-->

Mengajarkan Emosi pada Anak

on
Wednesday, January 17, 2018

Kemarin di group ibu-ibu, salah satu temen saya bilang kalau anaknya nggak bisa mengekspresikan rasa senang. Nggak pernah bisa bilang "aku senang sekali" gitu. Terus saya langsung AHA! udah lama mau nulis ini kok lupa terus ya? Padahal udah dikasih tahu sama psikolog dari lama banget. Dari Bebe mulai tantrum parah, umur setahunan kali ya.

Yang harus diingat itu satu: anak tidak tahu emosi kalau tidak diajari. Iya dia tidak tahu bahwa perasaan ingin berteriak karena dilarang beli mainan itu adalah kesal dan kecewa. Dia tidak tahu bahwa perasaan ingin melompat dan tertawa terus itu namanya bahagia. Jadi ya harus diberitahu cara berekspresinya!

Nggak kok, nggak perlu beli buku tentang ekspresi/emosi hehehe karena kan anak mengalami ini setiap saat. Kitanya aja yang harus selalu siap untuk melabeli emosi yang sedang dirasakan anak.

Atau cari printable gratisan aja dari pinterest terus print sendiri. Soalnya kalau saya mah sebisa mungkin beli buku yang bisa awet sampai dia TK atau SD hahaha. Serasa rugi beli buku bayi banyak-banyak lol.

(Baca: Tips Membeli Buku Balita dan Beli Buku Anak di Mana?)

👶 Gimana caranya?

Kita pecah per contoh emosi ya!

Senang: setiap anak terlihat senang kita harus tanya, senang apa nggak? Kalau dia jawab senang, terus kejar dengan "kalau senang ayo teriak sambil melompat yeaayyy!" Lakukan SETIAP anak terlihat senang.

Sedih: setelah nangis sesenggukannya berhenti, peluk dulu, sejajarkan mata, kemudian bilang "ini namanya sedih. Kamu sedih karena kita harus pulang dari rumah aki, di sini (tunjuk dadanya) rasanya tidak enaakkkk sekali. Jadi kamu menangis karena kamu sedih. Sini peluk". Lakukan SETIAP anak terlihat sedih.

Marah: sama seperti sedih, setelah tantrumnya berhenti, sejajarkan mata dan bilang "ini namanya marah. Kamu marah karena tidak ibu belikan mainan. Marah itu boleh, yang tidak boleh itu menendang dan memukul. Kalau marah, kamu boleh sendiri dulu, ibu dan appa tidak akan ganggu". Lakukan SETIAP anak marah.

Sampai kapan harus bilang begitu? Sampai anak tahu emosi apa yang sedang dirasakannya. Kalau dia udah bisa mengidentifikasi, berikutnya nggak perlu selalu diulang, hanya mengingatkan kalau dia lupa.

Jadi ya lama-lama memang terbiasa. Dia bisa manage perasaannya karena tau "aku merasakan A maka aku harus A". Saya dan JG pun nggak frustasi ini anak kenapa sih? Karena ya dia bilang "aku senang!" atau "aku sedih huhuhuhu" atau bahkan hanya ngangguk kemudian buang muka karena dia sangat marah.

Sedih, kecewa, dan marah itu biasanya ditunjukkan dengan nangis. Karena pusing akhirnya saya selalu bilang "kalau marah, Xylo boleh sendiri dulu. Tapi kalau sedih, sini yuk dipeluk. Kalau sedih terus dipeluk itu nanti tidak sedih lagi". Dia biasanya bilang "aku marah" kemudian balik badan ATAU "sedih huhuhu" kemudian meluk saya.

Dan emosi itu banyak sekali, cuma yang inti itu aja. Jangan lupa labeli setiap dia ngantuk dan capek. Ini penting biar nggak cranky. Waktu kecil gitu kan ya, udah tantrum ngamuk-ngamuk eh ternyata ngantuk. Sekarang Bebe kalau ngantuk cuma bilang "aku ngantuk" terus saya jawab "ya udah coba merem deh, siapa tahu tidur". Terus dia merem dan tidur. Soalnya kalau dijudge dengan "ya udah tidur" dia suka tersinggung karena "siapa bilang aku ngantuk dan HARUS tidur?" Jadi ya, pemilihan kata-katanya juga harus dipikirkan sekali.

(Baca: 5 Alasan Anak Perlu Menangis)

👶 Kenapa harus melabeli emosi?

Ini bikin anak lebih kalem, serius. Terutama untuk anak yang udah bisa ngomong ya. Anak jadi tahu apa yang dia rasakan dan bagaimana mengatasinya. Karena yang terpusing dari komunikasi sama anak itu kan kadang kita nggak tau dia sedang merasakan apa dan harus diapain kan? Bikin pengen judes "ya udah kamu maunya apa?!" gitu kan.

