-->

Image Slider

Showing posts with label tentang lomba. Show all posts
Showing posts with label tentang lomba. Show all posts

Karena Menikah Bukan #lifegoals

on
Sunday, October 30, 2016
Tidak menikah dan bercerai adalah pilihan. Jangan menghakimi orang yang tidak menikah, juga orang yang memilih berpisah dengan suami atau istrinya. Karena menikah bukanlah #lifegoals.


Saat remaja, yang ada di bayangan saya soal konsep menikah hanya seputar pesta pernikahan. Ingin menikah di hutan, ingin wedding dress selutut seperti yang dipakai Han Ji Eun di serial Full House, ingin pake Dr Martens untuk menikah. Tidak pernah khawatir soal kehidupan pernikahan itu sendiri.

Beranjak kuliah dan dewasa, saya mulai bertanya-tanya apakah menikah sama dengan bahagia selamanya? Bagaimana jika saya ingin sendirian sementara harus satu rumah terus dengan suami?


Itu twit saya tahun 2010. Itu adalah titik di mana saya mulai sadar kalau menikah harus dengan orang tepat atau lebih baik tidak menikah sama sekali! Saya mulai sadar kalau tidak menikah dan bercerai adalah pilihan. Saya belajar tidak menghakimi orang yang tidak menikah dan juga tidak memandang sebelah mata orang yang memilih berpisah dengan suami atau istrinya.

Menikah, tidak menikah, tetap menikah, dan berhenti menikah itu sebenar-benarnya pilihan.

Dan sebalnya, urusan menikah ini lebih rempong untuk perempuan. Masih banyak perempuan yang ditanya kapan nikah padahal usia baru 20 tahun. Umur 25 jadi deadline menikah, laki-laki masih mending, deadlinenya biasanya di umur 30. Pertanyaan "kapan nikah?" jadi pertanyaan wajib untuk semua orang, padahal siapa bilang semua orang HARUS dan MAU menikah?

Kamu memilih untuk menikah sekarang, kamu memilih untuk menikah nanti. Kamu memilih untuk menikah dengan dia, kamu memilih untuk tidak menikah dengan dia dan menunggu laki-laki yang kamu anggap lebih baik. Kamu akhirnya memilih untuk tidak menikah. Semua tentang pilihan.

Maka saya agak kecewa dengan tulisan yang mengutip buku Henry Manampiring (dikenal sebagai @newsplatter di Twitter) berjudul Tips Dapat Jodoh dari Henry Manampiring untuk Perempuan Pintar yang Sulit Dapat Pasangan.

Perempuan yang dimaksud di artikel itu adalah para perempuan alfa atau alpha female, perempuan yang secara natural biasanya pintar dan berjiwa pemimpin.

Artikelnya panjang, saya tidak tahu apakah bukunya memang berisi kalimat-kalimat di bawah ini atau ini penafsiran dari penulis artikel. Mind you, tulisan saya ini juga akan panjang.

Artikelnya kurang lebih berisi bahwa alpha female biasanya terlalu kuat dan kurang peka sehingga sulit menikah. Masalahnya ada kalimat-kalimat yang menyiratkan seolah tujuan hidup semua orang adalah menikah, seolah jika kamu perempuan pintar dan tidak menikah maka kamu harus berubah! (kalimat dari artikel asli saya tulis miring).

Ketika kamu berhasil menunjukkan sisi positif dari kerja kerasmu, percayalah bahwa lelaki pasti akan tertarik.

Perempuan pintar dan hebat katanya sering 'ditakuti' oleh laki-laki sehingga sulit mendapat pasangan.

Dan meminta para perempuan ini untuk “menurunkan” kriteria laki-laki idaman supaya cepat dapat pasangan. Juga tentang laki-laki yang terintimidasi karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki sang alpha female. Aku kok sedih. Kenapa semua dilakukan demi laki-laki? T______T

Jangan terlalu pemilih. Sebagai perempuan yang hebat, wajar bila kamu memiliki kriteria yang tinggi. Tapi, bukan berarti kamu berkeras untuk mendapatkan sang alpha male agar kamu dan dia tampak serasi.

Kalimat ini serupa pembenaran atas kalimat orang “makanya jadi perempuan jangan pinter-pinter amat nanti susah dapat laki”. Hih!

Seperti yang jutaan orang lainnya juga mengamini, menikah sama sekali bukan prestasi. Kalian hanya kebetulan bertemu satu orang yang bersedia saling merecoki satu sama lain seumur hidup, menyamakan prinsip hidup, dan tinggal bersama. Jadi karena kamu menikah bukan berarti kamu lebih superior dari orang yang belum menikah.

