-->

Hal-hal yang Saya Pelajari dari Aksi 212

on
Monday, December 5, 2016
foto: Republika

Ya, dari aksi 212 kemarin itu saya belajar banyak. Banyak sekali. Hal positif dan hal negatif yang jadi pengingat diri sendiri.

Sebelum aksi pertama 411, saya nyinyir pada orang yang tetap pada pendirian kalau aksi ini murni bela agama. Saya keukeuh itu bullshit, aksi itu politis.

Baru di 212 kemarin saya melihat mereka memang membela agama. Minimal tidak ada yang terlihat di kamera TV teriak "bunuh Ahok". Orang-orang yang berkumpul ini membela kepercayaannya.

Baca punya Nahla: 212
dan punya mba Windi: Catatan Aksi Bela Islam 212

Ini hal-hal yang saya pelajari dari aksi 212 kemarin:

1. Aksi bisa berjalan damai karena tujuannya baik


Ya, sebagian besar datang dengan tujuan zikir, doa, dan salat Jumat bersama. Masa mau bilang tidak baik. Banyak teman yang ikut dengan alasan "kapan lagi salat dengan jamaah sebanyak itu" atau "serasa sedang umroh karena berkumpul dan berjalan dengan sesama muslim dalam jumlah banyak".

Whoa saya baru terpikir sampai ke sana. Seperti umroh, mungkin iya juga. Padahal di Jakarta, Jakarta rasa Mekkah.

2. Rumput aman, Monas bebas sampah

Katanya saling mengingatkan ya untuk tidak membuang sampah dan tidak menginjak rumput. Terharu sekali. Kalau diaplikasikan pada hidup sehari-hari pasti Jakarta rapi. Soalnya saya sering berantem sama orang gara-gara orang buang sampah sembarangan huuuu. 👎🏻

3. Orang baik itu masih banyak

Ada seorang bapak tua yang hilang kemudian ditemukan. Pedagang memberi dagangannya gratis. Sungguh berbuat baik bisa dengan cara apa saja. 😊

4. Tidak semua orang bisa berlaku adil

Begini, ketika aksi siang 411 damai ada yang tetap merusuh dengan berteriak "bunuh Ahok" ya akui sajalah bahwa saat itu memang tidak sedamai itu. Bahwa itu membuat takut banyak orang. Mungkin karena tujuannya kurang jelas? Datang kemudian apa? Kalau kemarin kan jelas, datang untuk salat berjamaah dan doa bersama.

Sebaliknya juga ketika aksi 212 damai, ya akui juga dong damai. Ada beberapa teman yang keukeuh mencari-cari kesalahan. Dan hanya share jelek-jeleknya saja.

Saya jadi gemes sendiri sama orang-orang model begini. Saya masih tidak setuju aksi, tapi kenyataannya damai kok. Masa mau maksa-maksa tidak damai.

Catcalling? Yah, regardless agamanya apa, cowok-cowok di Indonesia emang hobi amat catcalling. 😭

Cuma emang miris sih kalau tujuan mau zikir dan doa tapi di jalan catcalling cewek. 😪

5. Jangan mengabaikan fakta dan logika

Ya, mungkin terbawa euforia. Tapi tidak lantas menjelekkan media yang menyebut peserta aksi hanya 1juta misalnya. Itu tidak asal hitung loh, ada metodenya. Keukeuh 7juta tapi ditanya cara menghitungnya gimana malah langsung emosi "situ ga ikut kan ga usah iri dengki begini lah!"

Lha. Logikanya nggak sampai. Bukan saya yang bikin status jadi saya speechless sama yang komen. Mau ikut komen tapi ah sudahlah.

Kalau memang ikut dan merasa di sana banyak orang, tidak usahlah pedulikan angka. Kalau mau peduli angka, ya harus peduli juga cara menghitungnya. Angka kan ilmu pasti.

6. Sombong itu macam-macam modelnya

Sebagai orang yang sering dibilang congkak oleh Nahla, saya merasa kesombongan saya nggak ada apa-apanya dibanding orang-orang ini. Hahaha. Ya apaan sombong saya cuma level 2 tahun 2 juta views buat blog. Hampir nggak pernah nulis status soal blog, sekalinya bikin langsung dicap congkak. 😂

Ada yang menulis kurang lebih begini "ah aksi kemarin biasa saja, tidak istimewa, mengumpulkan massa atas nama agama itu tidak perlu dibanggakan karena sering terjadi di berbagai negara dan berbagai agama." Kemudian dia dibully.

Ya mau nggak bangga juga silakan sih, terserah deh. 😂 Tapi kalau ada orang bangga, ya biar juga. Orang kan punya pendapat masing-masing.

Ada juga yang menulis kalau ratusan ribu orang datang untuk istigosah itu sudah biasa. Dia menyebut satu kota di mana orang memang rutin datang berbondong-bondong untuk berdoa bersama. Mereka tidak perlu liputan media juga tidak perlu pamer apalagi sampai foto-foto kemudian di-share di sosmed.

Masnyaaaa, masa ke Monas terus nggak foto-foto. Ke Monas dan foto itu mandatory. Ini nggak sarkas ini beneran. Ya kan? 95% orang yang pertama kali ke Monas pasti foto lah. Monas kan ikonik.

