-->

Dear Working Moms

on
Wednesday, February 24, 2016
Untuk saya dan kalian, para ibu yang memilih bekerja semata-mata karena bekerja itu menyenangkan dan bagian dari kehidupan.


Karena kita adalah ibu-ibu yang membuat iri karena bisa selalu tampil cantik di kantor. Berganti lipstik sesuai warna baju. Ngemil-ngemil dan haha hihi dengan teman kerja. Makan siang di mall sehabis gajian. Berdandan bukan hanya dasteran.

Daster yang sungguh membuat rindu untuk cepat pulang ke rumah. Mengganti baju kerja yang kaku dan tiduran dengan daster kesayangan. Dengan segudang rencana, setelah anak tidur maka saya akan blablabla. Kenyataannya setelah anak tidur ... maka saya tidur juga karena sudahlah, terlalu lelah.

Kita adalah ibu-ibu yang selalu dihakimi karena tidak menjadi perempuan ideal. Yang sejatinya ada di dalam rumah, di balik dapur, mengurus rumah tangga. Menemani anak sepanjang waktu. Dinilai akan menyesali diri ketika anak sudah dewasa, meski entah yang dipakai itu penilaian siapa.

Ketika cuti melahirkan usai dan tiba hari pertama masuk bekerja. Air mata mengalir dari pagi hingga sore memikirkan bayi 2-3 bulan ditinggal ibunya sendiri. Apa asinya cukup? Apa mau minum ASIP pakai sendok? Apa mau pakai dot? Apa menangis terus? Rasa bersalah menghantui. Beberapa tak sanggup bekerja hingga selesai dan hanya masuk setengah hari. Lari ke rumah hanya untuk menyusui.

Hari-hari berikutnya diisi dengan membuat jadwal pumping di kantor. Yang kadang berbenturan dengan jadwal meeting. Tak sedikit yang meeting sambil pumping. Yang penting ada botol-botol susu terisi penuh untuk dijejalkan pada kulkas. Kulkas dan freezer yang menentukan mood. Jika penuh membahagiakan, jika kosong hancur hati berantakan.

(Baca juga: Hal-hal yang Hanya Bisa Dimengerti oleh Ibu Menyusui)

Ketika punya satu anak pun struggle dan juggle mengurus anak, rumah, dan pekerjaan. Rasanya ingin mengajukan resign saat itu juga memikirkan ingin bersama anak sepanjang waktu. Tapi kemudian terpikir apa yang akan dilakukan di rumah sepanjang waktu? Apakah bisa? Apakah sanggup tak punya uang sendiri? Apakah sanggup tak bergaji? Apa sanggup mengerjakan pekerjaan rumah seharian? Apa sanggup hanya dengan anak seharian?

Di siang yang sibuk, anak di rumah tak terpikir sama sekali. Tak terasa waktu terlewat hingga jam pulang kerja. Di siang yang senggang, bolak-balik cek gallery foto di hp. Mengulang video-video. Kangen tak terhingga. Kemudian meneror orang rumah/daycare untuk mengirim foto. Kemudian membombardir whatsapp suami dan grup keluarga dengan foto-foto itu.

Tak akan ada yang lebih menegangkan dibanding detik-detik menuju jam pulang kerja. Apakah harus lembur? Karena sungguh ingin buru-buru pulang!

Sungguh pula uang lembur adalah sesuatu yang pantas ditangisi. Karena, pak dan bu bos, yang dibutuhkan bukanlah uang pengganti jam kerja tambahan. Berapa besar pun itu. Tapi pulang tepat pada waktunya agar bisa cepat bertemu anak di rumah.

Tapi ada pula kalanya ketika pekerjaan yang menyita waktu itu terlalu menyenangkan. Melirik jam, sudah waktunya pulang. Sejujurnya ingin terus bekerja saja, tapi memangnya ada ibu yang memilih untuk bekerja larut dan bukannya main bersama anak?

Ada. Saya, meski kadang-kadang.

Maka saya akan jemput dan bawa anak serta suami untuk kembali ke kantor. Melanjutkan pekerjaan yang biasanya sudah tak terlalu banyak karena larut malam. Membiarkan anak bermain di antara kubikel, membawakannya bola. Menyuruhnya bermain dengan teman-teman kerja yang juga belum kunjung pulang ke rumah. Judge me, I really don't care.

