-->

Tentang Menulis dengan Jujur

on
Monday, August 10, 2015

Jadi seperti yang sudah diduga, postingan saya di web KEB tentang ASI, kontroversial dan jadi viral ya. *loh kok malah seneng*

Nggak deng. Eh iya deng. Sedikit. LOL. Terserah mau setuju atau nggak sama kontennya, I cannot please everybody tapi meskipun nggak setuju, makasih loh udah share. :p

Jadi kritik keras itu datang dari:

1. Para penggiat ASI garis keras
2. Ibu-ibu pengunggah foto ASIP

Satu hal, saya menulis dengan jujur berdasarkan pengalaman saya sendiri. Sampai kapan juga saya nggak akan pernah sepakat dengan kedua opini dari mereka. Pengalaman saya tidak sama dengan mereka. Apalagi mereka ya mana mau setuju sama saya.

Saya belajar manajemen ASI sejak hamil. Saya dan suami ikut kelas laktasi. Saya rajin senam hamil bahkan saya senam hamil setiap hari di hari-hari menjelang due date (buat yang nggak tahu, senam hamil ADA gerakan untuk memperlancar ASI lho!). Saya edukasi seluruh keluarga besar tentang ASI vs sufor. Saya cari rumah sakit dengan obgyn yang pro ASI pro normal.

Saya membeli breastpump dan soft cup feeder sejak hamil. Saya menyusui anak saya sampai sekarang 14 bulan. Saya rajin pumping di kantor, di rumah, di mobil, tengah malam, subuh, weekend, setiap saat. Saya pernah punya stok ASIP dua freezer. Terdengar ideal ya?

Tapi saya hanya IMD beberapa menit. Saya menandatangani surat persetujuan 2 ml susu formula karena anak saya detak jantungnya lemah dan gula darah drop sementara ASI saya belum keluar. Saya menolak donor ASI karena terlalu complicated dari segi agama. Anak saya akhirnya minum lewat dot sampai usia 6-7 bulanan. Saya beri anak saya makanan botol sejak awal MPASI jika dalam perjalanan.

JAUH DARI IDEAL. Tapi itu kenyataannya.

Saya gagal IMD karena ya detak jantung anak saya lemah dan gula darahnya terlalu rendah. Dia langsung masuk inkubator sementara saya lemah dengan tangan sedang transfusi darah dan ASI belum keluar. Kalau dia tidak diberi 2 ml susu formula itu mungkin dia tidak akan hidup sampai sekarang karena toh bagaimana pun saya dan keluarga menolak donor ASI.

Anak saya diberi dot karena dia menolak gelas dan soft cup feeder. Dia bisa. SEMUA BAYI BISA MINUM PAKAI GELAS. Tapi anak saya tidak mau. Sejak saya masih cuti ibu saya sudah belajar memberi ASIP dengan soft cup dan selalu disembur. Atau soft cupnya ditampar. Nenek dan nannynya (di daycare) menyerah. Saya pun setuju dan akhirnya diberi dot. Karena siapa yang akan mengurus nantinya saat saya kerja?

(Baca: Drama Pilih Dot)

Tapi yang harus digarisbawahi: saya ambil semua pilihan itu karena saya tahu risikonya dan saya bersedia mengambil seluruh risikonya. Saya tahu dot berisiko bingung puting sehingga harus menyiapkan diri untuk kemungkinan exclusive pumping.

Saya juga menyiapkan diri agar anak saya lepas dot di usia 6 bulan. Saya perkenalkan sippy cup menjelang MPASI. Saat itu dia sudah mulai minum ASIP dengan sippy cup. Mulai usia 7 bulanan, dia sudah lepas dot sama sekali dan lancar minum dengan gelas, sendok, sippy cup, kemudian sedotan. Risiko bingung puting lepas dong ya?

Nah meskipun alhamdulillah lancar, kemudian saya jadi nggak sejalan sama asosiasi dan ibu-ibu idealis di seluruh negeri. Ya karena memang nggak perlu sepenuhnya sejalan.

Asosiasi memang HARUS ideal garis keras segala-galanya karena kan mereka yang berkampanye pemberian ASI. Dari mereka saya belajar risiko sehingga tahu persis apa yang harus dilakukan jika sampai terjadi.

Kalau saya, saya menulis dari sudut pandang seorang ibu yang sering dicurhati ibu-ibu lain yang ASI nya sedikit sekali padahal sudah melakukan berbagai macam cara. Ibu-ibu bekerja yang stres karena anaknya boro-boro mau minum ASIP pake gelas, segala merek dot pun ditolak. Jangan memaksa saya untuk menjadi ideal karena yang saya alami tidak seperti itu.

Biarlah ideal jadi tugas kalian para pejuang ASI. Saya hanya memberi alternatif dan mengajak berpelukan bahwa meski kami bukan ibu ideal, kami melakukan segala cara yang mendekati ke sana. Bahwa kami juga berusaha semaksimal mungkin untuk memberi yang terbaik. Saya mengajak ibu-ibu untuk memberi ASI dengan ikhlas.

