-->

Beres-beres Rumah dengan (Sedikit) Metode KonMari Yuk!

on
Friday, March 24, 2017
Iya sedikit aja menerapkan metode KonMari karena saya nggak menerapkan semua tipsnya. Kenapa? Karena ada beberapa metode dia yang bikin saya agak "eh? no way!" HAHAHAHAHAHA.


KonMari ini nama beken dari Marie Kondo, perempuan Jepang yang pekerjaannya adalah konsultan rapi-rapi rumah. Iya, dia konsultan untuk orang yang mau rumahnya rapi terus! Rapi selamanya bukan rapi sekarang besok berantakan lagi KAYA SAYA. Dan saya yakin 90% dari kalian semua yang tidak punya mbak dan tidak punya darah untuk selalu beres-beres hahaha.

BTW INI AKAN PANJANG. 

Marie Kondo ini nulis buku best-seller judulnya "The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing" dan masuk ke daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia tahun 2015 versi majalah TIME. Karena saya lagi beres-beres dan decluttering terus 2 tahun belakangan, saya baca deh buku ini.

Iya saya beres-beres 2 tahun belakangan karena anaknya susah move on. Tapi sungguh, dibanding 2 tahun lalu, barang-barang saya udah berkurang banyak sekali .

Tahun ini juga untuk pertama kalinya kami nggak bikin resolusi tahun baru karena resolusi tahun ini saya justru ingin decluttering sampai selesai dan kalau bisa nggak perlu beli barang nggak penting dan besar lagi. Tapi baru aja Januari udah beli mesin cuci hahaha.


Saya nggak menghitung jelas karena udah terlalu lama ini prosesnya, tapi kalau pakai karung, baju saya, JG, dan Bebe yang keluar aja udah lebih dari 10 karung. Tas entahlah udah berapa banyak banget. Sepatu juga. Dan lemari saya masih tetep penuh. Sudah kosong, sudah lega, tapi saya belum sreg karena masih ada baju yang saya simpan karena sayang aja.

Masalahnya barang-barang yang saya "sayang aja" itu udah saya simpen bertahun-tahun tanpa dipake atau dibuka sama sekali! Terdiam aja tanpa disentuh. Mending kalau rumah gede, ini kan nggak. Barang lama nggak keluar, barang baru makin banyak. Kan sebel rumahnya jadi makin sempit huhu.

Jadi postingan ini saya dedikasikan untuk para hoarder seperti saya yang susah move on dari TAG HARGA BAJU hanya karena baju itu kesayangan dan nyarinya susah HAHAHAHAHA.

Does it spark joy?

Tips utama dari metode KonMari ini adalah, kita harus pegang satu-satu barang dan rasakan apakah barang ini bisa memunculkan 'spark joy'. Iya itu kriteria seleksi nomor satu: does it spark joy?

Kalau nggak ya singkirkan aja alias BUANG. Kita nggak butuh banyak barang kok dalam hidup. Makin sedikit barang, makin lega ruangan tempat kita tinggal, makin damai karena nggak cluttered. Nggak susah cari sesuatu karena kita tahu persis apa aja barang kita. Nggak mudah berantakan.

Ah ya gitulah pokoknya. Nggak bisa banget saya bikin kalimat memotivasi kaya KonMari.

Keep only those things that speak to your heart. Then take the plunge and discard all the rest. -- Marie Kondo
Oke jadi urutan tidying with KonMari method itu begini:

1. Pakaian (termasuk tas, sepatu, kaos kaki, legging, apapun yang kain-kain di lemari)

2. Buku

3. Dokumen dan kertas-kertas

4. Pernak-pernik

5. Barang kenangan

Gimana mulai beres-beresnya?

Sort by Category

Iya jadi bukan by location. Kita kan biasanya kalau beres-beres hampir pasti berdasarkan lokasi dulu. Beresin kamar dulu, dapur dulu, ruang tengah dulu. Metode KonMari tidak menyarankan itu karena begitu selesainya lama dan nggak runtut. Lebih baik berdasarkan kategori dulu. Kategorinya yang 5 di atas itu tadi.

Karena kadang pakaian aja kita nggak semuanya taro di kamar. Ada yang nyasar ke lemari di ruang tengah atau mana gitu. Nggak satu tempat. Nah sebaiknya dibereskan sekaligus dulu semua, baru kemudian disimpan di satu tempat, jangan nyebar gitu.

