-->

Image Slider

Our Wedding, Our Dream :)

on
Thursday, August 29, 2013
---ternyata masih sempet nulis. lol. postingan penutup sebenernya posting yang sebelum ini. dibaca ya!---

Semua orang punya cita-cita masing-masing ya akan seperti apa hari pernikahan mereka. Apalagi cewek-cewek, banyak banget yang ingin jadi princess sehari. Nggak salah, tapi saya juga punya pernikahan impian saya sendiri.

Sayangnya, pernikahan impian ini nggak cocok sama ekspektasi banyak orang. Ini bikin capek, capek karena harus menjelaskan berulang kali. Apalagi ayah saya temennya banyak sekali. Ibu saya juga. Mereka berdua orang-orang yang aktif di mana-mana. Pertanyaan semua orang sama: "Ayah kan temennya banyak. Ko nikah nggak undang-undang sih! Aneh!" *dikata negara, punya undang-undang* -______-

Dulu sekali waktu ayah masih ngotot ingin nikahin saya di gedung, ayah dan ibu udah punya list undangan. SERIBU DELAPAN RATUS undangan aja. Dikali dua jadi 3600 orang. Itu baru keluarga dan teman ayahibu. Mikirin akan ketemu minimal 3600 orang dalam empat jam resepsi belum apa-apa udah bikin saya stres.

Waktu ayahibu setuju untuk nikah di rumah, mereka siap dengan segala risikonya. Termasuk menjelaskan pada semua orang bahwa nikahan saya ini "beda".

"Maaf sekali ini pernikahannya tidak lazim, tapi konsep seperti ini permintaan anak saya sendiri," ayah selalu bilang begitu. Pada tetangga, pada semua orang yang bertanya.

Ini lama-lama bikin saya kesal. Kenapa pada pengen banget sih diundang? T_____T Selain keluarga, JG dan keluarga, saya merasa tidak didukung siapa-siapa dengan konsep ini. Padahal ini cita-cita saya dan JG sejak awal pacaran.

Sindiran muncul luar biasa banyak gara-gara tidak diundang. Gara-gara mempertanyakan kenapa menikah tapi nggak resepsi. Di lingkungan saya dan JG memang semua yang menikah PASTI resepsi.Pokonya saya dan JG merasa jadi orang aneh sedunia cuma gara-gara nikah ingin akad doang. :"|

Sampai tadi sore.

Tadi sore di rumah saya pengajian. Syukuran sih tepatnya. Nggak ngaji tapi ada tausyiah dari ustad, kata ustad konotasinya negatif gini ya. Tapi ini ustadnya ustad pinter ko, doktor hukum dari Unpad. Dua kalimat pertama dia bikin saya terharu.

Saya bukan perempuan solehah, berjilbab pun tidak. Jauh sepertinya dari solehah *sadar diri*. Tapi pak ustad bilang, dia baru saja googling tentang tata cara dan konsep pernikahan.

"Konsep pernikahan yang disebut tidak lazim ini menurut saya syar'i sekali. Ada sepuluh hal yang menunjukkan pernikahan sesuai agama dan menurut saya konsep seperti ini yang paling sesuai, semoga bisa jadi contoh untuk orang lain," katanya.

*tears*

Saya lupa sepuluh hal itu tapi di antaranya adalah syukuran, bukan resepsi karena katanya resepsi itu bagian dari bermewah-mewah. Undangan semurah mungkin karena akan jadi sampah, undangan saya kurang murah apa, cuma kartu aja. Tidak ada hiburan, karena entahlah pokonya menurut doi nggak boleh ada hiburan macam live band gitu. Saya melirik beberapa ibu yang sudah menikahkan anaknya dengan resepsi besar-besaran. Juga yang melulu bertanya kenapa tidak resepsi. Apa mereka tersindir?

Tujuh bulan sejak lamaran saya dan JG berkutat menjelaskan pada semua orang dan ternyata jawabannya sebenarnya gampang. Jawaban ini saya yakin tidak akan dibantah orang: nikah sesuai syariat agama. *kan kalau gue yang ngomong kaya becanda*

Tapi memang saya tidak ada tujuan atau terpikir soal agama *musyrik lol*. Saya mau akad karena saya stres harus berdiri di depan 3600 orang. Saya mau undangan saya sederhana karena biar murah aja ya kan. Saya nggak mau pake live band karena ngapain juga sik nikahnya kan akad doang.

Setelah mendengar penjelasan pak ustad itu akhirnya saya jadi sedikit tenang. Bahwa saya dan JG sama sekali tidak aneh. Bahwa pilihan dan cita-cita kita berdua ini akhirnya dianggap tepat oleh orang lain. :'))

Okaylah, tidur dulu. Need my beauty sleep karena anehnya sampai sekarang saya nggak nervous sama sekali. Hahaha! Jangan lupa baca postingan yang sebelum ini ya!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tomorrow is D Day!



H-1 broooo! Hahaha..

Anggap nanti malem saya sibuk banget dan nggak bisa update, jadi ini postingan terakhir sebelum blog ini launching. Jadi biar oke, flashback dikit aja kali ya.

Jadian: 9 Oktober 2011 alias 9 10 11 --> sok tanggal cantik. HAHAHAHAHA.

Setelah beberapa bulan pacaran masa yah waktu itu pede banget mau nikah. Kalau dipikir-pikir sekarang, waktu itu rasanya nggak pas banget. Saya sibuk luar biasa. JG juga kerjanya masih engineer stand by. Mau nikah gimana urusannya sih?

Tapi karena dulu saya dan JG ngotot ingin nikah (bisa-bisanya ngotot ya) akhirnya pertemuan dua keluarga.

Pertemuan keluarga pertama: Februari 2012. --> tanggalnya lupa. Saya ada catetannya di iPad tapi appnya error. -______-

Excited ya abis itu. Tapi kemudian nggak nemu kesepakatan sama ayah. Saya maunya nikah sederhana, ayah maunya nikah gede-gedean di gedung. Terus aja berantem berdua. Akhirnya kata ibu: "udalah mbak santai aja, main aja dulu, kerja aja dulu, nonton konser aja sepuasnya dulu, jalan-jalan dulu. Nikahnya nanti aja."

IDE BAGUS. HAHAHAHAHAHA. Daripada give up sama cita-cita nikah sederhana, mending nggak jadi aja! :)))) Lagian biar apa juga nikah cepet-cepet, nanti punya anak nggak bisa nonton konser, nggak bisa seenaknya weekend ke singapur. Hah! Okelah saya sama JG akhirnya milih mending main dan belanja aja dulu. Sampai lupa mau nikah. Sampai November 2012 JG dapet kerjaan yang gajinya lebih kecil tapi kerjanya office hour.

Kerja office hour cocok buat orang nikah, tapi gaji lebih kecil jadi susah buat menuhin kebutuhan main kita. Akhirnya kita berdua stop. JG pindah kerja, mulai simpen uang, berhenti main dan belanja. *tapi akhir tahun ke vietnam* :)))))

Nggak deng. Ke Vietnam itu udah rencana jauh-jauh hari sebelum pindah kerja. Dan sampai sekarang itu jadi liburan terakhir. Karena apa? Karena di bulan Maret 2013, ayah akhirnya nanya JG untuk lamaran. Lamaran deh.