(Baca: Alasan Saya Tak Sanggup Jadi Stay at Home Mom)

Dan ketika di waktu-waktu pulang kerja normal lainnya, wajah mungil itu akhirnya ada di depan mata. Tersenyum menjulurkan tangannya. Minta pelukan. Maka sisa hari itu akan ia habiskan untuk mendapat peluk cium brutal tak terhingga. Sampai menangis pun tidak apa. Haha!

Ketika menambah anak kekhawatirannya adalah energi, bukan rezeki. Sungguh saya percaya rezeki untuk anak pastilah ada. Tapi lelah rasanya memikirkan harus membagi waktu lebih baik lagi jika menambah anak. Memikirkan kekhawatiran yang akan menjadi dua atau tiga kali lipat.

Kekhawatiran yang makin menjadi ketika anak sakit. Harus tak enak hati sepanjang hari. Habis cuti. Maka doa yang terpanjat adalah selalu agar anak sehat. Karena anak dengan ibu bekerja tak boleh sakit. Tak pernah boleh.

Jika anak sakit dan tak tidur semalaman, esok adalah hari menahan kantuk sedunia. Ingin rasanya goleran di kolong meja. Belum lagi jika sakitnya tiga hari. Hari keempat, ketok kayu amit-amit tapi biasanya kita pun ikut sakit.

Juga untuk weekend yang selalu terlalu sebentar (KAPAN GUE TIDUR KAPAANNN?) dan Senin yang dinobatkan jadi hari paling kangen anak sedunia.

Kita kuat! Kita bisa!

Karena bekerja adalah bagian hidup kita. Seperti halnya keluarga. Karena saya senang bekerja. Karena kantor adalah sebenar-benarnya me time.

*berpelukan* *susah amat nulis serius yah* *ah sudahlah* *brb kerja*

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
45 comments on "Dear Working Moms"
  1. Kalo aku pengennya diem di rumah tapi punya gaji kyk sekarang..gimana dong hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mbak, pengen bgt malah... Dirumah tp tetep dpt penghasilan ��

      Delete
  2. makanya mak aku gak punya mental untuk itu, salut buat working mom

    ReplyDelete
  3. Aku memilih resign dan menjadi ibu rumah tangga yang tetep sibuk. Makanya kegiatan blogger ngebantu banget supaya engga jetlag dr yg sibuk menjadi ga sibuk.

    Anw thanks for sharing bekerja atau tidak setiap orang punya pilihan dan pertimbangan sendiri 😊😊

    ReplyDelete
  4. pengen diam juga di rumah.... tp blm kuat hatinya tuk resign... belum sanggup gak punya duit sendiri...trus kalo terlontar keinginan resign kok sekitar saya pada protess hihihi...

    ReplyDelete
  5. Kalo aku 2 hari anak sakit. 2 hari jg hrs cuti .ga ada istilah ijin yaas. Naseblah

    ReplyDelete
  6. Saya produk pembantu sejak kecil, karena org tua kedua ngantor... bangga sekali sama mama yg sampai saat ini masih ngantor tinggal 3 tahun lg pensiun, tapi anehnya saya memilih jadi ibu rumah tangga saja... bahagia dgn pilihan ini krn gak sekuat working mom, gak sehebat mrk yang membagi energi begitu byk utk dua hal. Dan pas dpt jodohnya yg KEUKEUH istrinya gak blh kerja hahahaaa...

    ReplyDelete
  7. Wah aku masih tercengang ketika kak annisa bilang jemput anak dan suami terus di bawa ke kantor :D
    Saking galau nya antara pulang ketemu anak dan kerjaan yang harus lembur yah kak.
    Salut lah, semoga sehat selalu kak annisa ^^

    ReplyDelete
  8. Aku blm ngerasain jd working mom, baru ngerasain jd working wife. Yg sekarang aja kalau pulang seringnya tiduran dulu.
    Semua itu pilihan yang penting terkoordinir dg baik di kantor dan di rumah.