Untuk ibu-ibu yang memang memberi susu formula karena memang tidak mau memberi ASI. Ya itupun pilihan. Saya jujur tidak sanggup karena terlalu mahal dan tidak praktis karena harus cuci-steril botol dan bikin susu tengah malam. Berat buat saya yang bekerja, tidak punya ART dan nanny di rumah.

Tentang sertifikat dan foto kulkas, yaaa cuma opini saya aja sih. Sama aja kan banyak orang yang sinis sama orang yang selfie terus. Banyak yang sinis "makanan kok difoto bukan dimakan" untuk para barisan peng-upload foto makanan.

Karena saya pribadi sih lebih sering membaca komentar ibu yang iri daripada ibu yang termotivasi. Foto kulkas berisi ASI perah memancing curhat sedih para ibu yang udah jungkir balik pumping, minum susu, minum suplemen, pijat ini itu, tapi tetep kejar tayang. Ibu yang kemudian stres dan ASI nya makin nggak keluar.

Saya ingin mereka tahu bahwa tidak perlu merasa bersalah berlebihan. Tidak perlu merasa bukan ibu yang sempurna hanya karena kita tidak melakukan semuanya sesuai teori yang ideal. There's no such thing as a perfect mom.

(Baca: Tentang Support System)

Kemudian saya pun dituduh "bisanya cuma komentar negatif doang" dan "pamer stok asip kan menyemangati"! Ya saya nggak tahu mungkin memang iya tujuannya menyemangati. Sudah melakukan "semangat" yang real belum bukan cuma foto dan status?

Kalau sudah, alhamdulillah. Kalau belum, ya kalian nggak ada bedanya sih sama orang yang pamer ibadah di status social media. Kalau berniat tapi bingung mau ngapain? Edukasi orang sekitar yang jauh dengan informasi tentang ASI eksklusif.

Kalau temen kantor atau orang yang teredukasi dengan baik tapi menolak sih nggak perlu dipaksa, mereka pasti siap dengan risikonya. Saya lebih baik mengedukasi pembantu rumah tangga di rumah, istri supir, istri satpam, cleaning service, office boy kantor, supir taksi, abang ojek, mereka yang tak pernah terbersit bahwa ASI adalah makanan terbaik. Mereka orang pertama yang sangat rentan memberi bayinya MPASI dini. Mereka yang memberi MPASI dini dengan bubur ber-MSG beli di pinggir jalan.

Saya punya file Ms Word yang siap di-print kalau ada yang membutuhkan info tentang ASI, ASIP, lengkap sampai cara perah dan menyimpan plus fotonya (silakan japri kalau ada yang membutuhkan). File ini sudah menyebar ke orang-orang sekitar saya yang kebetulan sedang hamil dan tampaknya tidak teredukasi soal ASI.

Kalau ada rezeki lebih, belikan atau urunan dengan teman yang sepaham untuk menghadiahi mereka pompa ASI. Karena banyak dari mereka yang memberi susu formula hanya karena ibu ada keperluan untuk ke pasar sebentar. Padahal dengan modal pompa 300ribuan saja mereka bisa terus memberi ASI. Pompa pakai tangan? Meski gaji di batas UMR, percayalah susu formula lebih gampang buat mereka.

Tapi kan nulisnya di web komunitas bukan di web pribadi? Ya makanya saya pakai disclaimer bahwa opini itu adalah opini saya pribadi dan sama sekali tidak mencerminkan opini komunitas.

:)

(Baca perjalanan ASI saya di sini: Tentang ASI)

***




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
48 comments on "Tentang Menulis dengan Jujur"
  1. Benar mba...semua punya POV sendiri-sendiri. Sama seperti sebuah kampanye. Sebuah gambar pun bisa punya berbargai arti. Kuncinya cuma jgn terlalu berlebihan saja.

    ReplyDelete
  2. Selalu salut sama ibu2 yang berjuang dan belajar keras ttg ilmu asi. Iya bener yang golongan mbak bilang itu sebaiknya diedukasi asi. Penghasilan kecil jd tambah berat dgn beli sufor. Beda pendapat itu biasa lah mbak. Tadi sempet baca juga yang artikel viral itu hehe.

    ReplyDelete
  3. Aku belum berani nulis yang kontroversial. Ada 1-2 orang aja yang kritik, rasanya langsung pengen unpublish T_T
    #cemen

    ReplyDelete
  4. Tapi aku suka loh ama opini Mbak Icha di postingan itu. Lah iya dari para pejuang garis keras itu nyinyir melulu mending gandeng ibu-ibu lainnya dengan cara halus dan memberi alternatif. Bukannya judging melulu. *did I forget? Life is full of drama AND judging also -_____-

    ReplyDelete
  5. alhamdulillah bnaget saya dipermudah ngasi walau ga full 2 tahun :)

    ReplyDelete
  6. Haii mbak anis,,,
    aku belum punya baby,,tapi mimpi ku bisa asi,,nanti kalau aku udah punya baby boleh minta filenya ya,,,

    setuju banget sama tulisan mu,,tentang orang-orang kaum ideal yang selalu menganggap salah mereka yang gak sejalah,,apa aja di jadiin kontroversi,,di nyinyirin,,,,

    ReplyDelete
  7. I NEED MORE DRAMAAAA!
    I NEED MORE MOMMY-WAR...!!

