saya kan overthinking ya, tentu langsung mikir wah gila kalau dulu waktu remaja jadi korban bully, bisa jadi kamu jadi nggak percaya diri seumur hidup. Karena nggak PD, kamu jadi nggak punya kemampuan emosi yang baik untuk membangun keluarga apalagi menghadapi anak remaja!

Agak terbukti karena setelah Vina menelusuri lagi masa remajanya, berdamai dan selesai dengan masa lalu, dia jadi lebih berani menegakkan kebenaran dan anaknya tampak kagum gitu karena ibunya berubah. :’)

Kris

Mulai dari mana ya Kris ini tuhhh.



Saya pertama nonton Sheryl Sheinafia akting di Galih & Ratna dan aktingnya biasa aja, malah mengingatkan sama Acha Septriasa circa "Heart" dan "Love is Cinta" lol. Tapi di sini Sheryl aktingnya oke, natural dan cocok sama karakternya.

Yang rada bosen itu dia mengulang (seinget saya lebih dari sekali soalnya) tentang “perempuan harus kuat” secara verbal. Kris remaja sama Kris dewasa sama aja ngulang ngomongin soal perempuan kuat ini. Padahal iyaaa udah tau kok.

Film ini emang mengusung tema girl power tapi dengan karakter dia yang leader, jago taekwondo, rela berantem demi belain temennya, tanpa dia bilang ecara verbal “nggak suka diinjak-injak” (kurleb gitulah kalimatnya ya) juga kita semua tau kok dia kuat.

Yang agak bingung pas berantem dewasa tuh. Sepanjang film kita liat dia lemes pucet muka abu-abu, lalu pas mau berantem tiba-tiba mukanya bersinar wow pertengkaran memang memacu adrenalin ya.

Suci

Min Hyorin (pemeran Suji) itu cantiknya dingin gitu sementara Suci lebih ke jutek, pegel banget liat dia judes terus sampai lega banget akhirnya dia ketawa. Terus saya sampai browsing loh apa tahun 1995 rambut keriting panjang gitu lagi tren?




Kayanya tahun 80-an nggak sih rambut keriting tuh? Zaman Desi Ratnasari jadi Gadis Sampul, sementara 1995 tuh udah angkatan Andhara Early sama Dewi Rezer, rambutnya udah nggak ngembang amat. Btw kalau dari muka ya, muka Vina justru yang cocok banget buat gadis sampul hahahaha.

Gadis Sampul 1989

Gadis Sampul 1995
Detail kecil tapi jadinya mikirin sepanjang film gituuuu. *tetep overthinking* Iya cuma film cuma jadinya kurang relate aja gitu.

Jojo

JOJO! Tokoh favorit! Passs banget dibikin satu cowok karena di versi Sunny tuh anggota gengnya kebanyakan, cewek semua pula, pusing siapa yang mana. Kebanyakan karakter gitu.

Thumbs up karena nggak potraying cowok ngondek dengan jalan melambai dan ngomong pake bahasa banci. Natural, ngondeknya nggak lebay tapi dapet.



Jojo remaja dan Jojo dewasa sama-sama keren banget. Jojo ngingetin sama orang-orang yang nggak bisa jadi diri sendiri karena harus jaga nama baik keluarga. Juga tentang orientasi seks Jojo yang harus disembunyikan, demi apalagi selain membahagiakan keluarga.

Di sosok Jojo ini isu gender di Indonesia disindir dan kerasa banget kalau yang nulis Gina S. Noer ahahahaha.

Jaka

YA TUHAN CRINGE BANGET INI TOKOH SUNGGUH. Dari dia muncul dan kaku, saya nahan ketawa sendiri karena di otak tuh dia macam anak Indie penikmat senja pendaki gunung kalau zaman sekarang. UNTUNG PAS GEDE JADI OKA ANTARA. Kalau tidak, anda tidak tertolong hahahahaha. Cringe 100%.



Pas nonton versi Korea astagaaa ternyata emang sengaja dibuat cringey banget tokohnya ya. Yang versi Korea cringenya 120%. Hahahaha.

Keseluruhan cerita

Awal-awal tuh kita (oke saya) dibuat mikir kalau mereka temenan at least 5 tahun lah. Selama SMA dan perlahan lost contact saat kuliah. Pas tau mereka cuma temenan 1-2 tahun tuhhhh … bingung.

Coba ya, temenan cuma 2 tahun, iya sih kompak tapi abis itu ngilang 23 tahun tanpa kontakan sama sekali DI ERA DIGITAL. Apa setelah dikeluarin dari sekolah tuh nggak masih teleponan dan nginep bareng? Nggak main bareng sama sekali? Sementara selama ini saling mengunjungi rumah kan.

Tandanya nggak sepenting itu aja plisss? Emang cuma pernah deket lalu bye. Mending kalau sekolahnya boarding school gitu yang biasanya emang jadi akrab banget. Ini mah kan nggak.

Dan sori nihhh, kurang relate, orang dewasa mana di tahun 2019 yang kalau anaknya dibully tuh malah balik bully sampai ditangkep polisi? :)))))

Pas nonton versi Sunny baru ngerti ohhh ya maklum film Korea. Lebaynya suka level kocak gitu kan ya. Rada nggak masuk kalau jadi film Indonesia hahahaha. Soalnya di Sunny tuh berantemnya udah level Warkop DKI banget, baik saat berantem sama polisi maupun berantem sama si pembully. Komedi gitu sampai terbang-terbang segala.

Kalau yang versi Bebas kan nggak dibuat selawak itu jadinya nanggung dan mempertanyakan: Harus ya diberantemin?

Meski bingung tapi tetep kocak sih adegan mereka cekikikan di mobil polisi. Beneran ikut ngikik ketawa dan pengen ikut joget. :)

Abis itu dikasih warisan dengan nominal lebay? WHIW. Apakah selama 23 tahun si Kris ini nggak punya sahabat lain sama sekali? Sampai yang stay di rumah mereka doang? Joget pula di tempat orang meninggal?

Setelah nonton versi Koreanya baru ngerti ohhhh urusan warisan emang khas kelebayan film Korea aja itu mah. Dance-nya juga lebih nyambung di Sunny karena dance-nya ala KPop idol gitu bukan sekadar dance-dance iseng geng anak Indonesia.

Lalu pertanyaan selanjutnya kenapa atuh di tahun 2019 ngasihnya DVD? Apakah nggak bisa diupload di Google Drive atau share aja via WhatsApp group? Ngeburn-nya di mana itu DVD coba tolong dikasih tau. :(

Yang Korea DVD okelah karena ceritanya tahun 2011.

Tapi kalau ditanya suka yang mana, ternyata tetep saya lebih suka yang versi Indonesia sih hahahahaha. Alurnya lebih enak, gengnya lebih oke, sekolahnya lebih nyata karena campur cewek cowok. Kecuali part si bully lebih suka yang Sunny karena di Bebas kenapa yang bully harus cowok ya? Aneh nggak sih cowok tukang mabok mau gabung sama geng cewek-cewek dance SAMPAI NGEBULLY tuh?

OK KALAU GITU ELU AJA YANG BIKIN FILMNYA, CEU! HUHU IYA MAAP.

Ya udalah memang ini jenis film yang butuh pembelaan “namanya juga film ahelahhh” gitu jadi ya udalaahhh namanya juga film hahahaha. Plus mungkin saya nggak relate karena tahun 1995 saya memang belum SMA, beda dengan AADC yang sangat relate karena jadi remaja di tahun yang sama.

Di luar berbagai pertanyaan saya itu, ada beberapa pesan di film ini. Selain soal Vina dibully dan anaknya pun ternyata dibully, ada pesan soal mimpi. Bagaimana saat remaja, mimpi kita itu untuk diri kita sendiri. Sementara saat dewasa, kita terpaksa berbagi mimpi dengan orangtua, anak dan suami. Mimpi kita gimana?

Juga soal pemeran utama. Kita adalah pemeran utama di hidup kita masing-masing. Bukan cuma pemeran pembantu bagi suami atau anak. Gimana mau menjalani hidup sebagai pemeran utama?

