-->

Tentang Mempertanyakan Rezeki

on
Tuesday, April 19, 2016

Pagi ini saya mengobrol dengan makpon, mbak Mira Sahid kesayangan. Tentang hidup yang hiruk pikuk. Tentang beberapa hal yang saya masih harus banyak belajar. Tentang hal-hal yang harusnya lebih saya hargai.

Bahwa hidup itu banyak penyesalan mba. Hahahahaha.

Topiknya soal rezeki. Bahwa ada hal-hal yang membuat saya jadi mempertanyakan rezeki. Padahal seharusnya tidak boleh seperti itu kan?


Saya dan JG secara tidak sadar sering mempertanyakan. Kok si A hidupnya enak banget ya, cafe hopping tiap weekend, tasnya designer's, sepatunya mahal. Padahal tahu persis kerjanya gajinya sekian. Nggak perlu cicil rumah dan bayar kontrakan karena rumah dibeliin orangtua. Yaiya barangnya mahal-mahal, mereka bisa menabung lebih banyak dari kita.

Sering juga mempertanyakan, kenapa ya kita kayanya udah kerja segininya banget tapi rasanya hidup kita gini-gini aja. Tapi kan balik lagi, do we deserve this? Is it all worth it?

Maksud saya, dengan gaji saya di kantor sebulan, saya tidak merasa underpaid. Pas lah, saya bisa mempertanggungjawabkan gaji dan kewajiban saya. JG juga sama.

Kalau gaji tiba-tiba dikasih 3x lipatnya, saya ngeri mikirin pertanggungjawabannya. Apa yang harus saya lakukan sampai saya berhak dibayar sebanyak itu? Apa yang bisa saya kasih ke perusahaan?

Juga untuk apapun. Karena saya percaya, setiap rezeki yang diberi untuk kita, kita harus mempertanggungjawabkannya. Dalam bentuk apapun.

Kalau suatu saat kita ada di posisi underpaid? Dibayar tidak seharusnya? Apakah kita kesal dan kemudian menyesal?

Ternyata tidak.

Saya tidak kesal, saya tidak menyesal, saya malah takut, saya sedih. Saya sedih karena saya jadi mempertanyakan kenapa saya hanya diberi rezeki segini padahal seharusnya segitu?

Saya sedih karena siapa coba yang bisa bilang "harus"? Siapa coba yang berhak bilang "seharusnya kan begini"? Kata "seharusnya" adalah sesombong-sombongnya saya meragukan hal yang sebenarnya di luar kuasa saya.

Seperti saat ikut lomba blog yang hadiahnya sangat saya inginkan. Kemudian saya hanya menang hadiah hiburan. Kemudian kesal karena yang juara 1 submissionnya jelek banget, lebih jelek dari saya (menurut saya). Kemudian sebel, "seharusnya" saya yang menang! Padahal di buku rezeki, tertulis sudah memang rezeki saya hanya senilai hadiah hiburan itu.

Sejatinya saya tidak pernah kekurangan tapi terus merasa kurang. Ini hal yang akan jadi peer saya seumur hidup. Melihat bapak tukang mainan di pinggir jalan kemudian merasa bersalah melihat sandal yang saya hanya injak setiap hari. Tapi kemudian mobil melaju, bapak itu terlewati dan terlupakan.

Mungkin saya terlalu sibuk bekerja sampai lupa melihat dunia. Terlalu sibuk melihat dunia yang saya ciptakan sendiri tanpa mau menoleh ke kanan kiri. Sibuk menilai kekurangan diri tanpa mau menunduk dan melihat sekeliling. Dan menyadari bahwa saya punya segalanya.

Bahwa saya tidak pernah kekurangan suatu apapun, bahwa saya tidak boleh serakah. Bahwa saya harus belajar menginjak rem agar tidak berlari terlalu kencang kemudian menabrak jalan yang ternyata buntu.

"Life gives you what you deserve"


*

And the conversation is getting more and more serious. But turns out we're on our period guys. Chill. :')

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
18 comments on "Tentang Mempertanyakan Rezeki"
  1. Intinya harus selalu merasa bersyukur n melihat ke bawah mba, msih banyak orang yg berharap berada di posisi atau keadaan seperti kita saat ini..