Lamaran: 31 Maret 2013 alias 31 03 13 --> kali ini nggak sok tanggal cantik. emang pasnya tanggal segitu. :p

Mulai siapin nikah. Dua bulan setelah lamaran, saya ditawari posisi bagus di kantor saya sekarang. Pas interview pertanyaan utama saya adalah hal-hal yang saya khawatirkan di kantor lama: apakah kerja office hour? YA. apakah harus kerja sabtu-minggu? TIDAK. Apakah saya stand by 24 jam? TIDAK. Horeeee! Pindah!

This is perfect. Gaji JG emang mengecil jauh tapi gaji saya jadi dua kali lipat dan yang terpenting berdua kerjanya OFFICE HOUR! Waktu tersisa banyak banget untuk godok persiapan nikah. *serem amat bawa godok* *itu goloookkk* *ohiyaaa* *dibacok*

Sampai akhir H-6, pulang ke Bandung. Ketemu masih juga tiap hari karena banyak bener yang harus diurusin berdua karena cuma kita berdua yang tau harus gimana. Akhirnya cuma nggak ketemunya hari ini, H-1. :')))))

Sekarang saya sadar banget bahwa jalannya memang ini yang terbaik. Gila ya kalau tahun lalu saya siapin nikah, konser itu bisa sebulan sekali, malah pernah sebulan empat kali alias seminggu sekali! Gimana caranya saya kerja kaya gitu sambil siapin nikah. Belum lagi JG yang engineer stand by 24 jam, gimana caranya ngomongin nikah.

God works in mysterious way. :)

Dan anyway sekali lagi, mohon maaf sekali sama temen-temen saya dan JG yang jadinya nggak diundang besok. Bukan kurang dekat atau kurang perhatian tapi saya benar-benar hanya mengundang orang yang sangat sangat sangat dekat dengan saya secara fisik maupun emosional.

Karena nggak bisa ngundang itu saya hanya punya opsi untuk diam dan merahasiakan tanggal menikah. Nggak enak kan ya ditanya kapan nikah terus dijawab terus ujung-ujungnya harus menjelaskan kenapa nggak bisa undang-undang. Pasti harus menjelaskan ratusan kali. Jadi yang terbaik memang diam. Maka dari itu juga bikin blog biar segala sesuatunya terekam. Kalau ada yang nanya di kemudian hari, tinggal suruh baca blog ini. :p

Mohon doanya agar segala sesuatunya lancar besok dan lancar seumur hidup. Thank you so much!

The Wedding: 30 08 13 --> nggak ada cantik-cantiknya sama sekali tapi karena lucky day di jawa-sunda-cina jadi ya udah.

Wish us all luck and all the best!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang Make Up Pangling

on
Wednesday, August 28, 2013
Pangling itu bahasa sunda ya? Bahasa jawanya apa? Manglingi?

Kenapa kalau orang nikah harus pangling? Apakah ada asal usulnya atau tradisi atau mitosnya kalau orang nikah mukanya harus bikin pangling alias nggak dikenali?

Saya jadi kepikiran setelah ngobrol sama perias. Perias ini masih muda, umurnya 30 an. Awalnya karena saya keukeuh nggak mau pake bulu mata palsu dan cukur alis.

Pertama, dua hal itu dilarang agama *ceileh* dan terutama dilarang keras sama JG. -_______- Kedua, saya nggak suka bulu mata palsu, gengges to the max. Ketiga, alis saya udah botak maksimum ya jadi ga perlu dicukur. Ke kantor aja nggak pede kalau nggak gambar alis saking botaknya, kan takut tambah botak. -_______-

"Bulu mata mah nggak apa-apa kalau nggak pake. Alis mah dirapiin dikit aja, nanti nggak pangling atuh kalau nggak cukur alis," kata teteh periasnya gitu.

Dan saya udah di ujung tenggorokan banget pengen nanya: "EMANG KENAPA HARUS PANGLING?" Tapi nggak tega takut dia nggak bisa jawab. HAHAHAHAHAHA.

Akhirnya tadi pas perawatan (sauna, lulur, ratus, facial, dll) saya dikerik rambut di seluruh muka. Dan alis beneran dirapiin aja, masih bisalah keluar rumah nggak gambar alis. Nggak dibikin setengah kaya pengantin-pengantin lain. LOL. Peer banget pasti ya alis setengah itu. :))))

Mungkin ya, MUNGKIN INI MAH saya ngarang, make up harus bikin pangling pas nikah itu karena nikah adalah event spesial? Karena sekali seumur hidup jadi muka harus manglingi dan beda? *tetep nggak ngerti euy* hahahaha. Kenapa atulah?

Maksudnya ya justru karena ini event penting buat saya, ya jadi saya mau jadi diri saya sendiri. Diri saya nggak suka bulu mata ya saya nggak pake. Diri saya nggak suka lipstik merah ya saya nggak pake. Saya nggak mau di event spesial sekali seumur hidup ini malah nggak jadi diri sendiri. Ya dong?

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Pingit-Pingitan Nikah

selepas libur lebaran sayah tidak mengambil cuti untuk extend liburan, sayah dengan semangat membara masuk kantor. sebenernya sih ga ada aktivitas juga di kantor di hari 4 lebaran. di kantor juga hanya ada beberapa org saja yg masuk, itupun mereka orang jakarta yang tidak mudik ke mana-mana.

Di hari pertama masuk kerja belum ada aktivitas kerjaan yg efektif, akhirnya sayah sibuk sendiri submit cuti nikah, saya ambil cuti h-4. ternyata si bos baik banget, cuti saya di-approved (huuraaay).

tepat di hari sabtu H-6 saya pulang bersama AST. beberapa teman juga ada yg sempet bertanya, seminggu lagi nikah kok masih barengan sih? kan harusnya udah ga boleh komunikasi, dipingit gituh calon pengantin cewenya. pingit pingitan itu h-30 katanya, atau seenggaknya seminggu sebelum pernikahan....... yaelaaah brooooo!!

begini yah, sayah sama AST itu kerja bukan pengusaha. AST itu editor, kebayang tuh kalo dia ga kerja dalam sebulan karena pingit pingitan gimana cara berita bisa naek? sayah juga pegawai, kalo sayah harus fokus ke nikahan ajah ga kerja, kayakna sayah udah dipecat kali sama kantor karena ga masuk melebihi dari jatah cuti yg hanya 12 setaun.

konsep nikahan yang kita persiapkan ini adalah cita cita kami, dengan konsep seminimal dan sekhidmat mungkin. karena konsep besarnya kita yang tau, makanya kita kerjain bareng bareng. jadi ga mungkin persiapan nikahan dikerjain masing-masing. sampe H-4 ajah kita masih nyiapin beberapa details keperluan pernikahan (penjelasan di postingan AST sebelumnya).

so, wish me luck yah, kayakna H-1 ajah nih kita pingit pingitan karena persiapan insya Allah udah 98%

JG






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Ini Cara Mengurangi Stres Menjelang Pernikahan

on
Tuesday, August 27, 2013
Ceile judulnya geli banget ya. Hahaha. Jadi saya tadi abis ngobrol sama JG, terfokus pada kenapa kita mau nikah tapi nggak stres kaya orang-orang. Ternyata jawabannya adalah ...

Karena kita nggak bilang siapa-siapa kalau mau nikah. Saya cuma bilang ke temen yang deket banget, JG malah nggak bilang siapa-siapa. Hasilnya adalah, semua keputusan adalah keputusan saya dan JG, dan keputusan keluarga tentunya. Keluarga pun cuma keluarga inti, nggak melibatkan keluarga besar. Keluarga satu nenek (nenek dan tante-tante dan om-om) saya untungnya semua orang-orang simpel dan ogah ribet, jadi aman.

