-->

Menghargai Makanan

on
Tuesday, February 25, 2014
(image from here)
Ini JG nulis:

AST sering bersyukur "untungnya kamu ga pilih-pilih makanan".

Iyah saya bukan orang yang pilih-pilih makanan. Semua makanan saya suka, makanan ini tentunya yang normal. Normal ini berarti makanan yang memang layak untuk dimakan, bukan makanan yang haram dalam kepercayaan saya.

Sebenernya ada jenis makanan yang sulit untuk saya makan karena ada efek sampingnya ke tenggorokan saya. Saya mencoba menghindari makanan yang bercangkang luar seperti kepiting, udang, dan kerang. Bukannya tidak suka, saya suka dengan makanan yang bercangkang luar, tapi ya itu tadi kalo makan itu tenggorokan saya akan gatal-gatal dengan jangka waktu 15-30 menit. Jadi di luar jenis makanan itu saya bisa makan tanpa keluhan. Kenapa saya tidak pilih-pilih makanan?

Saya lahir dan besar di sebuah gang yang panjang dan berkelok-kelok, jika kamu masuk ke dalam gang tempat saya tinggal kamu bisa keluar di banyak gang lainnya (hati-hati tersesat). Di tempat saya tinggal ketika itu toleransi sangat tinggi, karena dengan jarak pintu rumah orang lain dengan rumah kita sangat berdekatan. Hampir dikatakan tidak ada rahasia antara tetangga karena saking dekatnya, meski berbisik pun tetangga sebelah bisa mendengarnya. Tapi karena kedekatan dengan tetangga itulah seringkali kita berbagi atau bertukar masakan.

Dari situ, saya juga suka memperhatikan orang tua dan tetangga-tetangga saya memasak. Dengan memperhatikan ini tidak serta merta saya jadi jagoan masak, tapi minimal saya tau apa saja bahan-bahan untuk memasak.

Saat sekolah dasar saya sering diminta orang tua dan nenek untuk berbelanja ke pasar, awal-awal pergi ke pasar suka malu. Malu karena suka diketawain sama temen-temen masa anak cowo pergi ke pasar buat belanja. Ya gimana lagi, anak yang bisa diandelin buat ke pasar cuman saya aja, karena kasian juga kalo si teteh yang berangkat ke pasar. Dari seringnya ke pasar saya punya sedikit kemampuan memilih bahan makanan yang kualitasnya masih bagus. Lalu saat saya beranjak baligh, saya merasa bahwa kemampuan dan tenaga saya bisa lebih baik dari sebelumnya, oleh karena itulah saya mulai membantu proses memasak bukan sekedar membeli dan membersihkan bahan makanan.

Dari banyak hal yang saya lewati dari melihat tetangga dan keluarga saya memasak, juga dari belanja ke pasar sayah jadi tau banget bahwa sebuah masakan itu terbentuk dari proses yang panjang. Proses dari pemilihan bahan-bahan yang baik, bagaimana cara membersihkannya, hingga proses masakan itu diolah, sampai jadi masakan. Inilah yang membuat sayah senantiasa menghargai makanan. Makanan apapun saya suka, karena saya tahu persis setiap makanan melalui proses yang panjang. Sudah tahu prosesnya merepotkan, masa saya dengan mudahnya bilang bahwa makanan itu tidak enak dan membuang atau sekedar memberikan komentar negatif.

Jika proses makanan kita bedah, misalnya dari beras saja. Bahwasanya beras berasal dari tenaga, pikiran dan hasil pemikiran manusia modern. Mulai dari pengolahan tanah, pemilihan benih, memupuk, menjaga padi dari hama, panen, menggiling, distribusi, jual beli, hingga berada di boks beras di rumah kita memerlukan waktu, tenaga, juga pikiran. Jika mengingat proses yang panjang itu, bagaimana bisa ada orang yang tidak menghargai makanan atau bahkan membuang-buangnya. Yuk mari kita menghargai makanan dari diri kita sendiri.

Hal-hal semacam ini jadi memberikan pemikiran bagaimana agar kelak anak-anak kita dapat menghargai makanan. Salah satunya ya dengan mengajaknya ikut dalam memproses makanan. Jadi yang sudah menjadi orang tua, silahkan mengajarkan anaknya untuk menghargai makanan sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

Mengajar... mulai ...

-JG-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
Be the First to Post Comment!
Post a Comment

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)