Meskipun menurut saya sih ya kan nggak semua orang mau jadi pemeran utama ya, kalau jadi pemeran pembantu bikin kamu bahagia ya udah atuh nggak apa-apa. Cuma nggak mungkin muncul di film lah pesan kaya gitu karena kurang empowering dan mengurangi napas girl powernya hehehe.

Ya udah gitu aja. Yang belum nonton tapi udah baca ini, nonton aja nggak apa-apa. Seneng kok nontonnya, sinematografinya oke dan bikin mellow karena memang nunjukkin sisi emosional dari Jakarta. Dijamin senyum deh pas keluar bioskop. Menghibur sekali. :)

Daannn, dijamin stres liat Marsha Timothy karena cantik banget :(((((




-ast-




Dua Garis Biru, (Bagi Saya) Tak Cuma Film Haru

on
Thursday, July 25, 2019
[MAJOR SPOILER ALERT]


Hari itu hari Jumat, 12 Juli 2019, sudah jam 6 sore. Saya capek sekali sampai rasanya tak punya lagi energi untuk naik ojek ke rumah. Saya siap-siap pulang dan akan memesan taksi online, sampai Esti, anak kantor, mendekat dan mengajak nonton “Dua Garis Biru” yang baru tayang di hari kedua.



Saya belum melihat trailernya sama sekali, hanya tahu ini film tentang anak SMA yang hamil saat sekolah tapi langsung bilang AYO dengan hanya bermodal testimoni Ernest Prakasa yang datang saat premier dan memuji film ini. Well, saya suka semua film Ernest dan kalau dia bilang bagus maka filmnya sudah pasti bagus.

Little did I know that I would walk home after the movie with bloating eyes and a massive headache. Tears raced down my face until the Apple watch sent 2 notifications for me to breathe throughout the movie, no kidding.

Setelah nonton, yang saya lakukan adalah membuat sebanyak mungkin orang di sekitar saya nonton. Dimulai dari JG yang saya intilin terus sepanjang hari sepanjang malam dan maksa dia dengerin cerita saya soal Dua Garis Biru. Berhasil, detik dia bilang ok langsung beli lagi tiketnya dan nonton lagi deh berdua hahahaha. Seminggu setelahnya, di rumah playlistnya OST film ini terus. Berdua nggak bisa move on sampai di chat di mana pun ngomonginnya Dara dan Bima.

T__________T

Anyway the movie is so … depressing. Kalau nggak dikasih bumbu humor dikit (aka Asri Welas) bisa gila sih keluar dari bioskop.

T__________T

Gini, untuk urusan nangis-nangis di bioskop mah saya emang cemen. Nonton Keluarga Cemara nangis, nonton Avengers: Endgame apalagi. Tapi biasanya nangis karena EMPATI. Nangis karena ih sedih banget sih hidup DIA. Atau kalau Endgame sih sedih karena sori banget Capt, udah bertahun-tahun kita hidup bersama lho kok kamu begitu? KESEL. MAKA NANGIS.

Kalau “Dua Garis Biru” nangisnya karena terlalu relatable. It might be you, that could be me, it could be all of us. Hal sederhana yang sebetulnya mungkin pernah terjadi pada kakak kita, tetangga, sahabat, bahkan diri kita sendiri. Bukan tidak mungkin terjadi pada anak-anak kita juga.

Dulu sex education versi ibu saya selalu “kalau hamil duluan, perempuan yang akan paling rugi!” plus omelan tiap ada artis nikah siri “nikah siri itu perempuan yang akan paling rugi”.

Dulu saya mikir “halah rugi karena nggak dapet harta gono-gini doang kalau nikah siri”. Sebuah pemikiran sempit karena di usia 30 tahun ini, dengan banyak teman bercerai, saya baru tahu kalau cerai dan berbagi harta gono-gini adalah kemewahan. Tidak semua orang rela membagi dua harta. Malah ada yang anak saja tidak mau dibagi: Kamu saja yang urus, kita kan cerai maka bye kamu dan anak-anakku. :))))

*

Oke, seperti biasa kalau bahas film versi saya, kita akan bahas per karakter biar puaassss.

Di film ini kita bisa lihat reaksi lingkungan saat ada satu anak hamil sebelum waktunya. Dulu saya pikir “halah anaknya aja yang bego, bandel sih makanya hamil”. Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Ada orangtua yang merasa gagal, ada kakak yang kecewa, ada adik yang bingung, ada tetangga yang bicara di depan, ada yang bicara di belakang, ada konflik batin aborsi, bagaimana sekolah dan teman-teman memperlakukan, dan ada masa depan yang dipertaruhkan.

Hamil saat belum menikah, bukan sekadar omelan “bikin malu keluarga”. Dan jelas bukan sekadar jargon “married by accident”, tiga kata itu terlalu sederhana untuk menggambarkan situasi semacam ini. Pernikahan jadi porsi sangat kecil dari semua konflik yang ada, “hanya” karena satu perempuan hamil di usia terlalu muda. Nikah dengan berantem-berantem kecil juga cuma pemanis karena masalah di depan mata jauh lebih besar daripada suami main game terus.



Tak heran, film ini lewat riset panjang selama 9 tahun! Gina S Noer mengubur skenario ini dulu setelah pitching pada produser Chand Parwez Servia. Ia berusaha mencari sutradara lain, merasakan sendiri dulu jadi orangtua dengan dua anak, bahkan sempat ikut kelas bersama Najeela Shihab sampai akhirnya setuju untuk menyutradari ini sendiri karena Chand Parwez keukeuh harus dia sutradaranya. Sebagai perempuan dan ibu, ia sukses menulis dan merepresentasikan pesan film ini dengan gamblang.

Keluarga Bima

Beberapa review film ini yang saya baca, menyebutkan (dan memuji) kesenjangan sosial di film ini yang tampak begitu nyata. Buat saya, kesenjangan itu dibuat tidak mengada-ngada karena bukan versi FTV anak kaya raya dengan pos security di rumah vs keluarga security itu sendiri. Nope. Nggak segitunya.

Keluarga Bima digambarkan dari kalangan menengah ke bawah, rumahnya di pinggir kali tapi tidak sekumuh itu. Bapaknya pensiunan (saya berasumsi pensiunan PNS) sehingga untuk menambah penghasilan pasca pensiun, ibunya membuka warung gado-gado di rumah. Tapi mereka tidak digambarkan sangat sangat miskin. PAS. Kita pasti punya teman dengan kondisi ekonomi seperti ini. Bisa kuliah tapi nggak bisa kalau harus swasta, apalagi di luar kota. Bisa makan layak, tapi kalau mobil ya tidak terbeli.



Pakaian yang mereka pakai rapi dan selayak ibu-ibu kelas menengah ke bawah. Tidak dibuat kumuh apalagi lusuh. Rapi dan sopan. Mampu naik taksi online ke mana-mana. Mampu berbicara dan membela diri tanpa tunduk pada orang yang lebih punya kuasa.

Saya terkesan dengan pakaian Cut Mini (ibu Bima) dan Rachel Amanda (kakak Bima) yang seperti teman kita dan ibunya sehari-hari! Rachel tidak berjilbab tapi stelan jilbab dan bajunya di film ini akrab sekali dengan keseharian saya. Rachel bisa jadi teman SMA kita, teman kita di kantor, atau pacarnya teman kita. Sebuah peran yang dekat sekali rasanya.

Keluarga Bima melewati masalah ini dengan diskusi sebagai keluarga. Meski kadang panas tapi mereka berdiskusi baik buruk segala keputusan di depan Bima. Bima dilibatkan, kakak Bima juga ditanya pendapatnya, bahkan si calon bayi saja diperhitungkan dalam tiap keputusan. Mereka berhasil melewati konflik ini sebagai satu keluarga utuh.

Keluarga Dara

Seperti Bima, keluarga Dara digambarkan lebih kaya tapi tidak sekaya itu juga. Iya betul rumahnya digambarkan punya bath tub dan kolam renang, tapi well, mereka kelas menengah juga. Menengah ke atas. :)

Restoran ayahnya diceritakan sering sepi, ibunya working class biasa. Corporate (or agency lol) slave yang keluar kantor sebentar saja ditelepon terus-terusan (semacam JG HAHA). Pulangnya hampir selalu malam, tasnya pun bukan tas desainer mahal. Tidak pernah ganti pula.