Malem ini baru ngabarin temen-temen kuliahnya JG via group whatsapp (ngabarin doang nggak ngundang. lol) dan langsung muncul berbagai saran ini itu. Ada beberapa nggak cocok sama pandangan kita berdua TAPI NGOTOT. Kan yang gini yang nyebelin ya.

Untung aja, UNTUNG nggak bilang siapa-siapa dari dulu. Meminimalisir saran-saran yang nggak perlu. Meminimalisir suara-suara negatif. Pantes ya saya sama JG nggak stres?

Kebayang kalau ke mana-mana orang tau kita mau nikah, yang ngerasa pengalaman udah pernah nikah pasti ngomong ini itu, harusnya gini gitu, no thanks. Suara-suara kalian itu gengges banget pasti secara nggak ditambah suara-suara itu aja nyiapin nikah itu udah repot banget. HAHAHAHAHA.

OKELAH. Jadi buat yang mau me-reduce stres saat persiapan pernikahan, satu hal. DON'T TALK TOO MUCH. DON'T TELL PEOPLE THAT YOU'RE GETTING MARRIED SOON. DON'T!

SEE YA!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Update! Hectic Tapi Tenang Tapi ...




Akhirnya bisa goleran setelah seharian hectic, horeeee! Tapi memang udah jam 1 malem juga. XD

Sesuai judul, setelah sampai ke Bandung hari Sabtu, hidup saya hectic banget. Tapi secara pikiran udah agak tenang karena sebagian besar udah beres. Tapi meski tenang tetep aja marah-marah rewel sama JG kalau udah capek banget. Hahaha.

Updatenya hari Sabtu baru sampe Bandung sore. Habis magrib langsung cek ulang label undangan yang mau di-print dan ditempel di undangannya. Enivei, saya puas banget sama undangannya! Saya desain sendiri kan terus warnanya asik banget gitu kalau di layar *self-praise lol* , tapi khawatir kalau cetak nanti warnanya jadi lebih gelap atau lebih terang, tapi ternyata ... sama persis! Huray! Itu semua berkat si ayah yang pilih kertasnya kertas paling bagus meskipun harganya dua kali lipat dari kertas biasa. Padahal nikah sederhana they said. lol. I love you, Ayah. :'))
Hari Sabtu itu selesai nempel label jam 12 malem. Minggu jam 8 pagi udah dibangunin untuk bikin desain undangan pengajian. Banguunnnn, bikin, cepet bikinnya karena bikin yang sama persis sama undangan versi hitam putihnya. Print print print. Masukin undangan pengajian ke plastik satu-satu.

"Beres-beres kamar, mbak!" kata ibu saya.

"OK!" *kemudian ke kamar dan tiduran sekitar sejam* -_______-

Nah udah gitu beres-beres beneran, beres-beres full pertama selama 2 tahun di Jakarta. Biasanya sapu-sapu doang, ini yang segala barang diturunin dari tempatnya dan dilap satu-satu. Selesai jam 5 sore. Terus mandi terus diajak ayah makan di luar. Pulangnya bikin buotonniere buat JG. Sigh. Sampai jam 12an lagi.
Paginya, Senin, jam 7 udah dibangunin. Mandi jam setengah 8, jalan ke tetangga-tetangga sama ibu dan adik yang besar untuk nganter undangan. Lanjut ke salon yang mau make up in saya nanti. Bukan, bukan MUA mahal atau ngetop kok. Cuma salon dalem komplek, tetangga saya. Tapi dia udah dandanin saya dari

...

...

...

Ketiduran semalem bahahahaha. Lanjut! Sekarang udah jam 8 pagi udah mandi udah dandan lagi makan, bisa ngetik lagi. Lol

Tapi dia udah dandanin saya dari zaman dahulu kala, wisuda, lamaran, name it lah. Maklum masih tetangga 7cuma beda RW *jauh*. Ibu salon itu mamanya temen SD adik saya. Pokonya dia tau persis apa yang cocok buat kulit dan rambut saya yang bandel ini.

...

...

...

Terhenti lagi nulis yang tadi karena makannya diburu-buru ala militer, harus pergi lagi. Sekarang udah pulang lagi. Lanjut!

Abis dari salon mengunjungi rumah tetangga-tetangga di tiap RT untuk nitip undangan. Pulang ke rumah, langsung makan, selesai makan JG udah dateng ajah. Pake baju persib alay bet plis, padahal rencananya mau foto buat dipajang.

Saya emang nggak pake prewedding karena fotografer prewedding yang dipengenin mahal edyaaann. Ini fotografer yang sama yang nanti fotoin saya pas hari H, saya udah sreg dan suka banget sama karyanya TAPI kalau plus prewedding nambahnya 10 JUTA. SEPULUH JUTA cuma buat video+foto sebelum nikah, modyar dan malesin kan ya. Jadi mending nggak usah prewedding sekalian daripada nggak bisa sama dia. *sikap* Yang penting foto+video wedding sama dia. Hahaha.

Selesai foto, edit kebut, ganti baju kebut, cus ke Papyrus. Beli frame buat mas kawin, cetak foto, sama beli frame buat foto yang dicetak. Foto jadinya sejam, cus dulu ke Oishinbo, tempat sushi yang diidamin sudah berbulan-bulan, TUTUP aja dong fak. Cus lagi ke BIP, karena JG cocok banget potong rambut di Yovie BIP. Cus lagi ke kantor @infobdg.

Jadi ke @infobdg rencananya mau pasang iklan. Kan si ayah masang warta pernikahan di koran Pikiran Rakyat, saya mau pasang juga di @infobdg. Tapi nggak boleh. T_____T katanya mereka nggak terima iklan yang mengundang orang untuk menghina. Terus katanya kasian sama saya dan JG kalau nanti ikut diserang juga. SAYA UDAH BIASA SIH MAS DI-BASH, DI-BASH SAMA ELF. LOL.

Ya udah nyerah. Akhirnya ke Sushi Tei. Terus balik lagi ke Papyrus. Capek pake banget. Pantat saya rasanya kaya disetrika saking panasnya. Mana masuk angin, Bandung summer itu matahari terik tapi anginnya besar dan dingin. Galau cuaca. *sigh*

Malemnya ulik foto yang mau dipajang. Bikin perintilan ini itu deh. I love how I d.i.y almost anything for our wedding. HeheheOiya, hari ini beli sepatu lagi. HAHAHAHAHA. Kemarin udah beli sepatu tapi pakenya susah, harus dibantu tangan. Sementara mau sungkeman, dsb kan, jadi beli sendal aja. Yang jelas pakenya nggak boleh repot. Udah mampir beli buku tamu dan spidolnya juga.

Udah ah bobo siang dulu. Abis ashar harus pesen kue buat pengajian hari Kamis. Dipingit banget ini mah saya. Dipingit dari internet dan segala rupanya saking nggak sempet mau buka Twitter pun.

Oke. Bye!

*posting dari hp, hampir semua foto diambil malem-malem jadi maaf jelek banget*






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

And The Internet Has Changed Everything ...

on
Friday, August 23, 2013
Including bagaimana seorang calon manten dan calon ibu bersikap.