    Hahahhahahahah **tujesss*

    ReplyDelete
  8. Aku dulu ngasih ASI plus sufor sampai anak usia 2,5bulanan. Akhirnya berhasil ASI saja karena dimarahin sama temenku, dinasihatin dengan galaknya. Itu yang bikin aku semangat dan yakin pasti bisa ngasih ASI aja. Kupikir cara itulah yang harusnya dilakukan untuk menyemangati orang2 agr memberi ASI eksklusif, tapi semenjak bergaul dengan banyak orang, gabung di banyak komunitas akhirnya tahu, cara yang sama belum tentu mempan untuk orang yang berbeda. Aku digalakkin gitu sama temenku malah semangat tapi bagi orang lain bisa aja bukannya tambah semangat malah sakit hati. Beda orang beda penerimaannya ya mak :)

    ReplyDelete
  9. Upload sertifikat ASIX? Done (3 bulan yang lalu, dan bukan WBW kemarin)
    Upload asip sefreezer? Done (6 bulan yang lalu, dan bukan WBW kemarin).
    Nge-judge ibu-ibu yang nggak bisa ngasih ASI? NEVER
    Saya tidak pernah bermaksud negatif mengupload kedua foto tersebut, apalagi men-judge dan membuat down ibu-ibu yang memberikan sufor dan tidak memberikan ASI.

    “Ibu-ibu seperti saya ini yang biasanya men-judge ibu-ibu yang tidak bisa memberi ASI.”
    Kalau melihat kallimat tersebut, sadarkah bahwa secara tidak langsung Icha sendiri telah men-judge saya? Lalu apa bedanya Icha dengan ibu-ibu (yang Icha judge) yang di tulis di atas? Sesama tukang nge-judge.

    Saya sendiri upload sertifikat karena BANGGA bisa memberikan yang terbaik kepada anak saya di 6 bulan pertamanya. Dan saya upload foto kulkas freezer juga karena BANGGA kerja keras saya memompa bisa terkumpul sebanyak itu, sebanyak kulkas-kulkas ibu lain di IG yang SELALU saya searching dan saya pelototin selama saya hamil, yang sudah MENYEMANGATI saya hingga akhirnya bisa seperti mereka. Yes, foto-foto tersebut sudah banyak membantu saya, terima kasih 

    Mungkin menurut Icha, bangga sama pamer beda sedikit, tapi saya tidak peduli. Dan jikapun kedua hal tersebut menurut Icha termasuk kategori pamer, lalu apa bedanya upload kedua foto tersebut dengan Icha yang sudah menuliskan di blog penghasilan bulanan yang besarnya disebut berkali lipat UMR, dan banyaknya pengeluaran Icha dan JG dengan membiayai gaya hidup kelas menengah ngehe-nya +kontrakan bulanan 2,5jt + daycare bulanan 2,5jt +cicilan mobil+cicilan rumah di bandung? Itu pamer juga, No?

    Berarti menggunakan logika berpikir yang Icha gunakan dalam tulisannya, maka selain sesama tukang nge-judge, Icha juga sesama tukang pamer. Right?

    I am your loyal reader. I love the way you write. I’ve read almost all of your post, and open your blog daily. Hanya satu saran saya, mohon berkaca dulu kepada diri sendiri, apakah telah melakukan hal yang sama (dalam hal ini nge-judge, dan pamer) di seluruh aspek kehidupan Icha, sebelum berani membuat potingan yang isinya men-judge orang lain.

    Anyway, I still love your blog despite that i disagree with the article. And i will still keep opening your blog daily waiting for your posts. Semoga kedepannya tulisannya bisa lebih baik 

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, you know me so well. dari semua komentar negatif, yang ini aku terharuuu, beneran. karena bukan cuma teriak-teriak membela diri tapi menegur aku.. :')))))) T____T terima kasih sekali masukannya. aku selalu menyiapkan diri dengan komentar semacam ini that's why aku seriingggg sekali bilang di blog: "silakan judge sajalah aku" because i know most of you silently do and thank you for shouting this for me, finally. :')

      Delete
    2. iya mba, pamer sama bangga keliatannya beda tipis.
      dan tiap orang pasti suka dan kepingin pamer, tinggal dia mau (berani) atau engga posting di sosmed.
      saya juga suka pamer di sosmed, tapi kalo soal asi, ga pernah, soalnya ga bisa full kasih asi sih..
      dulu, waktu bayinya masih di perut tiap liat postingan orang soal asi exclusive saya termotivasi gitu, semangat banget harus full asi buat bayi.
      tapi pas lahiran, situasi yang harus saya hadapi jauh banget dari bayangan, jadi saya harus ambil keputusan lain, pake sufor.
      nah, jadi ketika proses menyusui+sufor itu, saya jadi orang yang beda. kalo liat postingan di sosmed soal asi exclusive, sertifikat asi, kulkas penuh asip, saya suka jadi merasa kecil, dan malu dan nyesel.. apalagi kalo main ke forum ibu-ibu pejuang asi, sering merasa terintimidasi gitu mba.. apalagi yang komennya terasa kurang santun (mungkin saya mah sensian orangnya).. sedih deh..
      makanya, kadang terganggu juga dengan postingan yang kayak gitu.
      tiap orang memang beda-beda ya kalo menghadapi sesuatu.. banyak ibu menyusui yang termotivasi liat postingan soal asi exclusive, tapi ada juga ibu menyusui yang makin stres liatnya karena kondisinya beda..
      nah, icha liatnya dari perspektif ibu menyusui yang kedua.
      bagi ibu menyusui di kelompok pertama, mungkin tulisan icha terasa ngeganjel dan menjudge. tapi bagi ibu lainnya, termasuk saya, kami merasa terwakili.