(Baca: Jangan Dulu Menikah Kalau ...)

Karena banyak loh yang pengen buru-buru lulus kuliah biar bisa nikah, like hellow? Lulus kuliah biar bisa punya ilmu yang berguna buat orang lain aja gimana?

Percaya nggak sih, menikah itu cuma masalah timing. Kalau hidup kamu standar begini nih ya, kamu pacaran dari SMA, kemudian putus. Kamu pacaran saat kuliah kemudian putus juga. Kamu pacaran saat kerja kemudian putus dengan alasan “belum siap nikah” atau dia selingkuh sama bosnya, endebrei endebrei.

Kemudian kamu punya pacar lagi di umur deadline menikah. Keluarga kamu yang sebelumnya tidak peduli jadi mulai peduli dia kerja di mana, gajinya berapa, latar belakang keluarganya bagaimana. Kamu jadi langsung merasa dia “the right one” padahal cuma karena “oh sekarang waktunya gue nikah deh, oke deh nikah sama dia”.

LAH IYA KAN PACARANNYA SAMA DIA.

Bisa juga kamu jadi merasa “oh sekarang waktunya gue nikah ya, tapi duh nggak deh nikah sama dia, putus deh”. Diputusin karena kamu merasa sudah waktunya kamu menikah dan kamu nggak mau buang-buang waktu sama dia. See, it’s all about timing!

Kembali ke urusan alpha female yang bikin takut laki-laki.

Saya tidak setuju dengan artikel itu yang bilang cari jodoh lebih susah untuk perempuan kuat. Bok, cari jodoh mah emang susah. Nggak peduli itu perempuan karakternya apa.

Alpha female ini biasanya masih kuliah (lagi), punya bisnis yang sedang berkembang atau sedang di puncak karier ketika usia menikah maka mereka menunda menikah karena sedang semangat sekolah atau semangat bekerja. Apa itu salah? Ya nggaklah, itu kan pilihan.

Mereka ini banyak kok, saya ulang ya BANYAK yang akhirnya menikah di usia 30 sekian. Sekolah sudah selesai, karier sudah mantap. Jadi nggak valid sama sekali kalau bilang alpha female susah menikah.

Banyak juga yang menikah sambil tetap kuliah dan berkarier. Banyak perempuan yang saya kenal memilih menikah sambil kuliah dan berkarier karena kenapa tidak? Orang-orang ini yang sanggup kerja di siang hari, kuliah saat weekend, SAMBIL HAMIL. Sering kan denger perempuan hebat seperti ini?

Tapi memang banyak juga yang memilih tidak menikah DULU karena ingin fokus di hal lain. Banyak juga yang memilih TIDAK menikah karena memang tidak mau seumur hidup harus berdiskusi dengan orang lain soal pilihan-pilihan hidup.

Makanya saya geleng-geleng kepala dengan artikel itu karena kenapa ada kesimpulan kalau para alpha female ini harus menunjukkan sisi positif dari kerja keras AGAR LELAKI TERTARIK? Kenapa juga harus menurunkan kriteria pria idaman SUPAYA CEPAT MENIKAH? Kenapa semua jadi dilakukan demi laki-laki?

Kalau kamu alpha female dan ingin menikah, saya setuju dengan bagian memperluas lingkaran pertemanan dan introspeksi diri. Karena mau kamu alpha female atau bukan, memperluas networking dan memperbaiki diri mah nggak ada salahnya. Walaupun juga, kamu bukan sedang cari jodoh.

Iya betul, karena alpha female sulit menikah hanyalah stereotype. Ketika perempuan pintar sulit menikah maka orang usil akan berkomentar “kepinteran sih makanya susah nikah”. Tapi ketika ini perempuan nggak pinter-pinter amat, kariernya nggak bagus-bagus amat belum menikah juga, komentarnya ganti “makanya jangan pilih-pilih amat lah, jadinya susah nikah kan”.

Dan komentar seperti ini kan terjadi pada semua orang, cuma modelnya saja yang berubah. Kalau menikah pun nanti akan dikejar “ayo cepet punya anak keburu tua loh” udah punya anak satu disuruh punya anak kedua. Udah punya anak kedua masih direcoki “dih anaknya dititipin pembantu kok nggak malu”. Udalah.

Perempuan, menikah atau tidak menikah. Sedang menikah atau sudah selesai menikah, tidak ada bedanya. Mereka tetap bisa bekerja dan berkarya, tetap bisa membuat bangga. Yang beda hanya judgment dari masyarakat.