Saya jadi dilematis. *halah* Sebagai anak 2.0 yang nggak bisa hidup kalau nggak buka Twitter, Instagram, bloglovin, dsb dalam beberapa jam aja, saya jadi bingung ngeliat fenomena baru ini. Fenomena apa? Simak dulu dua pernyataan ini deh.

Pertama, saya anaknya internet banget. Apa-apa googling, ke mana-mana pakai google maps, sampai nyatet menstruasi aja pake aplikasi yang sync antara iPhone dan iPad, ya pokonya internet bangetlah. Tapi saya anaknya tergolong yang males share. Banyak kan ya yang seneng banget share. Today's selfie, today's lunch, dll. Saya sih sesekali aja. Dan lebih jadi penikmat daripada terjun upload-upload sendiri. Nggak anti juga sama yang sering share gitu. Ya suka-suka kalian aja, kan nggak ganggu buat saya. Kalau ganggu pasti saya unfollow ko. HAHAHAHA.

Kedua, saya anaknya nggak mau ribet sama urusan tradisi-tradisi. Maksudnya kalau bisa diturutin yang diturutin aja. Misal masalah hari baik nikah. Ya udah ikut apa kata orangtua aja, meskipun jatohnya jadi nikah di hari Jumat. Nggak repot buat saya, nggak ribetin saya juga, kenapa harus nolak kan yah? Terus masalah kalau hamil harus bawa-bawa benda tajam biar bayinya terlindungi, saya kalau hamil dan disuruh pasti nurut aja. Toh nggak repot. Tapi ternyata banyak juga ya yang nggak mau dengan alasan nggak logis. Yaiya sih, tapi logis nggak logis asal nggak bikin repot kan kenapa nggak. Ya kaannn.

Nah kedua pernyataan ini bikin bingung setelah banyak yang umbar share soal persiapan pernikahan. Dulu ya, kata orangtua zaman dulu, kalau mau nikah jangan heboh-heboh dulu bilang-bilang ke orang. Takut nggak jadi. Saya mah nurut aja ya. Lagian kasusnya juga saya kan yang emang pengen nikah diem-diem aja nggak mau heboh. Tapi banyak loh ya yang dari lamaran update status plus foto, terus terus terus bikin undangan di-update, bikin ini di-update, itu, ini, itu, pre-wedding kapan, dll.

Terus fenomena berikutnya adalah soal hamil. At least by now, saya emang takut hamil dan takut punya anak ya (tentang ini bisa dibaca di sini). Tapi banyak newlyweds yang langsung hamil dan itupuunnn di-update di mana-mana. Bahkan dari pertama kali strip duanya muncul, testpack-nya di Twit. Padahal kalau kata orangtua ya, kalau hamil nggak boleh bilang-bilang sampai 3 bulan. :S Dulu waktu sahabat saya @yuliadian hamil juga dia di kantor bisik-bisik sama saya doang. Meskipun ceki-ceki ke rumah sakit tiap bulan, anak kantor nggak ada yang tau. Ya karena saya sama doi punya anggapan yang sama, jadi saya biasa aja.

Tapi mungkin, MUNGKIN, emang cuma orangtua saya aja yang ribet. HAHAHAHA. Poor me. LOL. Ya mungkin emang nggak semua orang punya kepercayaan yang sama. Tapi karena dari kecil saya udah terbiasa sama kepercayaan itu, sekarang setiap liat orang share testpack tuh rasanya seerrr, gimana gitu deg-degan. *cemen* Hahaha. Karena di sisi lain saya ngerti banget di zaman serba digital itu kayanya ada yang kurang yah kalau emosi nggak dibagi. :'))

Kamu gimana? Ada kepercayaan tertentu kah yang bertentangan dengan hal-hal yang masa kini?






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

FAQ About Our Wedding!

ini undangannya. simpel yah. desain sendiri loh. *proud* lol
Tepat seminggu lagi sebelum hari H dan baru nyebar undangan. Maaf ya dadakan, kalian 10 orang temankuuhhh. IYA CUMA SEPULUH KO. XD

Kan dipepetin banget jumlah undangannya. Maunya total cuma ada 200 orang tapi keluarga aja udah 140an, jadi nanti yang hadir perkiraan sekitar 300 orang. 300 orang yah bukan 300 undangan.

Jadi saya cuma undang 10 sahabat saya. 5 temen SMA, satu temen kantor, dua temen wartawan, satu temen kuliah. JG malah ga undang siapa-siapa, satu pun. Bangke banget memang calon suamiku ini. Sahabat-sahabatnya sendiri aja cuma dikasitau doang tapi ga boleh dateng. HAHAHAHAHA.

Dan yah, makin deket gini makin banyak hembusan-hembusan setan yang terkutuk macam:

1. KO DIEM-DIEM SIH? NIKAH DADAKAN YAH? *sambil menatap curiga ke perut saya*
Jawab:
*pasang senyum manis menjelaskan* Kita lamaran udah dari bulan Maret. Pertemuan keluarga pertama udah dari Februari 2012. Kalau saya hamil, mungkin hamil anak kedua. -_______- Lagian kalau pun saya dan JG nikah dadakan emang kenapa gitu? Nggak selamanya nikah harus disiapin dari setahun sebelum kan? :) *keep smile* lolol

2. Oohh gituuu. UDAH LAMARAN DARI LAMA KO GA BILANG-BILANG?
Jawab:
Buat saya lamaran supposed to be a family event. Kalau keluarga mah dateng ko pas lamaran. Lamaran saya ga diem-diem juga ko. Adik-adik dan sepupu-sepupu saya nge-tweet, kalau kalian niat stalking sejauh itu. Hahaha.

3. Kenapa atuh kalian nggak nge-Tweet juga?
Jawab:
Pertama, saya sama JG bukan tipikal orang yang selalu laporan sama Twitter, Twitter hanya tau sekitar 20% dari hidup kita berdua. Meskipun nge-Tweet banyak, percayalah, masih lebih banyak lagi kegiatan yang ga di-Tweet. XD Kedua, karena dari awal niatnya mau tanpa resepsi, jadi ga bilang-bilang lamaran. Nanti kalau bilang-bilang, kalian pada nanya: "jadi kapan nikahnya? undang-undang dong" AH LAHACIAAA. XD

4. Apaan sih aneh, nikah ko rock n roll banget. Sok-sokan mau private, nggak mau undang orang, nggak mau pake ini itu *sinis*
Jawab:
JG malah seneng tuh banyak yang bilang aneh -______- Lagian kenapa atuh masa nggak boleh nikah nggak gede-gedean? Atau penasaran yah nikahan kita kaya apa jadi pengen diundang? But we want it as private as possible. Bukannya nganggep nggak penting, beneran. Ini penting sekali buat saya jadi minta doanya aja. :)

5. Idih, emang ga nyesel nikah gitu doang? Sekali seumur hidup masa ga gede-gedean? --> INI YANG PALING SERING DITANYA :(
Jawab:
Anggap kita punya pandangan beda soal pernikahan ya. Saya ga ngerti kenapa harus nyesel. Karena saya ga rela nabung bertahun-tahun cuma buat pesta nikah. Saya sama JG nabung ko pas pacaran.

Kalau diitung-itung, selama 2 tahun pacaran abis sekitar 40-50 jutaan. Kepo juga dipake apa aja? Beli iPhone dua, beli hp android satu, ke Singapur dua kali, nonton konser di Singapur beli di calo dengan harga lebih mahal, ke Vietnam pas natal, beli Dr Martens empat pasang, makan enak terus-terusan, belanjaaaaaa, apalagi ya?