Plus dari pembicaraan Dara soal beasiswa mereka ya hidup berkecukupan. Teman-teman saya yang betul punya uang sih saat bicara kuliah di luar negeri YA BAYAR SENDIRI. Pembicaraan beasiswa biasanya hanya terjadi pada kaum kelas menengah yang mampu sih bayar biaya hidup di sana, tapi tidak bisa kalau harus juga membayar kuliah.

Adik Dara juga selayak anak-anak Jakarta lain di lingkungan saya. Lesnya cuma gymnastic dan berenang di akhir pekan. Ingat, kalau keluarga kalangan atas kan lesnya berkuda dengan kuda milik sendiri pula lol.

Yang paling berkesan adalah bagaimana Dara dan ibunya (Lulu Tobing) satu rumah tapi berjauhan. Satu rumah, serasa akrab, cie-ciein pacar, TAPI TIDAK. Seperti dekat tapi sebetulnya ia tidak tahu apa-apa soal hidup Dara kecuali peduli pada masa depannya. Tipikal ibu-ibu yang well-planned, mikirin sekolah dan les anak-anak berakhir dengan “MAMA PIKIR KAMU BISA MAMA ANDALKAN!”. WOW CHILL, SHE’S ONLY 17!

Dibanding keluarga Bima, keluarga Dara berjalan mengambil keputusan sendiri-sendiri. Mama Dara merasa berhak mengambil keputusan mencari orangtua adopsi, bahkan tanpa persetujuan Dara. Semua berjalan masing-masing, antara papa dan mama Dara saja tidak pernah satu suara. Perkara beli baju bayi saja harus bertengkar dulu wow.

Dua keluarga ini mewakili keluarga di dunia nyata. Memang ada jenis keluarga seperti itu kan?

Dara

Anak pintar, cantik, jatuh cinta karena Bima gemesin banget meskipun bodoh nggak ada dua. :)))) Baikan setelah ngambek cuma karena ditutupin kepalanya takut kena matahari itu khas anak SMA banget. BEEN THERE LOL.



Tiap Dara berantem sama mamanya saya flashback banget pas SMA emang kerjaan berantem terus sama ibu hahahahahaha.

Dan somehow saya ngertiiii banget kenapa dia labil. Mau aborsi, lalu tidak mau aborsi. Mau kasih anak ke Tante Lia, lalu tidak mau kasih anak ke Tante Lia. Mau cerai lalu tidak mau cerai. Yang ia tau, mau dengan pasti hanya ke Korea. Anak umur segitu diberi pilihan untuk menentukan hidup ya memang susah. :((((



Aktingnya Zara no comment sih since dia Sunda banget gitu jadi menurut saya natural-natural aja (KATANYA NO COMMENT LOL). Zara pas banget jadi Dara karena kita ditunjukkan bahwa anak lugu dan juara kelas, bukan tidak mungkin terpeleset kesalahan.

Adegan dheg Dara itu saat dr. Fiza Hatta bertanya “sudah diajarkan di sekolah?” Dan mukanya bingung, menggeleng. Kaya pengen bilang: Dok, kalau diajari di sekolah saya pasti nggak hamil. T_________T

Mama Dara

WAH LULU TOBING SIH GIMANA YAAAA. Bagussss banget, tek-tokan ketus berantemnya sama Dara kaya beneran. HUHU.

Mama: “Jadi orangtua itu selamanya!”

Dara: “Oya?! Terus kenapa kemarin mama ninggalin aku?!”

Saya: *CRYYYYY*

Scene ter-cry karena itu skenario saya dan JG sejak Bebe masih di perut. Kalau sampai dia hamilin anak orang lain dan anak itu diusir ibunya, maka anak itu ya akan kita bawa ke rumahlah gimana lagi. Kami punya skenario detail sekali (yang beda sama film) tapi begitu dihadapkan dalam bentuk film, PARAH SIH NANGIS. T_________T

Ibu Bima: “Bima sedang belajar jadi ayah”

Mama Dara: “ANAK SAYA SUDAH JADI IBU! DARA SUDAH JADI IBU SEJAK DIA HAMIL!”

Saya: *NANGIS BANJIR*

T___________T



Lulu Tobing jadi sosok ibu yang merasa keluarganya sudah sempurna karena ia atur sedetail mungkin. Ia merasa peduli masa depan, merasa peduli pacar anaknya lalu nanya jadiannya kapan padahal ternyata tidak sepeduli itu. Merasa mengerti anaknya maunya apa padahal nanya dan ngajak diskusi aja nggak pernah. Merasa paling tahu, merasa paling jadi orang dewasa, padahal seperti yang dia bilang sendiri “SAYA AJA GAGAL JADI ORANGTUA!”

Well, people, please don’t be like mama Dara ok!

Tante Lia dan Om Adi

Sejujurnya saya setuju sih sama keputusan mama Dara untuk ngasihin anaknya ke Tante Lia dan Om Adi. TAPI YA DISKUSI DULU DONG. Suruh Dara bikin pros cons anak dikasih ke Tante Lia dan Om Adi dibanding dikasih ke Bima. Suruh Dara diskusi sama Bima dan Bima harus bikin pros cons juga. Daripada itu bayi diurus di kampung kumuh gitu sorry to say MAU DIKASIH MAKAN APA? MAU SEKOLAH DI MANA? Masa depan si anak gimana?



Tante Lia dan Om Adi juga plis jangan rese. Ngana nggak punya anak, ada yang mau ngasih ya nggak usah ngaku-ngaku itu anak sendiri gila apa gimana. Biar aja misal manggil Tante Lia - Om Adi dengan ayah ibu, sementara si anak manggil Bima Dara dengan Baba - Bunda. Kenapa sih ngatur anak yang belum lahir hih. Anak sendiri juga bukan udah ngatur.

KESEL BANGET SAMA PERAN MEREKA INI. Ngingetin banget kalau ini film huh.

Bima

ANGGA ALDI YUNANDA INI SAPOSEEEE. Pertama kali liat mukanya ya di film Dua Garis Biru. Begitu tau dia anak sinetron dan FTV saya rada meremehkan karena meh anak TV (aku kan anak YouTube, YouTube, lebih dari TV boom! LOL) Padahal aktingnya gila bagus banget! Dia diem aja ekspresinya bisa marah, sedih, bingung, gitu sih. Nggak jomplang sama sekali sama Cut Mini dan Lulu Tobing.



Bima selayak crush waktu SMA yang rasanya akan kita perjuangkan selamanya. Yang dia acak-acak rambut aja kita kepikirannya seminggu. And by “selamanya”, I mean 3 tahun mentok deh selama SMA doang HAHAHAHAHA.

Yang nyesss dari peran Bima adalah, betapa Dara merasa lebih dekat pada Bima dibanding pada orangtuanya. Jadi ketika ditanya bertubi-tubi “kamu dipaksa (have sex) kan sama dia?!” Alih-alih bilang “iya” agar orangtuanya tidak tambah marah, Dara malah bilang “aku sayang sama Bima” karena memang SAYANG HUHU.

Sesayang itu lho Bima sama Dara. Ini tipe-tipe cowok yang akan bener-bener gila dan butuh didampingi kalau diputusin sama ceweknya. Tipe-tipe yang akan mengurung diri di kamar berhari-hari karena sekalinya sayang ya sayang banget, sekalinya bye ya merasa hidup runtuh.



Lalu bajunya natural banget! Dekil kaya anak SMA dari perkampungan yang nongkrong di pinggir kali. Kalau dia nongkrong beneran sama bang siapa tuh yang dia tanya tempat aborsi, itu kaya beneran banget. Nggak mengada-ngada sama sekali. Jaket sampai celananya juga wajar dan hari-hari banget huhu sedetail ituuuu film ini dipikirnnya.

Ibu Bima

Aktingnya sih jangan ditanya. Cut Mini pasti melewati riset sangat panjang karena jangankan cara dia bicara dan marah ya, adegan duduk sila dan menyusun kue dalam kotak aja bikin beberapa teman saya haru dan terkesan karena ya seperti terlalu nyata. Nggak semua orang punya ruang makan besar yang bisa menampung kotak kue sebanyak itu jadi mau nggak mau ya di ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga. Hal kecil, sederhana, namun jadi bermakna.