      salam kenal ya mba

      Delete
    3. @annisa: You are most welcome. :)

      @evava: tetap semangat yah mba, tidak perlu berkecil hati, dan tidak perlu menyesal, karena rezeki asi setiap orang memang berbeda. Saya yakin anak nya mba akan tetap bangga sm mba eva karena sudah berusaha memberikan segalanya yang terbaik :)

      Delete
    4. This comment has been removed by the author.

      Delete
    5. @Twindya : Hi, Salam kenal yah :)

      saya berkaca dari diri saya sendiri, kalau saya upload foto di social media, entah itu foto anak saya, foto saya lagi berada di suatu daerah entah di airport atau dimana, disamping maksud utamanya bangga, ngga bisa dipungkiri, pasti ingin orang lain mengetahui nya. nama kurang enak didenger nya : pamer, atau yang lebih sopan : eksis :)

      saya juga ada beberapa foto (foto stock asip, hasil pumping, foto terima penghargaan, dapat hadiah voucher) yang hanya saya simpan sebagai dokumentasi di HP saya, karena memang hanya bangga tujuan nya.

      beda kan? :)

      salam damai dari saya...

      Delete
    6. Mmm perlu dibedain antara riya', ujub sama tahadduts binni'mah (menampakan nikmat Allah). Namun, standar pembeda tersebut beragam, tidak sama setiap orang. Diri seseorang tercermin dari niatnya. Mgkn karena sy belum menikah dan punya anak, membaca posting mba icha ttg ASI itu tdk membuat saya gusar. Malah, saya suka dg pola pikir mba Icha. (Barangkali karena niat mba icha bukan untuk momwar, jadi sy membaca tulisan itu begitu jujur dan sesuai realita)

      Delete
    7. @Mayang: Hi, Salam kenal juga :)

      Mungkin Mba Mayang tidak membaca tulisan saya dengan seksama, saking panjangnya. Saya tulis dengan jelas di situ, "bangga dan pamer beda sedikit, saya TIDAK peduli".

      Saya tidak peduli Icha, Mayang, atau orang lain mau menilai saya apa, yang penting saya dan Allah tau, niat saya positif ketika mengupload foto. Kalau orang lain menanggapinya negatif, oh well, situnya aja kali yang hidupnya penuh dengan ke-negatifan, saya sih orang nya positif thinking ;)

      But anyway, inti komen saya yg panjang bukan itu. Tujuan saya menulis komen panjang lebar untuk menegur Icha agar lebih bijaksana menulis APAPUN, tidak hanya tentang menyusui. Agar Icha lebih bisa berkaca terlebih dahulu pada kehidupan Icha sendiri, sebelum membuat tulisan yang isinya menilai orang lain.

      Dan masukan saya juga sudah diterima dengan besar hati oleh Icha. So, menurut saya case closed. Kalaupun mba Mayang mau menanggapi lagi, mohon tidak menunggu balasan dari saya, ya ;)

      Salam damai, dari saya...

      Delete
    8. hahaha...keren banget ini Twindya...gue suka gaya lo sis! (walopun paling sebel denger orang2 pake istilah sis di olshop)

      Delete
    9. Hi mbak Twindya.. Apa kabar.. Semoga sehat selalu yaa.. Saya baru tau nih kalo ada reply nya, hehe

      Sama mbak, mungkin mbak Twindya juga tidak membaca tulisan saya dengan seksama, disitu dalam menulis komentar "Saya berkaca dari diri saya sendiri" sama seperti yang mbak tulis bahwa hendaklah mbak Ast berkaca pada tulisan tulisan dia sebelumnya di blog ini.

      Btw saya juga sama sekali ngga bermaksud untuk memperpanjang apalagi membela mbak Ast loh (wong saya juga ngga kenal dia, hehe) hanya menulis apa yang ada dipikiran saya. Soalnya ada kolom untuk reply, jadi ya ikutan isi saja.

      Maaf ya mba jika kurang berkenan :)

      Salam damai sejahtera sehat sentosa :D

      Delete
  10. Lagi lagi ASi kontroversi, udah kayak vickinisasi ajaaa... Aku juga gak jadi tuh IMD sebab nunggu sampe besok harinya ASI gak keluar2 sampe K keburu kuning dan harus di sinar 24 jam. Kasus adeknya jga sama, apalagi dia lebih besar sampe akhirnya disinar 3 hari. But I breastfed them, yg kecil sampe 2 tahun yg sulung 7 bulan aja karena keburu hamil lagi. And I don't think any mom, whoever she is whatever she has done, has the right to judge other moms.

