-->

Hidup yang Kita Pilih

on
Tuesday, September 5, 2017

Minggu lalu saya nonton konser lagi setelah 5 tahun lamanya. Lama juga ya 5 tahun nggak nonton konser hahaha. Sebenernya artisnya sempet ke sini sih 2 tahun lalu, tapi waktu itu kan saya punya bayi. Boro-boro nonton konser, nonton bioskop aja nggak kepikiran sama sekali. Jadi waktu itu skip.

Sekarang karena Bebe udah gede, udah bisa ditinggal dengan manis (meski ibu ngakunya kerja lol), dan nggak nangis sama sekali. Akhirnya saya nonton. Sepanjang nonton rasanya campur aduk. Terakhir saya nonton 5 tahun yang lalu itu juga saya udah nggak liputan sih, udah beli tiket sendiri. Tapi kemarin rasanya kaya “goyang” gitu sama pilihan hidup hahahaha.

Karena lagi nonton konser terus kepikiran Bebe besoknya sekolah hari pertama.

Sebebnya saya ada di tengah-tengah. Di satu sisi, saya punya teman-teman seumuran saya yang masih concert goers banget. Salah satu temen orang Singapur, udah nonton konser kemarin itu 6-7 kali. KONSER YANG SAMA LOH. Set listnya sama. Dari Singapur ia masih kejar sampai Bangkok, Hong Kong, beberapa kota di Australia, Indonesia, dan nanti Malaysia.

Ada juga satu orang lagi yang bahkan ngejarnya sampai ke Amerika! Orang-orang ini belinya juga selalu VIP, sewa bis kecil buat ikut ke bandara, dan nginep di hotel sekitar venue konser.

Saya juga pernah begitu. Meskipun ya nggak ke 6 negara juga ya. Dan kalau kalian mengira itu semua karena kami kaya raya, nggak juga sih. NABUNG LAH! Pernah saya ceritain di sini: Mengubah Mimpi.

Poinnya adalah, ternyata setelah puluhan konser dalam dua tahun, saya sampai pada titik yang dibilang orang “mau gini-gini aja nih hidup?” Kemudian saya merasa harus move on, menikah, punya anak, dan hidup saya berubah hanya dalam hitungan bulan.

Sekarang saya masih mampu nonton konser, jauh lebih mampu dan beberapa tahun lalu. Tapi kan mikirin Bebe masa ditinggal terus. Atau masa bela-belain Bebe di rumah aja sama mbak yang lebih murah biar uang daycare bisa ditabung untuk nonton konser. Kan nggak begitu.

Padahal kalau dipikir lagi, apa coba definisi “gini-gini aja hidup”? Gimana sih hidup yang “gini-gini aja” itu?

Apakah hidup kaya temen saya? Usia hampir 30, nggak menikah apalagi punya anak, nabung ya buat nonton konser di mana-mana. Atau temen saya yang lain, seumuran juga, nggak menikah apalagi punya anak, nabung ya buat traveling aja.

Apa lantas hidup mereka “gini-gini aja” hanya karena mereka memutuskan untuk tidak menikah dan punya anak?

Kenapa mereka suka direcokin orang dengan “mau sampai kapan main terus!”

Ya sampai nanti-nanti lah. Artisnya juga manggung sampai nanti-nanti kan. Tempat liburan yang dituju juga masih banyak yang belum kesampaian. Nggak apa-apa banget kan kaya gitu. Ya yang penting kan kerja dan menghasilkan uang untuk hidup dan bahagia. Apalagi coba.

Kalau saya, saya ternyata dengan sadar memilih untuk menikah di usia ideal masyarakat Indonesia untuk perempuan perkotaan, 25 tahun. Saya memilih untuk punya anak, saya memilih untuk cari uang dan tiba-tiba prioritas segalanya untuk anak.

Tapi karena saya melakukan ini, nggak berarti kalian semua juga harus melakukan ini. Karena kadang saya nyesel juga kenapa sih saya buru-buru settle down dengan nikah dan punya anak secepat itu hahahaha. Makanya kemarin pas seru-seruan nonton konser rada mikir, ini gitu hidup yang saya mau? Kan mending kerja buat diri sendiri seneng-seneng aja!

Kalau udah gitu kan balik lagi, ini pilihan saya dulu, tanggung jawab dong dengan pilihan itu. Satu hal, kalau pun dulu saya nggak memilih menikah, mungkin saya menyesal juga dengan pilihan tidak menikah. Kita nggak pernah tau dan kemungkinan penyesalan selalu ada, apapun jalan yang kita pilih.

It's not that I'm not happy, I AM. Cuma kan maklum kalau kadang mikir "eh kalau dulu gini gimana ya?" Biasalaahh. Wajar terjadi. HAHAHA.

(Baca: Memaknai Pilihan)

Kalian yang nggak mau menikah dan memilih untuk menyenangkan diri sendiri seumur hidup tanpa harus membaginya dengan dana pendidikan juga jadinya nggak apa-apa banget! Nggak usah dengerin kata orang karena orang yang ngomong itu nggak bayarin tiket senang-senang kalian.