7. Polisi bisa juga menarik simpati

Bukan, bukan urusan polisi ganteng. Tapi cara mereka menarik simpati dengan memakai juga peci putih. Semua polwan berjilbab rapi. 👍🏻

8. Saya lupa kalau paspampres itu tentara

Hahahaha yang ini bodoh. Abis paspampres Jokowi kan SELALU pake batik ya, sama kaya ajudan biasa. Maksudnya ajudan yang lulusan IPDN gitu bukan tentara.

Kemarin pake seragam tentara uhwoowww. Jadi terasa kalau Jokowi presiden. Biasanya nggak kerasa hahaha. Ya memang beliau nggak mau kaya presiden sih, malah Syahrini yang di jalan pake dikawal motor bersirine, Jokowi dan keluarga nggak pernah. 😪

9. Jokowi masih disayang banyak orang

Banyak ibu-ibu yang saya pikir anti Jokowi (karena dia antek Cina 😪) ternyata ikut mengunggah foto Jokowi dengan caption "presidenku". 😍

Dan itu banyaaakkkk. Nggak cuma di Facebook tapi juga di Instagram. Luvvvvv. ❤️

10. Media harus melindungi pekerjanya

Sebagai pekerja media saya sedih banget liat video wartawan dilecehkan. 😭

Bukan salah dia loh beneran kalau medianya nggak berimbang. Yang di lapangan kan berangkat liputan dan meliput apa berdasarkan arahan di kantor. 😭

Iya media banyak yang tidak berimbang, tapi tidak lantas membenarkan pelecehan wartawan dengan "salah sendiri beritanya ga imbang!" Melecehkan wartawan sama tidak benarnya dengan membuat berita tidak berimbang.

Btw soal media tidak imbang, kalau TV memang susah krosceknya ya, tapi kalau media online kan gampang. Orang sekarang gampang tuduh, apaan nih media ga berimbang padahal baru baca satu berita.

Woy, search dulu kali berita yang lain. 😩

Karena berita kan ditulis berdasar konteks. Misal sedang menulis berita Ridwan Kamil dapat penghargaan apa gitu, kan tidak nyambung kalau ditambah background Bandung banjir.

Tapi bukan berarti tidak imbang kan? Kecuali saat Bandung banjir tidak diberitakan. Jadi jangan terlalu gampang judge media tidak imbang.

Yang tidak imbang itu yang konsisten share berita hoax dan menjelek-jelekkan orang terus. Mereka bahkan bukan pers, mau dilaporkan ke dewan pers juga tidak jelas lembaga yang menaungi apa, apalagi ngomong kode etik jurnalistik, JAUH. 😪

Itu aja sih.

*

Saya bersyukur aksinya damai jadi bisa pulang cepat karena jalanan kosong sekali. 😊

Saya tentu masih percaya ada aktor politik ikut menunggangi tapi mereka memang tidak peduli. Orang-orang ini datang dan berkumpul, membela apa yang mereka imani apa yang mereka percaya. Urusan politik bukan urusan mereka, kalau pun ditunggangi biar Tuhan yang balas. Setidaknya mereka berpikir demikian dan itu cukup. 😊

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
14 comments on "Hal-hal yang Saya Pelajari dari Aksi 212"
  1. Setuju setuju setuju ka nisaa 😍😍😍

    ReplyDelete
  2. wah, yang catcalling itu yang gara-gara ada yang ngetweet itu ya mbak? hihihi. trus yang itung-itungan itu juga rame banget dibahas. sama jangan lupa payung birunya bapak, mbak :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha payung itu mengada-ngada sih menurut aku. karena ga tau lagi mau bahas apa lol

      Delete
  3. Aku gak ngikutin beritanya. Cuma bisa berdoa semoga negara kita damai.

    ReplyDelete
  4. Salut. Bisa bebas sampah. Berarti terbilang tertib ya?

    ReplyDelete
  5. Payung biru Pak Jokowi. Naksir itunya malah. :D

    ReplyDelete
  6. Hi mba icha, aksi damai versi dua ini memang keliatan banget benar2 bagus persiapannya dr pihak peserta dan pemerintah. Spt membaurnya aparat lalu ada penangkapan2 di pagi hari itu...maklum karena ada hubungannya dg citra negara. Kalau chaos bisa pada kabur investor karena dianggap kita tdk bisa handel keamanan dan isu sara Opini yang cermat..btw.

    ReplyDelete
  7. iya yg aku miris liat wartawan didorong-dorong...heu

    ReplyDelete
  8. Setujuu. kalo ada orang bangga ya gak usah lah rewel protes. ga bangga ya gak bangga aja.
    sebaliknya, kalo memang ternyata ada kekurangan, contoh soal wartawan yg kasian sekali itu, ya akui, biar bisa memperbaiki diri.
    ini soal ego sih kayaknya.

    ReplyDelete
  9. setuju sekali sm mba Icha ... Damailah negeriku

    ReplyDelete
  10. Mba, soal polwan berjilbab itu, aku dapet info dari temen deketku kebetulan dia polisi, banyak polwan yg non muslim dipaksa pake jilbab sampe nangis2:) aku sedih sebenernya but at the same time appreciate juga sih

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)