Ini juga salah satu usaha kita untuk mengerti anak dan membuat anak mengerti kita. Mengajarkan empati, bahwa orang lain pun bisa merasakan emosi seperti yang dia rasakan. Contoh:

"Appa sedang marah, ayo jangan kita ganggu dulu, Xylo juga kalau sedang marah tidak mau diganggu kan?"

atau

"Ibu lagi sedih, ibu mau dipeluk. Xylo juga kalau sedang sedih maunya dipeluk ibu kan?"

And it works! Pernah JG kenapa gitu lupa pokoknya ngomong ke saya nadanya tinggi. Biasanya kalau gitu saya melipir dulu karena ya masa dingototin. Dengan manisnya Xylo nyusulin dan bilang "ibu, appa marah. Tapi nanti appa tidak marah lagi ya" terus meluk saya. HUHUHU TERHARU. Jadi kalau anak kalian kaya gini juga, ya mungkin kalian sudah melabeli emosinya dengan benar. Meskipun tanpa sadar lol.

*

SATU HAL LAGI PESANKU UNTUK KALIAN SEMUA, SEPERTI YANG PERNAH KUTULIS DI CAPTION INSTAGRAM:

"BAHWA CRANKY TIDAK MENGENAL USIA"

via GIPHY

Kita aja kadang hepi banget bahagia selalu dunia rasanya warna-warni, tapi kadang rasanya gloomy parah sampai duduk tegak aja nggak bisa kan. Jadi plis anaknya jangan dimarahin ya kalau sedang cranky atau menunjukkan emosi. Menunjukkan emosi kan lebih baik daripada tidak berekspresi. Kita yang dewasa aja suka sulit mengendalikan emosi, apalagi anak kecil.

Gituloh buibu. Sekian dan terima kasih lohhhh udah baca sampai selesai!

See you!

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
12 comments on "Mengajarkan Emosi pada Anak"
  1. Bukan buibu tapi sepertinya aku waktu kecil tidak dibeginikan jadi sampai sekarang mau jujur sama perasaan sendiri aja susah banget :(

    ReplyDelete
  2. makanya xylo jadi anak yg ekspresif banget ya :) selalu senang baca post nya mba icha,banyak pengetahuan gratisnya, heheee.. hatur nuhun mba icha selalu berbagi ilmunya. sudah gak sabar pengen beli bukunya,nanti buka pre order nya yaaa :) biar dapat yg ada tanda tangannya,, :)

    ReplyDelete
  3. "Kita yang dewasa aja suka sulit mengendalikan emosi, apalagi anak kecil." setuju hihihi, manusiawi ya menurutku. Itulah gunanya mengerti, dan dimengerti :)
    Tfs mbak.

    ReplyDelete
  4. syukaa sekali mbak ichaa..terimakasih tipsnya..anakku dah umur 2,5 tahun tapi kayaknya baru mau mulai fase "tantrum'. akhir2 ini suka ngrengek ga jelas. mungkin krn dia belum tau juga apa yang dia rasain sendiri. iyalahh bubunya nih jarang ngajarin labelin emosi diri senidiri kayak ibu sama appa.. huhu..bubu jadi sedihh...

    ReplyDelete
  5. Membuat anak bisa bebas mengungkapkan rasa dan emosi memang penting, agar anak tidak merasa terkekang perasaannya

    ReplyDelete
  6. Yap, ini bahasan yang sering banget ditekankan sama psikolog ya, untuk membantu anak melabel perasaan/emosinya.
    Terus langsung inget Inside Out dong, keren banget nggambarin gimana emosi bekerja dan manfaatnya apa. Luff!

    ReplyDelete
  7. Suka baca artikel soal emosi,tapi ini artikel paling mudah dipahami..hehehe
    Saya pernah keliru menanggapi emosi anak,ketika anak ngantuk mau tidur malah saya tawari ASI biar dia bisa ngASI sampai tertidur lalu berlanjut setiap cranky ingin tidur saya makan agar tidurnya lelap. Alhasil sampai sekarang usia 5 tahun setiap anak merasa ngantuk dia malah minta makan..
    Jadi saya berpikir ulang,apa dia gak paham kalau ngantuk itu sebaiknya tidur bukan minta makan 😅

    ReplyDelete
  8. Betul Kak Icha. Yg udah gede aja kadang masih suka gloomy gaje wkwk apalagi anak kecil. Love banget lah sama blogpostnya :)

    ReplyDelete
  9. Anakku klo seneng pasti bilang horeee, hehehe mungkin karena suka lihat aku begitu

    ReplyDelete
  10. Ku baru dengar soal ini.. nti cb ku praktekkin ke ponakan ahh. Thanks mbak sharingnyaaa dan salam kenal!

    nisamrw.wordpress.com

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)