Dan jangan mau dibilang "gitu-gitu aja". Buktikan dengan kalian sendirian, kalian punya pengalaman yang jauh lebih banyak dan menyenangkan dibanding orang yang judge kalian dengan "gitu-gitu aja". Bikin bucket list dan selesaikan satu-satu.

Jangan takut dibilang “anak tuh bisa bikin hidup lebih semangat”. Iya bener banget kok statement itu. Tapi nggak berarti yang nggak punya anak hidupnya jadi nggak semangat kan. Semangat kan bisa dateng dari mana aja. Lagian apa kabar atuh orang yang udah bertahun-tahun usaha punya anak tapi nggak bisa? Apa hidupnya jadi kurang semangat?

Bos di kantornya JG ada yang masih muda udah jadi GM. Jadi general manager di korporasi sebesar itu, perempuan, udah pernah tinggal di sekian negara. Nggak nikah dan nggak punya anak. Tapi dengan pencapaiannya, nggak mungkin dong dia hidup tanpa semangat?

“Anak ngasih arti lain sama kehidupan”. Iya bener juga kok. Cuma ya jangan jadi judge orang-orang yang tidak mau menikah dan punya anak sebagai egois dan hidupnya tidak berarti. Semua orang mengartikan sendiri hidupnya. Nggak butuh orang lain untuk mengartikan hidup kita.

Cuma kadang berat di orangtua ya. Orangtua meski udah nggak bayarin apa-apa tapi suka teteeppp pengen anak-anaknya nikah. Karena seolah tugas mereka tunai sudah ketika anak-anak menikah. Sabar-sabarin aja hahaha.

(Baca: Menjaga Perasaan (Siapa?))

Asal satu hal, kalau nyesel jangan ngerugiin orang lain!

Saya pernah denger cerita suami yang tergila-gila main game lagi dan akhirnya nelantarin anak istri. Padahal sebelum nikah udah nggak main game. Suatu hari beli komputer baru yang harganya puluhan juta dan mulai lah dia main game lagi. Nggak perlu kerja memang karena anak orang kaya. Tapi anak dan istri nggak diperhatikan lagi.

Nah kalau gitu tandanya udah merugikan orang lain dong. Jangan gitu-gitu amat lah gengs.

Hidup seimbang aja bisa kok. Misalnya saya, saya berencana nonton konser setahun sekali (kalau konsernya ada lol). Ada juga temen saya yang anaknya dua, punya “jatah” liburan sendirian (tanpa anak dan suami) sekali setahun. Fair lah. Menyeimbangkan kehidupan jadi ibu dan jadi diri sendiri itu penting dong. Masa kerja capek-capek semua full demi anak? Hahaha.

Judge saja aku silakan.

Jadi ya, apa pilihan hidup kalian? Pernah nyesel nggak?

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
7 comments on "Hidup yang Kita Pilih"
  1. Nggak dong. Aku malah bersyukur udah nikah dan punya dua anak hehe. Its my choice. Kalopun nanti iri ngliat temen yg lagi hobi travelling, paling aku suka menghibur diri "oh gue bisa liburan sama suami dan anak gue" hehe. Intinya bersyukur aja sih ya :D

    ReplyDelete
  2. pernah nyesel pas ngerasa salah pilih jurusan kuliah, padahal sebenarnya itu jurusan idaman. cuman ga direstui ortu :') setelah pindah jurusan baru ngerasa plong karena okedeh bahagiain ortu dulu, ambisi yang lain kemudian.

    ReplyDelete
  3. Liburan sendirian tanpa anak dan suami? Hmm ... Mungkin perlu juga ya biar sesekali bisa merasakan really a free woman, tanpa harus mikirin bikin teh, sarapan, beresin mainan dan sebagainya hahaha.

    Tapi intinya sih tetap harus bersyukur dengan apapun yang Allah telah beri pada kita ya mbak Annisa :D

    ReplyDelete
  4. Ini kok pas banget aku lagi mikirin hal ini beberapa hari terakhir. Hahahah. Jadi pengen nulis juga. Salam kenal Annisa :D

    ReplyDelete
  5. Kalo aku sih bukan soal menyesal, cuma 'amazed' aja kayak: "Gini ya rasanya nikah?", "Duh kuliah ternyata banyak tugas gini", dll

    Daaan aku sungguh tak bisa mentolerir orang-orang yang ngomong seenak jidat soal pilihanku. Misal aku mau fokus kuliah dulu baru punya anak, eh dibilang enakan punya anak sekalian lah karena begini begitu erggghhh bikin gengges pokoknya -___-

    ReplyDelete
  6. ortuku mulai sabar, ngga lagi terpengaruh banget sama bullyan sodara2 karena aku belum nikah. ngga desek2 lagi juga soal calon. karena apa? karena sekarang aku nampak bahagia dengan segala kesibukanku di komunias, di kantor, di kampus

    ReplyDelete
  7. Thank you Annisa, untuk menulis: "Nggak menikah" instead of "belom menikah". Karena menikah itu gak mesti jadi tujuan hidup semua orang :)

    -Putri

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)