    ReplyDelete
  2. Intinya harus selalu merasa bersyukur n melihat ke bawah mba, msih banyak orang yg berharap berada di posisi atau keadaan seperti kita saat ini..

    ReplyDelete
  3. Hidup itu katanya cukup syukur dan sabar cha... :D

    ReplyDelete
  4. rejeki tidak akan pernah tertukar, insyaallah sudah diposkan masing-masing, tapi rejeki akan datang saat kita mau menjemputnya, hehe, semoga kita semua termasuk dalam orang-orang yang bersyukur ya mba :)

    ReplyDelete
  5. ah, manusia... memang sering gitu kok mbak. menyesali yg belum dipunya, sampe jadi lupa mensyukuri apa yg sudah kita punya..

    ReplyDelete
  6. Eh, postingannya sungguh nampol diriku. Aku sering banget bilang "seharusnya" ini dan itu. Setelah dipikir-pikir, bener juga ya, seharusnya itu ungkapan sesombong-sombongnya kita.

    ReplyDelete
  7. Baca ini aku jadi keinget salah satu caption Instagram yang pernah kupake.
    'All you get now is what you deserve. Don't ask for more, work for more.'
    Captionnya bikin sendiri! #hore #bangga
    Filosofi di ujungnya keren banget deh~

    ReplyDelete
  8. aku ngerasa postingan ini asa bukan icha yang nulis, serius dan jlebjlebjleb gitu sis, tapi pas baca kalimat paling akhir, oooh iya ini postingan icha..
    cheers up cha!

    ReplyDelete
  9. akuuuuu sering ngrsa "kok rejeki segini2 aja" :(
    thanks udah diingetin Mak, emang kudu introspeksi diri sendiri..

    ReplyDelete
  10. jadi self reminder juga nih buat aku.. 2 bulan ga terima insentif dr kantor merasa kok kayaknya ga adil ya, kok gini yaa, kok gitu yaaa..tapi balik lagi rejeki ga cuma ada disitu, dikasi kesehatan buat seluruh keluarga Alhamdulillah banget

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. Bener juga masalah pertanggung jawabannya. :)

    Pernah denger juga :
    "Hidup berkah itu, serba cukup. Kalau anda merasa beban kerja dan gaji sesuai, itu bagus. Tapi kalau anda digaji besar, padahal kerja sedikit, maka tiada berkah. Tuhan akan mengambil 'kelebihannya'. Jika beban kerja anda berat, tapi gaji sedikit, maka Tuhan akan memberikan 'kekurangannya'."

    Jadi inget, dulu gaji kecil, bisa buat kuliah, cukup buat yang laih dan happy aja tuh. Temen yg gajinya 2x dari saya, ngeluh mulu gak punya duit.

    Eh tapi, kalau memang merasa underpaid, ngga masalah koq untuk resign dan mencari yang pas XD

    ReplyDelete
  13. Biasanya kalo main ke sini, ngikik-ngikik, kali ini akunya syediih. Aku pun sama kak Icha. Ngerasa kurang. Sering 'mendikte' rezeki.

    ReplyDelete
  14. Bagus tulisannya, Mba Annisa. Suka bacanya.
    Akhirnya ada post Mba yg isinya agak 'merendah', biasanya hampir selalu defensif atau nggak trima kritik kinda if-you-dont-like-it-just-leave atau if-you-disagree-then-this-blog-is-not-for-you-I-say-what-I-say-and-I-dont-take-critics-or-disagreement hehehe.
    Tapi tulisan yg ini membuktikan kalo Mba Annisa bisa ngerasa salah juga ternyata, and that's very inspiring!
    One good piece to read, Mbaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahaha aku pun hanya perempuan biasa yang mellow kalau lagi mens. anyway tulisan model gini bisa dibaca di tag "tentang hidup" :) thank you for reading!

      Delete
  15. Suka banget tulisannya :) Anyway suami juga pernah merasa nyinyir dengan rejeki/gaya hidup teman-teman di Path... Akhirnya dia uninstall Path :D Pada akhirnya sadar sih, rejeki tiap orang udah diatur Allah...

    ReplyDelete
  16. tumben ih, postingannya bijaksana gitu :P

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)