Semua setuju Cut Mini steals the show ya! Kocak tapi sedih, saya ngerti banget kenapa reaksi dai begitu, nggak lebay sama sekali. Adegan ter-cry saat abis solat dia bilang “Kita gagal didik anak laki kita”.



T__________T

Padahal pas mama Dara bilang dia gagal jadi orangtua, saya rasanya pengen “IYA EMANG LU GAGAL” karena kondisinya Dara dan mamanya nggak akrab amat kan. Tapi pas ibu Bima yang ngomong kaya nyesss gitu. Karena dia bingung apa yang salah selama ini? Rasanya Bima nggak kurang apa-apa, rasanya kasih sayang cukup, rasanya curhat-curhat aja sampai pacaran sama siapa juga bapak tau. KOK BISA GINIII? T__________T

Judes-judes tapi sayang keluarga HUHU. Auk ah mau ngomong apa lagi soal Cut Mini. TERBAIKKKK!



Papa Dara dan Bapak Bima

Ini saya gabungin karena keduanya unik dengan style-nya masing-masing. Papa Dara papa urban yang sebetulnya mau lho diskusi sama Dara, cuma mamanya bossy banget dan ngambil keputusan untuk semua orang.

Sementara bapak Bima, pak RT yang dihormati, bijaksana juga mengambil keputusan selalu melibatkan istri DAN KEDUA anaknya. Kita semua kenal dong dengan kedua tipe bapak kaya gini?

Saya respek dan sayang sih sama mereka berdua. Somehow, papa Dara tuh bisa lebih paham Bima dan Dara dibanding mama Dara. Manis banget dia nyuruh Bima berhenti kerja biar fokus sekolah dan muji kerjanya Bima. Manis banget juga waktu dia nawarin anter Dara beli baju bayi. T___________T



Bapak Bima juga, manis banget bapak yang mau dengerin curhat anaknya, dan tetep terima Bima apa adanya. Nangisssss.

Btw kesel deh di akhir trailer itu ada adegan Dwi Sasono ngomong “Dara kayanya ragu, coba kamu ngomong sama dia, ini demi anak kamu juga” TAPI DI FILMNYA NGGAK ADA HELP! Gemes banget pengen nonton yang versi unedited. Katanya editingnya dari 200 menit cuma jadi 120 menit huhu aku mau nonton yang 80 menitnya. :(((

Mbak Dewi

MBAK DEWIIII KESAYANGAN KITA SEMUA. Natural amat sih jadi kakak. Pake baju bahan satin terus pake manset itu duh mbak Dewi adalah perempuan Indonesia berjilbab pada umumnya. 



Mbak Dewi jadi pengingat bahwa kalau kamu hamilin anak orang, ada orang yang juga ikutan pusing karena harus menjelaskan pada keluarga calon suaminya. Urusannya bukan cuma masalahmu doang tapi jadi masalah banyak orang.

Si anak pertama yang keras kepala tapi sayang sama adiknya. Senangnya adalah, bapak Bima selalu ingin melibatkan mbak Dewi dalam semua keputusan keluarga. Familiar? :)))

Puput



Puput (Maisha Kanna) ini sosok penting karena sepanjang film kita digiring untuk menganggap Dara masih terlalu muda untuk jadi ibu. Tapi sosok Puput mengingatkan kita, Dara memang masih kecil, tapi ia seharusnya bisa jadi sosok kakak bagi Puput. Gimana sih jelasinnya ah. Yang jelas tiap Puput muncul saya seperti diingatkan bahwa pantas Dara dianggap sebagai kakak yang dewasa bermasa depan cerah ceria karena si mama membandingkannya dengan Puput yang masih harus diantar les ini itu.

Maisha juga aktingnya makin bagussss dibanding waktu jadi Sam di Kulari Ke Pantai. Pas banget jadi kakak adik sama Zara.

Scene UKS

Ini scene paling diomongin karena one shot ya, pake latihan segala dan video latihannya sampai saya lihat berulang-ulang. Dalam satu scene kita dikasih tahu kalau Bima dan Dara memang jatuh cinta, ada dua pasang orangtua yang merasa gagal, dan betapa orangtua perempuan hampir pasti selalu menyalahkan anak laki-laki yang menghamili anaknya.

Kaya sering banget kan denger ayah-ayah atau kakak laki-laki yang “siap bunuh” siapapun yang ngehamilin anak/adik perempuan mereka. Yeee, padahal kalau nggak diperkosa dan having sex with consent sih yang salah pasti salah berdua dong ya. Apalagi emang sejatuh cinta itu. Adil itu memang susah.



Di scene itu juga kita diingatkan kalau menghamili anak orang lain, jalan keluarnya nggak sesederhana jawaban: “Saya mau tanggung jawab”. Karena ketika dibilang “Mulai sekarang!” Lemes udah. Tanggung jawab yang dimaksud itu kaya apa? Menafkahi? Bawa pulang? Beliin kerang? :))))

Mewek maksimal ketika Cut Mini bilang “ANAK KITA! ANAK KITA!!!” saking orangtua Dara menyudutkan Bima dengan bilang “anak kalian” yaitu Bima yang nakal dan bikin Dara jadi nakal.

*

DEMIKIAN RUMPI TENTANG DUA GARIS BIRU. Sebetulnya kalau di dunia nyata, rambling saya masih bisa panjang tapi nulisnya pegel ahhhh.

List pesan bagi remaja setelah nonton film ini selain sex education tentang kondisi fisik yang belum siap hamil:
- Sekolah belum tentu akan berpihak padamu. Sekolah nggak akan encourage kamu untuk tetap sekolah meski nilai kamu sangat sangat bagus :((((
- Kalau kamu perempuan, cita-cita kamu memang masih bisa dikejar meski hamil. Tapi bahkan kamu belum tentu bisa ketemu anakmu lagi. ANAKMU SENDIRI. Anak yang nggak bisa kamu punya lagi di masa depan.
- Kalau kamu laki-laki, lihat apa yang kamu lakukan sama anak dan keluarga orang lain. Sebaik-baiknya kamu, segimana pun kamu bilang kamu akan tanggung jawab, ada hal-hal di luar kuasamu dan satu keluarga hancur karena kamu. Kamu lho yang harus tandatangan operasi karena yang operasi ISTRIMU. Kalau nggak nikah yang akan tandatangan persetujuan operasi kan akan orangtuanya.
- Kepikiran nggak kalau itu anak, nggak salah apa-apa akan jadi oh so called anak haram T_______T

Buat orangtua, banyak-banyakin ngobrol sama anak. Jangan judgmental, jangan menganggap mereka tidak tahu apa-apa tapi jangan pula menganggap mereka tahu segalanya. Sebaliknya, jangan menganggap kita sudah tahu semuanya karena TIDAK. Sex education for all!

sukaaaa banget sama peran Pong ini karena misterius :')
-ast-




Review Si Doel The Movie

on
Tuesday, August 14, 2018
[SPOILER ALERT]

Kalau kalian baca blog saya sejak lama, kalian pasti tau ya pengaruh film AADC sama hidup saya. Sengaruh itu lho sama kehidupan. Kalau yang satu ini, saya ngerasa nggak ngaruh tapi kok ya punya bagian besar dari masa kecil saya.

Dari belum ada filmnya aja, Si Doel ini tuh salah satu topik banget di group keluarga saya. Jokes kami tuh sering banget yang Si Doel related. Adik saya malah ngefans banget dan sering share link-link untuk streaming. Hampir semua episode apalagi episode yang ikonik gitu kami sekeluarga hapal semua hahaha.



Jadi pas ada Si Doel The Movie, bahasan di group ya jadi terus-terusan soal filmnya HAHA. Adik saya yang pertama nonton duluan karena dia paling ngefans, disusul ayah dan ibu plus adik bungsu yang nonton bareng bertiga, terakhir saya dan JG baru nonton berdua weekend ini setelah maksa adik pertama untuk nungguin Bebe di rumah selama kami nonton lol.

JADI GIMANA FILMNYA?

Well, kalian nonton Si Doel sampai mana dulu nih? Sampai Doel nikah sama Sarah?
SAMA DONG KAYA SAYA.