Lagipula, MENIKAH ITU MEMANG HARUS PILIH-PILIH, pemirsa. Menikah dengan orang yang tidak tepat hanya akan bikin kamu stress, percayalah.

(Baca: 30 Hal yang Harus Didiskusikan Sebelum Menikah)

Menikah bukan #lifegoals. Daripada menurunkan kriteria hanya demi status menikah, cintai diri kamu sendiri, buat dirimu bahagia, ikut komunitas hal-hal yang kamu sukai, keliling dunia, cek bucket list, bungee jumping di Macau tower, diving di laut terdalam, jadi volunteer orangutan, ciptakan hal baru, kuliah di kampus terbaik di dunia, bekerja lah di perusahaan terbaik dunia.

Jangan mengubah diri dan menjauhkan cita-cita demi laki-laki. Kalau kamu berubah demi laki-laki dan menikahinya, belum tentu kamu lebih bahagia. Karena laki-laki yang cocok buat kamu adalah laki-laki supportive yang tidak minder apalagi membatasi. :)

Satu hal lagi, jangan mudah terpengaruh omongan orang lain.

"Turns out, real life is a little bit more complicated than a slogan on a bumper sticker. Real life is messy. We all have limitations. We all make mistakes. Which means―hey, glass half full!―we all have a lot in common. And the more we try to understand one another, the more exceptional each of us will be." -- Judy Hopps, Zootopia Police Department. 
-ast-

PS: untuk pembaca baru. Ya, saya menikah dengan satu anak. :)




Beri Hadiah & Raup Rupiah dengan Utees.me

on
Friday, January 15, 2016

Bicara kaos, yang langsung terbersit di otak saya adalah ketiga orang ini. Satu laki-laki, satu perempuan, satu anak kecil. Mereka satu keluarga dan saya rasanya hampir tak pernah melihat mereka dengan kostum lain selain kaos.

Maklum, ketiganya lekat dengan musik. Sang suami adalah gitaris band dan sound engineer untuk konser-konser di tanah air, sang istri bertahun-tahun jadi reporter musik di media besar di Indonesia. Darah tak berbohong, anaknya yang baru berusia jelang 4 tahun pun sudah akrab dengan musik. Ia bisa menyanyikan lagu-lagu The Beatles dengan lidah cadelnya.

Apa hubungannya musik dan kaos? Yang jelas keduanya sama-sama bisa jadi sarana berekspresi. Kaos sudah sejak lama jadi cara untuk mengungkap ide. Lihat saja seberapa banyak band yang punya kaos sebagai merchandise. Seperti juga para selebriti yang fotonya saya kolase di atas, mereka tampil dengan menggunakan kaos band favorit. Bahkan saat konser di Jakarta beberapa tahun lalu, pelantun "I'm Yours" Jason Mraz hanya memakai satu kaos yang sama.





Mr AQUA, Superheroku di Bulan Puasa

on
Monday, July 13, 2015

Masih jam 2 siang. Masih 4 jam menuju buka puasa. Kerjaan masih lumayan banyak. Masih 3 jam menuju jam pulang kantor. Tapi kok ngantuk yah?

Jalan-jalan deh ke toilet. Benerin lipstik, benerin jilbab. Alis masih kece, bedak belum luntur, eyeliner garisnya masih setegas garis jalan tol Cipularang, tapi kok muka sayu sih. NGANTUUKKKKK!

Somebody help me!




Natasha Beauty N Myth: Kupas Tuntas 8 Mitos Kecantikan

on
Friday, May 8, 2015




Cantik itu memang relatif ya. Indikatornya bisa bermacam-macam. Hidung mancung, pipi tirus, mata bulat, dan banyak lagi. Tapi semua itu terkalahkan oleh wajah yang terawat dan tidak terawat. Buat apa hidung mancung, pipi tirus, mata bulat tapi kulit kusam nggak terawat? Apalagi dibumbui jerawat. Duuhhh!

Wajah saya nggak se-merepotkan itu sih. Kulit wajah saya kering kerontang macam gurun sahara. Nggak pernah jerawatan sama sekali. Tapi jadinya saya jadi kurang memperhatikan perawatan kulit muka. Karena tinggal kasih aja pelembab banyak-banyak, toh nggak jerawatan juga. Merawat di rumah aja pakai skin care sendiri. Maskeran kadang-kadang kalau inget. Ke dokter kulit nggak pernah sama sekali. Facial terakhir itu ummmm ... sebelum nikah kayanya. Udah lama banget!