INGAT: beres-beres berdasarkan kategori, dan mulai lokasikan barang per kategori di satu tempat.

Kata dia sih semua barang harus dijembrengin di lantai terus pegang satu-satu dengan lembut dan mikir apa mau dibuang apa mau disimpan. KALAU GUE LEMBUT MAH GUE SIMPEN SEMUA ATUH LOL.

(Baca: Suka Menumpuk Barang? Hidup Minimalis Yuk!)

Ini detailnya.

1. Pakaian

Lepas tag pada baju. Saya banyak banget baju masih ada tagnya dan kaos kaki yang masih dibungkus. Akhirnya direlakan lah sudah. Mereka bukan milik saya, akan lebih berguna kalau dikasih ke orang.

Yang paling bikin saya susah move on adalah baju-baju waktu muda. T_____T Beli pake uang ayah, belinya mahal, trendi banget pula. Saya kaya nggak rela gitu dan itu digetok sama Marie huh sebel. Dia bilang:

But when we really delve into the reasons for why we can’t let something go, there are only two: an attachment to the past or a fear for the future.

SEBEL. KARENA MEMANG IYA. Akhirnya saya let go, karena ngapain atuh lah nyimpen hot pants atau baju-baju yang nggak mungkin saya pake lagi? Kalau pun nggak pake jilbab juga malu sama umur hahahaha.

Yang beli udah berbulan-bulan dan nggak saya pake juga saya let go. Intinya kalau ada benda yang kalian selalu pikir sebagai "simpen aja nanti juga butuh" itu kemungkinan besar nggak bakalan dipake. Berlaku buat semuanya. *kemudian ngos-ngosan*


2. Buku-buku

Seperti juga baju, buku yang sudah bertahun-tahun "akan dibaca nanti" itu kemungkinan tidak akan dibaca selamanya. Jadi ya sumbangkan aja. Perlakukan buku seperti makanan, ada masa kadaluarsa nya jadi nggak stok makanan banyak-banyak toh?

Buku = makanan ini analogi saya bukan kata KonMari lol *proud*.

Iya jadi nggak beli buku kalau masih punya buku yang belum dibaca. Baca dulu yang ada. Godaannya berat, tapi kalau nggak gitu, kita numpuk buku yang belum tentu dibaca dan buang uang. Percayalah. Masa nggak percaya sama KonMari karena bagian buku ini saya relate banget hahahaha.

Kondo believes people keep books for far longer than necessary.

Jadi kalau buku udah dibaca setengah terus ditinggalin, ya udah berarti nasibnya itu buku emang cuma dibaca setengah. Buku itu harusnya dibeli sekarang dan dibaca sekarang. Kalau beli sekarang dibaca nanti, kemungkinan besar nggak akan dibaca. APALAGI kalau udah beli buku baru. Beli buku baru 3, dibaca 1, beli lagi 3, dibaca 1, terus aja begitu. ITU SAYA. KZL.

Saya sekarang cuma nyisain Harry Potter sama Dan Brown aja. Segala novel udah disumbangin semua karena cuma bikin debu aja. Nggak bakal dibaca ulang percayalah.

Kecuali buku Bebe ya. Buku anak sih dibaca berulang-ulang banget kan. Jadi rak buku di rumah isinya sekarang hanya buku Bebe dan beberapa buku JG. Saya pake Kindle dong. #TeamKindle



3. Dokumen

BUANG SEMUA KERTAS. Hampir semua kertas di rumah itu nggak berguna. Resep yang nempel di kulkas entah kapan mau dicoba masak. Sekalinya masak malah googling. Laporan harian Bebe, struk belanja, materi seminar apalah yang come on, nggak bakal dibaca lagi karena nggak peduli lah. Buang semuanya.

Saya juga punya satu laci yang harusnya isinya dokumen penting kaya Kartu Keluarga, paspor, akte kelahiran, dll. Laci itu pada akhirnya malah jadi tempat naro peta, boarding pass, segala struk belanja yang saya anggap barangnya penting. Saya sampai punya satu amplop isinya struk belanja barang-barang waktu lamaran. Pentingnya sebelah mana auk ah. Sampah.

Kalau di rumah Bandung mah ada satu pouch gede isinya tiket bioskop astaga. Tiket bioskop sejak remaja dengan pacar beda-beda hahahahaha. Sinting sama hoarder apakah saling berkaitan?