Padahal itu baru season 6 (finale. Ada yang bilang finalnya itu season 7 tapi saya nggak nemu) dari Si Doel Anak Sekolahan. Setelah itu ada series dan FTV-nya lagi jadi kalau kalian nggak nonton dan nggak ada yang bisa ditanya sih udah dijamin hah hoh nggak ngerti. Jadi alur atau urutannya itu gini:

- Si Doel Anak Sekolahan (TV Series, 6 season, 1994-2003) - tamat dengan Doel nikah sama Sarah
- Si Doel Anak Gedongan (TV Series, 2005) - tamat dengan Sarah kabur ninggalin Doel.
- Si Doel Anak Pinggiran (FTV, 2011) - tanpa pernah menceraikan Sarah (karena doi ngilang, bos), Doel nikah siri sama Zaenab yang juga janda.

Film yang di hari kesebelas udah dapet 1,3juta penonton ini jadinya nostalgic banget. Saya sih mewek dari AWAL BANGET PAS OPENING. :( Mewek gara-gara denger suara Babe aja sih. Sesederhana mikirin orang susah yang mati-matian pengen anaknya sekolah. OH SO RELATABLE.

Dan ya, emang sebaper itu sih sama keluarga Doel. :’(

Sedih karena series ini tayang lama banget sampai pemerannya ya lekat dengan perannya. Saya juga gitu. Liat sepeda ontel langsung inget Engkong Ali yang selalu pilih kasih sama cucu tapi nggak suka sama si Mandra yang anak sendiri. Inget Babe, inget mas Karyo. Meninggal semua. Inget juga sama mang Eman tukang kiridit panci orang Tasik yang nangis duduk di tanah pas Babe meninggal.

T______T

Overall filmnya cantik kok dengan latar belakang Amsterdam. Cinematic dan udah kaya film zaman sekarang yang shotnya beragam. Shot di series-nya kan bosenin banget, long shot aja jaraaaanggg, paling cuma kalau mau liatin rumah & warung plus babe tiduran sambil kipas-kipas. Sisanya ya close up aja ngobrol ganti-gantian antar pemeran gitu. Muka nyak, ganti muka babe, mundur dikit medium shot, balik close up lagi hahaha. Jarang ada adegan close up berdua gitu, shotnya ganti-gantian mulu, syutingnya ganti-gantian juga kali ya lol.

Saya bahas satu-satu per karakter aja ya!

Nyak

Mellow sih karena sakit tapi masih bisa akting, masih bisa inget skenario. Dan termellow karena ada wawancara sama Rano Karno yang bilang kalau film ini udah jadi wacana dari dulu tapi akhirnya diwujudin karena Nyak yang minta huhu. Sepanjang film nyak cuma nasihat-nasihatin semua orang gitu.

Sedihnya karena nggak bisa nggak mikirin nyak harus main film dalam kondisi sakit karena butuh uang nggak sih. SEDIH BANGET PADAHAL ASUMSI DOANG INI. T_______T

Atun

Atun ternyata sudah jadi bundaaaa ahahahahaha. Kocak banget anaknya udah SMP. Ternyata Atun udah punya anak sejak series sebelumnya. Nikah sama mas Karyo tapi terus meninggal ya ampun apes amat ya ini hidup satu keluarga. :(

Terpengen noyor karena Atun nggak nganggep Zaenab sebagai istri bang Doel banget deh. Ngomong nggak dijaga! Ya ngerti Atun sama Zaenab dari dulu temenan tapi KOMPOR IH SUMPAH.

Mandra



Tanpa Mandra apalah film ini. Semua celetukannya bikin ngakak banget. Senatural itu untuk jadi orang primitif. Kata ayah, Mandra kalau main di film/series lain yang sutradaranya bukan Rano Karno suka norce, tapi kalau di Si Doel selalu natural. IYA YA. Kok bisa yaaaa.

Saya juga yakin dia pasti biang kerok di film/series selanjutnya dalam drama cinta segitiga ini. Enough said.

Zaenab

Ini cewek hidupnya kok kasian amat yaaa. Seumur hidup naksir Doel hanya untuk ditinggal nikah. Seumur hidup jadi nomer dua banget lho, seumur hidup jealous sama Sarah, seumur hidup ngerasa kalah terus sama Sarah. Sampai udah nikah pun tetep Doelnya belum cerain Sarah.

Pesan moral untuk orangtua, JANGAN MATRE! Hidup anak lo berantakan kalau lo matre! HUH. Dari dulu paling sebel sama ibunya Zaenab, untung nggak nongol di film. Cuma suara bapaknya doang yang muncul di opening.

Yang paling awkward adalah Zaenab menyebut diri sendiri dengan “saya”. AYE LAH HARUSNYA. Aye itu Zaenab banget. Tapi tetep Maudy Koesnaedi cantik banget sih gils.

Sarah

Pas Sarah nemuin Doel, keliatan punggungnya dulu kan ya. Pas balik badan …



SISSY PRISCILLIA?

SUMPAH MIRIP BANGET JAHAHAHAHAHAHA.

Jadi kakaknya boleh deh, jadi Cornellia Agatha, Sissy, Vanesha HAHAHA. Kesel nggak lo tiga-tiganya muncul di film legend gitu, Doel, AADC, Dilan. XD



Tapi asli sepanjang film saya kesel banget sama Sarah. DRAMA ABIS IH HIDUP LO.

Lagi hamil kabur dari rumah sampai 14 tahun dan nggak ngabarin itu selfish banget sih. MAUNYA APA. Mau cerai ya bilang dong. Nyebelin banget, gantungin suami sendiri kaya gitu. Atau kalau mau ngilang ya ngilang selamanya. JANGAN LABIL. Bilang aja ke anaknya kalau papa udah meninggal kek.

Paling sebel pas di akhir film dia bilang tahun depan mau pindah ke Jakarta for good. Saya sama JG langsung liat-liatan.

NO. Stay there. Yu menambah masalah yang yu buat sendiri. Yu diam saja di Belanda.

via GIPHY

Saya: “Anaknya tahun depan mau SMA pendek amat, masa kecil gitu sih”

JG: “Stunting kali?”

KAMPRET. :)))))

Beneran masih di bawah bahu Doel sama Sarah banget. Masih SD deh kayanya yang jadi anak itu.

Doel

YU JUGA KAMPRET.

Dari dulu kan si Doel ini emang nggak pernah netepin pilihan. Naksir sama Sarah, Sarah mau apa selalu diiyain, tapi gitu juga sama Zaenab. PHP yang sebenarnya.

Katanya Doel udah dijodohin dari kecil sama Zaenab, lha tapi kan dilepeh mulu sama ibunya Zaenab. Lagian punya dignity sedikit gitu lho udah dihina-hina kok ya masih ajaaa baik-baikin Zaenab. Sampai Sarah kabur juga karena Doel nolongin Zaenab yang keguguran tapi NGGAK BILANG-BILANG.



JG: “Jadi dari dulu Doel mau sama Sarah tapi maintain Zaenab biar nggak kehilangan fans ya?”

OHSOTRUEEEE!

Mau sama cewek ini sih tapi yang itu dimaintain juga biar ada yang ngejar-ngejar terus. Kita pasti punya nih satu temen yang begini kerjaannya. Cih.

Terus Doel ini tipe yang repressed feeling banget deh ingin rasanya kubuatkan janji dengan psikiater *jejelin xanax*

Hans

Aktingnya awkward tapi setelah dipikir-pikir dia memang harus awkward sepanjang film karena harus set up sepupunya yang labil pada suaminya yang sudah ditinggal selama 14 tahun. HARUS AWKWARD EMANG FIX.

Koh Ahong

Definisi sebenarnya dari susah move on. T_______T KASIAN BANGET SIH KOH AHONG. Sayang banget sama Zaenab sampai nggak nikah sama siapa-siapa tapi Zaenabnya nggak mau.

Padahal zaman dulu nyaknya Zaenab nyodor-nyodorin Ahong banget ya sama Zaenab. Kalau Betawi asli zaman sekarang apa masih relate jodohin anak sendiri sama pengusaha batako? Yakin mau dijodohin sama Ahong atau lebih baik pilih pemimpin muslim?