Nah uang itu mungkin kalian pake buat tabungan nikah. Tapi saya dan JG sepakat, mending nikah ga gede-gedean tapi jalan-jalan dan belanja-belanja terus. Beda ya berarti? HAHAHAHAHA.

Dan kita juga tau persis ko nikah cuma sekali seumur hidup. Tapi coba kalian pikirkan lagi, segala hal di dunia ini memang hanya terjadi sekali seumur hidup. Coba bayangkan kalian emang pergi ke kantor tiap hari, tapi apa nginjek jejak yang sama kaya kemarin? *sok filosofis*

Jadi yah, intinya saya sama JG jadinya cuma mau pernikahan yang memorable, bukan sekadar seremoni dan salaman sama seribu orang. Ini uang malah keluar banyak banget buat dokumentasi. 1/5 dari total uang nikah, cuma buat dokumentasi. Saya ga mau hari spesial itu didokumentasikan seadanya. Nanti ah bahas soal dokumentasi seadanya ini.

Terus saya makasih banget sama temen-temen yang udah ngerti banget kenapa mereka nggak perlu dateng di nikahan saya. Jenis temen yang seneng banget dan support sama keputusan saya. Mereka adalah orang-orang yang bener-bener ngerti apa arti pernikahan ini buat saya. You're all my true friends. :)

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

H-10: Tips Nyari Rumah Kontrakan Baru!

on
Tuesday, August 20, 2013

Sepuluh hari lagi pemirsaaahhhhh. *throw confetti* Nggak sabar ih! HAHAHAHAHA.

Sori kalau judulnya bangke, ngetes doang ada yang search di google nggak sih dengan keyword itu. X'))))) Tapi dikasih lah tipsnya dikit spesial buat para pengantin baru. *anjir istilahnya pengantin baru dong*

Updatenya adalah semalem akhirnya bayar kontrakan. Ke bu haji dan pak haji berdikari. Nama mereka bukan berdikari, tapi baca deh postingan saya yang ini. Bayar lunas Rp 2,5 juta buat sebulan. Kalau mau, Rp 29 juta setahun.

Agak mahal ya untuk ukuran rumah dengan satu kamar. Tapi rumah baru bener-bener baru dan dibangun nggak asal-asalan. Dua lantai, lantai duanya ada satu ruangan tanpa sekat, beton juga dan ada balkon ke luar, enak. Bandingannya, rumah sahabat saya si Bayu sama Vani aja di Mampang yang lebih selatan Rp 27juta setahun, 2 kamar tidur, satu kamar pembantu. Tapi kelebihannya, ini bisa bulanan. Jadi kalau saya nggak betah atau nemu kontrakan yang lebih enak, bisa pindah.

Ini penting banget. Gimana kalau ternyata lingkungannya nggak cocok? Gimana kalau ternyata (meskipun udah dicek) rumahnya airnya jelek? Gimana kalau ternyata susah sinyal? Ya kaannn. Bulanan jadi opsi paling mending buat saya.

Hasil survey, harga kontrakan rumah tahunan 1-2 kamar emang beragam banget. Kalau rumahnya jelek, bangunan lama, bikinnya asal (keramik nggak sama, tembok nggak rata, dsb), bisa dapet 15jutaan. Kalau di gang bisa cuma 13jutaan. Kalau rumah bagus, bangunan lama rata-rata 19-20jutaan. Kalau rumah bagus, bangunan baru, rapi banget, rata-rata 25-30jutaan. Dan jarang banget yang mau bulanan, 6 bulanan aja biasanya nggak boleh. Kemarin nemu rumah baru bagus banget, dua kamar, garasi besar, udah pake AC dan kipas, ada halaman belakang LIMA PULUH JUTA aja setahun. HAHAHAHA.

Padahal pak haji yang punyanya orang Buah Batu, Bandung. Segala jurus bahasa Sunda sampai wajah memelas minta dikasihani dengan mata berbinar dikerahkan, tetep nggak dikasih sampai 35juta. *NAWAR EDAN* HAKAHAKAHAKAHAKAHAK Doi keukeuh turunnya sampai 40juta aja. Nggak deh, 40juta berarti 3,3juta sebulan, kemahalan. :p

Tips nyari kontrakan (akhirnya tipsnya nongol) adalah:
1. Jangan nyari dari jauh-jauh hari, kecuali mau bayar langsung. Cari 2-3 minggu sebelum aja, bayar buat masuk bulan depannya. Soalnya kalau nyari 2-3 bulan sebelum nikah, biasanya minta dibayar langsung, rugi 2-3 bulan dong? Kecuali mau langsung ditempatin sih. Tapi ceki-ceki dulu, banyak yang punya kontrakan cuma ngizinin rumahnya diisi oleh pasangan menikah, nggak boleh sendiri meskipun nggak bakal ada yang inep-inep.
2. Sesuaikan budget dan luas rumah. Ngertilah ya. Jangan memaksakan kehendak karena rumahnya bagus banget padahal kegedean.
3. Sesuaikan jarak ke kantor dengan harga. Saya kemarin dapet yang 19juta setahun, malah 1juta sebulan, tapi di kebon jeruk, 10 km lah dari kantor. Jauh dan macetnya nggak kira-kira, bisa stres di jalan saya. Mending yang lebih mahal tapi jauh lebih deket. Hemat ongkos dan waktu. Nggak stres.

Udah gitu aja tipsnya. HAHAHAHAHAHA. YUK!

*kembali menghitung hari*

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Cariin Kontrakan dong!

on
Sunday, August 18, 2013
Bahwa nyari kontrakan itu susah luar biasa pemirsa. *angkat bendera putih*

Jadi saya sama JG udah nyari kontrakan dari bulan Juni yang mana sekarang saya sesalkan sebagai kesalahan besar. Jangan, JANGAN nyari kontrakan dari jauh-jauh hari. Nyesel!

Soalnya waktu bulan Juni itu dapet cuma 19juta setahun, deket kantor banget, ada dua rumah (petak) dengan kondisi bagus banget dan kosong. Tapi yang punya maunya kita langsung pindah. :| Tengah Juli ke sana, udah keisi dua-duanya.

Saya sama JG rajiinnnn banget pulang kerja puter-puter daerah deket kantor saya (daerah Palmerah sampai binus) dan nyari-nyari terus. Nggak dapet-dapet yang cocok. Pilihan lokasi emang terbatas sih, deket kantor saya atau kantor JG, nggak mau yang jauh ke mana-mana. Tapi pasti dapet! *optimis*

Nah hari ini H-11, niat mulia hari Minggu ini adalah lari ke senayan lanjut cari kontrakan. Dengan setelan sporty banget (yaiya abis lari), kita berdua muter-muter lagi.

Ada sih bagus, tapi di gang. Bagus sih tapi lantai atasnya dari kayu. Ih ini bagus banget, harga cocok, bapak yang punya baik banget, tapi kejauhan. Ada yang bagus banget, harga cocok, deket kantor, tapi nggak ada garasi. Ada yang mayan bagus, harga murah, deket kantor, tapi di jalan depan rumahnya banyak LALAT ih. Ada yang bagus banget, deket kantor, ada garasi, tapi setahun 50juta. HARUS GIMANA!

