-->

Karena Saya Tidak Percaya Prioritas

on
Wednesday, March 30, 2016

Uang dan waktu, dua hal yang harus pakai prioritas. Untuk uang saya setuju, untuk waktu saya sama sekali tidak percaya pada prioritas.

Iya, saya mulai percaya bahwa prioritas waktu itu sebenarnya tidak bisa dibuat saat punya pacar pertama. Si anu yang sekarang jadi mantan saya itu selalu bilang saya adalah prioritas pertama dia.

Somehow that's true karena kapanpun saya minta bantuan, dia pasti datang membantu. Tapi tidak di hari-hari tertentu yang datang beberapa bulan sekali. Hari-hari di mana sepupunya yang akmil di Magelang pulang ke Bandung. Hari-hari bersama sang sepupu, saya jadi entah nomor berapa. Dia menghilang. Jadi saya sebenarnya prioritas nomor berapa?


Yes. Saya sebenarnya prioritas nomor dua, bukan nomor satu seperti yang selalu dia bilang. Prioritas nomor satu adalah kakak sepupu, kedua saya. Karena prioritas di mana saya nomor 2, berlaku di segala kondisi, di hari biasa dan hari sepupu pulang. Kalau prioritas di mana saya nomor 1, hanya berlaku saat si kakak sepupu tidak ada di Bandung.

(Baca: Saya Nggak Pengen Punya ART, Kenapa?)

Semakin dewasa saya semakin mengerti kalau prioritas itu bullshit. Orang selalu bilang "saya sih menomorsatukan keluarga" tapi disuruh lembur nggak bisa nolak dong? Karena kalau kerja untuk orang lain, apalagi dalam tim, tanggung jawab kita jauh lebih besar.

Ini kerasa banget sama saya sendiri. Ada masa-masa di mana saya masih ingin di kantor padahal sudah jam setengah enam sore. "Ingin" loh ya bukan "harus" karena kantor saya mah fleksibel waktunya. Tapi saya ingin di kantor dan menyelesaikan pekerjaan.

Tapi kadang nggak bisa karena di saat yang bersamaan, JG juga harus lembur jadi nggak ada yang jemput Bebe. Nah kalau kantor JG ini HARUS lembur artinya memang tidak fleksibel, tidak bisa menolak. Jadi mau nggak mau saya yang mengalah. Saya tutup pekerjaan, saya yang jemput Bebe ke daycare.

Jadi apa prioritas saya dan JG? We really want the cool lovable answer: Bebe. Tapi kan ternyata nggak. JG memilih untuk tetap di kantor dan lembur. Saya pun kalau JG bisa pulang cepat, saya akan tetap di kantor dan lembur. Jadi ternyata prioritas pertama kita adalah pekerjaan.

Dan ini konflik batin sekali. Karena saya jadi punya dua role yang bertolak belakang. Di kantor saya senang sekali bekerja dan ingin cepat-cepat menyelesaikan semuanya, meskipun harus kerja sampai malam. Ketika ada waktu-waktu di mana saya harus pulang tepat jam 5 karena harus jemput Bebe, saya kesal sendiri karena pekerjaan belum selesai tapi harus pulang.

(Baca: Terus Kenapa Nikah?)

Kemudian biasanya jalanan menetralkan saya. Di jalan menuju daycare, di balik punggung abang ojek saya adalah diri saya sendiri. Peralihan role antara karyawan dan ibu. Saya teringat pekerjaan dan kadang membuat to do list di dalam pikiran untuk di kantor besok. Tapi kadang terhapus dengan rasa penasaran, Bebe belajar apa ya hari ini di sekolah?

Sampai daycare, saya lepas sama sekali dari urusan kerjaan. Saya nggak cek lagi email atau Slack. Saya full jadi ibu yang menemani Bebe bermain, tak terpikir kantor sedikit pun!  Rasa khawatir dan sebal karena harus pulang kantor hilang entah ke mana. Aneh kan!

Saya bahkan menikmati detik-detik pulang ke rumah bersama Bebe di GrabCar meskipun jalanan macet luar biasa. Saya dengan senang hati bawakan beberapa mobil-mobilan dan robot agar Bebe bisa main dengan tenang di perjalanan. Saya senang di rumah membaca bersama Bebe atau sekadar makan biskuit bersama. Lupa sama sekali kalau saya punya setumpuk pekerjaan di kantor.

Saya akan teringat pekerjaan kantor lagi, mulai cek email dan Slack lagi setelah Bebe tidur jam 9 an malam. Semalam jam 10 malam pun saya masih membalas email pekerjaan. :D

Anak tanggung jawabnya besar sekali loh. Banget! Makanya jadi konflik, kalau anak nggak harus dipertanggungjawabkan sih kayanya semua ibu bekerja titip anaknya di daycare sekaligus seminggu apa sebulan gitu. Ditengokin seminggu atau sebulan sekali. Tapi kan nggak.

Dan urusan waktu dan uang ini juga konflik banget. Waktu harus dikorbankan demi uang. Uang ini kan buat keluarga juga. Jadi ya udah, ngelesnya "saya kan kerja buat keluarga juga". Iya sih tapi tetep untuk urusan waktu, berarti yang nomor satu bukan keluarga, melainkan pekerjaan. Mbulet.