*HENING*

Anyway, yang emang ngefans banget sama Si Doel sih nonton aja karena ya menghibur. Nostalgic  dan entertaining lahhhh. Mandra kocaaakkkk. Tapi kerasa banget ini film cuma teaser untuk bridging ke selanjutnya. Antara film lagi atau series baru sih. Katanya Rano Karno udah mau balik ke entertainment lagi kan udahan berpolitiknya.

Jadi siapa yang udah nontoooonnnn?

Btw males cari foto karena mereka nggak siapin still cuts buat promo gitu. Cek aja sendiri di Instagram @sidoelanaksekolahan yaaa!


-ast-




Tentang Hobi Nonton

on
Monday, August 28, 2017
[SPONSORED POST]


Sejak SMA, saya senang nonton film di bioskop, senaanggg sekali. Tapi karena masih sekolah, film yang ditonton benar-benar dipilih karena waktunya juga sedikit kan. Harus bagi waktu sama sekolah gitu ahahaha asik abis alesannya ya.

Nah balas dendam waktu kuliah, saya nonton hampir semua film. SEMUA. Hahaha. Karena waktu itu Jatinangor Town Square baru buka dan ada bioskopnya! Meskipun bukan kota Bandung dan rasanya Jatinangor itu kampung banget, tapi bioskopnya update loh asli. Semua film premiere-nya di hari yang sama dengan Bandung. Jadi nggak ketinggalan sama sekali.

Zaman itu ya, film horor atau thriller Indonesia yang nggak jelas judul dan isinya aja saya tonton. Demi memajukan kancah perfilman tanah air! Nggak deng, karena tiketnya murah, cuma Rp 10ribu deh kalau nggak salah. Jadi bisa banget buat nonton di antara jeda kuliah.

Waktu kuliah ini juga saya lagi seneng-senengnya nonton serial Amriki kaya Heroes, Gossip Girl, Bevery Hills 90210, dan banyaaak lagi. Di sana tayang malem, paginya saya udah sigap download. Dengan koneksi zaman itu yang unlimitednya nggak palsu hahaha.

Beranjak dewasa dan kerja di Jakarta, film yang saya tonton makin sedikit huhuhu. Sebabnya saya jadi penakut banget, mendadak nggak berani nonton film horor sama sekali. Dan saat itu, kesukaan nonton udah ganti jadi nonton drama dan variety show Korea.

Pokoknya nggak kehitunglah berapa malam yang dilalui hanya tidur dua jam hanya demi “ah satu episode lagi deh”, “eh nanggung deh satu lagi aja” dengan mata 5 watt. Hayo, saya nggak sendirian lah pasti soal guilty pleasure yang satu ini. Hahaha. Besoknya di kantor ngantuk tapi bodo amat pengen buru-buru pulang untuk nonton episode berikutnya lagi.

Waktu berlalu, sampai akhirnya hamil. Pas hamil saya masih nonton drama Korea, masih nonton di bioskop, masih nonton konser. Sampai punya anak dan akhirnya nggak nonton apapun lagi karena nggak mau bawa anak ke bioskop.

T________T

Nonton sih tiga film doang, AADC2 dan Civil Wars di hari yang sama biar ninggalin Bebenya sekali. Dan nonton Fantastic Beast and Where to Find Them. UDAH. ITU DOANG. Masa mudaku yang sebagian besar dihabiskan untuk nonton kini sirna sudah huhuhuhu.

Abis gimana dong, mau ke bioskop harus ninggalin Bebe, mau bawa Bebe kok ya nggak mau *problem lo*. Ya abis saya sendiri suka keganggu sama anak kecil di bioskop, jadi saya sebisa mungkin nggak bawa anak kecil lah ke bioskop.

Sampai kemarin saya denger aplikasi namanya VIU!

Awalnya sih beneran skeptis aja ya karena yaelah, pasti ini mah another streaming apps aja kan. Pas coba download terus buka WOOWWW BANYAK DRAMA DAN SERIAL KOREA!



Asli first impressionnya itu, terus panik sendiri. Ih kok banyak yang belum ditonton sih, ini belum itu belum. Ternyata emang udah lama banget nggak nonton drama Korea jadi ketinggalan banyak. Huhu sedih amat.

Serunya, di VIU ini bukan cuma drama lama loh, drama baru juga lengkap! Malah ada drama yang lagi tayang di negara aslinya, langsung tayang juga di VIU di hari yang sama dengan subtitle Inggris dan Indonesia. Wow banget sih jadi nggak takut ketinggalan sama orang Koreya asli ya kan. Dan kalau kalian sibuk dan nggak punya kuota, nggak perlu streaming langsung, download aja dulu pake wifi, nontonnya nanti-nanti.

Stok filmnya juga banyak, ada ribuan judul film dan serial. Dari Korea, Jepang, India, Thailand, Indonesia dan Hong Kong. Yang favorit dari mana? Tentu saja dari Korea nyahahahaha. Sebagai K-fans aku merasa sungguh bangga lol.

Yang paling menyenangkan dari semua ini adalah: langganannya murah. MURAH BANGET ASLIIII. Langganan VIU Premium satu bulan cuma Rp 30ribu ajaaa, 3 bulan cuma Rp 60ribu, 6 bulan cuma Rp 120ribu, dan satu tahun cuma Rp 240ribu aja OMG.

Bayangin kalau kalian nonton di bioskop, sekali nonton aja udah Rp 60ribu buat satu orang. Ini 60ribu bisa nonton sepuasnya 3 bulan berdua suami di kasur pula pake baju tidur nyahahaha. Nggak perlu ganti baju dan dandan. #penting

Cocok banget lah buat saya yang nonton satu film aja masih harus diseling sama anak ini dan itu. Banyak pause-nya. Pakabar kalau nonton bioskop ya kan.

Kalau kalian nggak mau langganan juga tetep bisa nonton loh. Aneh ya? Aneh nggak? Hahaha baik amat ini VIU. Iya jadi kalau nggak langganan pun tetep bisa nonton, bedanya kalau berlangganan, kalian bisa nonton di hari yang sama saat serial tersebut tayang di negaranya. Sedangkan kalau gak berlangganan, kalian tetep bisa nonton tapi setelah serial itu selesai masa tayang di negaranya.



Yang terbaru, VIU punya original series berjudul SWITCH yang disutradarai Nia Dinata. WAAA NGEFANS ABIS SAMA TEH NIA *akrab*. Saya nonton semua film Nia Dinata jadi penasaran banget sama serial yang satu ini. Diperankan Morgan Oey, Karina Salim, dan Tatyana Akman, serial ini bercerita tentang sahabat dengan personality yang bertolak belakang dan jiwa mereka ketuker.

Serial ini udah tayang sejak 14 Agustus dan ada episode baru setiap Kamis. Hanya di VIU ya!

Oh iya, kamu mau akses VIU Premium GRATIS 3 bulan? Caranya gampang banget, tinggal mention akun twitter @Viu_Id dengan hashtag #switch_annisast dan #yourwaytoviu yaa. Biar puas nonton dramanya!

-ast-




The Devil Wears Prada, Now

on
Tuesday, December 27, 2016

Dua hari lalu, sedang di rumah mertua dan jadi timbunan tidak berguna di kasur karena Bebe banyak yang jaga, saya nonton The Devil Wears Prada. LAGI. Setelah bertahun-tahun. Dulu saat kuliah, ini film favorit saya, saya tonton berulang-ulang dan dulu rasanya semua adegan dalam film ini benar.

Dulu rasanya masuk akal. Rasanya memberi saya pelajaran bahwa sahabat dan pacar adalah yang terpenting. Mereka yang paling mengerti kita. Bahwa mengejar passion adalah segalanya.

Semalam nonton lagi dan ehm, ini film ya ... film. Saya nggak lagi relate dengan film ini. Saya bisa bilang gini karena sekarang saya kerja, punya bos, punya pressure. Dan ini film jadinya ugh dan bikin saya terus-terusan bilang "oh come on! Get real!" 😂

Oke ini pendapat dari sisi saya. Yang surprisingly ceritanya mirip sekali dengan hidup saya. Saya seperti Andy, PINTAR HAHAHAHAHA FUG, suka menulis sejak kecil, mendalami dunia jurnalistik. Bedanya Andy terpaksa jadi personal assistant (PA) sementara saya tidak terpaksa.