Itu yang nyari rumah dari sambil nyanyi-nyanyi dan bagi tugas (JG liat kiri saya liat kanan). Sampai meleleh di motor dan beberapa detik sekali ubah posisi duduk. Mau nangis.

Sebenernya bisa-bisa aja sih ngekost dulu.Tapi udah senep banget sama yang punya kostan sekarang. Nyebelin banget dan cerewet sama hal-hal kecil.

Akhirnya diputuskan ambil yang bagus banget, harga cocok, deket kantor, pinggir jalan besar, tapi nggak ada garasi. Itu udah dapet dari minggu lalu. Kelebihannya dia bisa bulanan. Sebulan 2,5juta ajah. BODO AMAT. Kekurangannya lagi, ibu haji yang punya kontrakannya belum angkat telepon sampai sekarang. T____T

Terus yah, fakta unik soal kontrakan. HAMPIR SEMUA yang punya kontrakan itu menyebut dirinya pak haji dan bu haji. Puyeng. Jadi di phonebook namanya "Pak Haji Kebon Jeruk", "Bu Haji Berdikari" iyak itu yang di belakang nama jalan di mana kontrakannya berada. Puyeng.

Udah ah gitu aja. Iya emang posting ini nggak makna. Curhat doang. Cuma pengen misah-misuh pegel banget abis puter-puter Jakarta. Jadi kemana ini Bu Haji Berdikari? :|






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Calon Mertua yang (dulunya) Menyeramkan

on
Tuesday, August 13, 2013
mukanya cool seperti ga ada apa-apa namun sekalinya ngomong tuh lucu banget. aku suka ketawa ketawa sendiri pas calon mertua (si ayah) bikin jokes sambil cool gituh.

sekiranya 2 tahun yg lalu 2011, hari itu sudah sekitar beberapa bulan saya berkenalan dengan AST. status saya sendiri sudah menjadi pacarnya AST. saya datang ke rumah AST untuk silaturahmi dengan kedua orang tuanya. itu pertama kali saya ke rumah AST, sedikit nyasar sih udah keharusan bagi pencari rumah gebetan.

Cuman ada ibu siang itu, ayah sedang keluar mengunjungi beberapa acara. Nyampe di rumah pintu dibuka oleh AST dengan senyum bahagia :p, tapi Ibu dengan wajah judesnya hanya bicara seperlunya tanpa ada basa basi sedikit pun. Saya mengerti sih kalau ibu itu insecure, anak perempuannya dideketin cowo gondrong, item, dan sok sokan senyum ramah gituh. saya dipersilahkan duduk di ruang tamu sama AST. Mengobrol dengan volume suara yg tidak terlalu besar, saya menjaga agar tidak ketahuan kalau saya emang kampungan dengan masalah volume suara :D

sebenernya obral obrol ini untuk menunggu ayah, karena pengen juga silaturahmi sama si ayah. Ayah ini sayang banget sama AST, gimana engga coba si AST ini jago banget manja manjaan. dari ceritanya ayah ini baik banget, suka bikin jokes, ramah sama tetangga-tetangga. dengan cerita positif itu saya sudah siap bertemu dengan ayah yg baik dan engga judes kayak si ibu :D.

"buumm buum..." kedengeran suara mobil di depan, oh ternyata itu ada ayah baru pulang dari acara. karena udah sore aku juga mau sekalian pulang pamitan. saya keluar rumah dengan sudah bersiap untuk pulang. pas di pager depan saya senyum ke ayah julurin tangan untuk salaman "pak... saya...".... si ayah hanya lewat dan ga mau salaman sama saya.... DUUAARR!!!!!

AST kemudian menjelaskan dan menunjuk saya itu JG, ayah hanya bilang "oh..." dan masuk ke rumah.

pediih jenderaal.....

selama pacaran kurang lebih setaunan ayah dan ibu ga pernah mau sekedar mengobrol kalo saya bertandang ke rumah AST. mereka hanya senyum sedikiiit, bener bener sedikit itu juga kalo aku dtang dan pulang untuk cium tangan.

kalo pulang bareng ke bandung naek travel, saya selalu make sure AST sampe masup ke mobil orang tuanya di cihampelas. biasanya kedua ortu AST ga mau keluar mobil. saya mau cium tangan ga bisa, kaca mobil langsung ditutup. hahahaha.... pokoknya judes ajah.

pernah juga tuh pulang ke bandung pake mobilnya temen. nyampe bandung orang tua AST di pasteur udah nungguin. Pas mobil parkir saya yg turun duluan untuk nyapa ibu, saya julurin tangan buat salaman.. ibu lempeng ajah ga nyambut tangan saya kemudian lempar muka judes sambil ngomong "mana yang punya mobil?"... hahahahaha

selama dicuekin sama dijudesin sih aku cuek ajah kayak ga ada apa apa. kesel sih dikit, tapi gapapa... namanya juga usaha, vrooh. kamu tahu? perlu waktu 1.5 tahun agar kedua ortu AST bisa ramah dan ga judes.

Ayah yg diceritain oleh AST pas zaman dulu itu benar. Ayah itu baik banget, ramah, suka jokes garing. sekarang ayah dan ibu kalau tau saya mau berkunjung ke rumah suka nyiapin makanan. padahal ibu tuh paling males masak, tapi demi saya beliau membuatkan masakan lebih dari 2 macam (blushing). 2 kali buka puasa di rumah AST buat saya bersyukur bahwa kedua ortu AST bener bener menunjukan sayangnya sama saya. terima kasih keluarga AST. 2 minggu lagi pernikahan ini, moga saya di kemudian hari yg akan membalas semua kebaikan ini. Love you AST

JG






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Sulitnya Menentukan Mas Kawin

Oke deh update deh! Hahaha.

Jadi di postingan yang ini kan JG udah bilang mas kawinnya mau uang aja. Jangan seneng dulu karena ibu saya keukeuh ingin kalung dan liontin berliannya masuk mas kawin.

Soal menyoal mas kawin ini emang salah satu yang paling bingungin buat saya. Abisan bingung karena cuma saya yang bisa memutuskan.

"Kamu mau mas kawinnya apa?" tanya JG.

"Ih apa aja bebas," jawab saya.

"Ga boleh, harus sesuai kamu maunya apa," kesel banget tiap JG ngomong gini.

JADI APA? APA AJA BEBAS. Apa atuh. :(

Abisan konsep mas kawin itu "memberatkan" atau lebih tepatnya bikin bingung saya. Common sense orang Indonesia, mas kawin kan mahar, jadi menentukan seberapa "mahal" diri ini. -______- Apalagi kalau batak ya (untung bukan batak) kan mas kawin bener-bener semacam harga yang harus dibayar untuk dapet perempuan.

Sementara itu di sisi agama, kan mas kawinnya makin kecil makin bagus. Kecil itu segimana? Mahal itu segimana? Karena saya ga bisa jawab terus, akhirnya asal ngomong aja: "ya udah aku mau kalung berlian aja". Oke cus langsung ke ambass ke toko emas.

Cari kalung. Dapet. Udah selesai dong harusnya. Pulang? Eh dasar mas-mas toko emas, paling bisa menggoda iman perempuan-perempuan yang melek bener kalau liat diamond yah. Ditawarin cincin lucu bentuknya love sekelilingnya berlian. Aku mau juga. T_______T

Piye ini ditanya mau mas kawin apa ga bisa jawab tapi liat berlian langsung mau yang ini yang itu. T______T

Tanpa pikir panjang dan diiming-imingi cincin itu cuma ada satu jadi ga bakal kembaran sama orang, cus beli kalung sama cincinnya. HAHAHAHAHA. BAYAAARRRR!