Tapi karena saya anaknya menyimpan kenangan banget, akhirnya yang bener-bener sulit dibuang padahal sampah, saya foto terus upload di album khusus di Google Photo HAHAHAHAHAHA. Sampahnya pindah jadi sampah elektronik lol.



4. Pernik-pernik (termasuk perkabelan)

Charger zaman dulu yang hpnya udah entah kemana, kabel charger rusak, dus hp, dan segala-gala dus yang entah kenapa disimpen segala. "Kali aja mau dijual" well kalau kalian tipe yang jual beli sih silakan. Saya hampir nggak pernah jual apapun jadi udahlah buang aja.

Pin, kalung, cincin yang numpuk doang padahal udah nggak suka lagi atau udah patah. Tetep aja disimpen duh kenapa sih gue huhu. Belum lagi masihhh aja beli karet rambut, pin, patch, numpuk.

Dan yang jadi sampah juga souvenir atau oleh-oleh itu. Berapa persen sih souvenir nikahan dari kelas menengah yang bener-bener dipake? Buang aja atau nggak usah terima. Nggak apa-apa kok nolak souvenir nikahan, mbak pagar ayu penjaga buku tamu nggak akan marah. Kecuali yang nikah orkay yang souvenirnya bisa batik mahal atau malah Hermes kaya kakaknya neng blogger sebelah lol.

Karena sampah banget gengs. Gantungan kunci lah, tempat tisu lah, kipas lah mana mah kurang indah kan ada nama pengantinnya. Sekiranya tidak akan dipakai maka tidak usah diterima atau buang aja, kasih ke orang. :)

Oleh-oleh atau hadiah yang nggak kita suka gimana? Marie ngomongnya judes tapi dia benar.

Menurut Marie, hadiah dan oleh-oleh itu takdirnya hanya untuk diterima. Setelah diterima maka "tugas" nya selesai. Buang aja udah lol. Tradisi oleh-oleh ini emang harus dihapuskan sih. Harusnya dibikin aturan sosial bahwa bawalah oleh-oleh dalam bentuk makanan lol.

5. Barang kenangan

INI NIH. Saya punya sekotak isinya ... Kekoreaan. HAHAHAHAHAHA. CD album yang ada tandatangannya (yang nggak ada ttd nya udah saya giveaway in 2 tahun lalu), segala lightstick (sebutkan semua artis Korea yang konser di sini dan di Singapur 2011-2012 dan saya punya semua lightsticknya karena saya lemah banget sama sesuatu yang nyala-nyala huhu), id pers, press release, tiket konser, semua ada di kotak itu.

Akhirnya beberapa bulan lalu kotak besar itu saya bawa ke Bandung dan saya sungguh bangga karena merasa bisa move on dari kotak itu.

KEMUDIAN DIOMELIN MARIE LOL

Marie judes banget sih hih, masa katanya jangan pindahkan barang dari rumah kita ke rumah orangtua. KENAPA DIA TAUUUU? 

*mewek*

Ternyata orang di seluruh dunia cenderung melakukan itu huhu. Rumah sendiri bersih, tumpukan pindah ke rumah orangtua hhhh. 

Saya sendiri udah beres-beres kamar di Bandung sampai lemari kosong. Kardus sepatu isi barang-barang mantan udah keluar semua nyahahahahha. Buku aman, lega lah udah.

Menurut metode KonMari, orang berat let go barang kalau yang ngasih itu orang yang disayang kaya orangtua atau keluarga. Padahal ketika kita tanya mereka boleh ga ini dikasih ke orang? Mereka kaget karena nyangkanya barang itu udah ilang atau apa hahaha.

Foto gitu segala macem udah lah foto ulang terus upload. Sebisa mungkin simpan dalam bentuk digital aja. INI SAYAAA.

Karena ternyata ada yang menerapkan metode KonMari ini untuk digital stuff juga, jadi decluttering juga. Waaaaa saya nggak mau. Mending taro cloud udahlah. Huhu anaknya mencintai kenangan banget, seneng dan bahagia liat barang kenangan. 

Sampai sini aja soal kategori. NEXT!

*

Inti dari beberes ini adalah set satu tempat untuk setiap barang dan pastikan kalau abis pake, simpen lagi di situ. Wow tips yang berguna sekali lol. Emang ada yang belum tau? Saya mah percaya bakat aja, bakat rapi sama bakat nggak rapi hahahahaha.