Karena saya jenuh kuliah jurnalistik dan ingin suasana baru. Padahal ya, dunia media dan menulis adalah passion saya. Tapi saat itu saya sedang ingin break. Capek setelah skripsi.

Iya, pekerjaan pertama saya adalah PA seorang bos Korea. Di perusahaan Korea. It was hard karena bos Korea saya berganti setiap tiga bulan. Tiga bulan pertama, bos saya namanya Mr Goo. Orangnya baik sekali, layaknya ayah-ayah baik di drama Korea. Sering membawakan saya makanan, super lah!

Tiga bulan kedua? Namanya Mr Kim. Dia adalah tipikal bapak-bapak di drama Korea yang kerja sampai malam, mabok sampai pagi, dan pergi kerja dengan baju yang sama dengan kemarin. Bau soju. Marah-marah, maki-maki, banting barang.

Sialnya, dia marah-marah karena dia perfeksionis. Karena kami kurang cekatan. Persis Miranda. Meski ya permintaannya masuk akal lah, kalau Miranda kan nggak masuk akal. *IYA IYA NAMANYA JUGA FILM SIS*

Ya setelahnya, seperti juga Andy, saya resign dulu tanpa punya pekerjaan pengganti. Yang jelas saya resign karena saya merasa saya tidak jadi diri saya. Saya tidak mau jadi PA. Saya ingin mengejar passion. Tidak sampai 3 bulan menganggur, saya akhirnya bekerja di media. Seperti cita-cita saya, dan cita-cita Andy.

Yang ingin saya bahas adalah bagaimana orang-orang di sekitar Andy bereaksi atas pilihan Andy. Andy yang ambisius, ambisius banget sampai pindah ke luar kota demi mengejar cita-cita.

Andy & Nate



Saya sebel sama Nate karena dia nyindirin baju stylish Andy mulu. Karena katanya dia nggak mau Andy jadi orang lain. IMO, cewek lo pake baju yang lebih oke ya why not lah asal dia masih sayang. Asal nggak ngutang, asal masih bayar listrik 😩. Mau cewek lo pake baju apa kek itu URUSAN DIA.

Kalau salah satu bilang "kamu berubah" cuma gara-gara urusan baju, ya artinya yang satu nggak bisa menyesuaikan. Karena manusia itu SELALU berubah. Tanpa pekerjaan baru pun bisa berubah. Kalau kalian sama-sama mendukung, kalian akan berubah bersama, menyesuaikan diri bersama.

(Baca: Tips Ngurangin Berantem sama Suami/Pacar)

Kerjaan itu nomor 1!

Ketika lo kerja, kerjaan adalah prioritas nomor 1! Teman adalah segalanya hanya berlaku pada saat lo sekolah dan kuliah di mana lo bisa bolos untuk belain temen. Udah kerja mah kalau mau ada waktu buat teman-teman ya cutilah! Keluarga aja nomor 2 kok, kerjaan pasti nomor 1. Apalagi cuma pacar dan teman.

Di film ini seolah itu semua salah. 😪 Padahal belain kerjaan itu BENAR karena emang temen lo mau ikut bayar cicilan atau tagihan kalau lo dipecat? 😩


Tinggalkanlah teman-teman yang tidak mendukung pekerjaan dan bertemanlah dengan teman kantor 😪 Ada alasan kenapa teman kita semakin sedikit semakin kita dewasa.

Masa demi ultah pacar harus nggak selesaikan kerjaan kantor? Terus pacarnya kecewa? Padahal pacarnya tahu persis Andy itu ambisius. Maunya dia belain birthday dinner terus Andy dapet masalah gitu besoknya? Aneh abis.

Kayanya kalau saya ada meeting penting terus saya harus skip dan bilang ke bos "sori mas pacarku ultah". Kayanya bos saya akan bilang "ngana yang punya kantor?" JAHAHAHAHHAHA. Makanya saya pengen toyor Nate pas dia ngambek, pengen bilang "Mau lo apa?! Solusi bro, solusi!" LOL

Oke Nate menganggap Andy "menggadaikan" idealisme dan maunya Andy kerja di tempat yang dia suka. Anggap Andy jadi wartawan, emang jadi otomatis bakal punya banyak waktu buat dia gitu? Boro-boro birthday dinner, ketemu aja mungkin sulit HAHAHAHA.

Kalau orang terdekat (teman dan pacar) ga suka pekerjaan kamu, yang patut ditanyakan ada dua. Pertama, apa mereka benar? Kedua, apa justru mereka bukan orang yang tepat buat kamu dan kamu baru dibukakan mata?

Karena sebel juga sama Lilly yang komplain Andy berubah. Andy yang sudah dikenalnya selama 16 tahun berubah. YAIYALAH BERUBAH WHAT DO YOU EXPECT?

Andy fresh graduate gitu ya anggap umur 22-23, 16 tahun yang lalu berarti umur 6-7? Seberapa banyak dari kalian yang masih bersahabat dengan sahabat kalian dari umur 6, masih sangat akrab, dan berharap mereka nggak berubah? 🤔🤔🤔

Kalau ada yang punya, sahabat sejak TK yang sampai ikut campur ke urusan lo mending putus sama dia atau nggak, kemungkinan nih ya, kalian nggak career oriented lol. Orang-orang yang career oriented sahabatnya sedikit. *NGACA* 😂

Abis gimana, nikahan sahabat bareng sama wawancara Lee Min Ho? Siapa yang akan kalian pilih? LEE MIN HO LAH. Dan sahabat beneran nyuruh saya wawancara Lee Min Ho dibanding dateng ke nikahan dia. 😂

Buat saya, seharusnya Lilly akan selalu dukung segala keputusan Andy. Apapun yang bikin dia hepi, mau kerja sama monster kek, mau putusin pacar, mau selingkuh. Nasihatin aja tapi jangan ikut judge lah. Nangis-nangis juga baliknya curhat sama dia kan? Kalau sahabat aja judge harus lari ke mana lagi kita?

Dan terakhir soal kerjaan ...

Berbahagia lah bisa kerja di tempat yang to die for. Miranda emang lebay, tapi dalam dunia nyata juga selalu ada bos yang dia baru suruh sesuatu hari ini tapi maunya selesai KEMARIN. 😂😂😂

Bos-bos model gini tapi biasanya yang seru, tempat kita belajar banyak soal segala hal. Hari gini pacenya harus kenceng lah kalau slow nanti ketinggalan.

Dan kamu, apalagi kamu dan kamu yang belum berkeluarga, selalu punya pilihan untuk resign. Kalau nggak punya pilihan? Kamu akan menemukan cara untuk survive. WE SURVIVE. YOU'LL SURVIVE.

(Baca: 
Survive di Jakarta)

TAPI YAH 

Saya tetep enjoy sih nonton filmnya HAHAHAHAHAHA. Tetap senang melihat baju Andy berganti-ganti. Tetep hepi nontonnya karena nostalgic, cuma ya, nggak relate lagi. Jadi malah ngetawain diri sendiri waktu muda kenapa naif amat lolol.


BTW SAYA LAGI LIBURAN NIHHHH SAMPAI TAHUN BARU. Maap maap update blog terhambat banget yaaaa. Kembali normal setelah 3 Januari. See you! :)

-ast-




My Thoughts on Fantastic Beasts and Where to Find Them

on
Monday, November 28, 2016
SPOILER ALERT. YOU'VE BEEN WARNED.


POTTERHEADS MANA SUARANYAAAA?

Kaya yang udah pernah gue bilang di review Harry Potter and The Cursed Child, JG itu suka nggak mau dengerin gue ngomongin soal Harry Potter karena SUKA BERLEBIHAN HAHAHAHA. Ya udah bodo amat kamu nggak mau dengerin, aku nulis di blog aja. 💩💪

Oke jadi meski nggak mau dengerin, JG baik banget nawarin apakah gue mau nonton Fantastic Beasts sendirian sementara dia jagain Bebe? YA MAU LAH. Tapi minggu lalu kami terlalu malas pergi-pergi, akhirnya baru nonton weekend kemarin dan pas ada Moana! Ya udah JG sama Bebe nonton Moana, gue nonton Fantastic Beasts. Bebe first cinema experience whoa so excited! *bohong* *yang ada gue tinggal diam-diam karena film gue mulai 15 menit lebih awal lol*

Moving on to the movie ... I was super excited, I legit got teary-eyed. Ya gimana pas gue liat buku Fantastic Beasts gue, ada tanggal belinya di situ tahun 2002 HUHUHU. Yang Quidditch Through The Ages malah tahun 2001. Berapa tahun gue diam dan menganggap buku ini complementary doang dari buku dan tiba-tiba sekarang dibikin film itu kan mau nangis banget.