(Baca: Tahap-tahap Menyiapkan Dana Pendidikan Anak)

Itu kalau membandingkan keluarga dan pekerjaan. Tapi kalau dibandingkannya dengan teman-teman ya lebih pilih keluarga lah. Setelah menikah saya tidak akan melakukan apapun kalau JG dan Bebe tidak nyaman saat menunggu saya. Setelah menikah, kami ke Bandung hanya sebulan sekali dan itu saya habiskan full bersama keluarga, bersama ayah ibu saya dan mertua.

Kadang saya suka nggak enak kalau ada temen yang ngajak ketemuan di Bandung terus saya selalu nggak bisa. Habis gimana, saya cuma ketemu ayah dan ibu saya 1-2 hari selama sebulan. Masa itu pun harus dipotong karena saya lebih pilih main bersama teman-teman? Serasa nggak rela. :( Liat Bebe main sama ayah dan ibu saya itu priceless.

Nah, jadi jelas kan kenapa saya memilih tidak percaya pada prioritas? Karena untuk saya, prioritas itu nggak ada dan nggak bisa diaplikasikan untuk segala hal. Benar-benar tergantung situasi, kondisi, dan urgensi.

Urgensi apalagi soal kesehatan ya. Jadi ya kalau dibandingkan dengan kesehatan, pekerjaan (kadang) jadi nomor dua. Yang penting sehat dulu deh! Bos juga biasanya selow kalau nggak bisa ke kantor karena sakit apa gitu.

Tapi kan nggak jarang juga lagi flu berat, kepala pusing, batuk pilek, bela-belain ke kantor karena ... banyak kerjaan. Nah, jadi tambah pusing kan yang mana sebenarnya prioritas?

Makanya jadi pengusaha dong! Loh ya apalagi. Tanggung jawab karyawan dan keluarganya juga jadi tanggung jawab kita.

Oiya, kalau masih mahasiswa atau belum nikah sih hidup belum sekompleks ini ya. Prioritas cuma satu, kuliah dan skripsi. Pacar jelas nomor 2, yang lain pokoknya nomor 2 yang penting kuliah dulu. Pas udah kerja tapi belum nikah juga sama. Kerja nomor satu, yang lain minggir dulu. Kalau udah nikah, punya anak, dan kerja?

Kamu percaya prioritas? Apa prioritas kamu?

-ast-




LIKE THIS POST? STAY UPDATED!


LATEST VIDEO

PLEASE SUBSCRIBE!
11 comments on "Karena Saya Tidak Percaya Prioritas"
  1. Aku seneng baca tulisan Annisast dengan versi menyejukkan begini tanpa wtf wtf-an..haha..
    Hidup itu pilihan emang, di sikon tertentu kita harus milih apa prioritas kita, mau jadi pegawai yang baik atau ibu yang baik? Mau jadi anak yang baik atau istri yang baik? Tapi ternyata kita emang nggak bisa terus-terusan jadi ibu yang baik pada akhirnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha kalau pake wtf biasanya lagi kesel. kalau lagi galau nulisnya begini. aku kan manusia biasa yang menulis sesuai suasana hati lol

      Delete
  2. Saya juga ga percaya prioritas, karena hidup berjalan ya gitu lah. Saya menikah dulu baru kuliah haha padahal kalau sesuai prioritas kan kuliah dulu, kerja dan menikah wkwkkw :)

    ReplyDelete
  3. sejak nikah iya jg yaaaa prioritas tergantung urgensi

    ReplyDelete
  4. Prioritas tetap ada, tapi fleksibel. :D

    ReplyDelete
  5. Saya belum nikah. Tapi ngerasa hidup udah kompleks LOL bagi waktu antara kerja dan tugas kuliah itu melelahkan. Banget. Gimana nanti udah nikah terus punya anak ya *gagal nikah muda* heu heuuu.

    ReplyDelete
  6. Kalo untuk urusan habluminallah saya percaya banget, Dia harus di #1 kan...Dia lah Sang pemilik dari semua *ciyteeeh komennya beraaat* hihihi

    dan saya juga gk percaya apa kata orang lain kalo dia bilang "Kamu jadi prioritas saya."Dududu kita manusia, tempat segalah khilaf dan salah, beda dengan Dia sang pemilik semesta :)

    *imho

    ReplyDelete
  7. Sebenernya sih, prioritasmu itu Keluarga kok. :D
    Kamu kerja untuk uang hidup sehari-hari. Pas di rumah kamu lupa kantor, di saat seperti ini uda pasti prioritas keluarga.
    Nggak mungkin kan jawabannya, "Aku punya anak karena mau kerja"? pasti yg ada jawabannya, "Aku kerja karena punya anak yg harus dikasih makan, dipenuhi kebutuhannya, pendidikannya." Sibuk dan lembur itu anggap aja konsekuensi
    XD ya kan...

    ReplyDelete
  8. sukaa sama tulisan2 mb anisast loh (ngena banget sm apa yg aku rasain) hee,.,Setelah sebelumnya ketemu sama blognya mb irma susanti di sebelah, eh browser ku juga ketemu sama blognya mb anisast udh beberapa kali baca tulisannya kok ya jadi ketagihan ya baca-baca hee, salam kenal ya mba n barangkali berkenan berkunjung ke blog ku ya saniadaffa.blogspot.com ,., thanks ya mb

    ReplyDelete

Hallo! Terima kasih sudah membaca. :) Silakan tinggalkan komentar di bawah ini. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya. :)