-->

LIFE SERIES: Jupriadi

on
Sunday, March 22, 2015

Siang itu saya ada meeting di BNI 46. Meeting dengan jam yang aneh. Jam 1 siang. Jarang sekali ada meeting jam 1 siang di luar kantor karena ya mepet jam makan siang. Berarti saat jam makan siang, saya sudah harus berangkat dong? Duh.

Saya memesan taksi untuk jam 12.30, seperti biasa jam 12 taksinya sudah datang. Saya suruh menunggu karena saya belum makan dan belum salat dzuhur. Makan terburu-buru kemudian salat. Kemudian loncat ke lift dan turun menuju lobi. Sebelumnya saya minta satpam panggilkan taksinya agar langsung menunggu saya di lobi depan.

Masuk ke dalam taksi saya seperti biasa menulis nama, nomor pengemudi, dan nomor kendaraannya. Namanya Jupriadi. Usianya mungkin 30-an tahun. Entahlah. Maklum kantor saya dan BNI 46 jaraknya terlalu dekat sehingga kami tak mengobrol sampai topik keluarga. Tubuhnya kurus dan pendek, janggut tak rapi dibiarkannya tumbuh.

Saya bertanya padanya apakah tahu jalan? Dia jawab tahu. Pertanyaan selanjutnya, sudah berapa lama jadi supir taksi? Enam bulan, katanya. Wah, untuk ukuran supir taksi biru, 6 bulan itu sebentar sekali. Sebelumnya kerja di mana pak?

"Saya terima orderan, Bu. Order tas, order seragam, pokoknya konveksi," jawabnya.

Wah hebaaatt. Saya kemudian menggali lebih dalam. Ia melanjutkan ceritanya.

"Saya sering dapat order tas. Saya nggak punya konveksi jadi saya bikin di orang lain. Kadang saya bikin tas di Garut. Tergantung dapat bahannya yang murah di mana," lanjutnya.

"Wah yang ngorder siapa aja tuh, Pak?" tanya saya.

"Ya saya udah lama di bisnis ini. Banyak link dari temen-temen saya. Ini makanya saya suka jadi supir taksi, beberapa penumpang dari klien saya juga. Saya jadi banyak link. Perusahaan kelapa sawit XXX setiap training anggota baru, semua baju dan tas trainee dan trainernya pesan ke saya," jelasnya panjang lebar.

"Ini juga saya sudah janjian sama GA (General Affair)-nya XXX (menyebut merek mobil Jepang). Dia butuh baju bengkel dengan bahan anti statik. Saya juga selalu bawa baju rapi di bagasi, Bu. Kalau-kalau ada kantor yang tiba-tiba manggil," pungkasnya.

Lalu kenapa malah jadi supir taksi?

"Kurang, Bu. Kalau sambil jadi supir taksi saya minimal punya penghasilan tetap karena ada yang menggaji," jawabnya klise.

Yah, Pak, namanya juga hidup. Tapi semangat Bapak mencari rezeki luar biasa! Memang rezeki bisa datang dari mana saja. Semangat! :D

PS: Hari itu ternyata meeting saya sebenarnya jam 2 siang. Sang pengundang yang berkantor di Singapura lupa mengeset jam kalendernya jadi jam Indonesia sehingga semua undangan dikirim tertulis satu jam lebih awal. Tapi jika tak terlalu cepat, saya tak akan bertemu Jupriadi dan mendengar ceritanya. :)

Baca LIFE SERIES lainnya di sini!



-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
5 comments on "LIFE SERIES: Jupriadi"
  1. Wah cara kang jupriadi berpromosi cakep juga, sambil nyetir bisa jualan. Keren.

    salam,
    http://alrisblog.wordpress.com

    ReplyDelete
  2. Subhanallah... Yang muda-muda begini jangan sampai ya malas bekerja keras. Bahkan kalau bisa ya kerja pintar :D

    ReplyDelete
  3. iya mbak pastinya kita yang masih punya semangat 45 harus jauh lebih semangat....

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)