    ReplyDelete
  11. hormati opini pribadi....segala sesuatu yang dikerjakan pasti ada alasannya....jadi beri tanggapan gak perlu pake nyinyir

    ReplyDelete
  12. icha, anak aku asi exclusive-nya cuma 29 hari, di hari ke-30 asi aku kosong pisan. aku stres karena anak aku masih di NICU, mereka belum bisa nyusu, dan makin stres karena asi ga keluar. saking ga bisa setor asi ke NICU, anak aku jadwal minumnya mundur, suster sampe nelponin tiap setengah jam sekali, subuh-subuh, nungguin aku pumping di rumah. jam 3 subuh aku ke NICU, nyerahin 30 ml asi untuk dua bayi (anakku kembar). suster bilang itu cuma cukup sampe jam 6 pagi.
    maklum lah selama hamil udah idealis banget pengen full asi, no sufor, jadi pas dikasih pilihan musti sufor rada drama dulu, nangis2 dulu depan suster yang bingung ada emak-emak subuh-subuh nangis di ruang NICU. donor asi? ga kepikiran. banyak alasannya lah.
    akhirnya di hari ke-30 anakku minum sufor. mereka baru keluar NICU di hari ke-44, pulang ke rumah belum juga bisa nyusu langsung. pake asi perah aja di dot. baru usia 4 bulan bisa nyusu ke payudara tapi stok asi udah berkurang drastis.
    jadi, aku ngasih asi cuma sampe tujuh bulan. bulan ke delapan, ga ada asi sama sekali.
    nyesel? iya. kenapa aku ga maksimalin pumping, sabar nyusuin sikembar yang kalo kehausan ngamuknya kayak apa, bukan nyerah sama sufor dan dot. aku keburu cape pulang kerja, sampe rumah maunya ketemu anak dengan tenang, bukan dengan rengekan.
    terus gmn dong, anaknya skrg udah mau tiga tahun ini, mau muterbalik waktu juga ga bisa.
    makanya sudah sedih kalo ada "joke" soal ibu yang kasih sufor, anaknya disebut jadi anak sapi lah, ibunya dibilang merampas hak anak lah, ditambah kalo liat kulkas isi asi perah semua, sakitnya tuh disini, hahaha lebih sensi lagi liat postingan sertifikat lulus asi s1, s2, s3, sarjana asi, profesor asi, dll malah kadang suka ada ortu yang posting di sosmed selamat sarjana asi, dll
    ngiri banget cha, beneran.. maklum lah emak-emak kadang suka kompetitif..
    padahal perjuangan dan situasi tiap orang itu beda-beda.
    jadi sama tulisan kamu di blog keb, aku pengen pelukan deh..
    thank you, for understanding.
    soal pekan menyusui, itu kan program (yang serius) ya, sila aja digencarkan, aku sih liatnya tulisan kamu ini dilihat dari sudut pandang lain, mewakili ibu-ibu yang nelangsa karena belum bisa kasih asi maksimal buat anaknya.
    apakah tulisan kamu men-judge ibu-ibu lain? kayaknya sih iya ya, ada yang kurang berkenan kelihatannya. tapi kamu bener, kita kan ga bisa nyenengin semua pihak.
    keep on good thought ya cha!

    ReplyDelete
  13. Nggak bisa komentar lebih,
    Lha saya juga kejar tayang buat pumping. Pernah merasakan berada disituasi Arya dipaksa diberi dot ketimbang tlaten pakai sendok. Pernah juga merasakan ASIP tinggal 2 botol @150ml dan harus bangun tengah malam 2x hanya untuk pumping. Pernah juga merasakan bawa box ASI di belakang motor dan diejek karena harus pumping saat ngajar di 2 sekolah tiap hari. Pernah juga ditentang keluarga sendiri karena nggak ngasih sufor. Dan sebagainya.

    Mari berempati kepada sesama. Itu saja.

    ReplyDelete
  14. Jangankan pamer foto ASIP, sertifikat yang gue belom ngerti esensinya apa buat emak-emak, foto pamer bayi lagi begini-begitu, mancing bener buat curhat. Kapan ya eike bisa posting begituan? T___T

    ReplyDelete
  15. Duh duh, dunia memang penuh drama ya. Bahkan tentang ASI aja jadi penuh drama gini. Kenapa ribet sih ya, masing2 orang punya pilihan. Kenapa harus saling mencela, ya? Saya rasa ga ada ibu yg ga pengen ngasih yg terbaik buat anaknya. Dulu, waktu saya masih 'sok' idealis, saya pernah 'memaksa' mbak saya buat kasih ASIX ke anak ke-duanya. dan saya di semprot sama mbak saya :D Dia bilang, saya belom tau betapa beratnya... yaiya sih, nikah aja saya belum, udah sok2an ngomongin ASI. Ahahaha

    ReplyDelete
  16. asi pada jamanku ga pake ribet, ga ada ilmu2nya..
    ga nulis2 lebay, ga aplod2 bayi sehat berkat asi dll

    yg penting makan sehat, daun katuk,positif thinking yg terpenting...
    wees..wes...gelontor tu asi.