Udah gitu masih ada problematika calon pengantin berikutnya kaya yang disebut JG. Kalung tanpa berlian, tinggal sebut emasnya sejumlah berapa gram kan ya. Ini ada berliannya juga sekian karat. :O

"Saya terima nikahnya .... dengan mas kawin kalung emas seberat x,xx gram dengan berlian x,xx karat dan cincin emas seberat x,xx gram dengan berlian x,xx karat dibayar tunai"

MEH. JG mah spelling GHETTO ELECTRO di lagu "High High" aja dua tahun ga lancar-lancar. Apalagi baca angka pake koma-koma gitu. Emas bisa dijumlah gramnya, karat berlian? Ora isoooo.

Nyerah. Akhirnya tadi jam 6.50 pagi (ga ngerti kenapa ada orang KUA kerja sepagi itu) ibu nelepon jadinya mas kawinnya apa karena mau ditulis di buku nikah. Karena ibu juga setuju masalah emas berlian itu terlalu heboh, akhirnya uang aja mas kawinnya.

Fix uang sebesar Rp 300.813. Kalung dan cincinnya hasil pemikiran itu akhirnya jadi bagian dari seserahan aja. -_______-

-ast-




















LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Deg-degan Nggak Sih? Dipingit Nggak Sih?

on
Monday, August 12, 2013
Jadi lebaran tahun ini saya udah ga dibombardir sama pertanyaan standar "kapan nikah?". Karena rata-rata orang-orang yang dikunjungi pas lebaran kan pasti orang deket, jadi udah tau dong saya mau nikah kapan.

Tapi jangan sirik dulu, masih ada pertanyaan pernyataan lain yang tak kalah menyebalkannya, yaitu:

"Aduh calon panganten, deg-degan ya tinggal bentar lagi!" i heard those like a million times selama berhari-hari lebaran. Biasanya dijawab dengan senyum aja, YA PLIS HARUS JAWAB APA. Atau harus nanggepin gimana. -_____-

Karena sejujurnya saya ga deg-degan loh. Ga tegang nervous banget gara-gara mau nikah. Karena yakin aja ga bakal ada yang berubah. Apa sih coba yang berubah, sekarang aja tiap hari ketemu, cuma karena jadi serumah doang. Kalau udah tau busuk-busuk dan baik-baiknya pasangan sih harusnya emang ga usah deg-degan kan. Lagian kenapa harus deg-degan sih? Biasa aja, malah pengen cepet-cepet biar udahan rempong ngurusin hari H. HAHAHAHA.

Nah tapi kan ya para emak-emak kepo dan tante-tante itu mungkin INGINNYA saya jawab "iya deg-degan banget tante" plus akan ngasih saya berbagai petuah serta tips dan trik menjalani pernikahan, jadi mereka kayanya ga puas saya jawab dengan senyum doang. Here comes another statement.

"Aduh tinggal 3 minggu lagi, udah cuti atuh ya neng?"

MENURUT NGANA? Kali deh ya mau cuti sehari aja heboh banget kan apalagi cuti TIGA MINGGU? Ngana pikir kantor punya nenek moyang beta?

"Ga bisa cuti tante, nanti mepet-mepet aja paling cutinya," jawaban saya selalu begini. Dibalas dengan.

"Aduh calon panganten harusnya udah ga boleh ke mana-mana. Dipingit atuh harusnya. Nanti bla bla bla .......... ," another petuah serta tips dan trik menjelang pernikahan.

Percaya ga percaya di zaman sekarang di mana perempuan berkarier, masih banyak orang tua yang berharap calon pengantin itu dipingit sebulan. Ampun.

Tapi ya tapi ya, ada yang bikin kaget dikit kemarin pas mampir ke rumah bos ayah saya terus ngumpul kan tuh dosen-dosen sejurusan. Pas salaman tiba-tiba salah seorang dosen itu, seorang ibu muda (sok merahasiakan nama) bilang gini dengan berbisik:

"Ih kamu jago banget ih, bisaan," katanya.

Saya bengong. Bisaan apa?

"Jago banget bujuk si ayah biar bisa nikah di rumah doang. Susah banget pasti. Aku aja dulu gagal (nikah sederhana)," katanya.

Saya mangap. Kemudian bangga. *apeu*

"Aduh buuu, itu aja ada deh setahun bujukinnya. Bukan minta terus dikasih," jawab saya. *masih tetep bangga* -____-

Lebay ya bilang bujukinnya setahun. Tapi kenyataannya emang gitu ko. Pertama kali bilang mau nikah sama ayah ibu itu Februari 2012. Udah gitu pertemuan dua keluarga di bulan Februari juga. TERUS RUSUH SETAHUN. HAHAHAHAHA.

Rusuh mintanya pengen nikah sederhana, ayah ngotot super pengen di gedung. Bulan demi bulan berlalu, sampai lupa mau nikah, sampai males bujukin, sampai "ah bodo amat nikah mah nanti-nanti aja", sampai "beli ini yuk, beli itu yuk, ke sini yuk ke sana yuk (pake duit tabungan nikah)". MAHAHAHAHA. Ya gitu. Sampai akhirnya bulan Maret si ayah tiba-tiba nembak suruh lamaran. Ya udah deh lamaran. MARET 2013. Setahun dong ya?

Gitu deh. Sekarang H-17 persiapannya sendiri udah hampir selesai sih. Semuanya tinggal nunggu harinya mendekat. Lagian males update ah. Nanti-nanti aja. Hahahaha.

See you!






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

Tentang Punya Anak

on
Monday, August 5, 2013
Call me a coward but I'm really scared of having children. :(

Saya dari dulu memang takut punya anak. Nunda-nunda nikah juga karena takut punya anak. Dulu sih alesannya cemen, selain punya anak itu komitmen super besar, saya juga belum siap meninggalkan hidup single yang bebas ini. -______- Nanti kalau punya anak ga bisa main pulang tengah malem, ga bisa nonton konser seminggu sekali, things like that.

Lambat laun karena saya takut sekali, saya jadi cari tau, apa sih yang harus disiapkan kalau mau punya anak? Saya cari tau sampai detail. Dari biaya cek kandungan bulanan, rumah sakit, dokter, biaya lahiran normal/caesar. Cross check sama plafon asuransi dan rumah sakit yang cocok. Itung dana pendidikan dan harus investasi berapa tahun biar tercapai. Diskusi sama JG akan seperti apa membesarkan anak. Jadi ga takut?

Ditambah lagi tante kesayangan saya, adik ibu saya, meninggal karena kanker payudara 43 hari yang lalu. Tante saya masih muda. Anaknya perempuan kelas 1 SMP dan laki-laki kelas 3 SD. Waktu meninggal tepat di saat anaknya lulus SD dan ngurus persiapan masuk hari pertama SMP. Karena SMP swasta, ibunya cuma sempat mendampingi saat anaknya tes. Waktu itu udah sakit tapi masih bisa jalan. :(

Saya patah hati berhari-hari ngeliat anaknya harus tampil di perpisahan SD sama tante saya yang lain, bukan sama ibunya. Di hari terakhir, ibunya bahkan ga inget sama sekali sama anak-anaknya.