Terus beberes lah sendirian gengs, jangan ditontonin orang karena GANGGU. Baru mau buang apa malah disautin "kok itu dibuang?" atau "eh kamu dapet itu susah banget loh masa dibuang?" ERGH. Udah sendirian ajalah.

Satu lagi tips Marie, dia simpan semua barang vertikal dan tidak ditumpuk. Emang sih lebih gampang diambil tapi dia bilang sayuran di kulkas aja dia taro ya berdiri wow. Ain't nobody got time for that. 😂

Yang saya nggak setuju dari Marie adalah dia menganggap tidying ini adalah ritual. Make tidying a special event, katanya. Kalau bersih-bersih jangan pake daster, dia bersih-bersih itu dandan, pake dress, dan pake blazer. Biar rumahnya merasa dihormati. T_______T

Dia juga ngajak ngobrol rumahnya, ngajak ngobrol semua barangnya, bilang terima kasih sama kaos kaki karena udah kerja keras nemenin dia seharian. Dia juga kosongin tas ya tiap hari setelah pulang ke rumah duh ribet sis, nggak punya toddler ya lol. itu pun tas dan barang-barang di dalemnya diajak ngomong karena barang kalau diajak ngomong jadi lebih awet. OKAY? Saya males kali deh ah basa-basi sama barang hahahahaha

Dia juga percaya kalau beres-beres rumah itu bagian dari detoks. Banyak yang mencret-mencret dan jadi kurus setelah bersihin rumah masaaaa? Dia bilang dia nggak bisa buktikan ini secara medis. Yaiyalaaahhhh.

Jadi udah organizing ala KonMari banget nih sekarang?

Oh tentu saya belum sepeduli itu lol. Nyobain cara lipat baju metode KonMari sih ya tapi belum disusun vertikal. Saya cuma mengambil faedah KonMari bahwa barang yang udah lama nggak disentuh itu bisa DIBUANG loh. LOL

Kalau nanti rebound dan rumahnya berantakan lagi ya nggak apa-apa diberesin lagi aja. Yang penting minimal barangnya lebih sedikit dari sebelumnya ya kaaann.

Lagian masa semua orang ngatur rumahnya harus sama ah! Aku kan anaknya nggak suka sama-sama sama orang lolol.

Apakah jadi berhenti beli barang? YA NGGAK JUGA LOL. Tapi intinya adalah let go barang lama. Banyak yang lebih butuh 10 karung baju saya dibanding ngejugruk di lemari doang. Buku kan lebih berguna kalau disumbangin. Bahkan kardus bekas aja bisa jadi uang buat tukang sampah kan. Gila sih kardus HP aja nggak pernah buang sama sekali, baru dibuang sekarang huhu. Dari Blackberry Javelin loh bayangin aja.

*

Segala urusan KonMari ini bikin saya jadi dikit-dikit beres-beres terus. Kemudian dipatahkan JG.

JG: "Ah gara-gara konmari nih kamu jadi beres-beres terus"

Saya: "Ya biar rumahnya rapi aja, ini buktinya banyak 'sampah' banget kan rumah kita. Banyak yang nggak kepake dan aku keluarin"

JG: "Emang kenapa kalau rumah kita banyak 'sampah'? Buktinya dulu aja kita bahagia meski rumah kita banyak sampah."

HMMMM IYA JUGA.

*berhenti beres-beres* lol

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
16 comments on "Beres-beres Rumah dengan (Sedikit) Metode KonMari Yuk!"
  1. Hahaha.. Diakhirnya seruu..
    JG pematah Konmari..padahal udah seriru nih mai ada kejutan apalagi dr annisa T_T
    Tapi semua kembali ke realita yah...kenangan itu susah buat move on..

    ReplyDelete
  2. Gue punya bukunya dan masih disegel aja gitu, hahaha.

    ReplyDelete
  3. Aku termasuk yang ikut-ikutan cari video-nya KonMari di yutup dan nyoba praktikin di rumah. Kerasa banget memang, lemari yang sebelumnya terasa penuh, sekarang nggak, hahaha. Cuman jadinya termotivasi buat beli penggantinya yang habis dibuang, hahaha *failed

    ReplyDelete
  4. Kenapa sih terakhir celetukannya om JG gitu *ngakak*. Terbaik emang suaminya mbak icha!