*mulai lebay*

EHM.

SPOILER ALERT. YOU'VE BEEN WARNED. TWICE.

I LOVE THE MOVIE SO MUCH! Langsung mules blushing gitu pas filmnya mulai dan pake soundtrack Harry Potter huhu.

Kaya settingnya, bajunya, perintilannya itu bagus banget. Kalau ada di tengah-tengah mereka gue pasti jadi kaya Queenie deh soalnya dia pake pink terus sementara yang lain bajunya monokrom gitu. Hahaha. Terus yang main dikit banget deh, dikit bener-bener dikit sampai di IMDB list-nya pendek. Langsung ke pertanyaan yang paling banyak ditanyakan:

"Kalau nggak baca bukunya akan ngerti nggak? Nonton semua filmnya sih tapi nggak baca bukunya."

Kalau nggak baca bukunya kayanya nggak akan ngerti deh ini film. Banyak istilah kaya obliviate, squib, legilimens, itu nggak dijelasin.

Gini aja, di awal film ada kalimat ini:

Mary Lou: "Are you a seeker, a seeker of truth?"
Newt Scamander: "More of a chaser."

NGERTI NGGAK ITU? Kalau nggak ngerti kayanya nggak perlu nonton sih soalnya pasti sibuk sama istilah yang nggak dimengerti. Atau minimal nonton sama yang ngerti. Soalnya line itu bikin gue speechless terharu gitu mengingat Harry dan mas-mas sebelah gue bengong kaya nggak ada apa-apa. Berarti dia nggak ngerti bahahaha. Pengen gue colek deh "mas, nangkep nggak mas?" abis sepanjang film dia diem terus huuuu.

Oke the details!

1. Newt Scamander laff banget!

Kalau di buku kesannya dia ilmuwan sekali gitu dan DIA LULUS SEKOLAH. Tapi di buku dia badass banget huhu dikeluarin dari sekolah karena ngebela ... cewek lol. Di film nggak dijelasin kan ya? Gue browsing sih hahahaha.

Gue suka Newt karena dia passionate banget. Dasar geek ya, ngomong sama cewek aja malu-malu padahal Tina cantik banget! Dan pertanyaan terbesarnya kalau dia dikeluarin dari sekolah KOK PUNYA WAND? Nggak dipatahin? Kok Hagrid dipatahin? Harry juga?

Speaking of Hagrid, Newt is a handsome and smart version of Hagrid lol.

2. So, Leta Lestrange who?

Jadi si Leta Lestrange ini suka juga binatang terus ada eksperimen yang membahayakan murid lain dan Newt yang ngebela dia dan bilang kalau dia yang salah. Terus dia dikeluarin HUHU. Mana ganteng. *LHA*

Gue search di Black family tree Leta ini belum ada sih tapi kata sutradaranya akan dijelasin lagi relationship sama Leta ... di film selanjutnya. SHUT UP AND TAKE MY MONEY!

3. Tina 

Tina apa deh nama belakangnya gue lupa. Porpentina Goldstein (browsing dulu lol). Ini orang bener-bener cantik banget! Tinggi terus badannya bagus gitu dan dia auror. Btw kenapa ya Auror tetep dipanggil Auror sementara Muggles jadi No-Maj? No-Maj is super weird gitu.

Tina ini tipe ambisius gitu sukaaaa. Gue freaking out liat ibu-ibu yang pake coat putih, ngambil pikiran Tina terus kaya dikeluarin ke Pensieve gede gitu tapi ternyata buat dihukum mati. Ibu-ibunya lempeng banget gila "it won't hurt, honey" padahal mau bunuh orang. Sinting.



4. Queenie and Kowalski

Pertama kali Queenie muncul gue pikir ini orang rada sakit jiwa hahaha. Macam orang yang dikurung di rumah karena kalau ke luar dia ganggu. Ternyata nggak. Emang agak freak aja kali deh, Luna Lovegood versi terlalu ceria. Dia bener-bener cewek era great gatsby gitu huhu bajunya lucu-lucu banget.

Gue agak khawatir dia tempelan doang tapi ternyata dia pemberani sekalihhhh. Dan kenapa harus suka sama Kowalski hanya karena dia No-Maj? Tapi Kowalski juga emang baik banget sih. Polos amat ya orangnya. Gue turut bahagia karena akhirnya dia bisa punya toko roti. *cemen*



5. Modesty and Credence

Sepanjang film digiring banget kalau Obscurial itu punya Modesty (NAMANYA BAGUS BTW). Modesty ini mukanya nyeremin banget dan dia ternyata witch ya. Penasaran kan dia bilang dia 12 bersaudara, jadi maksudnya mereka keluarga penyihir? Sampai punya wand segala gitu.

Sementara Credence, gue udah nyangka juga sih dari awal kalau dia Squib. Aktingnya bagus banget asli kaya orang depresi.

Ternyata dia bukan squib ya, terus katanya dia akan muncul di film kedua? Jadi dia nggak mati? Kenapa anak kecil yang Sudan mati? WHY WHY WHY?

6. Graves

COLIN FARREL KENAPA TUA AMAT? Dikit lagi ngalahin George Clooney deh ah. Bos Auror kaya begini keren yaaa.

Gue mulai curiga dia bukan orang baik karena dia tiba-tiba kasih kalung Deathly Hallows sama Credence. Gue kepo banget asli soal Grindelwald ini karena dulu Elder Wand punya dia kan? Ini sebelum apa sesudah dia berantem sama Dumbledore ya? *siwer*

Mana Grindelwald nya Johnny Depp AAAAKKKK. Johnny Depp spesialis peran gila emang udah deh ah.

7. Madam President aka Seraphina Picquery

Ini gue masukin karena nggak penting lah di-translate sebagai ibu direktur huhu. Padahal maksudnya dia presiden penyihir seluruh Amerika kan kenapa deh jadi ibu direktur ah elah.

8. Promotes diversity

YES. Merhatiin nggak yang blonde itu dikit banget, semuanya dari berbagai ras gitu. Ya maklum zaman sekarang suka disindirin cyn kalau nggak pake semua ras. Dan Rowling itu mengada-ada menurut gue bilang kalau dari dulu Hermione is black.

Nooo, waktu dia nulis itu, isu diversity belum kaya sekarang. Buktinya di ilustrasi dia aja Hermione-nya white kan. dia kaya nggak enak hati gitu karena film dan buku Harry Potter nggak banyak orang kulit hitam berperan. Ya menyesal sih pasti ya karena sekarang isunya jadi kenceng banget.

*

APALAGI YAAA? UDAH SIH YA ITU AJA YAAAA.

Mau nonton lagi lah plissss.

-ast-




Membedah Ada Apa dengan Cinta? 2

on
Monday, May 9, 2016
[Long post. 100% curhat. Spoiler alert.]



Setelah drama batal nonton di hari pertama, gue akhirnya nonton Ada Apa dengan Cinta?2 maraton dengan Civil War minggu lalu di Bandung. Setelah nonton, kami (gue dan JG) terserak-serak, hati tercerai berai. Malemnya kembali nonton berdua AADC yang pertama dan masih tersenyum-kampret nontonnya. :')))

Ini notesnya karena gue harus nulis ini. HARUS.

Susah move on? Kenapa?

Kenapa sih banyak yang susah move on dari AADC 2? Karena inget mantan? Gue 100% enggak. JG juga (ngakunya) enggak lolol.

Karena apa, karena dulu pas nonton belum punya pacar. Waktu itu kelas 3 SMP dan ga kepikiran pacaran. Jadi asliii gue nonton 2x, sekali sama sepupu sekali lagi sama geng SMP plus ratusan kali tonton ulang sama temen-temen kuliah.