You're 25 years old and cry everyday because your beloved auntie passed away. How does it feel to become her children, a 12 years old girl and a 9 years old boy?

Ga kuat saya ngeliat mereka berdua. Baru beli barang baru pun langsung ingin ke makam ibunya karena ingin lapor baru beli sesuatu. Berhari-hari setiap hari ke makam. Anak yang kecil bahkan suatu hari bilang dengan polosnya, ingin menggali makam itu biar bisa ketemu ibunya lagi. :(

Mereka sekarang pindah rumah karena rumah yang lama terlalu banyak kenangan. Terlalu banyak kartu ucapan hari ibu dan kartu ucapan selamat ulang tahun ibu yang tertempel di dinding ruang keluarga. Terlalu banyak foto keluarga. Terlalu banyak bayangan sang ibu di sana.

Sekarang ngerti kan kenapa Angelina Jolie operasi pengangkatan payudara padahal dia sehat. Padahal "cuma" divonis dengan risiko kanker? Karena punya anak itu komitmennya besar sekali dan kita ga tahu kita akan bisa hidup dengan mereka sampai kapan.

Apa cuma saya yang ngerasa gini? Kalian, newlywed couples yang lagi terburu-buru mau punya anak, apa terpikir kemungkinan seperti ini?

Call me too negative. Tapi tante saya orangnya luar biasa positif. Di dalam kondisi tubuh yang tinggal tulang dan kulit, dia masih senyum dan bercanda. Masih marahin orang. Luar biasa yakin bahwa dia akan sembuh. Tapi toh Tuhan berkata sebaliknya.

Saya "cuma" takut mati. Bukankah semua ustad-ustad itu mengingatkan agar selalu takut mati? Karena ketika punya anak, takut mati bukan karena takut pada perbuatan sendiri. Takut karena meninggalkan manusia lain yang mungkin masih sangat kecil dan ringkih, manusia yang seharusnya jadi tanggung jawab saya.

Di lain pihak toh punya anak itu seperti kewajiban bagi pasangan menikah. JG bilang, ga mau punya anak itu gampang, tapi apa siap kita menghadapi cercaan banyak sekali orang yang pasti anak terus bertanya-tanya, kenapa ga punya anak? Kenapa ga punya anak? Kenapa ga punya anak?

Kenapa harus? Karena saya anak pertama juga cucu pertama jadi semua orang menunggu anak dari saya. Bebannya jadi tambah berat untuk saya sendiri. Pertanyaan soal kenapa tak punya anak akan jadi berkali lipat lebih banyak dan menyebalkan.

Kalau sudah begini, saya harus apa?













-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!

I'm a 110 Points Bride!

on
Sunday, August 4, 2013
Tadi H-27 (atau H-26 sih bingung XD) akhirnya ketemu orang dekor dan tenda. Ini baru ngurus-ngurusin nikah lagi sejak H-50 yang repot banget itu, terus nyerah dan males banget urus-urus. Fix tuh berapa minggu ga nyentuh urusan nikah sama sekali. I simply want a break. lol

Ini nemuin orang tenda dan dekor pertama kalinya buat saya. Dan kedua kalinya buat ibu dan ayah. Dulu bapak ini dateng ke rumah (pas sayanya lagi di Jakarta) untuk ukur-ukur dan perkiraan akan dibuat seperti apa. Kali ini sengaja ketemu saya karena ingin tau garis besar dekornya akan seperti apa.

Bapaknya baik dan gayanya like a pro (ya emang pro sih lol). Saya kasih liat beberapa foto yang udah saya save, foto-foto nikahan ala garden partynya orang bule (kursi doang berjajar, di ujung pake arch). Nah terus dia gambarin kira-kira denahnya akan seperti apa sambil lihatin beberapa contoh properti di bbnya dia. JAUH BANGET BOY DARI FOTO CONTOH GUE. HAHAHAHAHA.

Ya tapi ga apa-apa. Saya ga masalah sama denah dia. Saya cuma mau temanya pink. Mau pink-putih, pink-broken white, pink-silver, BEBAS. LOL. Lagian dia juga perhitungan sekali masalah detail sampai in dan out tamu, model ini itunya, pelaminan minimalis, etc etc. Intinya meskipun jauh dari bayangan, konsep doi juga ga jelek. Jadi ya, ya udah setelah dia jelasin konsepnya, saya bilang:

"Oh ya papantes weh pak. Asal alim seueur teuing kembang." (Oh ya dipantes-pantesin aja. Asal ga terlalu banyak bunga).

Karena selain bunga itu mahal saya takut dikasih bunga macam sedap malam yang baunya bikin kepala pusing. Hoek. >.< Jadi permintaan saya cuma dua, pink and less flowers. Bapaknya senyum lebar.

"Wah bener-bener si eneng euy. Bagus, bagus. Panganten nu kieu mah nilaina 110 ku abdi." (Wah bener-bener ni *nada memuji* bagus, bagus. Pengantin seperti ini saya kasih nilai 110)

LAH? Hahahaha. Saya ketawa aja basa-basi. Saya bilang saya mau sederhana aja, toh saya juga ga kebayaan heboh, cuma pake wedding dress seharga ongkos jahit+kain 1juta dan sepatu 250ribuan. LOL. Eh doi malah curhat tentang klien-klien sebelumnya yang ternyata naudzubillah rempongnya masalah dekor dan make up (bapak ini bisa pake paket make up+baju pengantin juga).

Sampai ada yang detail banget mau ini mau itu karena lihat temen-temennya pake kaya gitu. Setelah dikasih contoh, ganti lagi mau ini mau itu. Berapa hari, ganti lagi jadi gini jadi gitu. :O Katanya sampai ada yang ganti make up artist (MUA) 3 kali. Padahal 2 MUA sebelumnya udah di-dp. Total 6 juta dp melayang. -_______-

Nah terus katanya di MUA terakhir yang dipake nikah, baju+make up abis 35 juta aja. TIGA PULUH LIMA JUTA BUAT WEDDING DRESS DOANG ANYEEENNGGG. Mending aing beli docmart 20 pasanglah, wtf. Atau buat beli docmart sepasang tapi belinya di Inggris. -_______-

Saya cuma bisa geleng-geleng aja. Meyakinkan si bapak bahwa saya mah santai. Asal ga capek. Asal semua beres dan ga malu-maluin.

Ternyata sikap saya yang percaya sepenuhnya itu bawa positif juga ke bapaknya. Mungkin karena dia nyaman sayanya ga rewel, dia tambah baik banget super ramah. Saya ditawarin ini itu. Malah dia bilang dia mau pake tukang dekor terbaik dia yang sehari-hari di Jakarta. Dia bilang dia siap kasih apapun yang terbaik lah.

"Percanten weh," (percaya aja) katanya.

Bahkan waktu si ibu nge-dp uang 5juta, bapaknya ga ngitung ulang dong. Katanya percaya aja, ga mungkin kurang. :'))))

Gaa nyangka sama sekali, kemalasan saya memaksakan pendapat bisa bikin bapak itu senang luar biasa. Padahal saya cuma ga mau maksa karena saya takut ada orang yang kerja sambil marah-marah karena tidak nyaman di wedding day. Dan buktinya membuat orang lain nyaman bisa bikin orang kerja lebih keras. Mempercayai orang lain bisa bikin orang kerja sepenuh hati.

Lesson learned, bride to be?

See you!

-ast-






LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!