-->

#SassyThursday: Kecantikan vs Dunia

on
Thursday, January 12, 2017


Berawal dari gue dan Nahla mengomentari salah seorang YouTubers yang sedang naik daun. Perempuan, bisa main alat musik yang jarang bisa dimainkan oleh perempuan. Gue mikirnya ya dia ngetop karena jarang kali cewek kaya dia, gue bilang ya minimal dia punya talent.

Kata Nahla "Tapi skillnya biasa parah. Di dunia ini memang harus jadi cantik ya." Kemudian kami termenung. Betapa dunia tidak adil pada perempuan yang dianggap tidak cantik.


Baca punya Nahla:


Iya itu kenyataan loh ada gue pernah baca riset kalau perempuan cantik diperlakukan lebih baik, lebih dipercaya orang, dan lebih mudah mendapat pekerjaan. Bagaimana nasib orang-orang berwajah jauh dari standar kecantikan?

Ya struggling.
In early studies, Hamermesh and his team have pointed out that more attractive people tend to make more money and pair off with more attractive spouses.
Well yeah. Gue ngutip Time loh itu bukan situs abal yang suka share hoax huh.

Hal paling cemennya adalah susah nyari followers Instagram dan socmed lainnya. Soalnya beberapa selebgram yang memang mukanya diakui cantik oleh banyak orang, banyak juga yang nggak punya talent apa-apa. Ya udah modalnya muka cantik doang, begitu baca blognya atau temenan di Facebook baru ketaker deh otaknya cuma berapa mililiter doang.

Coba seberapa banyak kalian yang suka mempertanyakan "dia siapa sih? kok ngetop? emang bisa apa?" Ya sebenernya mah nggak perlu bisa apa-apa. Asal muka cantik, ngetop bisa diatur lol.

Aduh gue jahat mengukur standar keadilan dari popularitas. Biarlah ya.

Contoh sedih lagi, susah nyari pekerjaan karena masih ada company yang menulis "good looking" di requirement. Sedih nggak sih? Jangankan "good looking" nyari kerja dengan menyebutkan female/male aja zaman sekarang mah udah disebut seksis. Emang kenapa itu posisi harus ditempati hanya laki-laki atau hanya perempuan?

Bener kan?

Dan akhir-akhir ini gue sedang mempertanyakan soal standar kecantikan dunia.

Mungkin karena gue sendiri baru mulai main-main makeup ya. Gue suka pake makeup, karena kulit lebih cerah, lebih mulus, wajah jadi cantik sekali. Gue senang sekali bermain-main makeup tapi di sisi lain banyak pertanyaan berkumpul di kepala.

Gue suka mempertanyakan emang kenapa sih harus pake eyeliner? Biar mata kebuka lebih lebar, siapa yang bilang pertama kali kalau mata kebuka lebih lebar dengan eyeliner itu cantik?

Kenapa sih harus pake blush on? Biar wajah seger kaya anak bayi. Emang kenapa wajah harus merona kaya anak bayi? Banyak loh orang yang naturally susah blushing. Ini harus blushing sepanjang hari.

Kenapa harus mewarnai bibir dan kelopak? Kenapa satu dunia sepakat kalau eyeshadow rose gold itu cantik sekali? Kenapa bisa? Siapa yang pertama kali mempopulerkan makeup tertentu bisa sama dengan cantik seperti standar kita sekarang?

Media? Gue nggak yakin soal standar kecantikan dibentuk media karena bahkan orang Mesir dan Roma zaman dulu aja udah dikenal suka makeup kan. Eyeliner-nya on fleek loh, pake eyeshadow tebel pula. Trend make up itu udah ada jauh, jauh sebelum hingar bingar Hollywood.

Sampai muncul pertanyaan: WHY DO MEN LOOK GOOD WITHOUT MAKEUP?