    ReplyDelete
  9. Kerasa banget lah, anak sakit minggu lalu, terpaksa cuti. Hampir seminggu di rumah ngurus anak yg sakit, ga keluar rumah sama sekali, ga ketemu org lain sama sekali, cabin fever aja deh ijkkkk, bawaan cranky, merepet mulu ke suami jatohnya. Senin kemaren ngantor lagi, dandan lagi, ketemu orang lagi, alhamdulillah pelan-pelan waras lagi.. Salut lah sama SAHM *lambai-lambai ke kamera*

    ReplyDelete
  10. Andai yaa... surat ijin sakit itu berlaku juga untuk anak yang sakit.
    Jadi working mom ini bisa enggak masuk, tanpa harus memotong cuti.
    *brb, krn cuti itu harusnya buat liburan* :)))

    ReplyDelete
  11. *nangis*
    Belom jadi ibu ibu apalagi dengan anak, tapi kebayang deh perjuangannya :')

    ReplyDelete
  12. HPL saya sekitaran Juni entar.. tapi udah mellow dari sekarang mikirin gimana hebohnya jadwal pumping entar pas ngantor.. *lebay but true*

    ReplyDelete
  13. Di keluargaku malah saHM yg dijudge.. *baiklah aku akan bikin tulisan tandingan* *kalau mood* haha..

    ReplyDelete
  14. saling bergandengan tangan #HidupEmakEmakKantoran #apacoba

    ReplyDelete
  15. Kemarin gak masuk sehari, Alfath sakit (pas di ultahnya dia), belum kepikiran mau ngasih kado apa tapi kompakan sama suami utk seharian nemenin Alfath, sekalian ikutan istirahat karena emang lagi pada kena virus semua.

    Tadi pagi, ninggalin Alfath yg masih meler dengan hati yg "lebih dari tercabik2". Nangis di kantor? udah gak bisa, udah beku, tapi di dalem hati sih banjir kayaknya. Haha

    ReplyDelete
  16. Belum jadi working mom, baru jadi working wife..me time aku adalah nonton tv di rumah dg acara kesukaanku bukan acara kesukaan hubby hehe..

    Ngga kebayang kalau udah jadi working mom gimana >,<

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Toss mba Annisa!!! Suka banget sama gaya penulisan dan penjabarannya yang spontan.

    Dari kecil udah terbiasa dengan bapak ibu yang kerja kantoran 8 to 5. Dan sekarang aku pun seperti itu. Gak kerasa udah 6 bulan ninggalin anak di rumah siang hari sama baby sitter. Kadang sempat kepikiran untuk jadi SAHM tapi kayaknya malah nanti otaknya geser deh kalo harus seharian sama anak cowok yang polahnya bukan main aktifnya. Di rumah boro-boro bisa pegang hp untuk cek whatsapp, line, path ataupun instagram. Apalagi blog walking. Di kantor inilah kebebasan yang sebenarnyaaa...muahahahaha...

    *brb kerja juga*

    ReplyDelete
  19. Replies
    1. iya nih, bacanya tiba2mata berkaca-kaca :)

      Delete
  20. Ini ini ini tulisannya buat saya ya? *sensitif mode on*. :p

    ReplyDelete
  21. Pumping sambil meeting! Ngacuuung, hahahaha.

    ReplyDelete
  22. Honestly... bacanya sambil mewek niihh... *buru-buru lap airmata karna ada rekan kerja*
    Anakku baru 1 dan umurnya baru 6 bulan, ngerasain bangeettt yang ditulis semua disini.. apalagi hari-hari pertama mulai masuk kerja setelah jatah cuti melahirkan habis itu yang paliinngg bikin mewek terus, tapi tetep harus nguatin hati dan diri sendiri supaya asi nya tetep keluar lancar.. hiikkss
    Pengennya stay dirumah dan seharian ciumin tengkuknya anak bayi yang bau acem hehehe.. tapii apalah daya masih harus bantuin suami cari rejeki.

    semangaatt deehh buat semua working mom yaaa...
    *tooossssss*

    ReplyDelete
  23. Ga ada komentar lain mak....i feel u

    ReplyDelete
  24. Aku, pengen banget cepet pulang kantor dan pake daster terus leyeh2 sama anak :D tapi tetap ingin bekerja :D