    ReplyDelete
  5. Itu mencret-mencret karena abis beres-beres langsung makan gak cuci tangan dulu kali, haha

    ReplyDelete
  6. Lagi mimir ini di kost bisa punya lemari buku,5 kardus yang isinya tahapa..
    Mari mulai bereskan kostan

    ReplyDelete
  7. Hahaha kenangan oh kenangan. Untung bisa dipindah ke "sampah digital" yak
    Tapi itu masa beres2 harus pakai dress alamak :( repot hidup ini hahaha

    ReplyDelete
  8. Jadi inget kalau punya celana yang saya beli jaman awal lulus kuliah, yang berarti 3 tahun lalu. Dan, itu celana nggak pernah kupake karena nggak suka. Tapiiii, masih saya simpen karena alasan masih baru dan nggak pernah aku pake :D #halah

    ReplyDelete
  9. Kalo masalah buku saya agak kurang setuju sih kalo dibuang... hihi.. karena buku2 novel kaya lupus,goosebumps,fearstreet, lima sekawan,trio detektif jaman saya masih unyu (((UNYU!!!))) Dulu sekarang saya lungsurin ke anak saya dan dia mau baca😃 bok... dulu belinya sampai rela gak jajan berhari2😢

    ReplyDelete
  10. Kalo masalah buku saya agak kurang setuju sih kalo dibuang... hihi.. karena buku2 novel kaya lupus,goosebumps,fearstreet, lima sekawan,trio detektif jaman saya masih unyu (((UNYU!!!))) Dulu sekarang saya lungsurin ke anak saya dan dia mau baca😃 bok... dulu belinya sampai rela gak jajan berhari2😢

    ReplyDelete
  11. Aku anaknya nggak bisa lihat barang numpuk, Kak. :D Especially sejak tahu gaya hidup mininalis ini ngetren di Jepang jadi makin seneng. Dulu banget aku pernah sedih banget karena buku-bukuku yang aku simpen sejak SD sampai lulus SMA dijual ama keluargaku. Mau gimana lagi ya namanya aku juga numpang di rumahnya. Waktu pindah ke Jkt juga aku harus ninggalin banyak barang termasuk baju2 dan buku2 (lagi) yang aku beli. Jadi sejak saat itu, aku belajar buat nggak begitu terikat sama barang2 dan sebisa mungkin ngga punya banyak barang numpuk. Aku selalu sortir baju2ku, ngerem utk beli buku dan sortir barang2 lainnya. Tapi ya teteup susah juga buat bener-bener hidup minimalis. Sampai sekarang aku masih harus beberes kosan karena berantakan lagi berantakan lagi. Padahal uda diberesin. :D

    ReplyDelete
  12. Itu JG kayak suamiku banget -_-
    Tiap aku beres2, nyuruh istirahat, udahlah gak usah capek2, aku gak keberatan rumah berantakan. Tapi aku gak suka kalo mama ngomel2 karena kecapean -____- gitu katanya.

    Dan yg lebih parah, susah bgt mau buang2 in bajunya yg udah gak kepake, apalagi baju/celana yg keren di jamannya dengan alasan, ntar kan bisa diturunin sama moses atau reiga. Hellllloooow cape deeh. Makanya aku tutup mata aja deh skrg sm keadaan rumah. Kalo dia keluar kota lamaan, baru gue buang2 in tuh semua dan dia gak bakal inget jg mana aja barang2nya yg dibuang hahahha

    ReplyDelete
  13. Kabeelll, iya banget. Entah kabel apa aja, oke oke...wiken kita beberes

    ReplyDelete
  14. Pernak pernik tu nggak penting sih, tapi paling ada sparks joynya gitu. Sayang mau dibuang, ntar pasti kepake. Gitu. Lalu ingat perjuangan dalam mendapatkannya.

    ReplyDelete
  15. Salam kenal mba..saya mbaca ini sambil ngakak2..panjang tp menghibur dan ada benernya. Ga bisa semua diterapin klo mmg ga cocok. Eniwei ttp ambil positif yg bisa diterapin di rumah. Tp banyak momen "plak"nya yah...ah mau deh nyoba beberes.. Tp ga pake ngobrol sama barang ntr dikira .... Ya gitu dehh

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)