    Ga perlu ribet , puseeng bo,
    jaman sekarang emak2 sendiri yg meribetkan, huhiii...

    ReplyDelete
  17. Hihihihi. Ternyata jadi pro kontra gini ya.

    Kalau aku seh pas baca tulisan icha di webnya KEB cuma ketawa ketawa sendiri. Ya hanya berfikir ini tulisan dan pemikiran lain dari para ibu asi dan para ibu yang gak bisa asi. Semuanya kan punya pendapat sendiri toh.

    Kalau aku seh jujur sering banget upload asip di media. Karena berkaca dari aku sendiri yang selalu termotivasi kalau ada lingat temen yg upload asipnya banyak banget langsung semangat lagi.

    Sekarang udah 18bulan ngeasi belom campur sufor dan pastinya bangga banget lah. Terbersit keinginan menyamai cerita cerita orang yang bisa ngeasi anaknya sampe s3. Nah. Kalo mereka gak pernah cerita. Atau mereka gak pernah nyomnong2in klo bisa sampe s3 asi aku gak bakalan tahu kan ternyata ada lohhhh ornag orang yang walopun bekerja. Walopun jauh dari anak sampe beda kota tapi berhasil ngasih asi anaknya sampe 2tahun lebih tanpa sufor. Kalau mereka gak upload kemedia sosial aku apalah yang hanya akan bangga dengan keberhasilan asi ekslusif aja.

    Soal komunitas aku juga males seh sebenarnya ikutan. Soalnya mereka terlalu idealis. Aku pernah bilang sama temen kalo aku ikut komunitas asi itu yakin deh aku gak bakalan bisa ngasi sampe 18bulan ini. Karena mereka terlalu menekan. Aku yg bekerja lebih suka ngasih dot ke anak. Aku yang lebih suka masih ngasih nasi lembek walupun anaknya udah seharusnya ngasih nasi lengkap dan sebagainya bakalan stress klo disuruh ini itu sama komunitas tsb.

    Ya balik lagi. Kalau aku mah komentar ke hal prokrontra ini. Yang penting klo bisa anaknya asi. Klo gak bisa ya kasih sufor gak papa kok. Tapi berjuang dulu ya. Jangan gara gara males. Klo udah berjuang tetep gak bisa ya dunia ini udah mempermudah kita dengan sufor kok. Pasti gak segitu jahatnya lah sufor itu 😉

    ReplyDelete
  18. Prinsip memang perlu, tapi pas kenyataan lain? bisa lah diturunkan spek nya :)

    ReplyDelete
  19. Drama banget ya tentang ASI dan Sufor. Hehehe.... tiap orang punya point of view yang beda. Kalau aku sih merasa ga ada yang salah soal tulisan Icha yang ternyata efeknya viral. But anyway, be yourself aja, Cha. Beneran kok, kalau kita ga bia bikin semua orang setuju sama opini kita. Lah kan latar belakang setiap orang beda. Aku yang belum bisa kasih ASI (hahaha kan belum punya anak) ga mau asal ngomong, ah. Yang ASI atau Sufor semua temanku.

    ReplyDelete
  20. semoga semuanya bisa memberikan ASI kepada anak2nya...ampe nggak tau mau komentar apa :"(

    ReplyDelete
  21. Aku kudu komen apa ya Cha hihihii... aq ga punya sertifikat maupun foto2 itu :)

    ReplyDelete
  22. Aku ga nyangka di kalangan ibu-ibu perkara ASI bisa jadi panjang dan debatable. Bisa jadi kesinisan yang berujung perang dingin. Selama ini baru sampai tahap baca sama perhatiin aja sih belum sampai ke tahap mengalami karena belom jadi ibu yang sesungguhnya meski sering juga bermasalah sama ASI yg keluar mulu..

    Semangat selalu cha buat tulisannya...

    ReplyDelete
  23. Hallo Icha,

    Kemarin aku komen juga loh di web KEB.. Rasanya sih gak kritik keras ya.. Cuma mengemukakan pendapat yang berbeda sm yg Icha tulis di postnya.
    Sedikit harus meluruskan, walaupun aku komen tidak setuju di web KEB, aku itu gak termasuk dari 2 kategori yg di sebutin. Saya bukan penggiat asi garis keras dan juga bukan ibu2 yg upload asip. Boro2 bisa upload, wong udah nyapih dan dulu bayinya gak mau asip, jadi gak di pompa deh.
    Dunia ibu2 itu emang penuh dinamika.. Dan drama.. Sedikit sentilan aja bisa rame dunia persilatan. Ini baru asi.. Masih ada sc vs normal, stay at home vs working mom, dll.. Gak ada ujungnya. Mending kita makan pisang goreng aja yuk. :D *laper abis bw kesana kemari*