    ReplyDelete
  25. Dulu... dulu banget sering muncul rasa bersalah. Tapi makin ke sini rasanya makin bisa "menata" semuanya. Tujuan bekerja juga jelas dan kuat motifnya. Anak-anak makin besar, makin mandiri bahkan bangga pada ibunya. Rumah juga... ya... gak ancur-ancur banget lah, masih rapi dengan bantuan mbak asisten. Jadi.... yukkk kita bekerja! Ha..ha... biarin di judge... biarin dinyinyirin.

    ReplyDelete
  26. Aq juga kadang gitu pulang dulu kerumah ajak anak n suami trus ngantor lagi buat ngelembur

    ReplyDelete
  27. tulisan mewakili semua ibu pekerja. termasuk ibu pekerja yang padahal paginya udah punya waktu sama anak, tetap aja pas ke kantor galau kangen anak. Iya.. di kantor, atau perjalanan menuju kantor adalh me time yang menyenangkan walau cuma sesederhana itu.

    ibunya cilo juara pokoknyaa,, tetepp semangaatt yaa!!!

    ReplyDelete
  28. Dan pagi2 hbs desek2n luar biasa di CL lalu ngibrit ngejar absen jempol dan telat 1 menit saja sodaraaaah.
    Lalu saya nangis membaca ini.
    Huwaaaaaaa....

    ReplyDelete
  29. ini pas banget apa yang aku rasain, hampir 99 persen samaaaa, ngeliatin video ato potonya dikantor malah mewekkk :(

    ReplyDelete
  30. Mungkin...ini yg akan aku rasain nanti..huhu

    ReplyDelete
  31. meweeekk banget bacanyaaa.... pas banget buat aku.. aku ngerasain banget ini...
    semangat buat working moms....

    ReplyDelete
  32. Suka pada bagian... "Karena kantor adalah sebenar-benarnya me time"
    Luar biasa, gue banget niii...

    ReplyDelete
  33. MEWEEEEEEK... ya ampun suara hati ibu-ibu yang mencintai anak dan pekerjaan :') pumping dulu ah

    ReplyDelete
  34. Dan pagi2 hbs desek2n luar biasa di CL lalu ngibrit ngejar absen jempol dan telat 1 menit saja sodaraaaah.
    Lalu saya nangis membaca ini.
    Huwaaaaaaa....

    ReplyDelete
  35. Lam kenal ya mba, suka banget sama postnya ini karena saya juga termasuk yang tak sanggup jadi "stay at home mom" (udah pernah nyobain selama 6 bulan) mungkin kurang piknik atau apalah yang pasti saya memang terbiasa kerja dan mandiri dari masih jadi anak kuliahan :D dan alhamdulillah suami juga mengijinkan. jikalau berkenan mampir ya ke blog aku http://saniadaffa.blogspot.co.id/ . Many Thanks.

    ReplyDelete
  36. kl aku pribadi sih lebih pengen jd working wife krn skrg status nya msh working mom tp tetep pny penghasilan pribadi,hehehhee. emang kl udah di kantor sih "me time" banget tp waktu yg ga akan terulang liat perkembangan anak dr detik demi detik, kl udah gedean mulai deh sibuk ama temen2nya,ga full time lg bs di unyel2, bisa di peluk sesuka hati,bisa di apa2in pokoknya hehehehe. Setiap org pny pilihan masing2 yaa mom :D semangattt

    ReplyDelete
  37. MEWEEEEEEK... ya ampun suara hati ibu-ibu yang mencintai anak dan pekerjaan :') pumping dulu ah

    ReplyDelete
  38. pengennya jd working mom, tp sayangnya pas lg hamil kena layoff dr kerjaan dan akhirnya nganggur.. sehari2 jd tukang ngeluh ke suami hiks.. gak sabar nunggu lahiran dan mulai ngurus bayi, dan kalo bisa kerja lagii, kangen ke-hectic-an kehidupan hehe..

    ReplyDelete
  39. Hahahaha.... Me time itu ya ngantor. Cakep Cha

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)