Ya karena kebiasaan kita aja kan. Kita terbiasa melihat perempuan dengan bulu mata yang tebalnya tampak bisa dipakai kipas-kipas. Wajah mulus tanpa cela malah berkilauan dengan highlighter. Sementara cowok cuci muka pake jas aja langsung dibilang ganteng.

“For a woman, it just matters to walk down the street being good-looking. It hurts to walk down the street being bad-looking,” Hamermesh says. “For a man, beauty’s direct relation to happiness is not as great. It will give you a better-looking wife, a higher-earning wife and — most important — extra earnings.” -- Time

Meskipun zaman sekarang udah banyak banget sih ya cowok pake makeup tapi tetep aja. Perempuan dianggap lebih cantik kalau pakai makeup. Sampai kalau ke acara spesial harus pakai makeup lengkap huhu.

Saking tertanamnya standar kecantikan ini di dalam benak para perempuan, mereka yang tidak bisa dandan biasanya senang sekali kalau ada yang mendandani. Meski dipesani "jangan menor-menor ya" tapi tetap senang karena bisa tampil beda dari kehidupan sehari-hari. Tampil beda = menutupi flek dan alis digarisi rapi.

Huft. Kampret karena gue juga demikian.

(Baca: Kecantikan dan Perempuan Kedua)

Karena kebanyakan mikir soal standar cantik ini, udah berbulan-bulan loh gue nggak rutin lagi pakai alis tiap hari. Sebelumnya tiap hari wajib pake cc cream lah minimal, alis, eyeliner, dan lipstik. Sekarang skin care aja udah, lipstik kalau mau meeting.

Pertama karena alis jadi overrated hahahahaha bosen sama orang bilang "gue nggak bisa keluar rumah nggak pake alis". Kedua, gue nggak pengen gue jadi insecure cuma gara-gara hal kecil seperti alis. Gue bisa hidup tanpa gambar alis, hidup tanpa pakai lipstik. Risikonya satu doang, dibilang pucet sama disangka sakit terus. Dan itu masih fine sih, nggak masalah.

Jadi ya, gue akan makeup saat gue ingin bermakeup. Gue nggak masalah pergi ke luar rumah hanya pake skin care karena ya, gue nggak mau dijajah sama standar kecantikan buatan entah siapa. Gue nggak mau jadi tidak percaya diri menghadapi orang hanya karena gue belum gambar alis.

Sebaliknya, gue juga akan pakai makeup ketika gue ingin. Poinnya adalah, orang harus bisa tetep menghargai gue, saat gue pakai makeup atau pun saat gue nggak pake makeup.

Gue akan pake ketika gue ingin, anggaplah seperti aksesoris. Dipakai ketika kita ingin pakai, bukan wajib dipakai setiap saat.

Gue akan percaya diri dengan keduanya. #sikap

Karena sekarang kan yang mengagungkan natural look banyak yang judge "dih pake makeup, dijajah banget sama standar cantik blablabla". Sebaliknya cewek-cewek bermakeup "pake makeup dong biar seger lalalalala"

Uh I don't give a sh*t anymore. Kalau ditanya "seru ya makeup?" gue jawab "iyaaa seru coba deh". Kalau dia nggak mau ya udah, nggak lantas jadi maksa-maksa. Cewek harus bisa dandan sama nggak pentingnya dengan cewek harus bisa masak. Kehidupan nggak sesempit itu gengs.

(Baca: Cantik Tidak Sama dengan Bodoh)


Gue juga nggak percaya sama standar kecantikan. Karena cantik itu relatif. DAN JELEK ITU TIDAK MUTLAK. Plis itu becanda taun 90an banget yang tidak bermakna. Cantik DAN jelek itu relatif.

Makanya ada orang yang tidak cantik menurut standar mayoritas tapi suaminya ganteng. Dan itu tidak perlu dipertanyakan. Ghibah amat jadi orang. 😂

Btw topik ini jadi mengingatkan gue ke lagu "Gapapa Jelek yang Penting Sombong". Sedih karena secara nggak langsung lagu itu membagi dua, lo cantik/ganteng maka lo nggak punya talent juga nggak apa-apa. Tapi ketika lo jelek, lo wajib punya talent dan menunjukkan talent itu.