    ReplyDelete
  24. Alhamdulilllah cucu pmertamaku ASI dua tahun. Walaupun ibunya mengajar bkn halangan untuk memberikan ASI. Dengan modal 300. Rb untuk membeli pompa dia bisa menyiapkan berbotol botol ASI di kulkasnya yg di berikan saat dia tidak ada di rumah. Untuk memomoanya dia pergunakan sudut perpustakaan saat istirahat sehingga saat pulang dia membawa 2 btl asi perasan yg di simpsn di kulkas kecil tempat asi.perilakunya tampa disadari telah menedukasi rekam rekannya dan di tiru saat mereka mempunyai bayi. Kini cucuku sudah berusia 2,5 tahun. Alhamd sehat dan besar badann5a

    ReplyDelete
  25. semoga semua anak Indonesia sehat sukses sejahtera beriman dan berakhlak mulia.. semangat ya bu ibu :-)

    ReplyDelete
  26. Wow ga nyangka gara2 asi jadi bikin drama di kalangan ibu2 hehehe. Aku kok liat org kasih asi sama org kasih sufor biasa aja ya? Alhamdulillah ga ada judge. Walaupun aku juga berjuang utk kasih asi terus ke anakku. Anakku skrg udah 17 bulan, masih asi tapi sejak 9 bulan udah campur sufor di makanan krn berat badan kurang tapi menolak dot. Sejak umur setahun lebih baru mau pake dot. Ga pernah pumping krn aku stay at home, apalagi upload foto asip. Tapi pernah upload sertifikat s2 asi (yg bener2 ga ada maksud apa2, cuma buat kenang2an di timeline path aja). Pokoknya ya sebisa mungkin kasih asi, tapi kalo ga bisa, sufor ga haram kok hehe. Yg penting anaknya sehat ya ibu ibuuu :)

    ReplyDelete
  27. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  28. Annisa,
    menulis dengan jujur itu memang hak masing-masing. tapi ada opini kamu yang tidak konsisten mengenai tulisan wbw ini. saya tidak akan membahas soal wbw karena memang interpretasi orang bisa beda-beda, tapi statement kamu yang mengatakan ibu2 yang berhasil memberikan asi nge-judge ibu2 lain yang tidak asi, dan itu yang sepertinya menjadi bahasan topik kamu, terlihat kok hal yang sama juga kamu lakukan (btw, saya bukan kategori ibu2 yg upload stok asi atau sertifikat) .
    apa yang kamu tulis juga secara langsung melakukan judgment terhadap ibu2 itu sendiri. jadi apa bedanya dong kamu dengan ibu2 yang kamu judge?
    dan lagi, kalau kamu tidak terganggu dengan komen orang, kenapa kamu harus menulis khusus mengenai komen dari tulisan kamu sebelumnya? berarti kamu sendiri sebenarnya tidak siap untuk di-judge dan itu memang konsekuensi ketika menulis sesuatu di public (blog juga menurut saya adalah area public yang bisa dilihat semua orang).
    dengan pembelaan kamu seperti ini malah menjadikan kamu kelihatah pathetic dan tujuan kamu yang sebenarnya baik malah kelihatan tidak tulus, karena pembelaan diri yang berulang-ulang malah makin menambah kesan kamu sendiri yang nge-judge orang lain.
    saya harap, kamu set back, dan merefleksikan ke diri kamu sendiri daripada makin berkoar-koar yang akan menambah buruk image kamu.
    Btw, apa definisi penggiat ASI keras? do you ever doing something good to your neigborhood? saya bukan penggiat ASI (cuman meng-encourage pemberian asi eksklusif ke teman2 saya), tapi saya respect kepada relawan ASI dan ahli laktasi karena mereka yang memberikan awareness terhadap asi, mengingat tingkat kesadaran pemberian asi eksklusif sudah jauh meningkat dibandingkan 9 tahun yang lalu.
    fyi, setiap tulisan tidak bisa dilepaskan dengan faktor subyektif, sehingga memang harus berhati-hati terhadap dampaknya, seperti halnya tulisan saya ke kamu, ini juga tidak terlepas dari saya nge-judge kamu.
    so, be wise!

    ReplyDelete
  29. Dear Mbak Icha,

    saya ingin menyampaikan beberapa hal:

    Pertama, hati-hati dalam generalisir & jumping to conclusion dalam pendapat/tulisan mbak. apakah benar orang yg sepenuhnya mengkritisi mbak penggiat asi garis keras? apa bener yg kritik mbak rata-rata yg upload foto asi?
    anw, saya bukan penggiat asi garis keras (yg sebenernya saya bingung definisinya apa?) dan saya ga upload foto asi se freezer atau sertifikat asi. tapi saya sangat menyayangkan opini pribadi memicu debat antara ibu ideal vs ibu kurang ideal (walaupun saya yakin mbak ga bermaksud seperti itu).
    Saya dan ibu-ibu lainnya punya cerita sendiri ttg perjalanan memberikan asi, pun demikian mbak (sesuai yg ditulis di blog). Orang lain juga punya hak utk menyampaikan cerita seputar asi nya walau dia cuma upload foto. dan sepanjang org tsb ga meghakimi ya terimalah dengan lapang dada kl ada orang yang lebih berhasil dari kita (kl definisi berhasil adalah punya asi banyak). kalau masih ga suka dan bikin down (I know what's your mean because I'm a woman too), ya Unfollow/Unfriend saja.Saya rasa mbak lebih canggih dan melek masalah dunia per-sosialmedia-an kan :)

    Kedua, mbak bebas berpendapat dan dan mbak memilih pendapat dipublish dan bisa dibaca semua orang. pun semua orang bebas sampaikan pendapatnya sama persis dengan yang mbak lakukan. Jadi saya rasa tidak konsisten kl ternyata mbak malah bikin pembelaan (maaf kl saya ngejudge, tp ini kesan yg saya dapat setelah baca artikel ini).

    Ketiga, setuju keep being your self itu bagus bgt, tp ingat blog mbak bisa diakses oleh banyak orang (apalagi mbak sekarang jd terkenal :) ), ada baiknya dipikirkan masak-masak kl mau menulis isu yg sensitif. Akan sangat disayangkan sekali kalau saja bakat menulis mbak yg ga bisa dimiliki oleh ibu-ibu lain menghasilkan sesuatu yang kontraproduktif (semoga saja tidak).

    salam dari saya si bukan ibu ideal :)

    ReplyDelete
  30. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  31. Boleh doong ngasih link ini: http://dyahpratitasari.blogspot.com/2015/08/saya-sudah-berhenti-menyusui-dan-akan.html

    jika tidak tahu apa esensi dan tujuan WBW. Sayang sekali kampanye mengenai ASI yang fokus mendukung ibu menyusui di tempat bekerja malah "cuma" dianggap sebagai pamer stok ASI hehehe.

    ReplyDelete
  32. haii makkk, saya adalah ibu yg gagal memberikan ASI untuk anak saya, bukan tanpa usaha, saya juga sdh jumpalitan kesana kesini seperti yg mak icha bilang hihi, tapi being a mother is a bless. oh ya mak btw ada yg bikin blog dengan judul "saya ayah asi dan saya merayakan WBW" lho, hehe memang ya kita ga bisa maksa orang untuk sependapat dengan kita, tp saya sungguh terwakilkan dgn tulisan mak icha di KEB, karena saya selalu merasa kecil hati ketika melihat foto stock asip ataupun sertifikat asi, hehe anyway motherhood is a heart work, and work with heart never fails
    cheers

    ReplyDelete
  33. http://duniasehat.net/2015/08/12/saya-gagal-menyusui-dan-saya-merayakan-world-breastfeeding-week/

    ReplyDelete
  34. mungkin link ini akan menambah khasanah berpikir kita semua. http://duniasehat.net/2015/08/12/saya-gagal-menyusui-dan-saya-merayakan-world-breastfeeding-week/

    ReplyDelete
  35. Kalau pengalaman saya, saya sangat berterima kasih dengan ibu-ibu yang posting foto asi berkulkas-kulkas. Kenapa? Karena menjadi motivasi untuk saya. Saya search di google bahkan saya jadikan dp di handphone saya. Jadi setiap saya melihatnya, saya selalu bersemangat untuk bisa seperti mereka. Saya jadikan foto mba Della, istri Irfan Hakim yang punya stok sampai 2 freezer jadi dekstop handphone saya.

    Contoh lain, teman-teman saya yang posting kuliah di luar negeri. Apakah mereka pamer? Saya sih tidak memikirkan sampai itu, tapi saya jadikan foto-foto mereka untuk motivasi. Saya bayangkan bahwa nanti saya akan berada di tempat itu.

    Umumnya orang yang sudah sukses akan dengan senang hati memberikan tipsnya kepada kita. Kita bisa konsultasi ke mereka tentang kesuksesan yang telah mereka raih. Kita bisa tanyakan apa tipsnya bisa mengumpulkan sebanyak itu, coba kenal lebih dekat tinggal kita mau melihat ke arah yang positif atau negatif

    ReplyDelete
  36. Mungkin breastfeeding week nya ga salah, karena sesekali mmg perlu sebuah momentum bahwa asi itu penting buat semuanya, yg salah adalah show off dari bbrp buibu dan termasuk aku mungkin secara ga sengaja showoff dan seperti ngejudge, tp jgn ngejudge buibu ini aku yakin bbrp juga jauuuhh dari niat showoff, hanya memupuk percaya diri dan mengatakan bahwa sebenarnya kita bisa memberikan asi sebagai satu2nya yg terbaik, seperti aku anak pertama boleh dibilang gagal tp ga merasa hal2 sertifikat dan kulkas asip itu sebagai beban atau tekanan, malah membuat aku memantapkan diri kalau mereka bisa kenapa aku ga, karena itu rejeki/berkah dari Tuhan, usaha+dukungan semua pihak, Thank God diberi kesempatan u anak ke2 bisa full😀, intinya stop show off n judging others, suport each other mom is the best way we can do, udah deh jgn komentar pedes mulu sama pejuang asi, saling kerja sama donk, okay

    ReplyDelete
  37. keep writing mak icha...aku dulu suka menjudge emak2 ngga asi, yah jaman kegelapan...untung udah insyaf, masih terus kampanye ASIX tapi lebih elegan...apapun pilihannya, kita semua adalah emak..

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)