Phew. Berat banget urusan visual ini. Padahal kita nggak bisa milih muka bentuknya mau kaya gimana ya kan?

Ada yang pernah punya pengalaman buruk gara-gara looks?

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
12 comments on "#SassyThursday: Kecantikan vs Dunia"
  1. Pernah sih. Malah dulu eks bos bilang terang2 an, "Aku nerima kamu karena pintar. Gemuk gak masuk kriteria." Kan kesel. :(

    ReplyDelete
  2. Aku ngalamin banget masa-masa iri sama orang yang lebih cantik dan punya banyak peluang.

    Tapi sekarang lagi berusaha, "ya udahlah ya... ".

    Lagian emang rata-rata orang pengen liatnya yang indah-indah. Maka dari itulah hampir semua artis yang ada di layar kaca enak dilihat. Hahahahaha.

    Tapi makin kesini belajar buat ngehargain diri sendiri. Fokus cari kelebihan dari diri sendiri.

    ReplyDelete
  3. Faktanya, Tuhan itu adil. Buktinya aku gak cantik2 amat, suamiku ganteng (menurutku) :p Hehehehehe

    ReplyDelete
  4. Yang penting mah PD. Biarin jelek. :v Toh, rezeki udah diatur Allah. :D

    ReplyDelete
  5. Pernah banget. Dulu minder banget gegara nggak cantik,sekarang bodo amat yang penting hepii ������

    ReplyDelete
  6. dulu pas baru lulus dan belum dapat kerja, sempat iri sama teman yang cantik tapi dapat kerja duluan meskipun ipk nya tinggian aku, hahaha, alhamdulillah sekarang kerja di tempat yang menghargai kinerja otak

    ReplyDelete
  7. "settingan" walau entah settingan sapa, gak cantik itu emang gak enak,seakan jd warga kelas dua, makanya carilah lingkungan yg mmg menghargai kinerja otak, jgn dr look. bisa sakit hati or dibully gak lngsung

    ReplyDelete
  8. aku masih seriiing insecure sama cewe2 di instagram. maksudnya, apa ya...aku tahu mereka sehari-hari dan ngga se perfect itu kok. aplikasi, kamera, heuh..lebih nyebelin daripada make up

    ReplyDelete
  9. Pernah ga dapet duduk di bus, di depanku duduk mas-mas gitu. Tadinya biasa aja, toh udah sering juga ga dapet duduk. Terus ada mbak-mbak cantik nan aduhai naik, si masnya langsung ngasih duduk padahal aku dari tadi berdiri di depannya hahaha

    ReplyDelete
  10. Selain kecantikan yang sering didiskriminasi dalam mencari pekerjaan tuh status pernikahan. Banyak pekerjaan yang mengharuskan untuk single. Padahal kan mana tahu kalau sudah nikah pun tekadnya lebih keras untuk buat anak lebih sejahtera.
    Kalau yang cantik-cantik ya memang banyaknya di garis depan. Presenter TV banyak yang kinclong tapi otak bolong. :P

    ReplyDelete
  11. Pernah, ketika daftar penyiar radio,,yang calon penyiar cewek pada kece2 dan cantik2,, tapi ternyata memang semua nggak butuh tampang, saya yang kala itu belum mengenal apa arti makeup atau baju keren,, diakui jugahhh,, hahaha #bangga ,,
    cantik atau nggak itu kan menurut pandangan orang,, tapi Tuhan menciptakan manusia dengan kesempurnaan ,, ^_^

    ReplyDelete
  12. Pengalaman buruk?yaa...paling nggak mungkin jadi beauty blogger aja kali ya, mba...hahaha....tapi setuju sama semua statemen diatas...
    Dan nggak bagus juga buat kulit...kulitnya kan jadi seperti nambah selembar...

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)